Anda di halaman 1dari 6

PENUGASAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KONJUNGTIVITIS

OLEH A12-B KELOMPOK 5:


1. I MADE ADI MULYA RUSMAWAN ( 183212868 )
2. KADEK DWI MELANIE RAHAYU ( 183212874)
3. NI KADEK PEBBY PURNAMA DEWI ( 183212882)
4. NI KADEK RISKI DWIYANTI ( 183212883)
5. NI KOMANG TRISNA NOVITAYANTI ( 183212891 )
6. NI LUH NYOMAN DEWI MELIANI ( 183212894 )
7. YUNDA CHANDRA DEWI ( 183212901 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2020
A. Pengkajian
1. Biodata.
Tanggal pengkajian, tanggal MRS, Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat.

2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama :
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan
disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva,
purulen / Gonoblenorroe.
b) Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang
menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu
keluhan timbul.
c) Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi
mata.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis)

5. Aktivitas
Aktivitas sehari-hari terganggu karena nyeri, gatal-gatal berair, edema pada mata selama
menderita sakit.
6.  Istirahat
Istirahat dan tidur akan terganggu karena adanya gatal-gatal, nyeri, dan panas.
7. Eliminasi
Tidak ada masalah.
8. Psikososial
a) Gangguan aktivitas social
b) Klien menjadi cemas akibat keadaan matanya.
c) Klien menarik diri dari lingkungan karena malu terhadap orang disekitarnya.
9. Status Psikologis
Klien sering mengeluh, terutama karena takut menjadi buta.
10. Spiritiual
Tidak konsentrasi dalam beribadah bahkan jarang beribadah.
11. Personal Hygien
Klien tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menggosok mata.

12. Pemeriksaan fisik.


Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis yang meliputi:
1) Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan megurang ke arah
limbus.
2) Kemungkinan adanya sekret:
a. Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan kelopak
mata lengket saat bangun tidur.
b. Berair/encer pada infeksi virus.      
3) Edema konjungtiva
4) Blefarospasme
5) Lakrimasi
6) Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi).
7) Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan pseudo
membrane pada infeksi pneumokok. Kadang –kadang disertai perdarahan
subkonjungtiva kecil – kecil baik di konjungtiva palpebra maupun bulbi yang
biasanya disebabkan pneumokok atau virus.
8) Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena
jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran
visus.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
3. Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan.

C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah di lakukan 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk menentukan
berhubungan dengan tindakan keperawatan yang dialami oleh pilihan intervensi
Agen pencedera selama ...x24 jam klien. yang tepat.
fisiologis. diharapkan tingkat nyeri
pasien berkurang. 2. Ajarkan klien metode 2. Untuk Mengurangi
Dengan kriteria hasil : distraksi selama rasa nyeri yang
1. Nyeri berkurang nyeri, seperti nafas dialami oleh
atau terkontrol. dalam  dan teratur. pasien.
2. Berkurangnya lecet
karena garukan. 3. Beritahu klien agar 3. Mata yang tertutup
3. Pasien tampak ceria tidak menutup mata merupakan media
yang sakit. yang baik bagi
pertumbuhan
mikroorganisme.

4. Kolaborasi dalam Mempercepat


pemberian Antibiotik penyembuhan pada
dan analgesik. konjungtivitis
infekstif dan
mencegah infeksi
sekunder pada
konjungtivitis viral.
2 Hipertermi Setelah di lakukan 1. Identifikasi penyebab 1. untuk mengetahui
berhubungan dengan tindakan keperawatan hipertermia. penyebab dari
proses penyakit. selama ...x24 jam hipertemia pada
diharapkan Suhu tubuh pasien.
pasien kembali normal.
Dengan kriteria hasil : 2.Berikan kompres 2.Untuk
1. Suhu tubuh normal hangat. meningkatkan
2.Menggigil pada pasien penguapan yang
berkurang. mempercepat
3. Suhu Kulit membaik penurunan suhu
tubuh.

3. Anjurkan tirah baring 3.Memberikan pasien


tetap beristirahat.

4. Kolaborasi pemberian 4.Cairan dan


cairan dan elektrolit elektrolit yang
intravena, jika perlu seimbang dalam
tubuh dapat
memperbaiki suhu
tubuh.
3 Resiko terjadinya Setelah di lakukan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk mengetahui
penyebaran infeksi tindakan keperawatan gejala infeksi lokal lokasi, tanda dan
berhubungan dengan selama ...x24 jam dan sistemik. gejala infeksi.
proses peradangan. diharapkan tingkat
infeksi pasien menurun. 2. Beritahu klien teknik 2. Untuk menerapkan
Dengan kriteria hasil : cuci tangan yang prinsip higienis.
1. konjungtiva anemis tepat.
2.Bengkak pada
konjungtiva pasien 3. Ingatkan klien untuk 3.Menghindari
menurun tidak menggosok penyebaran infeksi
3. Nyeri konjungtiva mata yang sakit atau pada mata yang lain
menurun kontak  sembarangan dan pada orang lain.
dengan mata 4.Pemberian
antibiotika
4. Berikan antibiotika diharapkan
sesuai dosis dan penyebaran infeksi
umur. tidak terjadi

D. Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah perencanaan
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien yang bertujuan mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan dampak ataupun respon yang dapat ditimbulkan oleh
adanya masalah keperawatan serta kesehatan. Implementasi keperawatan membutuhkan
fleksibilitas dan kreativitas perawat (Debora, 2013).

E. Evaluasi
No. DX Evaluasi Hasil
1 Diagnosa Nyeri akut diharapkan memenuhi kriteria hasil :
— Nyeri berkurang atau terkontrol
— Berkurangnya lecet karna garukan
— Pasien tampak ceria

2 Diagnosa Hipertermi diharapkan memenuhi kriteri hasil:


— Suhu tubuh normal
— Menggigil pada pasien berkurang
— Suhu kulit membaik
3 Diagnosa resiko infeksi diharapkan memenuhi kriteri
hasil:
— Konjungtiva anemis
— Bengkak pada kongjungtiva pasien menurun
— Nyeri konjung tiva menurun

DAFTAR PUSTAKA

Debora, O. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika

Ilyas, S., dan Tanzil, M. (2013). Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hal.121‐123.

Ilyas, S. (2015). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hal.168‐169.

Ilyas, S. (2008). Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: BP FK UI. Hal. 218-220.

Tamsuri, 2015.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.EGC


:Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPMI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta:


Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai