Anda di halaman 1dari 42

TUTOR 17

FASILITATOR: DR ARIEF
RINALDY SPOG

Ketua: tazkiya nur annisa (18-121)


Anggota: irina prima (18-122)
Adinda dova (18-123)
Dinda sabila (18-124)
Gita azkiya (18-125)
Dinda rania (18-126)
Azra ikhtiari (18-127)
TRIGGER 1 : ADA LEPUH DI
LENGAN COVI
Covi berusia 17 tahun mengeluh sakit gigi. Dia dibawa orangtuanya ke klinik gigi.
Dokter memberikan antibiotik tetrasiklin dan analgetik asam mefenamat. Setelah
mengkonsumsi obat tersebut, Covi mengeluhkan timbul bercak kemerahan dengan
lepuh ditengah lesi pada lengan kanannya. Orangtua Covi membawa Covi ke klinik
pratama. Covi menjelaskan kepada dokter tentang keluhan yang ia rasakan. Keluhan
timbul setelah mengkonsumsi obat sakit gigi. Dokter curiga Covi mengalami reaksi
hipersensitivitas terhadap obat. Hasil anamnesis dokter diketahui bahwa Covi pernah
mengalami hal yang sama 1 tahun yang lalu di tempat yang sama setelah
mengkonsumsi obat yang sama.
Pada pemeriksaan status dermatologikus didapatkan bula dengan dasar makula
eritematosa, soliter di regio antebrakhialis dekstra. Dokter menerangkan kepada
orangtua Covi bahwa penyakit yang dialami anak mereka merupakan erupsi obat
alergi ringan. Covi mendapat terapi nonmedikamentosa dan medikamentosa berupa
terapi topikal yang disesuaikan dengan prinsip dermatoterapi dan terapi oral. Dokter
menjelaskan bahwa identifikasi obat penyebab dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Sementara itu, Ibu Covi juga mengalami keluhan kulit. Ibu Covi mengeluh
kepalanya gatal-gatal sejak 2 minggu yang lalu. Dari anamnesis didapatkan keluhan
gatal paling terasa saat berkeringat.
Ibu Covi mengeluhkan gatal terutama di area belakang telinga dan kepala bagian
oksipital. Satu bulan yang lalu, ibu Covi menginap di rumah adiknya dan ibu Covi
mengatakan bahwa adiknya dan keponakan perempuannya juga mengeluhkan gatal
hebat di kepala. Pemeriksaan fisik didapatkan papul-papul eritem dengan erosi,
ekskoriasi, dan krusta kekuningan. Terlihat juga banyak telur dan tuma. Dokter
kemudian menjelaskan bahwa keluhan gatal ibu Covi disebabkan oleh kutu dan
kemungkinan besar ibu Covi ketularan dari adik dan keponakannya. Dokter
menjelaskan bahwa terdapat berbagai jenis penyakit kutu dan kutu kepala adalah
salah satunya. Dokter kemudian memberikan pengobatan dan mengedukasi ibu Covi
mengenai penyebab, cara penularan, faktor risiko penularan, dan cara mencegah
penularan kutu tersebut.
STEP 1
Hipersensitivitas : Reaksi imun yang patologik terjadi akibat respon imun yang
berlebihan
Bula: area kulit yang tertutup yang berisi cairan yang timbul, vesikel berukuran lebih
0,5 cm
Papul: benjolan yang tumbuh kecil dan halus pada kulit
Makula eritematosa: kondisi muncul bercak kemerahan pada kulit karna pelebaran
pembuluh darah di bawah kulit
Ekskoriasi: kerusakan kulit yang lebih dalam pada kulit sehingga berdarah atau lecet
