Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN
KEJANG DEMAM

OLEH:
EVA SUSANTI LUBIS
NIM 00320060

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

(Ns. , S.Kep) (Ns. Utari Ch Wardhani ,S.Kep,M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS BATAM
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kejang demam merupakan serangan kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu
tubuh suhu rektal diatas 38°C (Riyadi dan Sujono, 2009 dalam Caring Nursing Journal
2017).Menurut Nurrarif dan Kusuma (2013) Kejang demam di klasifikasikan menjadi
dua, antara lain Kejang Demam sederhana dan Kejang Demam Kompleks. Kejang
demam sederhana yaitu demam disertai kejang yang berlangsung singkat < 10 menit
dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang Demam Kompleks yaitu demam
disertai kejang yang berlangsung > 15 menit dan berulang 2 kali atau lebih, dalam 24
jam.
Kejang demam merupakan serangan kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu
tubuh suhu rektal diatas 38°C (Riyadi dan Sujono, 2009 dalam Caring Nursing Journal
2017).Menurut Nurrarif dan Kusuma (2013) . Kejang demam di klasifikasikan menjadi
dua, antara lain Kejang Demam sederhana dan Kejang Demam Kompleks. Kejang
demam sederhana yaitu demam disertai kejang yang berlangsung singkat < 10 menit
dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang Demam Kompleks yaitu demam
disertai kejang yang berlangsung > 15 menit dan berulang 2 kali atau lebih, dalam 24
jam

B. Anatomi Fisiologi

C. Etiologi

D. Patofisiologi dan Pathway

E. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
Konsep Asuhan Keperawatan DHF

A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
1 Hipertermi berhubungan Termoregulasi A.  MANAJEMEN HIPERTERMIA
dengan proses penyakit Setelah dilakukan intervensi selama 3 X 24
1. Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
Penyebab jam, maka hipertermia menurun dengan
dehidrasi terpapar lingkungan panas
1. Dehidrasi keriteria hasil :
penggunaan incubator)
2. Terpapar lingkungan 1. Menggigil menurun
2. Monitor suhu tubuh
panas 2. Tidak tampak kulit yang memerah
3. Monitor kadar elektrolit
3. Proses penyakit (mis. 3. Tidak ada kejang
4. Monitor haluaran urine
Infeksi dan kanker) 4. Tidak tampak Akrosianosis
5. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika
4. Ketidaksesuaian 5. Konsumsi oksigen menurun
perlu
pakaian dengan suhu 6. Piloereksi menurun
6. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
lingkungan 7. Idak tampak pucat
adekuat
5. Peningkatan laju 8. Tidak terdapat takikardia
7. Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
metabolissme 9. Tidak tampak takipnea
8. Anjurkan tirah baring
6. Respon trauma 10. Tidak terdapat bradikardia
9. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
7. Aktivitas berlebih 11. Tidak ada hipoksia
8. Penggunaan 12. Suhu tubuh membaik terapi
incubator 13. Suhu kulit membaik
Gejala dan tanda 14. Kadar glukosa membaik
a. Mayor
Subyektif
Tidak tersedia
Obyektif
 Suhu tubuh diatas
nilai
normal
b. Minor
Subyektif
Tidak tersedia
Obyektif
 Kulit merah
 Kejang
 Takardi
2 Hipovolemia Setelah diberikan intervensi selama 3 x 24 jam A. Manajemen hypovolemia
Penyebab : jam maka status cairan membaik, dengan 1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis.
1. Kehilangan cairan kriteria hasil : Frekuensi nadi meningkat, nadi terba lemah,
aktif 1. Kekuatan nadi meningkat tekanan darah menurun, tekanan nadi
2. Kegagalan 2. Turgor kulit meningkat menyempit, turgor kulit, menurun,
mekanisme regulasi 3. Ortopnea menurun membrane mukosa kering, volume urin
3. Peningkatan 4. Dyspnea menurun menurun, hematocrit meningkat, haus,
permiabelitas 5. Frekuensi nadi membaik lemah)
4. Kapiler 6. Tekanan darah membaik 2. Monitor intake dan output cairan
5. Kekurangan intake 7. Tekanan nadi membaik 3. Hitung kebutuhan cairan
cairan 8. Membrane mukosa membaik 4. Berikan posisi mified tredelenburg
6. Evaporasi 9. Kadar hb membaik 5. Berikan asupan cairan oral
10. Kadar ht membaik 6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Gejala dan tanda 11. Intake cairan membaik 7. Anjurkan menghindari perubahan posisi
Mayor mendadak
Subjektif (tidak tersedia) 8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
Objektif (mis. NaCl, RL)
 Frekuensi nadi 9. Kolaborasi pemberiancairan IV hipotonis
meningkat (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Nadi teraba lemah 10. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
 Tekanan darah Albumin, plasmanate
menurun 11. Kolaborasi pemberian produk darah
 Tekanan darah
menyempit B. Pemantauan cairan
 Turgor kulit menurun 1. Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
 Membrane mukosa 2. Monitor frekuensi napas
kering 3. Monitor tekanan darah
 Volume urin menurun 4. Monitor berat badan monitor waktu
 Hematocrit meningkat pengisian kapiler
5. Monitor turgor kulit
Minor 6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis
Subjektif urine
 Merasa lemah 7. Monitor kadar albumin dan protein total
 Mengeluh haus 8. Monitor hasil pemeriksaan urine
Objektif 9. Monitor intake dan output cairan
 Pengisian vena 10. Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
menurun 11. Identifikasi factor risiko
 Status mental berubah ketidakseimbangan cairan

