DENGAN DAKRIOSISTITIS
A. Pengertian Dakriosistitis
Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan peradangan yang
disebabkan oleh berbagai factor. Tujuan fungsional dari system eksresi air mata
adalah untuk mengalirkan air mata dari mata ke dalam kavum nasal. Adanya
hambatan air mata yang patologis pada system drainase air mata dapat
menyebabkan terjadinya dakriosistitis.
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di
antara sudut bagian dalam kelopak mata dengan hidung. Dakriosistitis biasanya
disebabkan oleh karena adanya blockade pada saluran yang mengalirkan air
mata dari kantong air mata ke hidung. Duktus yang terhalang menjadi
terinfeksi. Dakriosistitis dapat berupa akut maupun kronik. Hal ini dapat
dihubungkan dengan suatu malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi
pada mata,maupun trauma.
Dakriosistitis akut ditandai dengan gejala mendadak berupa nyeri dan
kemerahan pada daerah kantus medialis. Adanya epifora merupakan
karakteristik pada peradangan kronik pada duktus lakrimalis. (Brunner and
Suddarth. 2002.)
B. Tanda Dan Gejala Dakriosistitis
Alergi
Infeksi
Kurang
pengetahuan
F. PP
Peningkatan suhu Penebalan di atas Oedem iritasi Kemerahan
tubuh G. air mata
kantung
Intoleransi
aktivitas
D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
b. Pemeriksaan Laboraturium
c. Dll.
E. Penatalaksanaan Medis
F. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
b. Status kesehatan masa lalu
3. Pola kebutuhan dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Pola Bernafas
b. Pola Makan dan Minum
c. Pola Eliminasi
d. Pola Gerak dan Aktivitas
e. Pola Istirahat dan Tidur
f. Pola Kebersihan Diri
g. Pola Pengaturan Suhu Tubuh
h. Pola Rasa Nyaman
i. Pola Rasa Aman
j. Pola Sosialisasi
k. Pola Ibadah
l. Pola Rekreasi
m. Pola Produktivitas
n. Kebutuhan Belajar
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda vital
c. Keadaan Fisik
1) Inspeksi pada posisi punctum
2) Palpasi daerah sakkus lakrimal, apakah mengeluarkan cairan
bercampur nanah.
3) Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai
rongga hidung, maka system eksresi berfungsi baik (tes anel)
4) Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomic
system eksresi lakrimal.
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Pemeriksaan Laboratorium
f. Pemeriksaan Radiologi
G. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan oedem.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi metabolik kulit
ditandai dengan kerusakan lapisan kulit (dermis).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan pada penglihatan ditandai
dengan tidak mampu mobilisasi sendiri.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan
pasien bertanya-tanya.
H. Rencana Tindakan Keperawatan
1 Setelah diberikan Askep 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri pada
selama 3x24 jam diharapkan 2. Beri Kompres air pasien
nyeri akut akibat inflamasi hangat 2. Mengurangi nyeri,
pada mata berkurang dengan 3. Ajarkan tehnik mempercepat penyembuhan,
k.h : relaksasi membersihkan mata
4. Kolaborasi 3. Mengurangi rasa nyeri
-Ekspresi wajah klien
Pemberian analgetik 4. Memberikan individu pereda
tampak tenang/tidak gelisah
rasa nyeri yang optimal dengan
-Dan pasien tidak tampak
analgesik dapat menurunkan rasa
meringis kesakitan lagi.
nyeri
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2.
Jakarta : EGC
Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. P.2, P. 89-
104, P.105-6
James B.; Chew, C. Bron, A. eds. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga; 2006. P. 60