STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Usia : 51 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
II. ANAMNESIS
Pasien datang ke poliklonik kulit Rumah Sakit Angkatan Darat Mohamad Ridwan
Meuraksa dengan keluhan bercak hitam pada mata kaki kanan dan kiri 2 minggu sejak
masuk rumah sakit. Pasien mengatakan keluhan diawali gatal pada kaki setelah makan
ikan asin. Keluhan gatal dirasakan terus menerus. Keluhan gatal pada kaki disertai
bengkak dan kemerahan. Pasien memberikan salep kloderma pada daerah yang gatal
kemudian dirasa membaik berupa berkurangnya bengkak dan gatal. Namun keluhan
gatal muncul kembali sehingga pasien menggaruk daerah yang gatal sambil memberikan
1
kloderma setiap hari. Namun keluhan menetap dan pasien merasa terjadi penebalan pada
kulit yang gatal dan mulai menghitam. Pasien tidak memiliki riwayat.
Pasien mandi 2 kali dan selalu berganti pakaian bersih. Pasien mengatakan selalu
mengganti alas kaki dengan sepatu boots saat bekerja namun jarang membersihkan
sepatu boots nya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 bulan yang lalu tapi belum
mengkonsumsi obat darah tinggi rutin. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
lain seperti DM. Pasien juga tidak pernah memiliki riwayat operasi.
Pasien tinggal bertiga bersama istri dan anak pasien. Rumah pasien tidak menggunakan
AC namun memiliki ventilasi yang cukup. Keluarga pasien membersihkan rumah
setidaknya 2 hari sekali. Pasien mengganti sprai tempat tidur setidaknya seminggu satu
kali.
Pasien mengatakan pernah memiliki gejala serupa sekitar 3 tahun yang lalu. Sebelumnya
diobati dengan salep dan obat minum namun pasien tidak mengingat nama ataupun jenis
obatnya. Di rumah sakit lain pasien mengatakan bagian kaki yang menghitam dilakukan
tindakan laser sampai kulit kembali seperti semula.
Pasien tinggal bertiga bersama istri dan anaknya. Tidak ada anggota keluarga yang
memiliki gejala yang sama. Anak pasien memiliki riwayat asma. Paman pasien pernah
memiliki riwayat gejala yang sama seperti pasien.
2. Kesadaran : Composmentis
4. Nadi : 96 x/menit
5. Suhu : 36,6 0C
2
6. Penafasan : 20 x/menit
7. Berat Badan : 87 kg
3. Kecerdasan : Wajar
X. STATUS GENERALIS
1. Kepala : Normosefal
4. Ekstremitas : Pada tangan tidak tampak edema, pada kaki tidak tampak
edema ringan
5. Akral : Hangat
Foto Pasien
3
Status dermatologikus
Pada regio pedis terdapat lesi berupa plak hiperpigmentosa dengan likenifikasi, berukuran
plakat dan numular, bentuk lesi tidak teratur, sirkumskrip, bilateral
XIII. RESUME
2. Diagnosis Banding :-
1. Mengedukasi pasien bahwa keluhan gatal pasien dapat disebabkan oleh makanan
berupa ikan asin yang dikonsumsi, menyarankan untuk menghentikan konsumsi
makanan tersebut.
2. Mengedukasi pasien bahwa keluhan berupa bercak hitam diakibatkan dari garukan
atau gesekan pada daerah yang gatal, menyarankan pasien untuk menghentikan
kebiasaan menggaruk.
4. Menyarankan penggunaan hand body atau body lotion setidaknya dua kali sehari agar
kulit tetap lembab.
4
5. Memberikan tablet loratadine 1x10mg/ hari sebelum tidur untuk mengurangi rasa
gatal dan mencegah garukan saat tidur.
6. Memberikan salep klobetasol proprionat krim 0.05% pada daerah yang gatal, dua kali
sehari selama 5 hari berturut – turut, kemudian menghentikan pemakaian selama 5 hari.
Menjelaskan bahwa pemakaian terus menerus dapat menyebabkan
Medikamentosa
Sistemik
1. Loratadine 1x10mg/hari
Topikal
1.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Dermatitis atopik (DA) adalah perdangan kulit berupa dermatitis yang kronis residif,
disertai rasa gatal dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama di wajah pada bayi (fase
infantil) dan bagian fleksural ekstremitas (pada fase anak). Dermatitis atopik kerap
terjadi pada bayi dan anak, sekitar 50% menghilang pada saat remaja, kadang dapat
menetap, atau bahkan baru mulai muncul saat dewasa. Istilah “atopy” telah
diperkenalkan oleh Coca dan Cooke pada tahun 1923, asal kata “atops” (out of place)
yang berarti berbeda; dan yang dimaksud adalah penyakit kulit yang tidak biasa, baik
lokasi kulit yang terkena maupun perjalanan penyakitnya.
II. EPIDEMIOLOGI
6
anak sekolah (usia 7-12 tahun) sebesar 20,8% dari 12.323 anak. Penelitian di Hannover
(Jerman) prevalensi DA (menggunakan kriteria Hanifin Rajka) pada anak sekolah (5-9
tahun) ditemukan sebesar 10,5% dari 4.219 anak. Di Negara berkembang, 10-20% anak
menderita dermatitis atopik dan 60% diantaranya menetap sampai dewasa. Umumnya
pada penelitian epidemiologi, diagnosis DA ditetapkan dengan menggunakan kriteria
diagnostik UK Working Party, karena lebih praktis dan mudah digunakan. Sedangkan
penelitian di rumah sakit lebih banyak digunakan kriteria Hanafin-Rajka.
