Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang
dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi
dengan seorang dokter. Sebaran peyakit di Indonesia disebabkan berbagai factor.
Karena Indonesia merupakan Negara pariwisata yang setiap tahunnya dapat
mendatangkan bayak wisatawan asing. Endemik dalam biologi dan ekologi berarti
secara ekslusif merupakan spesies asli dari suatu tempat yang berupa wilayah
geografis tertentu seperti pulau, kepulauan atau negara. Pulau atau kepulauan mudah
mengembangkan spesies endemik dikarenakan isolasi geografisnya.

Sebaran penyakit di Indonesia dapat disebabkan rendahnya kualitas gizi dan


makanan yang dikonsumsi orang Endemik dalam biologi dan ekologi berarti secara
ekslusif merupakan spesies asli dari suatu tempat yang berupa wilayah geografis
tertentu seperti pulau, kepulauan atau negara. Pulau atau kepulauan mudah
mengembangkan spesies endemik dikarenakan isolasi geografisnya. Indonesia.
Kebanyakan masyarakat Indonesia tidak memperhatikan kualitas makanan dan gizi
mereka, sehingga kualitas hidup dan kesehatan mereka juga berkurang. Seiring
dengan berkurangmya kualitas hidup, berkurang pula kualitas daya tahan mereka
terhadap penyakit. Untuk itu diperlukan adanya upaya pencegahan penyebaran
penyakit di Indonesia.

Pencegahan sebaran penyakit di Indonesia dapat dilakukan dengan banyak


cara. Salah satunya dengan diperketat penjagaan turis asing yang masuk ke Indonesia.
Dan juga dilakukan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan orang Indonesia. Hal
tersebur harus dilakukan untuk mencegah penyebaran peyakit endemic di Indonesia.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja diagnosis pada skenario?


2. Apa etiologi penyakit pada scenario?
3. Apa saja gejala lain yang terjadi selain di skenario?
4. Apa pencegahan penyakit pada skenario?
5. Bagaimana cara penyebaran penyakit pada skenario?
6. Apa saja pengobatan yang dilakukan pada skenario?
7. Apa hubungan pekerjaan dengan penyakit yang diderita oleh pasien?
8. Bagaimana manifestasi penyakit tersebut di rongga mulut?
9. Apa fungsi dari pemeriksaan darah pada skenario?
10. Bagaimana replikasi virus pada skenario?
11. Bagaimana patogenesis penyakit pada skenario?

1.3 Tujuan pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan defenisi dari varicela,
hepatitis dan HIV
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dari varicella,
hepatitis dan HIV
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patogenesis dari varicella,
hepatitis dan HIV
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi oral dan
manifestasi klinis dari varicella, hepatitis dan HIV
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang dari
varicella, hepatitis dan HIV
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan dari varicella,
hepatitis dan HIV
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengobatan dari varicella,
hepatitis dan HIV

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO 2

Azab Pramuria

Pada suatu rumah sakit terdapat beberapa pasien yang mengalami demam tidak
kunjung sembuh. pasien 1 mempunyai kelainan pada kulit berupa vesikel dan ulkus.
pasien 2 terlihatpucat pada kulit dan kulit berwarna kekuningan, dengan diagnosis
hepatitis. Pasien 3 terlihatkurus pucut, lemah dan mempunyai keluhan pada mukosa
mulutnya, ada pasien yangberprofesi sebagai pramuria dan ada yang mengomsumsi
narkoba, pada laboratorium terdapatbeberapa pemeriksaan darah.

2.1 klasifikasi istilah


STEP 1
1. Vesikel
2. Ulkus
3. Pramuria
4. Hepatitis
5. Narkoba

STEP 2
1. Vesikel
Organ kecil yang didalamnya cairan, berisi darah, lesi yang menonjol yang beisi
darah/nanah,
2. Ulkus
Hilangnya lapisan kulit hingga lapisan dermis, kehilangan jaringan kerusakan
dermis/epidermis, ulser ( luka terbuka/selaput lendir), luka saluran percernaan,
kematian jaringan.
3. Pramuria
Seorang yang bertugas perkerjaan malam,
4. Hepatitis
3
4

Penyakit peradangan di hati disebabkan infeksi virus, hepatitis A-E, kerusakan


akibat
senokimia, hepatitis alkoholi( penyebab minuman ), agen penyebab infeksi
5. Narkoba
Suatu obat adiktif yang dapat merusak,zat buatan dari kimia/tumbuhan.

2.2 Menetapkan masalah

STEP 3

1. Apa saja diagnosis pd skenario


2. Apa etiologi pd skenario
3. Apa gejala yang terjadi pd skenario
4. Apa pencegahan pada skenario
5. Bagaimana cara penyebaran penyakit pd skenario
6. Apa saja pengobatan yang dilakukan pd skenario
7. Apa hubungan pekerjaan dg penyakit yang diderita oleh pasien
8. Bagaimana manifestasi rongga mulut
9. apa fungsi dari pemeriksaan darah pada skenario
10. bagaimana replikasi virus pd skenario
11. apa patogenesis pd skenario

2.3 curah pendapat

STEP 4

1. Apa saja diagnosis pd skenario


Pasien 1 : mengalami cacar air
Pasien 2 : Hepatitis B ( disebarkan oleh cairan tubuh yang terinfeksi )
Pasien 3 : HIV ( menyerang imun pada manusia )
2. Apa etiologi pd skenario
Cacar air ( Varicella zoster )
Virus ( hepatitis B ) disebabkan jarum suntik yang sama

4
5

Belum pernah mendapatkan vaksin, obat-obatan, auto imun, sebagai premuria


yang mengomsumsi obat-obatan, sel T yang kurang dari 200.
3. Apa gejala yang terjadi pd skenario
HiV : MAYOR – demam kepanjangan
Minor –
Stadium 1 = untuk melawan virus
2 = Tanpa gejala
3 = getah bening yang membesar,diare , demam, muntah ,mual
Cacar air = ditandai deman, pusing, demam, ruam dan dapat menyebar keseluruh
tubuh, rasa gatal seluruh tubuh,
Stadium 1 = 10-12 hari selama ingkubasi
2 = adanya fesikel dan rasa gatal pd tubuh
HEPATITIS = Iteres kulit yang kekuningan dan urin berwarna kecoklatan,
Akut dan kronis
4. Apa pencegahan pada skenario
HIV = tidak melakukan pergaulan bebas,vaksinasi, berikan edukasi pada
masyarakan,jangan menggunakan jarum suntik yang sama,gunakan sarung tangan
yang tebal, op- menutup jarum suntik dan menbuang sampah pd
tempatnya,konsultasi pd dokter
Cacar ait = Vaksinasi, hindari kontak langsung pd prnderita,tidak mengunakan
handuk dg bersamaan,
Hepatitis = Menjaga sumber air, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, tidak
menyentu darah tanpa sarung tanggan, vaksinisasi hepatitis 6 bln sekali,
5. Bagaimana cara penyebaran penyakit pd skenario
Cacar air = melalui pernafasan oral varing,
Hepatitis = Melalui kantong darah, mani, cairan bekas medis, orang yang saling
menganti pasangan, paparan cairan darah, kontak seks, kontak ibu-anak,

6. Apa saja pengobatan yang dilakukan pd skenario


HIV = melakukan terapi yang akibat Hiv,menggunakan obat-obatan, melakukan

5
6

transfulasi sum tulang belakang, perubahan gaya hidup ( pola


makan,berolahraga,menghindari rokok,) vaksinisasi
Cacar air = vaksinisasi,anti virus desinfektan,anti biotik,antiroti,antigatal
Hepatitis = trapi anti virus, enteferon, pola hidup sehat
7. Apa hubungan pekerjaan dg penyakit yang diderita oleh pasien
Ada, hubungan seks bebas, menggunakan jarum suntik yang sama,
8. Bagaimana manifestasi rongga mulut
HIV = infeksi jamur,infeksi virus, bakteri, neoplasma,bentuk gambaran berbentuk
lesi putih,kekuranagn suplai saliva,
Hepatitis = oh buruk,timbul ulkus(kekurangan vit )
9. apa fungsi dari pemeriksaan darah pada skenario
Hepatitis= pemeriksaan penunjang, mengetahui bahwa pasien mengalami
hepatitis, hati masih baik/tidak.
HIV = virologi dan imunologi
10. bagaimana replikasi virus pd skenario
fase apsopsi
fase injeksi
fase
fase perakitan
fase lisis
11. apa patogenesis pd skenario
HIV = lifosid Cd4
Cacar air = Fase masuk ke tubuh dan penyebaran ke seluruh tubuh

Fase ke2 kembali memasuki aliran darah

STEP 5 LO
1. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan defenisi varicela, hepatitis dan
HIV

6
7

2. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi varicella, hepatitis dan


HIV
3. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patogenesis varicella, hepatitis
dan
HIV
4. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi oral dan
manifestasi
klinis varicella, hepatitis dan HIV
5. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang
varicella,
hepatitis dan HIV
6. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan varicella, hepatitis
dan
HIV
7. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengobatan varicella, hepatitis
dan
HIV
step 6
LO
1. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan defenisi varicela, hepatitis dan
HIV
varicella = penyakit menular akut yang disebabkan oleh vzv, yang mengular ke
kulit,
penyakit gatal yang berukuran partikel, didapatkan di anak 2-3 tahun dan diremaja
diatas 20 tn.
hepatitis = peradangan sel hati disebabkan oleh virus, dikarnakan virus,obat-
obatan
dan alkohol, perkembangan dari penyakit kuning.
HIV = infeksi menyerang keketebalan tubuh, ditandai dengan menurunnya
kekebalan

7
8

tubuh, menyerang organ-organ vital lainnya, HIV 1-2 diinonasi dari AIDS, dan
AIDS
penyakit yang mengular, infeksi menyerang sistem keketebalan tubuh dan
melemahkan kemampuan tubuh.
2. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi varicella, hepatitis dan
HIV
varicella = disebabkan varicella zoster virus, berukuran lebih kurang 200mm, dan
mudah terserang pada anak-anak, jika pasien sembuh kemungkinan virus tersebut
masih ada didalam tubuh pasien tersebut.
hepatitis = disebabkan Hepatitis B yang akan merusakan peradangan hati, berupa
partikel berlapis yang beukuran 42 mm disebut partikel dane,
HIV = HiV 1 -2 , ditandai oleh sesuatu kondisi imuosupresi yang memicu infeksi,
3. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patogenesis varicella, hepatitis
dan
Varicella = disebabkan vzv, akan masuk melalui saluran pernafasan, jika tidak
mampu dipertahankan oleh tubuh akan menjadi reaksi sekunder, seorang anak
yang
terkena akan mengular ke oranglain selama2-5 hari,
Hepatitis = jika termasuk dalam darah akan terikat dalam tubuh yang mudah
masuknya virus, dan terjadi karena reaksi imuniologi hepatitis yang kurang
sempurna, partikel tersebut berbentuk bulat, masa tunas hepatitis 100-150 hari
HIV = masuk melalui jaringan mukosa, dan virus menjadi laten dan priode lama
didalam tubuh, memiliki target utama sistem imun dan pusat, diawali dari gp120.
4. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi oral dan
manifestasi
klinis varicella, hepatitis dan HIV
varicella = ditandai nya dari ruam,berhub dg demam,sakit
kepala,malaise,mual,dan
partikula yang khas, penyebaran utama didaerah bdan dan meluas ke muka,tangan,
terdapat pd wajah,mulut,palatum dan berukuran miliar,

