PENDAHULUAN
IDENTITAS PASIEN
Nama :FHK
Tanggal Lah ir/Umur : 1 Februari 2012 / 5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Berat Badan : 20 kg
Suku : Aceh
Alamat : Lamteuba, Aceh Besar
Tanggal Pemeriksaan : 24 Mei 2017
Jaminan : JKN
Nomor RM : 1-13-03-14
ALLOANAMNESIS
Keluhan Utama
Rasa gatal di tangan dan kaki
Keluhan Tambahan
Bintik-bintik merah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ibunya dengan keluhan timbul bintik-bintik merah yang terasa
gatal di tangan dan kaki sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya timbul bintik-bintik
kemerahan dan karena gatal pasien terus menggaruk hingga bintik melebar,
mengelupas, dan menimbulkan bekas yang berwarna hitam. Gatal dirasakan terus
menerus, terutama saat pasien berkeringat. Menurut ibu, pasien pertama kali
menderita keluhan tersebut saat pertama kali minum susu formula usia 2 tahun.
Pasien sudah pernah berobat ke dokter, namun keluhan yang sama kembali
muncul saat obat sudah habis.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan tanggal 23 Mei 2017
RESUME
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ibunya ke poliklinik Kulit &
Kelamin dengan keluhan timbul bintik-bintik kecil yang gatal di tangan dan kaki
sejak satu bulan yang lalu. Awalnya timbul bintik-bintik kemerahan dan karena
gatal pasien terus menggaruk hingga bintik melebar, mengelupas, dan
menimbulkan bekas. Keluhan gatal memberat saat pasien berkeringat. Menurut
sang ibu, keluhan pertama kali muncul saat pasien pertama kali minum susu
formula usia 2 tahun. Pasien sudah pernah berobat ke dokter, namun keluhan yang
sama kembali muncul saat obat sudah habis. Pada pemeriksaan fisik regio
antebrachii kruris dextra et sinistra tampak makula hiperpigmentasi, berbatas
tegas dengan tipe reguler, ukuran lentikuler sampai gutata, jumlah multipel,
distribusi bilateral, serta permukaan lesi dilapisi skuama halus. Pada regio fasial
juga tampak patch hipogigmentasi, batas tidak tegas tegas, tepi ireguler, ukuran
gutata sampai numular, jumlah multipel, distribusi regional. Hasil pemeriksaan
Dermografisme White tampak garis putih tidak segera disusul garis kemerahan.
Pemeriksaan lampu Wood negatif, dan pemeriksaan KOH negatif.
DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Atopik Anak
2. Dermatitis Kontak Iritan
3. Dermatitis Seboroik
4. Skabies
5. Tinea Korporis
DIAGNOSIS KLINIS
Dermatitis Atopik Anak
TATALAKSANA
Sistemik:
- Cetirizine sirup 2 x 1 cth
Topikal:
- Tyamisin 2% + Momethason furoat 0,1% + Vaselin album
(dioles di tangan/kaki : pagi/siang)
- Asam salisilat 2% + diflucortolone valerate 0,1%
(di oles tangan/kaki : malam)
7
EDUKASI
- Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai penyakit dan
kemungkinan berulangnya penyakit
- Menjelaskan kepada orang tua pasien untuk menghindari pasien dari
faktor pencetus, seperti aero-alergen, alergi makanan, suhu, kelembapan,
bahan-bahan iritan yang dapat menimbulkan kekambuhan penyakit
- Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai pengobatan dan cara
pemakaian obat.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
8
ANALISA KASUS
bakteri. Penurunan fungsi sawar kulit dapat bertindak sebagai tempat sensitisasi
alergen dan berperan sebagai faktor predisposisi untuk berkembang menjadi alergi
makanan dan saluran pernapasan pada anak.1,2
Dermatitis Atopik merupakan reaksi hipersensitivitas tipe cepat yang
memiliki tiga fase yang dapat menimbulkan respons imun berupa produksi IgE.
Fase pertama adalah sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan
IgE sampai terjadinya ikatan silang dengan reseptor spesifik (FceRI) pada
permukaan sel mast/basofil. Fase kedua adalah aktivasi, yaitu waktu yang
diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast
melepaskan granul yang disebabkan oleh reaksi silang antara antigen dan IgE.
Fase ketiga adalah efektor, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks sebagai
efek mediator yang dilepaskan oleh sel mast/basofil.6
Inflamasi pada kulit DA yang diakibatkan oleh ekspresi sitokin dan
kemokin. Sitokin seperti TNF- dan interleukin 1 (IL-1) berikatan dengan
reseptor pada endotelium sehingga mengaktifkan jalur seluler yang menginduksi
adhesi molekul pada sel endotelium. Proses ini akan merangsang ekstravasasi sel
inflamasi ke dala jaringan kulit. Jika sel inflamasi sudah melakukan infiltrasi
maka sel tersebut akan bertanggung jawab untuk meningkatkan gradien
kemotaktik yang diakibatkan oleh zat kemokin yang dikeluarkan pada daerah lesi.
Pada DA akut menyebabkan produksi sitokin Th 2, terutama IL-4 dan IL-13 yang
mengakibatkan peningkatan sintesis IgE dan meningkatkan adhesi molekul pada
sel endotelium. Pada DA kronik, terjadi peningkatan IL-5 yang meliputi
peningkatan eusinofil. Peningkatan produksi faktor yang menstimulasi koloni
granulosit makrofag menghambat apoptosis sel monosit pada DA sehingga
mengakibatkan DA menjadi persisten.
10
Pada kasus di atas, pasien laki-laki berusia 5 tahun dan keluhan pertama
kali sejak umur dua tahun. Sesuai teori, dermatitis atopik dapat terjadi pada
perempuan maupun laki-laki dengan rasio 1,3:1,0.1 Penelitian oleh Zutaven et al.
juga menyatakan prevalensi AD lebih banyak pada perempuan (17%)
dibandingkan laki-laki (16,9%). Manifestasi Dermatitis Atopik memiliki tiga
fase, yaitu fase bayi pada usia 2 bulan sampai 2 tahun; fase anak-anak pada usia 2
sampai 10 tahun; dan dewasa. Kasus diatas sesuai pada penelitian Movita yang
menyatakan onset DA paling sering pada usia anak-anak mulai dari lahir sampai
usia 5 tahun.
11
menurut penelitian yang dilakukan oleh Zutaven et al, tidak terdapat hubungan
antara hygene hypothesis dengan penurunan risiko dermatitis atopik. Hygene
hypothesis adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
Pada regio fasial juga tampak patch hipogigmentasi, batas tidak tegas, tepi
ireguler, ukuran gutata sampai numular, jumlah multipel, distribusi regional.
Berdasarkan deskripsi lesi , pasien juga menderita ptyariasis alba. Ptyariasis alba
merupakan salah satu kriteria yang terdapat dalam kriteria minor pada dermatitis
atopik anak. Sehingga penderita DA juga sering diikuti dengan ptyariasis alba.
Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan sawar kulit pada penderita DA.
Sebagian besar pasien DA akan membaik dengan tata laksana yang tepat.
Meskipun demikian orang tua pasien dan pasien harus mengetahui bahwa
penyakit ini tidak dapat sembuh sama sekali. Eksaserbasi diminimalkan dengan
strategi pencegahan yang baik. Sekitar 90% pasien DA akan sembuh pada usia
pubertas, sepertiganya menjadi rinitis alergika dan sepertiga yang lain
berkembang menjadi asma. Prognosis buruk jika anggota keluarga memiliki
penyakit serupa, onset lebih awal dan luas, dan bersamaan dengan rhinitis
alergika dan asma.