III. ETIOLOGI
1. Faktor Genetik
Terdapat hubungan DA, asma bronkial, rhinitis alergi dan peningkatan kadar IgE
dalam serum dengan Human Leucocyte Antigen (HLA) pada kromosom 6 dan lokus
yang berbeda.
B. Hubungan asma dan atopy terdapat pada gen MHC-II yaitu pada alel HLA-DR4 dan
DR-7.
C. Polimorfime gen IL-4RA dengan IL-4, IL-13, Sitokin TH2, dan IgE dengan fenotip
dermatitis atopy serta asma bronkial.
Risiko dermatitis atopik pada kembar monozigot lebih besar daripada kembar dizigot,
yaitu 77% : 25%. Sifat penurunan dermatitis atopik cenderung bersifat maternal dan
didominasi oleh kaum perempuan. Menurut Uehara dan Kimura (1993) menyatakan
bahwa 60 % pasien mempunyai anak atopi. Jika kedua orang tuanya menderita dermatitis
atopik, maka 81% anaknya berisiko menderita dermatitis atopik. Apabila salah satu
orang tuanya menderita dermatitis atopik, maka risiko menderita dermatitis atopik
menjadi 59%.
2. Faktor Lingkungan
7
Faktor lingkungan atau eksogen, terutama alergen hirup seperti tungau debu rumah
berperan penting dalam terjadinya DA. Beberapa penelitian membuktikan peningkatan
kadar IgE spesifik (IgE rast) terhadap tungau debu rumah lebih tinggi pada pasien DA
dibandingkan dengan pasien lain.
Hasil penelitian alergi terhadap makanan bervariasi dalam jenis dan frekuensi. Selain
dilakukan anamnesis riwayat alergi makanan pada kekambuhan DA atau dengan IgE rast
dapat dibuktikan dengan uji kulit antara lain uji tusuk/ prick test, SAFPT atau atopi patch
test, dan double blind placebo controlled food challenge test. Hasil penelitian
menunjukkan reaksi positif pada DA adalah telur 69%, susu sapi 52%, kacang-kacangan
42%, soya 34% dan gandum 33% serta lainnya terhadap ikan dan ayam.
Kerusakan sawar kulit menyebabkan produksi sitokin keratinosit (IL-1, IL-6, IL-8,
Tumor Necrosis Faktor α (TNF) meningkat dan selanjutnya merangsang molekul adhesi
sel endotel kapiler dermis sehingga terjadi regulasi limfosit dan leukosit.
4. Faktor Imunnologik
5. Faktor psikologis
8
Penderita dermatitis atopik umumnya memiliki kulit kering dan gatal. Terdapat 3 fase
dermatitis atopik, diantaranya :
Perdileksi utama di wajah diikuti kedua pipi dan tersebar simetris. Lesi dapat
meluas ke dahi, kulit kepala, telinga, leher, pergelangan tangan dan tungkai terutama
di bagian volar dan fleksor. Lesi berupa eritem, papul, vesikel yang halus dan gatal.
Bila digaruk akan pecah menjadi krusta.
Predileksi lebih sering di fossa cubiti dan poplitea, fleksor pergelangan tangan,
kelopak mata dan leher dan tersebar simetris. Kulit pasien pada lesi cenderung kering.
Lesi cenderung menjadi kronis disertai hyperkeratosis, hiperpigmentasi, erosi,
ekskoriasis, krusta dan skuama.
Predileksi mirip fase anak, dapat meluas mengenai kedua telapak tangan, jari,
pergelangan tangan, bibir, leher bagian anterior, kulit kepala dan putting susu. Lesi
bersifat kronis berupa plak hiperpigmentasi, hiperkeratosis, likenifikasi, erosi dan
skuama.
9
V. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Kriteria diagnosis:
1. Kriteria William:
a. Harus ada kulit gatal ditambah tiga atau lebih tanda berikut:
1. Riwayat perubahan kulit atau kering di fossa cubiti, fossa poplitea, bagian
anterior dorsum pedis, atau sekitar leher.
4. Dermatitis feksural (pipi, dahi dan paha bagian lateral pada anak kurang
dari 4 tahun)
riwayat dermatitis fleksural, onset dibawah usia 2 tahun, terdapat itchi rash,
terdapat riwayat asma dan riwayat kulit kering.
10
Diagnosis banding:
Infeksi sekunder pada DA meliputi infeksi jamur, bakteri dan virus. Infeksi tersering
pada DA, terutama oleh bakteri kelompok Streptococcus Beta Hemolytycus dan
Staphylococcus Aureus. Pytyrosporum Ovale merupakan penyebab infeksi jamur
tersering. Infeksi oleh Herpes Simplex dan Vaccinia dapat menimbulkan erupsi kaposi’s
valliceriform. Infeksi tersering yang dijumpai di Indonesia ialah Moluscum Contagiosum
dan Varisella.
Dilakukan bila ada keraguan klinis. Pemeriksaan meliputi IgE Serum dan uji kulit.
VII. TATALAKSANA
VII. KOMPLIKASI
11
DAFTAR PUSTAKA
Boediarja, Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Badan Penerbit: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2017.
12