8
9

manifestasi oral= terdapat vesikel dan ulkus pd mukosa pipi, terdapat lesi dan rasa
nyeri
hepatitis = bersifat Hepatitis B akut dibagi 2, Hepatitis akut yang khas
90%,hapatitis
fullminan sampai 10 hari dan terjadi kematian bentuk ini 1% dg gambaran sakit
berat
dan mempunyai prognosa buruk dalam7-10 hari ,kelelahan,urin berwarna
gelap,gangguan klinis = sakit bagian perut atas,demam , sistomatik, kematian
dalam
beberapa hari,

manifestasi oral = gangguan pd saliva,


HIV = disebabkan oleh jamur, hairy leukoplakis ditandi dengan plak
keputihan,lesi,CD4 kurang dari 350 sel/mm3,
Maifestasi oral = Penyakit periodontal gejala NUP
5. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang
varicella,
hepatitis dan HIV
varicella = teknik mendeteksi DNA dg suhu 70 celcius, DFA, PCR, dan
pemeriksaan
lab untuk mentukan suatu penyakit, pemeriksaan enzim.
hepatitis = pemeriksaan diagnostik, ALT, pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan
albumin serum,pemeriksaan masa trotombin,tes serologis.
HIV = dgn pemeriksaan lab, masa sistomatik yang panjang untuk mendektesi
HIV,
tes pemeriksaan terhadapt antibodi, pemeriksaan HIV sekunder, pemeriksaan
patologi
anatomi, pemeriksaan HIV bersama dokter untuk konsul, pemeriksaan kultu Hiv (
cairan), pemeriksaan RNA.

9
10

6. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan varicella, hepatitis


danHIV
varicella = Anak-anak 12-18 thn diberikan vaksin,dan orang-orang yang
berpergian
keluar negri,maupun orang yang belum terkenak
hepatitis = vaksinasis ( darah dari manusia dan rekayasa ),pencegahan hepatitis B
menjaga kesehatan,perlindungan khusus,pemberian obat-obatan,rehabilitas,uji tes
donor darah.
HIV = penyuluhan tentang HIV yang benar, seks dg aman,mengunakan tran darah
yang aman, pemberian obat-obatan,
7. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengobatan varicella, hepatitis
dan
HIV
varicella = anak-anak dg pengobatan sistomatik dg mengunakan obat-obatan(
intavena,pemberian oral),vaksin,antibiotik,antivirus,jika terjadi infeksi sekunder
diberikan antibiotik,
hepatitis = antivirus obat yang penghambatan replikasi virus, vaksin, ademovin,
HIV = saat ini belum ada pengobatan HIV tapi ada pengobatan penghambatan
yaitu
obat AAF.banyak orang dg hiv hidup bertahun-tahun dg obatan harian,tetapi
berujung
kematian.

10
11

2.4Analisis Masalah
Azab pramuria

Penyakit endemik

hepatitis Hiv / aids


varicella

etiologi patogenesis Manifestasi Pemeriksaa pecegahan pengobatan


klinis dan oral n penunjang

2.5 Penjelasan secara sistematis

1. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan defenisi varicela, hepatitis


dan HIV

1. Varicella (disebut juga cacar air) adalah penyakit sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus varicella zoster. Cacar
air biasanya tergolong ringan, tetapi dapat berubah serius jika dialami oleh bayi yang
berusia di bawah 12 bulan, remaja, orang dewasa, ibu hamil, dan orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang melemah.

2. Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B,suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hatiakut
atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.Hepatitis B akut
jika perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan sedangkanHepatitis B kronis bila
penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis ataulaboratorium atau pada
gambaran patologi anatomi selama 6 bulan (Mustofa &Kurniawaty, 2013).

11
12

3. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus golongan RNA yang


spesifik menyerang
system imun/kekebalan tubuh manusia. Penurunan sistem kekebalan tubuh pada
orang yang terinfeksi
HIV memudahkan berbagai infeksi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya AIDS.
AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala/tanda klinis pada pengidap
HIV akibat infeksi
tumpangan (oportunistik) karena penurunan sistem imun. Penderita HIV mudah
terinfeksi berbagai
penyakit karena imunitas tubuh yang sangat lemah, sehingga tubuh gagal melawan
kuman yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit. Infeksi oportunistik ini dapat disebabkan oleh
berbagai virus,
jamur, bakteri dan parasit serta dapat menyerang berbagai organ, antara lain kulit,
saluran cerna/usus,
paru-paru dan otak. Berbagai jenis keganasan juga mungkin timbul.

2.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologivaricela,hepatitis, dan


HIV

Penyebab Cacar air (varicella)

Cacar air (varicella) adalah infeksi varicella-zoster virus (VZV) yang merupakan
salah satu dari 8 jenis Herpesvirus dari famili Herpesviridae. Penularannya
terjadi airborne melalui droplet dari saluran nafas penderita. Titer virus yang tinggi
juga ditemukan pada vesikel di kulit, sehingga penularan juga dapat terjadi melalui
kontak dengan vesikel yang sudah pecah.

Penyebab Hepatitis
Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Pembagian
jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus adalah sebagai berikut:

 Hepatitis A. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis


A biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi
feses dari penderita hepatitis a yang mengandung virus hepatitis A.
 Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV).hepatitis b
dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan
tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan
vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum suntik serta
12
13

berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis B dapat


menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
 Hepatitis C. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis
c dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum
suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.
 Hepatitis D. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis
D merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun bersifat serius. Virus
hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya
hepatitis B. Hepatitis d ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
 Hepatitis E. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis
E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik,
akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.