16
DAFTAR PUSTAKA
4. James WD, Berger T, Elston DM. Andrews Diseases of the. Skin clinical
Dermatology. 10th edition. Elsivier; 2011
8. Siregar SP. Faktor Atopi dan Asma Bronkial pada Anak. Sari Pediatri,
Vol.2 : 2000
9. Williams H. Evidence-based Dermatology. BMJ Publishing Group: 2003
10. Movita T. Tata Laksana Dermatitis Atopik. CDK-22. Vol: 41; 11 : 2014
Abstrak
Tujuan dari kajian sistematis ini adalah untuk menentukan sindrom putus
obat/kecanduan steroid lebih baik, dalam hal ini adalah sign and symptoms, faktor
risiko potensial, dan kajian ulang terhadap terapi yang ada berdasarkan literatur
ilmiah. Kajian ini telah terdaftar di PROSPERO kajian sistematis internasional
(CRD42013005370). Pencarian berasal dari Ovid MEDLINE, Pubmed, the
Cochrane Library, grey literature dari Januari 1946 sampai april 2014 dengan
menggunakan istilah pencarian berupa TCS withdrawal, addiction, abuse,
tolerance, rebound, dependence, rosacea, red skin, red face, red scrotum,
tachyphylaxis and status cosmeticus, perioral dermatitis, acneiform, and rosacea-
like eruptions.
studi yang relevan tanpa mempedulikan desain studi. Data penelitian ini
dievaluasi dengan metode deskriptif.
Hasil primer yang didapat berupa gambaran klinis putus obat TCS, faktor
pasien: usia, jenis kelamin, indikasi untuk TCS, faktor TCS: potensi, durasi
penggunaan, tanda termasuk morfologi dan lokasinya, dan gejala. Hasil sekunder
gambaran histologis penarikan TCS, pengobatan: (i) modalitas perawatan (ii)
respon terhadap pengobatan (iii) durasi perawatan, evaluasi untuk
mengesampingkan diagnosis banding (misalnya, patch testing, phototesting),
nomenklatur.
20
Namun klinis ini dapat tumpang tindih dengan gejala klinis lainnya
seperti dermatitis kontak alergik. Uji patch dapat digunakan untuk menyingkirkan
diagnosis. Selain dermatitis kontak alergik, kondisi peradangan atau infeksi kulit
juga bisa dipertimbangkan. Tanda dan gejala ketergantungan steroid pada
dermatitis atopik dapat mempertimbangkan pemakaian antiinflamasi yang tidak
perlu. Penggunaan TCS pada dermatitis atopik harus dihentikan jika terdapat (1)
rasa terbakar adalah gejala yang menonjol,(2) eritema konfluen yang timbul
beberapa hari sampai minggu putus obat TCS, dan (3) riwayat penggunaan TCS
yang sering dan berkepanjangan di wajah atau daerah genital.
KRITISI JURNAL
Sebuah kajian sistematis mengenai putus obat kortikosteroid topikal
('' ketergantungan steroid '') pada pasien dengan dermatitis atopik
dan dermatosis lainnya
Tamar Hajar, Yael A. Leshem, Jon M. Hanifin, Susan T. Nedorost, Peter A. Lio,
Amy S. Paller, Julie Block, and Eric L. Simpson
No PETUNJUK KOMENTAR
Ya
3. Apakah strategi pencarian artikel yang Pencarian artikel menggunakan beberapa
relevan dinyatakan dengan jelas? database yang dijelaskan secara rinci dari
Ya Januari 1946-April 2014
4. Apakah dilakukan penilaian terhadap Review ini melibatkan reviewer dan dilakukan
kualitas studi-studi yang dilibatkan penialian kualitas studi , sehingga risiko bias
dalam review dan meta analisis?
penelitian dapat dievaluasi
Ya
5. Apakah hasil yang diinginkan konsisten Penilaian konsistensi studi-studi yang dilibatkan
antar studi-studi yang dilibatkan? hanya dilakukan secara umum sedangan
Tidak jelas penilaian secara statistik berupa Eyeball test,
Cochran Q, maupun I square tidak dilakukan
6. Apakah semua subjek penelitian Penelitian ini tidak memperhitungkan semua
diperhitungkan dalam kesimpulan ? hasil yang didapat kan dari beberapa studi yang
Tidak terkait
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kritisi jurnal didapatkan 4 jawaban ya, 1 jawaban tidak dan
1 jawaban tidak jelas, sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal dengan judul A
systematic review of topical corticosteroid withdrawal ( steroid addiction) in
patiens with atopic dermatitis and aother dermatoses ini layak dibaca.