Krusta kekuningan: cairan yang mengering sehingga bewarna kuning, berupa serum,
darah, atau nanah
STEP 2 DEFINE THE PROBLE
1. Apa saja factor resiko yang dapat mengakibatkan hipersensitifitas obat?
2. Mengapa Covi dapat mengalami alergi obat?
3. Bagaimana pengobatan medikamentosa dan non medikamentosa untuk Covi?
4. Apa saja yang dinilai pada pemeriksaan status dermatologikus?
5. Bagaimana cara identifikasi obat penyebab pada Covi?
6. Apa yang menyebabkan keluhan yang terjadi pada ibu Covi?
7. Bagaimana cara penularan pada penyakit yang diderita oleh ibu Covi?
8. Apa factor resiko penularan dari keluhan ibu Covi?
9. Bagaimana pengobatan untuk ibu Covi?
10. Bagaimana cara pencegahan yang dilakukan pada ibu Covi?
STEP 3
1. Apa saja factor resiko yang dapat mengakibatkan hipersensitifitas obat? Usia, jenis kelamin, factor yang
terkait obat, genetik
2. Mengapa Covi dapat mengalami alergi obat? Karena terjadi reaksi berlebihan dari system imun covi
terhadap obat yang dikonsumsi Covi, reaksi ini muncul karena system kekebalan tubuh menganggap zat
dalam obat tersebut sebagai bahan yang dapat membahayakan tubuuh.
3. Bagaimana pengobatan medikamentosa dan non medikamentosa untuk Covi? Non medikamentosa:
menghentikan pengonsumsian obat yang dicurigai menyebabkan reaksi hipersensitifitas,
medikamentosa: secara sistemik atau topikal
4. Apa saja yang dinilai pada pemeriksaan status dermatologikus? Distribusi (lokalisata, regional,
generalisata, universalis), Lokasi, karateristik dari lesi (jumlah, penyebaran bentuk, ukuran, batas
permungkaan, dan sifat dari lesi), effloresensi (primer atau sekunder)
5. Bagaimana cara identifikasi obat penyebab pada Covi? Melakukan uji coba alergi obat melalui
injeksi,tes kulit seperti skin prick test atau test intradermal, tanyakan pada pasien riwayat alergi obat,
konsumsi obat, dan riwayat atopi pada keluarga atau diri sendiri.
6.Apa yang menyebabkan keluhan yang terjadi pada ibu Covi? Karena penularan kutu rambut,
pedikulosis sp
7.Bagaimana cara penularan pada penyakit yang diderita oleh ibu Covi? Pengunaan pakaian yang
sama dengan penderita, apabila terjadi kontak langsung dengan orang yang memiliki kutu rambut.
8.Apa factor resiko penularan dari keluhan ibu Covi? Penggunaan tempat tidur atau bantal yang
bersamaan, jenis kelamin, panjang rambut, factor kebersihan yang kurang baik.
9.Bagaimana pengobatan untuk ibu Covi? Menyisir rambut dengan sisir kutu, menggunakan sampo
yang mengandung permethrin, menggunakan obat kutu rambut, diulang selama 7-10x setelah
melakukan keramas pertama
10.Bagaimana cara pencegahan yang dilakukan pada ibu Covi? Menghindari kontak langsung antar
kepala, tidak memakai secara bergantian barang barang yang dipakai tanpa dicuci barang barang yang
kontak dengan kepala, melakukan disinfektan sisir yang dipakai oleh orang pedikulosis, mencuci
peralatan tempat tidur karpet dan lain lain, dan mencuci rambut minimal 3x seminggu.
STEP 4 Covi 17 tahun

Pem status dermatologist


Sakit gigi
-bula dgn dasar macula
eritematosa soliter di
antebrakialis dekstra

Obat antibiotok tetrasiklin


dan analgetik asam
mefenamat
diagnosis: Erupsi obat alergi
Muncul reaksi ringan
hipersensitifitas
- 1 tahun lalu
- Bercak kemerahan dan
lepuh
- Lesi pada lengan kanan
Ibu Covi

Keluhan
Gatal sejak 2 minggu yang Pemeriksaan fisik didapatkan
lalu dibelakang telingan dan papul-papul eritem dengan
kepala oksipital paling terasa erosi, ekskoriasi, dan krusta
saat berkeringat, riwayat kekuningan. Terlihat juga
keluarga memiliki keluhan banyak telur dan tuma
yang sama

Pedikulosis capitis
STEP 5
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pedikulosis capitis
Erupsi obat alergi
1. Definisi
1. Definisi
2. Etiologi dan factor resiko
2. Etiologi dan factor resiko (saya)
3. Klasifikasi
3. Patofisiologi
4. Patofisiologi 4. Manifestasi klinis
5. Manifestasi klinis 5. Diagnosis (saya)
6. Diagnosis
6. Diagnosis banding
7. Diagnosis banding
7. Tatalaksana dan pencegahan
8. Tatalaksana dan pencegahan
9. Komplikasi (saya)
8. Komplikasi
10. Prognosis 9. Prognosis
DEFINISI EOA
Definisi EOA Salah satu bentuk dari reaksi simpang obat (ringan-berat) berupa
kelainan kulit akibat reaksi hipersensitivitas (ditandai dengan adanya erupsi
kulit,demam,dan keterlibatan organ) terhadap obat dengan atau tanpa keterlibatan
mukosa kulit,biasanya sering disebabkan karena obat antibiotik
ETIOLOGI DAN FAKTOR
RESIKO
Faktor Risiko
Angka kejadian erupsi obat ditemukan lebih tinggi pada pasien yang mengalami imunosupresi
seperti pasien dengan HIV, lupus eritematosus sistemik, dan limfoma.
Pasien dengan HIV memiliki risiko 7 kali lebih tinggi mengalami reaksi erupsi obat dibanding
populasi pada umumnya. Erupsi obat juga ditemukan lebih sering pada lansia dan pada wanita.
Etiologi
erupsi obat adalah reaksi yang timbul akibat konsumsi obat-obatan. Hampir semua jenis obat
dapat menyebabkan erupsi obat. Antibiotik merupakan salah satu jenis obat penyebab tersering.
Secara keseluruhan, obat tersering yang dapat menyebabkan erupsi obat adalah ampicillin,
amoxicillin, penicillin semisintetik, kotrimoksazol, dan produk darah. Beberapa obat yang
banyak dilaporkan memberi reaksi serius antara lain obat antiinflamasi nonsteroid, captopril,
furosemide, allopurinol, obat antikonvulsan, dan golongan sulfa.
KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI ERUPSI OBAT ALERGI
Manifestasi klinis erupsi alergi obat
1. timbul bercak kemerahan di badan yang meluas ke lengan dan tungkai
DIAGNOSIS ERUPSI ALERGI
OBAT
pemeriksaan
Anamnesis
klinis

adanya hubungan
antara timbulnya adanya kelainan klinis
erupsi dengan sesuai dengan jenis
penggunaan obat masing-masing reaksi

Riwayat penghentian obat


perjalanan yang diikuti
penyakit penurunan gejala
klinis
penggunaan obat
(jenis, dosis, waktu,
lama pajanan)

riwayat alergi obat


sebelumnya
hemaglutinasi
pasif

radio
immunoasssay
diperantarai
antibodi
degranulasi
basofil

tes fiksasi
In vitro
komplemen

test
transformasi
limfosit
diperantarai sel
Pemeriksaan leucocyte
migration
Uji tempel inhibition test
(patch test)

uji tusuk
In vivo (prick/scrtch
test)

uji provokasi
(exposure test)
DIAGNOSIS BANDING
Eritroderma, disebabkan oleh perluasan penyakit seboroik dan psoriasis, atau akibat
keganasan
Eritema nodosum (EN), akibat kusta, demam rheuma dan keganasan
Eritema : morbili
Purpura : idiopatik, trombositopenik, purpura, dengue hemoragic fever
FDE : eritema multiforme bulosum
PEGA : psonasis pustular
SSJ : pemphigus vulgaris
NET : kombustio
TATALAKSANA DAN
PENCEGAHAN EOA
Tatalaksana :- Hentikan konsumsi obat yang dapat menyebabkan hipersensitivitas-
Sistemik :
1. Kortikosteroid : prednison peroral 30 mg perhari dibagi menjadi 3 dosis selama 7
hariJika EOA ringan : 0.5mg/kgBB/hariJika EOA berat : 1-4 mg/kgBB/hari
2. Antihistamin :Cetirizine peroral 2x10 mg /hari atauLoratadine peroral 1x10 mg /
hari selama 7 hari - TopikalTergantung kondisi dan luas lesi pada kulitBisa diberikan
bedak salisilat 2% untuk lesi kering dan kompres asam salisilat 1% untuk lesi basah
KOMPLIKASI
Komplikasi
Beberapa jenis erupsi obat yang kompleks seperti Sindroma Stevens Johnson (SJS)
 dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) dapat melibatkan organ-organ viseral.
Beberapa jenis obat tertentu juga dapat menimbulkan kerusakan atau gangguan pada
organ-organ viseral, misalnya munculnya hepatitis dan infectious
mononucleosis akibat administrasi antikonvulsan.
PROGNOSIS ALERGI OBAT
Pada umumnya reaksi alergi obat tanpa komplikasi dapat sembuh
dengan baik. Meskipun penghentian obat yang menimbulkan reaksi
telah dilakukan, erupsi obat masih dapat muncul secara lambat atau
memburuk dalam beberapa hari. Penghindaran obat tetrtentu
dikemudian hari perlu dilakukan pada pasien dengan riwayat alergi
obat. Pasien dan keluarganya harus mendapatkan informasi tertulis
mengenai obat-obatan yang harus dihindari. Catatan mengenai alergi
obat juga harus tercantum dalam rekam medis pasien.
PEDIKULOSIS CAPITIS
DEFINISI
Disebabkan oleh
Infeksi kulit dan
pediculus humanus
rambut kepala
var capitis

Parasit ini seluruh


Termasuk parasit yang
siklus hidupnya
menghisap
bergantung pada
darah(hemophagydea)
manusia
Tubuh yang pipih dorsoventral,
memiliki tipe mulut tusuk hisap untuk
menghisap darah manusia,
badannya bersegmen segmen,
memiliki 3 pasang kaki dan berwarna
kuning kecoklatan atau putih ke abu-
abuan.

Tungau ini tidak memiliki sayap, oleh


karena itu parasit ini tidak bisa terbang
dan penjalaran infeksinya harus dari
benda atau rambut yang saling
menempel
Etiologi dan factor resioko pediculosis capitis
Pediculus humanis var.capitis
1. usia, terutama 3-11 tahun
2. Jenis kelamin -> perempuan
3. Menggunakan tempat tidur atau bantal Bersama
4. Mengunakan sisir atau aksesoris rambut Bersama
5. Panjang rambut
6. Frekuensi cuci rambut, kebersihan
7. Ekonomi, tingkat sosial ekonomi yang rendah merupakan resiko yang signifikan dengan
adanya infestasi tungau, selain itu juga dikarenakan ketidak mampuan untuk mengobati
infestasi secara efekti
PATOFISIOLOGI
patofisiologi pedikulosis diawali dengan infestasi ektoparasit pada kulit dan rambut di
kepala, pubis, atau badan. Ektoparasit yang umumnya menyebabkan pedikulosis
adalah Pediculus humanus capitis, Pthirus pubis, dan Pediculus humanus corporis.
Kutu yang menyebabkan pedikulosis pada manusia adalah kutu penghisap darah. Jenis
kutu ini memiliki 6 kait yang digunakan saat menghisap darah dari permukaan tubuh.
Rasa gatal pada pedikulosis, timbul akibat reaksi hipersensitivitas. Pada saat pasien
baru pertama kali terinfeksi, gatal akan timbul dalam 2-6 minggu setelah paparan.
Namun, jika pasien terkena pedikulosis lagi, gatal akan timbul dalam 1-2 hari.
Pruritus akan membuat pasien mengalami rasa gatal yang hebat, sehingga mereka akan
menggaruk secara berlebihan. Tindakan menggaruk akan merusak epitel kulit dan
meningkat risiko untuk terjadi luka dan infeksi bakteri sekunder.
MENIFESTASI KLINIS

 Gejala awal yang dominan hanya gatal pada daerah


oksipital dan temporal.
 Lalu meluas ke seluruh kepala. Kemudian garukan
akibat gatal tersebut akan menyebabkan terjadinya
erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder yang ditandai
dengan adanya pus dan krusta.
 Bila infeksi sekunder berat rambut akan bergumpal
disebabkan oleh banyak pus dan krusta
(plikapelonika). yang memungkinkan tumbuhnya
jamur. Keadaan tersebut menyebabkan kepala berbau
busuk. Dan biasanya terdapat pembesaran kelenjar
getah bening regional di oksipital dan retroaurikular.
DIAGNOSIS PEDIKULOSIS
Anamnesis
Keluhan yang umum dilaporkan oleh pasien adalah pruritus yang hebat pada daerah
yang terinfestasi, sehingga pasien akan menggaruk terus menerus. Tindakan
menggaruk dapat merusak integritas kulit sehingga dapat menyebabkan infeksi
bakteri sekunder. Pyoderma derajat berat dapat menyebabkan terjadi
bercak alopecia yang tidak teratur. Beberapa kasus dapat menunjukan gejala demam,
lemas, pucat, mudah marah dan pembesaran kelenjar getah bening. Selain itu, pasien
juga dapat menemukan nits, nymph, atau kutu dewasa secara tidak sengaja.
Pedikulosis kapitis pada anak dapat menyebabkan gangguan tidur. Faktor risiko yang
harus digali antara lain higienitas yang buruk, tidak memiliki akses terhadap pakaian
bersih, tunawisma, dan tinggal di tempat padat.
DIAGNOSIS BANDING
PEDICULOSIS CAPITIS
tinea impetigo dermatitis Pedikulosi Pedikulosi
kapitis krustosa seboroik s Korporis s Pubis
Infeksi rambut
Infeksi kulit di daearah pubis
dan sekitarnya