Penyebab HIV
 HIV ialah retrovirus yang di sebut lymphadenopathy Associated virus (LAV)
atau human T-cell leukemia virus 111 (HTLV-111) yang juga di sebut human
T-cell lymphotrophic virus (retrovirus) LAV di temukan oleh montagnier dkk.
Pada tahun 1983 di prancis, sedangkan HTLV-111 di temukan oleh Gallo di
amerika serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak di
temukan di afrika tengah. Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau
afrika,70% dalam darahnya mengandung virus tersebut tampa menimbulkan
penyakit. Nama lain virus tersebut ialah HIV.
 Hiv TERDIRI ATAS hiv-1 DAN hiv-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri atas
dua untaian RNA dalam inti protein yang di lindungi envelop lipid asal sel
hospes.
 Virus AIDS bersifat limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk
merusak sel darah putih spesifik yang di sebut limposit T-helper atau limposit
pembawa factor T4 (CD4). Virus ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah
limposit T-helper secara progresif dan menimbulkan imunodefisiensi serta
untuk selanjut terjadi infeksi sekunder atau oportunistik oleh kuman,jamur,
virus dan parasit serta neoplasma. Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang,
maka virus tersebut akan berada dalam tubuh korban untuk seumur hidup.
Badan penderita akan mengadakan reaksi terhapat invasi virus AIDS dengan
jalan membentuk antibodi spesifik, yaitu antibodi HIV, yang agaknya tidak

13
14

dapat menetralisasi virus tersebut dengan cara-cara yang biasa sehingga


penderita tetap akan merupakan individu yang infektif dan merupakan bahaya
yang dapat menularkan virusnya pada orang lain di sekelilingnya.
Kebanyakan orang yang terinfeksi oleh virus AIDS hanya sedikit yang
menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan tetapi pada beberapa orang
perjalanan sakit dapat berlangsung dan berkembang menjadi AIDS yang full-
blown.

3. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patogenesis varicella,


hepatitis dan HIV

Patogenesis Varicella
Patofisiologi cacar air (varicella) dimulai pada saat varicella-zoster virus (VZV)
masuk ke tubuh melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Pada fase viremia
pertama terjadi penyebaran virus dari lokasi masuknya virus menuju ke pembuluh
darah dan limfe. Selanjutnya VZV akan berkembang biak di sel retikuloendotelial.
Pada kebanyakan kasus, virus dapat mengatasi mekanisme sistem imunitas tubuh
non-spesifik seperti interferon.

Fase viremia kedua terjadi 14-16 hari kemudian ketika virus kembali memasuki
aliran darah. Pada saat ini akan muncul demam dan malaise. Terjadi penyebaran
virus ke seluruh tubuh, khususnya kulit dan mukosa. Infeksi VZV pada lapisan
Malphigi menghasilkan edema intraselular dan edema interselular yang memberi
gambaran khas pada bentuk vesikel. Pada keadaan normal siklus ini akan berakhir
setelah 3 hari akibat berhasilnya sistem kekebalan humoral dan selular spesifik.
Timbulnya penyulit diakibatkan kegagalan respons imun tubuh mengatasi
replikasi dan penyebaran virus.

Paparan VZV pada individu dengan sistem imunitas yang baik menghasilkan
kekebalan tubuh berupa antibodi immunoglobulin G (IgG), immunoglobulin M

14
15

(IgM) dan immunoglobulin A (IgA) yang memberikan efek proteksi seumur


hidup. Pada umumnya individu hanya mengalami satu kali infeksi varicella
sepanjang hidupnya. Jika terjadi infeksi VZV kembali mungkin berupa
penyebaran ke kulit pada herpes zoster.

Setelah infeksi primer, VZV diduga bersembunyi dalam fase latennya di ganglion
dorsalis neuron sensoris. Reaktivasi virus VZV menimbulkan sekumpulan gejala
yang disebut herpes zoster atau ruam saraf (shingles), yaitu berupa : lesi vesikuler
pada kulit yang terdistribusi hanya pada dermatom neuron sensoris tertentu.
Reaktivasi virus VZV biasanya terjadi pada usia dewasa dan bertahun-tahun
setelah infeksi pertama cacar air. Penderita herpes zoster juga dapat menularkan
cacar air kepada orang lain, khususnya yang belum pernah menderita cacar air.
[1,2]

Patogenesi Hepatitis
thogenesis
Virus hepatitis B berbahaya karena menyerang hati, sehingga menghambat fungsi
organ vital ini. Virus ini menyebabkan infeksi persisten, hepatitis kronis, sirosis
hati, karsinoma hepatoseluler, dan penyakit kompleks imun.

Infeksi HBV itu sendiri tidak menyebabkan kematian hepatosit yang terinfeksi.
HBV pada infeksi non-sitolitik. Namun kerusakan hati, muncul dari efek sitolitik
limfosit T sitotoksik (CTL) sistem kekebalan tubuh yang berupaya membersihkan
infeksi dengan membunuh sel yang terinfeksi. Kekuatan respons CTL telah dicatat
untuk menentukan arah infeksi. Misalnya, respons CTL yang kuat menghasilkan
pembersihan dan pemulihan, meskipun sering dengan episode ikterus. Respons
yang lemah menghasilkan beberapa gejala dan infeksi kronis (dan karenanya
kerentanan lebih tinggi untuk karsinoma hepatoseluler).