3 1. Risiko Perdarahan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 Pencegahan perdarahan


2. Faktor Risiko: x 24 jam diharapkan Tingkat perdarahan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
3. Aneurisma menurun dengan kriteria hasil : 2. Monitor nilai hematokrit/hrmoglobin sebelum
4. Gangguan 1. Kelembapan membarane mukosa dan setelah kehilangan darah
gastrointestinal meningkat 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
5. Gangguan fungsi hati 2. Kelembapan kulit meningkat 4. Monitor koagulasi (mis. Prothrombin time,
(mis. Sirosis 3. Kognitif meningkat fibrinogen, degradasi fibrin)
6. hepatis) 4. Hemoptisis menurun 5. Pertahankan bed rest selama perdarahan
7. Komplikasi 5. Hematemesis menurun 6. Batasi tindakan invasif, jika perlu
kehamilan (mis. 6. Hematuri menurun 7. Gunkan kasur pencegah dekubitus
8. Ketuban pecah dini, 7. Distensi abdomen menurun 8. Hindari pengukuran suhu rektal
plasenta 8. Hemoglobin membaik 9. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat
9. previa, kehamilan 9. Hematokrit membaik ambulasi
kembar, dll) 10. Tekanan darah membaik 10. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
10. Komplikasi pasca menghindari konstipasi
partum (mis. 11. Anjurkan menghindari aspirin atau
11. Atoni uteri, retensi antikoagulan
plasenta) 12. Anjurkan meningkatkan makanan dan
12. Gangguan koagulasi vitamin K
13. Efek agen 13. Anjurkan segera lapor segera jika terjadi
farmakologis perdarahan
14. Tindakan 14. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
pembedahan perdarahan, jika perlu
15. Trauma 15. Kolaborasi pemberian produk darah, jika
16. Kurang terpapar perlu
informasi tentang 16. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
pencegahan perdarahan
17. Proses keganasan
REFERENSI

Atmaja, deni. 2013. Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan


dhf[serialonlinehttp://eprints.ums.ac.id/25919/9/naskah_publikasi.pdf
diaksespadatanggal 7 Mei 2016]

Nurlaila.Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Dengue


HemoragicFever[SerialOnline]http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/
disk1/5/jtstikesmuhgo-gdl-nurlalia-209-1-deguehe-r.pdf [Akses pada 08 Mei
2016]

UNIMUS.BabIIKonsepDasa[SerialOnline]http://digilib.unimus.ac.id/files/
disk1/110/jtptnimus-gdl-ronisubiya-5467-2-babiik-r.pdf [Akses pada 08 Mei
2016]
WHO.Demam Berdarah Dengue.Jakarta:EGC

Wilkinson. 2015. BukuSaku Diagnose KeperawatanEdisi 9. Jakarta


bukukedokteran EGC

PPNI (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Doagnostik , Edisi 1. Jakarta : DPP . PPN

PPNI (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan , Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai