OLEH :
MASNI KARTINI PURBA
NIM : 00320068
(Ns. Mira Agusthia, S.Kep, M.Kep) (Ns. Aulya Akbar, M.Kep. S.Kep J)
2021
KONSEP DASAR
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Adanya perasaan 10 hilang percaya diri, merasa gagal karena karena tidak mampu
mencapai keinginansesuai ideal diri (Keliat, 2017).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
dalam mencapai keinginan (Direja, 2016)
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif
tentang kemampuan dirinya (Fitria, 2018).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu
mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan yang
dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang
berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.
2. Rentang Respon
a. Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman
nyata yang sukses dan dapat diterima individu dapat mengapresiasikan kemampuan
yang dimilikinya
b. Konsep diri positif
Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam beraktualisasi diri dan
menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. Individu dapat
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dalam menilai suatu
masalah individu berfikir secara positif dan realistis.
a. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Kekacauan identitas
Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak
kendala kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
c. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan sdirinya dengan orang
lain.
3. Faktor Penyebab
a. Faktor predisposisi
Banyak fakor yang mempengaruhi gangguan harga diri rendah, factor ini dapat
dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu:
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas akan mencetuskan seseorang hingga
mempunyai masalah respon social maladaktive. Ini dapat di mulai sejak bayi
seperti penolakan orang tua yang membuat anak merasa tidak dicintai dan
mengakibatkan anak gagal mencitai dirinya sendiri. Mengekang atau
menghalangi kreatifitas anak atau sikap orang tua yang terlalu mengekang
atau mengontrol anak dapat mempengaruhi fase perkembangan selanjutnya
2) Faktor sosiokultural
Isolasi social merupakan gangguan dalam berhubungan, ini akibat dari norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak menghargai
anggota masyarakat yang tidak produktif
3) Faktor biologis
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon social maladaktif.
b. Faktor presifitasi
Harga diri rendah kronis merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah situasional
yang tidak terselesaikan atau bias juga karna individu tidak mendapat feedback dari
lingkungan tentang perilaku individu sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan
lingkungan yang selalu memberi respon neggatif mendorong kea rah harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi karena banyak factor awalnya individu berada dalan
situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisi tapi
tidak tuntas sehingga timbul dalam pikiran tidak mampu atau merasa gagal dalam
menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena gagal
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional jika
lingkungan tidak memberi dukungan positif atau bahkan menyalahkan individu secara
terus menerus akan menjadi harga diri rendah kronis.
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi (2019) adalah:
a. Jangka pendek
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagaman,
politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga kontes
popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (penyalahgunaan
obat).
b. Jangka panjang
1) Menutup identitas
2) Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.
6. Penatalaksanaan
a. Komunikasi terapautik
b. Psikoterapi
1) Terapi psikoanalisa
Brtujuan menyadarkan individu akan konflik yang tidak disadarinya serta
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk pengendalian kecemasan
2) Terapi perilaku
8. Pengkajian
Berdasarkan dari Nurhalimah, 2016 konsep asuhan keperawatan sebagai berikut :
1. Identitas Klien
Identitas klien yang perlu ditulis adalah nama klien, jenis kelamin, umur (biasanya
pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/tingkat pendidikan berisiko perilaku
kekerasan), pekerjaan (tingkat keseriusan/tuntutan dalam perkerjaannya dapat
menimbulkan masalah), status (belum menikah, menikah atau bercerai), alamat,
kemudian nama perawat.
2. Alasan masuk rumah sakit dan faktor prespitasi Faktor yang membuat klien
melakukan perilaku kekerasan.
3. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku kekerasan klien, baik dari pasien,
keluarga, maupun lingkungan (Nurhalimah, 2016).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya muka merah,
pandangan tajam, sakit fisik, napas pendek, yang menyebabkan perubahan
memori, kognitif, alam perasaan dan kesadaran.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : hipertensi/normal
Nadi :normal atau tidak
Suhu : meningkat/normal
Pernapasan : napas pendek
Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun
Keluhan fisik : muka merah, pandangan tajam
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga. Menjelaskan : seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan
tertekan dan ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya akibat
perilaku kekerasan, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah : keluarga yang tidak
utuh, orang tua meninggal, orang tua cerai dan lain-lain (Nursalim, 2016).
b. Konsep Diri
1) Citra diri: klien tubuhnya baik-baik saja
2) Identitas : klien kurang puas terhadap dirinya
3) Peran :klien anak keberapa dari berapa saudara
4) Ideal diri:klien menginginkan keluarhga dan orang lain menghargainya
5) Harga diri :kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya
c. Hubungan Sosial
Marah-marah, bersikap tidak ramah, kasar terhadap keluarga lainnya
d. Status Mental
1) Penampilan:
Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti biasanya.
2) Pembicaran
Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap, apatis, lambat dan membisu
e. Aktivitas Motorik
Lesu, gangguan kesadaran, selisah, gerakan otot muka yang berubah-ubah tidak
dapat dikontrol.
f. Afek dan Emosi
Afek : tumpul (datar) dikarenakan terjadi penurunan kesadaran.
Emosi : klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya memiliki emosi yang tinggi.
g. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang, cepat tersinggung, dan biasanya klien akan menunjukan curiga.
h. Persepsi
Biasanya klien suka emosi.
i. Proses Pikir
Akibat perilaku kekrasan klien mengalami penurunan kesadaran.
j. Tingkat Kesadaran
Menunjukan perilaku kekerasan
k. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Secara umum klien perilaku kekerasan mengalami penurunan konsentrasi dan
penurunan berhitung
l. Kamampuan Penilaian
Penurunan kemampuan penilaian.
m. Daya Tarik Diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal diluar dirinya.
9. Daftar Masalah
Isolasi Sosial
Rencana tindakan keperawatan klien dengan gangguan konsep diri : Harga diri rendah.
Tujuan Khusus 2 : Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Kriteria Evaluasi : Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif
Intervensi :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dan diberi pujian
atas kemampuan mengungkapkan perasaannya
2. Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberi
pujian yang realitis.
b. Isolasi sosial
Tujuan umum : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tujuan khusus 1 : Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
Kriteria evaluasi : Pasien mampu menyebutkan minimal satu penyebab menarik
diri dari: diri sendiri, orang lain, lingkungan.
Intervensi :
a) Tanyakan pada pasien tentang :
1) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar.
2) Orang yang paling dekat dengan pasien di rumah/di ruang perawat.
3) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut.
4) Orang yang tidak dekat dengan pasien di rumah/di ruang perawatan.
5) Apa yang membuat pasien tidak dekat dengan orang tersebut.
6) Upaya yang dilakukan agar dekat dengan orang lain.
b) Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
c) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
Tujuan khusus 2 :
Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri. Kriteria evaluasi :
Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik
diri
Intervensi :
a) Tanyakan pada pasien tentang : Manfaat hubungan sosial Kerugian menarik
diri
b) Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri.
c) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya
Tujuan khusus 2 :
Kriteria hasil :
Intervensi
13. Implementasi
b) Buat pujian yang realistic dan hindari memberikan penilaian yang negatif
setiap kali bertemu
a) Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini ( pilih
dari daftar kegiatan)
b) Memberi puian atas aktivitas / kegiatan yang telah dilakukan setiap hari
14. Evaluasi
6) Merakan manfaat melakukan kegiatan positiif dalam mengatasi harga diri rendah
b. Keberhasilan pemebrian asuhan keperawatan apabila keluarga dapat:
Badan PPSDM. 2018. Modul pelatihan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Dermawan, D. 2013. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Pustaka Biru D
ireja, Ade Herman Surya. 2071. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Fitria, Nita. 2019. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Fitria, Nita. 2072. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Friedman, Marilyn m, dkk. 2018. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Guindon, M, H. 2016. Self-esteem Across the Lifespan and interventions. New York: Taylor and
Francis Group