Semakin muda seseorang ketika dia terinfeksi HBV, semakin besar kemungkinan

15
16

dia tidak menunjukkan gejala dan menjadi pembawa penyakit kronis. Bayi yang
lahir dari ibu yang terinfeksi berisiko sangat tinggi untuk menjadi pembawa dan
mengembangkan patologi hati.

Dengan demikian, vertikal adalah salah satu cara umum penularan HBV,
bersamaan dengan penularan melalui hubungan seksual dan pencampuran produk
darah. Penularan vertikal dapat dicegah dengan pemberian vaksin pada hari
kelahiran yang sama. Berbagai cara penularan lebih lazim di wilayah tertentu di
dunia dan di antara kelompok berisiko tinggi tertentu, namun semua wilayah di
dunia melihat penularan HBV melalui semua jalan ini. Sekitar 90% orang dewasa
yang memperoleh HBV pulih sepenuhnya dan menjadi kebal terhadap virus. 10%
kasus lainnya adalah orang-orang yang menjadi pembawa kronis.

Patogenesis HIV
HIV umumnya ditularkan melalui aktivitas seksual tanpa kondom, transfusi darah,
jarum suntik, dan dari ibu ke anak. Setelah memperoleh virus, virus bereplikasi di
dalam dan membunuh sel-sel T-helper, yang diperlukan untuk hampir semua
respons imun adaptif. Ada periode awal penyakit seperti influenza, dan kemudian
fase laten, tanpa gejala. Ketika jumlah limfosit CD4 turun di bawah 200 sel / ml
darah, inang HIV telah berkembang menjadi AIDS, [1] suatu kondisi yang
ditandai dengan defisiensi imunitas yang diperantarai sel dan meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi oportunistik dan beberapa jenis kanker.

16
17

4.mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi oral dan


manifestasi klinis hepatitis,varicela,dan hiv

1. MANIFESTASI KLINIS

A. Varicella

Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran 10


sampai 21 hari. Masa inkubasi dapat lebih lama pada pasien dengan defisiensi imun
dan pada pasien yang telah menerima pengobatan pasca paparan dengan produk yang
mengandung antibodi terhadap varicella.

 Gejala prodromal

Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak yang
lebih besar dan dewasa, ruam yang seringkali didahului oleh demam selama 2-3 hari,
kedinginan, malaise, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa pasien dapat
disertai nyeri tenggorokan dan batuk kering.

 Ruam pada varicella

Pada pasien yang belum mendapat vaksinasi, ruam dimulai dari muka dan skalp, dan
kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas. Lesi baru
muncul berturut-turut, dengan distribusi terutama di bagian sentral. Ruam cenderung
padat kecil-kecil di punggung dan antara tulang belikat daripada skapula dan bokong
dan lebih banyak terdapat pada medial daripada tungkai sebelah lateral. Tidak jarang
terdapat lesi di telapak tangan dan telapak kaki, dan vesikula sering muncul
sebelumnya dan dalam jumlah yang lebih besar di daerah peradangan, seperti daerah
yang terkena sengatan matahari.

17
18

Gambar 1 Infeksi VZV : Varicella

Gambar 2 Infeksi VZV : Varicella dengan imunisasi

Gambaran dari lesi varicella berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang 12
jam, dimana mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang menjadi papul,
vesikel, pustul, dan krusta. Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan berbentuk
elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit. Vesikel biasanya
superfisial dan berdinding tipis, dan dikelilingi daerah eritematosa sehingga tampak
terlihat seperti “ embun di atas daun mawar”. Cairan vesikel cepat menjadi keruh
karena masuknya sel radang, sehingga mengubah vesikel menjadi pustul. Lesi
kemudian mengering, mula-mula di bagian tengah sehingga menyebabkan umbilikasi

18
19

dan kemudian menjadi krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan
bekas bekas cekung kemerahan yang akan berangsur menghilang. Apabila terjadi
superinfeksi dari bakteri maka dapat terbentuk jaringan parut. Lesi yang telah
menyembuh dapat meninggalkan bercak hipopigmentasi yang dapat menetap selama
beberapa minggu/bulan.

Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea, saluran
cerna, kandung kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah sehingga
seringkali terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm.

Gambar 3 Lesi dengan spektrum luas.

Gambaran khas dari varicella adalah adanya lesi yang muncul secara
simultan ( terus-menerus ), di setiap area kulit, dimana lesi tersebut terus
berkembang. Suatu prospective study menunjukkan rata-rata jumlah lesi pada anak
yang sehat berkisar antara 250-500. Pada kasus sekunder karena paparan di rumah
gejala klinisnya lebih berat daripada kasus primer karena paparan di sekolah, hal ini
mungkin disebabkan karena paparan di rumah lebih intens dan lebih lama sehingga
inokulasi virus lebih banyak.

Demam biasanya berlangsung selama lesi baru masih timbul, dan tingginya
demam sesuai dengan beratnya erupsi kulit. Jarang di atas 39oC, tetapi pada keadaan
yang berat dengan jumlah lesi banyak dapat mencapai 40,5oC. Demam yang
berkepanjangan atau yang kambuh kembali dapat disebabkan oleh infeksi sekunder

19
20

bakterial atau komplikasi lainnya. Gejala yang paling mengganggu adalah gatal yang
biasanya timbul selama stadium vesikuler.