Disebabkan
oleh Phthirus
pubis
TATALAKSANA DAN
PENCEGAHAN
Tatalaksana
Metode secara kimiawi, yaitu penggunaan insektisida atau pedikulisida, secara luas
telah dipakai diseluruh dunia. Insektisida mudah dan nyaman untuk digunakan serta
hasilnya sangat efektif. Akan tetapi, terdapat adanya efek samping yang potensial dan
juga banyak ditemukan terjadinya resistensi tungau terhadap beberapa insektisida.
Metode fisik yang dapat digunakan adalah dengan mencukur rambut untuk mencegah
infestasi dan membantu agar obat topikal bekerja lebih baik dan tidak terhalang
rambut.
Macam-macam obat yang dapat digunakan untuk terapi Pediculosis capitis yaitu
piretrin yang berasal dari ekstrak alami bunga Chryantheum cineraria efolium tetapi
pada orang yang alergi terhadap tanaman chryantheums atau sari tanaman yang
terkait akan mengalami sesak nafas dan dispnea. . Insektisida ini tersedia dalam
bentuk lotion, shampoo, foam mousse dan krim. Produk piretrin dioleskan pada
kepala selama 10 menit lalu dibilas.
permetrin memiliki aktifitas residual selama 2 minggu setelah pengobatan tunggal
selama 10 menit. Permetrin krim di aplikasikan selama 10 menit, namun pengobatan
8-12 jam dengan krim 5% untuk penyakit kudis atau scabies adalah pengobatan
alternatif dan lebih efektif. Resistensi terhadap konsentrasi tinggi juga menjadi
masalah, terutama di daerah dimana terdapat resistensi DDT atau piretroid
Lindane adalah Chlorinatedhydro carbon, seperti DDT, dan kelas ini adalah senyawa
yang pada umumnya lambat membunuh. Tersedia dalam sediaan shampoo 1% yang
diaplikasikan selama 4 menit.
efek sampingnya yaitu bisa terjadi gangguan pada sistem saraf pusat (SSP). Obat ini
hanya dianjurkan untuk pasien yang gagal untuk respon terapi tungau
Carbaril adalah inhibitor cholinesterase. DiInggris dan dinegara-negara lain. carbaril
tersedia dalam bentuk lotion dan shampoo 0,5%.
Pengobatan secara topikal diantaranya dengan pemberian malathion yang
memberikan efek pedikulosid dengan cara
pemberian sebanyak 0,5% atau 1% dalam bentuk lotion atau spray. Lotion malathion
digunakan pada malam hari sebelum tidur setelah rambut dicuci dengan sabun,
kemudian kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan
sabun dan disisir menggunakan sisir rapat atau serit. Pengobatan dapat diulangi satu
minggu kemudian jika masih terdapat telur.
Pada Infeksi sekunder terlebih dahulu diobati dengan antibiotik sistemik dan topikal
seperti Eritromisin, Cloxacilin dan Cephalexin kemudian diikuti dengan obat diatas
dalam bentuk shampoo
Pencegahan
Terdapat dua metode pencegahan yaitu mencegah penularan langsung dan tidak
langsung.
A. Metode pencegahan penularan kontak langsung: Menghindari adanya kontak
langsung rambut dengan rambut ketika bermain dan beraktivitas dirumah, sekolah,
dan dimanapun.
B. Metode pencegahan penularan tidak langsung :
1. Tidak menggunakan pakaian seperti topi, scarf, jaket, kerudung, kostum olahraga,
ikat rambut secara bersamaan.
2. Tidak menggunakan sisir, sikat, handuk secara bersamaan. Apabila ingin memakai
sisir atau sikat dari orang yang terinfeksi dapat melakukan desinfeksi sisir dan sikat
dengan cara direndam di air panas sekitar 130F selama 5-10 menit.
3. Mencuci dan menjemur pakaian, perlengkapan tempat tidur, karpet, dan barang-
barang lain.
4. Menyapu dan membersihkan lantai dan perabotan lainnya.
Komplikasi
Dermatitis atau peradangan pada lapisan dalam kulit. Gejalanya berupa bercak merah yang
gatal dan bersisik.
Infeksi bakteri akibat luka pada kulit kepala -> sepsis
Anemia
PROGNOSIS

Prognosis baik bila higine diperhatikan. Kegagalan terapi disebabkan oleh penggunaan
shampo yang tidak benar dan reinfestasi parasite.

Anda mungkin juga menyukai