B. Hepatitis:

Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit
mencolok, kegagalan hati dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis
hepatitis: stadium prodromal, stadium ikterus, dan periode kovalensasi (pemulihan)

1. Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa


tunas virus selesai dan pasien mulai memperlhatkan tanda-tanda penyakit.
Stadium ini disebut praikterus karena ikterus belum muncul. Individu akan
sangat infeksius pada stadium ini. Antibody terhadap virus biasanya belum
dijumpai. Stadium ini berlangsung 1-2 minggu ditandai oleh :

 Malese umum
 Rasa lelah
 Gejala-gejala infeksi saluran napas atas
 Mialgia (nyeri otot)
 Keengganan terhadap sebagian besar makanan

2. Stadium ikterus adalah stadium kedua hepatitis virus, dan dapat berlangsung
2-3 minggu atau lebih. Pada sebagian besar orang, stadium ini ditandai oleh,
seperti diisyaratkan oleh namanya, timbulnya ikterus. Manifestasi lain adalah
:

 Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodormal


 Pembesaran dan nyeri hati
 Splenimogali
 Mungkin gatal (pruritus) di kulit

20
21

3. Stadium pemulihan dalah stadium ketiga hepatitis virus dan biasanya timbul
dalam4 bulan untuk hepatitis B dan C dan dalan 2-3 bulan untuk hepatitis A.
Selama periode ini :

 Gejala-gejala mereda, termasuk ikterus


 Nafsu makan pulih

C. HIV/AIDS:

1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan


2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

2. MANIFESTASI ORAL

A. Vericela

Pada puncak penyakit, pasien mungkin memiliki lebih dari 300 lesi kulit pada
satu waktu.Setelah semua luka berkerak di atas, orang tidak lagi menular. Jarang
menyebabkan luka jaringan parut permanen,kecuali infeksi sekunder berkembang
(lihat di bawah). Lesi mungkinumumnya dapat ditemukan di mulut dan mungkin juga
melibatkan alat kelamin.

Menurut Scully dkk (2010), manifestasi klinis Herpes Zoster dalam mulut dapat
berupa:

21
22

Maxillary Zoster; ruam di pipi ipsilateral, ulser, dan nyeri pada ipsilateral palatum
dan gigi rahang atas.

Mandibular Zoster; ruam dan nyeri pada wajah dan bibir ipsilateral bagian bawah,
ulserdan nyeri di lidah, jaringan lunak dan gigi rahang bawah.

Extraoral; ruam ipsilateral dalam dermatoma, melalui tahap papular, makular,


vesikulardan pustular sebelum menghilang.

B. Hepatitis

Beberapa manifestasi penyakit hati dapat terjadi di rongga mulut, di antaranya


adalah (Askandar, 2007):

 Pada penyakit hati, terutama atresia bilier dan hepatitis neonatal, dapat terjadi
diskolorisasi pada gigi sulung. Dimana pada atresia bilier gigi akan berwarna
hijau, sedangkan pada hepatitis neonatal berwarna kuning. Keadaan ini
disebabkan oleh depositnya bilirubin pad aemail dan dentin yang sedang
dalam tahap perkembangan.
 Menyebabkan oral hygiene buruk, dalam hal ini bau mulut tidak sedap.
 Hepatitis aktif kronis dapat menyebabkan gangguan endokrin sehingga
menimbulkan penyakit multiple endokrinopati keturunan dan kadidosis
mukokutaeus.
 Kegagalan hati dapat menyebabkan timbulkan foetor hepatikum. Dimana,
foetor hepatikum sering disebut dalam sejumlah istilah seperti : bau amin, bau
kayu lapuk, bau tikus, dan bahkan bau bangkaisegar.
 Sirosis hati dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada mulut.
 Timbul ulkus-ulkus karena berkurangnya zat-zat vitamin dan gizi dalam
rongga mulut.
 Proses makan menjadi tidak benar sehingga peran saliva terganggu. 8.
Jaundice/ikterus (pada palatum dan lidah), perdarahan spontan pada gusi, dan
lichen planus (pada oral mukosa).

22
23

C. HIV/AIDS

 Infeksi karena jamur (Oral Candidiasis)

Kandidiasis mulut sejauh ini merupakan tanda di dalam mulut yang paling sering
dijumpai baik pada penderita AIDS dan merupakan tanda dari manifestasi klinis pada
penderita kelompok resiko tinggi pada lebih 59% kasus.

Kandidiasis mulut pada penderita AIDS dapat terlihat berupa oral thrush, acute
atrophic candidiasis, chronic hyperplastic candidiasis, stomatis angularis (Perleche)
serta deep fungal mycosis (seperti mucormycosis).

Pseudomembranous Candidiasis (Kandidiasis Pseudomembran) Tanda dan


Gejala: Bercak atau plak putih kekuningan mukosa mulut, Jika plak diangkat
meninggalkan permukaan yang kemerahan atau berdarah.

Erythematous Candidiasis (Kandidiasis Eritema) Tanda dan Gejala: Warna lesi


kemerahan sampai merah, datar dan halus, terdapat di daerah palatum, mukosa pipi
dan permukaan lidah, Keluhan rasa panas di mulut, terutama saat memakan makanan
yang asin, pedas atau minum asam, sering muncul pada mulut ODHA, namun jarang
terdiagnosis.

5. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang


varicella,hepatitis dan HIV

Pemeriksaan Penunjang Varicella

Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan untuk menegakkan diagnosis cacar air


(varicella). Apabila pemeriksaan penunjang diperlukan, dapat dilakukan tes tzanck,
tes serologi, maupun radiologi.

 Tes Tzanck (Imunohistokimia)

23
24

Pada tes tzanck, dilakukan pemeriksaan menggunakan kerokan kulit luar dari vesikel
varicella. Kemudian, preparat difiksasi di atas api sebanyak 3 kali. Lalu preparat
direndam dalam alkohol 96% dan dibilas. Setelah itu, teteskan larutan Giemsa (1:10)
dan diamkan selama 30 menit, lalu bilas dengan air mengalir lalu keringkan.

Pada pemeriksaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali, akan didapatkan
hasil positif jika ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi.

 Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)

Teknik polymerase chain reaction (PCR) adalah suatu metode kultur virus yang dapat
digunakan untuk mendeteksi DNA maupun protein virus. Spesimen sebaiknya
disimpan di dalam es atau pendingin dengan suhu –70 C.

Hasil PCR dikatakan positif apabila ditemukan DNA VZV pada jaringan kulit
ataupun vesikel.

 Tes Serologi

Tes serologi yang dapat digunakan adalah pemeriksaan IgM dan IgG varicella. IgM
adalah antibodi penanda infeksi primer atau akut dari varicella. Sementara IgG
merupakan penanda status imunologi seseorang terhadap varicella, yaitu untuk
mengetahui adanya antibodi yang didapat dari vaksinasi atau riwayat infeksi varicella
sebelumnya.

Teknik serologi lainnya yang juga popular adalah tes aglutinasi lateks yang akan
mendeteksi keberadaan antibodi terhadap VZV. Tes serologi yang sensitif dan
spesifik namun tidak banyak tersedia adalah fluorescent antibody to membrane assay.

24
25

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan rontgen toraks akan diperlukan pada penderita cacar air (varicella)
dewasa yang mengalami gejala mirip pneumonia. [1,2,6]

Pemeriksaan Penunjang Hepatitis B

Pemeriksaan penunjang infeksi hepatitis B dapat mencakup pemeriksaan antigen


(HBsAg, HBeAg), antibodi hepatitis B (anti-HBs, anti-HBe, anti-HBc, IgM anti-
HBc), HBV DNA, dan alanin aminotransferase (ALT). Pemeriksaan penunjang lain
yang juga penting untuk menentukan derajat kerusakan hati dan pemantauan
karsinoma hepatoseluler antara lain: gamma-glutamil transpeptidase (GGT), alkali
fosfatase, bilirubin, albumin serum, gamma globulin, pemeriksaan darah perifer
lengkap, dan masa protrombin[13-15].

Biopsi hati atau pemeriksaan non invasif lain seperti pemeriksaan kekakuan hati
dapat dilakukan jika pemeriksaan biokimiawi dan penanda infeksi Hepatitis B
memberikan hasil yang meragukan.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdomen sebaiknya dilakukan pada seluruh pasien


HBsAg positif.

Pemeriksaan HBeAg dan anti-HBe bermanfaat dalam menentukan fase infeksi kronik
Hepatitis B. Pada kasus infeksi kronik Hepatitis B, pemeriksaan Hepatitis B DNA
serum penting untuk menegakkan diagnosis, menentukan fase infeksi kronik, dan
indikasi terapi serta pemantauan lanjutan terhadap pasien[13–15]. Berdasarkan hasil
pemeriksaan HBsAg (kuantitatif), HBeAg, HBV DNA, ALT, dan kondisi kerusakan
sel hati, European Association for the Study of the Liver membagi kelompok pasien
dengan infeksi Hepatitis B kronik.

Pemeriksaan Penunjang HIV

25
26

Pemeriksaan penunjang untuk HIV berupa pemeriksaan baseline, antigen P24, sel
CD4, dan viral load.

 Pemeriksaan Baseline

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mempelajari kondisi penderita yang baru saja
terdeteksi mengidap HIV dan melihat apakah memiliki koinfeksi dari beberapa
infeksi berikut:

 Hepatitis (terutama B dan C)


 Infeksi menular seksual lainnya
 Pemeriksaan darah lengkap (hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit –
hitung jenis leukosit, eritrosit, laju endap darah)
 Fungsi Hati (SGOT/SGPT)
 Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin, BUN)
 Urinalisis
 Profil Lipid

Pemeriksaan-pemeriksaan di atas juga bertujuan sebagai pemeriksaan penyaring


untuk menilai apakah penderita dapat segera memulai terapi ARV, karena kondisi-
kondisi yang berkaitan dengan pemeriksaan tersebut, dapat dipengaruhi oleh
pemberian ARV.

Antigen P24

Merupakan pemeriksaan yang sifatnya lebih spesifik karena mendeteksi infeksi HIV
melalui protein pembungkus HIV, dapat terdeteksi lebih cepat yakni 1-3 minggu
setelah infeksi awal, sehingga membantu efektivitas deteksi dini HIV.

Sel CD4

26
27

Pemeriksaan dilakukan umumnya dilakukan pada penderita yang telah terbukti positif
terinfeksi HIV, untuk mendapatkan gambaran imunitas seseorang, melalui jumlah sel
CD4, juga bermanfaat sebagai kontrol keberhasilan pengobatan ARV (Antiretroviral).
Nilai normal berkisar antara 500-1500 sel/mm3.

Dokter perlu memperhatikan jumlah sel CD4 karena bila di bawah 200 sel/mm3
mengarah kepada kondisi imunokompromais, salah satu tanda fase acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).

Viral Load

Pemeriksaan viral load dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah virus HIV
dalam darah. Nilai hasil pemeriksaan viral load akan menjadi penanda tingkatan
virulensi penderita. Pemeriksaan ini menjadi indikator dan sebagai target dalam terapi
antiretroviral (ARV). Diharapkan setelah menjalani ARV, nilai viral load dapat turun
hingga tidak terdeteksi. Hal ini menandakan konsumsi ARV berhasil menekan
aktivitas HIV dan virulensi menjadi tergolong rendah.

6.mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan varicella,


hepatitis danHIV

pencegahan Varicella
-melakukan vaksinasi
-menjaga kebersihan tangan
-menjaga kebersihan tubuh
-memakai pakaian yg bersih

pencegahan hepatitis B
-melakukan vaksinasi
-biasakan mencuci tangan
-hati-hati terhadap penggunaan jarum suntik
-melakukan seks yg aman

pencegahan HIV
-hindari seks bebas
-jangan menggunakan jarum suntik secara bergantian

27
28

-menggunakan kondom
-perhatikan luka yang terbuka
-melakukan vaksinasi
-Pre-exposure Prophylaxis (PrEP)

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengobatan dari


hepatitis,varicella,dan hiv
Jawab:
1. Pengobatan varicella
sebenarnya penyakit cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pemberian
pengobatan apapun. Pemberian terapi bersifat supotif sesuai dengan gejala yang
dialami oleh penderita. Contohnya apabila pasien demam diberikan obat penurun
demam. Anti-virus juga diberikan. Menurut beberapa penelitian, pemberian anti-virus
dapat mempercepat penyembuhan, mencegah perkembangbiakan dari virus, dan
mengurangi gejala yang dialami penderita. Antibiotik juga diberikan untuk mencegah
infeksi sekunder yang masuk melalui kulit yang sedang terluka. Penderita cacar air
dapat mandi seperti biasa tetapi harus berhati-hati agar tidak memecahkan bisul
karena dapat menjadi sumber infeksi sekunder.
untuk pengobatan dari herpes zoster perlu diberikan obat-obatan anti
nyeri karena nyeri pada penyakit ini sering mengganggu. Selain itu juga dapat
diberikan anti-virus terutama pada orang-orang dengan imunitas atau kekebalan tubuh
yang rendah. Anti-virus bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
perkembangbiakan virus, mengurangi gejala yang dialami penderita, dan mengurangi
resiko tejadinya nyeri setelah herpes. Untuk mengurangi peradangan yang disebabkan
oleh virus ini, dapat juga menggunakan steroid.
untuk pengobatan pada nyeri setelah herpes, perlu dilakukan manajemen
nyeri yang baik. Oleh karena itu, dapat diberikan obat-obatan anti nyeri. Prinsipnya,
pemberian anti-nyeri dimulai dari jenis obat paling ringan dengan dosis terkecil dan
ditingkatkan perlahan hingga ke jenis obat yang lebih kuat. Selain obat-obat anti nyeri
dapat juga diberikan obat oles yang mengandung capcaisin dan obat anti kejang.

28
29

Kedua jenis obat tersebut terbukti dapat mengatasi nyeri setelah herpes walaupun
buka termasuk obat anti-nyeri.
2. Pengobatan hiv
a. Penanganan umum
 Setelah dilakukan diagnosa hiv, pengobatan dilakukan untuk
memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan
untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan
terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.
 Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan hiv didalam tubuh.
 Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat khusus
yang dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan
obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah
infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin parah
b. Penanganan khusus
 Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan atas
permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko pms dan
hubungannya dengan hiv, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
 Upayakan ketersediaan uji serologic
 Konseling spesifik bagi mereka yang tertular hiv, terutama yang berkiatan
dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
 Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
 Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
 Lakukan terapi (azt sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus
(30.000-50.000) kopi rna/ml atau jika cd4 menurun secara dratis

29
30

 Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang dihadapi


(pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan
infeksi).
3. Pengobatan hepatitis

Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif dan mencangkup :


 Istirahat sesuai keperluan
 Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alcohol atau obat lain
 Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga
 Keluarga dan pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang
spesifik terhadap hav atau hbv yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi.
Imunitas ini bersifet sementara
 Baru-baru ini fda memberikan izin untuk penberian vaksin hepatitis a. Vaksin ini dibuatdari
virus hepatitis inaktif. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa vaksin ini 96% efektif setelah
pemberian satu dosis.
 Tersedia vaksin untuk hbv, karena sifat virus yang sangat menular dan berpotensi
menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang termasuk
dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para tenaga keshatan atau orang-orang yang
terpajan ke produk darah, vaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi dalah orang-
orang yang beresiko terhadap virus, termasuk kaum homoseksual atau heteroseksual yang
aktif secara seksual, pecandu oabat bius, dan bayi.
 Vaksinasi terhadap hbv dihasilkan melalui penyuntikan intramuskulus dna rekombinaan
sebanyak tiga kali pada interval –interval yang telah ditentukan. Dosis pertama dan kedua
diberikan terpisah satu bulan, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis ke dua.
Vaksinasi ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan

30
31

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit menular ialah penyakit yang dapat berpindah dari seseorang


ke orang lain. Penyakit dapat ditularkan baik melalui kontak langsung dengan
penderita, melalui binatang perantara, udara, makanan dan minuman, atau
benda-benda yang sudah tercemar oleh bakteri, virus, cendawan, atau jamur,
dan faktor utamanya adalah dikarenakan oleh lingkungan yang tidak sehat.
Beberapa contoh penyakit menular yang bersumber dari lingkungan tidak
sehat adalah seperti, Penyakit Tifus, penyakit Kolera, Penyakit Tuberculosis
(TB) dan Penyakit Hepatitis, Malaria, demam berdarah, saluran pencernaan,
dll.

3.2 Saran

Dalam menjalani hidup sehari-hari kita sebaiknya selalu


mengedepankan kesehatan tubuh, kebersihan lingkungan dan jiwa kita karena
sehat itu nikmat dan juga ada pepatah yang mengatakan bahwa seseorang
tidak akan menghargai kesehatannya sendiri di saat ia masih sehat. Begitu
pentingnya kesehatan sehingga ada orang yang rela membayar milyaran
rupiah untuk kesehatan dirinya di saat dia sakit.

31
32

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Ester, M. (2002). Book of Nursing Diagnosis Edisi 10. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2007). Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 1. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Wening, S. (2008). Care Your Self Hepatitis . Jakarta: Penebar Plus.

32

Anda mungkin juga menyukai