PENDAHULUAN
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang
dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi
dengan seorang dokter. Sebaran peyakit di Indonesia disebabkan berbagai factor.
Karena Indonesia merupakan Negara pariwisata yang setiap tahunnya dapat
mendatangkan bayak wisatawan asing. Endemik dalam biologi dan ekologi berarti
secara ekslusif merupakan spesies asli dari suatu tempat yang berupa wilayah
geografis tertentu seperti pulau, kepulauan atau negara. Pulau atau kepulauan mudah
mengembangkan spesies endemik dikarenakan isolasi geografisnya.
1
2
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO 2
Azab Pramuria
Pada suatu rumah sakit terdapat beberapa pasien yang mengalami demam tidak
kunjung sembuh. pasien 1 mempunyai kelainan pada kulit berupa vesikel dan ulkus.
pasien 2 terlihatpucat pada kulit dan kulit berwarna kekuningan, dengan diagnosis
hepatitis. Pasien 3 terlihatkurus pucut, lemah dan mempunyai keluhan pada mukosa
mulutnya, ada pasien yangberprofesi sebagai pramuria dan ada yang mengomsumsi
narkoba, pada laboratorium terdapatbeberapa pemeriksaan darah.
STEP 2
1. Vesikel
Organ kecil yang didalamnya cairan, berisi darah, lesi yang menonjol yang beisi
darah/nanah,
2. Ulkus
Hilangnya lapisan kulit hingga lapisan dermis, kehilangan jaringan kerusakan
dermis/epidermis, ulser ( luka terbuka/selaput lendir), luka saluran percernaan,
kematian jaringan.
3. Pramuria
Seorang yang bertugas perkerjaan malam,
4. Hepatitis
3
4
STEP 3
STEP 4
4
5
5
6
STEP 5 LO
1. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan defenisi varicela, hepatitis dan
HIV
6
7
7
8
tubuh, menyerang organ-organ vital lainnya, HIV 1-2 diinonasi dari AIDS, dan
AIDS
penyakit yang mengular, infeksi menyerang sistem keketebalan tubuh dan
melemahkan kemampuan tubuh.
2. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi varicella, hepatitis dan
HIV
varicella = disebabkan varicella zoster virus, berukuran lebih kurang 200mm, dan
mudah terserang pada anak-anak, jika pasien sembuh kemungkinan virus tersebut
masih ada didalam tubuh pasien tersebut.
hepatitis = disebabkan Hepatitis B yang akan merusakan peradangan hati, berupa
partikel berlapis yang beukuran 42 mm disebut partikel dane,
HIV = HiV 1 -2 , ditandai oleh sesuatu kondisi imuosupresi yang memicu infeksi,
3. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patogenesis varicella, hepatitis
dan
Varicella = disebabkan vzv, akan masuk melalui saluran pernafasan, jika tidak
mampu dipertahankan oleh tubuh akan menjadi reaksi sekunder, seorang anak
yang
terkena akan mengular ke oranglain selama2-5 hari,
Hepatitis = jika termasuk dalam darah akan terikat dalam tubuh yang mudah
masuknya virus, dan terjadi karena reaksi imuniologi hepatitis yang kurang
sempurna, partikel tersebut berbentuk bulat, masa tunas hepatitis 100-150 hari
HIV = masuk melalui jaringan mukosa, dan virus menjadi laten dan priode lama
didalam tubuh, memiliki target utama sistem imun dan pusat, diawali dari gp120.
4. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi oral dan
manifestasi
klinis varicella, hepatitis dan HIV
varicella = ditandai nya dari ruam,berhub dg demam,sakit
kepala,malaise,mual,dan
partikula yang khas, penyebaran utama didaerah bdan dan meluas ke muka,tangan,
terdapat pd wajah,mulut,palatum dan berukuran miliar,
8
9
manifestasi oral= terdapat vesikel dan ulkus pd mukosa pipi, terdapat lesi dan rasa
nyeri
hepatitis = bersifat Hepatitis B akut dibagi 2, Hepatitis akut yang khas
90%,hapatitis
fullminan sampai 10 hari dan terjadi kematian bentuk ini 1% dg gambaran sakit
berat
dan mempunyai prognosa buruk dalam7-10 hari ,kelelahan,urin berwarna
gelap,gangguan klinis = sakit bagian perut atas,demam , sistomatik, kematian
dalam
beberapa hari,
9
10
10
11
2.4Analisis Masalah
Azab pramuria
Penyakit endemik
1. Varicella (disebut juga cacar air) adalah penyakit sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus varicella zoster. Cacar
air biasanya tergolong ringan, tetapi dapat berubah serius jika dialami oleh bayi yang
berusia di bawah 12 bulan, remaja, orang dewasa, ibu hamil, dan orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang melemah.
2. Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B,suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hatiakut
atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.Hepatitis B akut
jika perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan sedangkanHepatitis B kronis bila
penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis ataulaboratorium atau pada
gambaran patologi anatomi selama 6 bulan (Mustofa &Kurniawaty, 2013).
11
12
Cacar air (varicella) adalah infeksi varicella-zoster virus (VZV) yang merupakan
salah satu dari 8 jenis Herpesvirus dari famili Herpesviridae. Penularannya
terjadi airborne melalui droplet dari saluran nafas penderita. Titer virus yang tinggi
juga ditemukan pada vesikel di kulit, sehingga penularan juga dapat terjadi melalui
kontak dengan vesikel yang sudah pecah.
Penyebab Hepatitis
Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Pembagian
jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus adalah sebagai berikut:
Penyebab HIV
HIV ialah retrovirus yang di sebut lymphadenopathy Associated virus (LAV)
atau human T-cell leukemia virus 111 (HTLV-111) yang juga di sebut human
T-cell lymphotrophic virus (retrovirus) LAV di temukan oleh montagnier dkk.
Pada tahun 1983 di prancis, sedangkan HTLV-111 di temukan oleh Gallo di
amerika serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak di
temukan di afrika tengah. Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau
afrika,70% dalam darahnya mengandung virus tersebut tampa menimbulkan
penyakit. Nama lain virus tersebut ialah HIV.
Hiv TERDIRI ATAS hiv-1 DAN hiv-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri atas
dua untaian RNA dalam inti protein yang di lindungi envelop lipid asal sel
hospes.
Virus AIDS bersifat limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk
merusak sel darah putih spesifik yang di sebut limposit T-helper atau limposit
pembawa factor T4 (CD4). Virus ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah
limposit T-helper secara progresif dan menimbulkan imunodefisiensi serta
untuk selanjut terjadi infeksi sekunder atau oportunistik oleh kuman,jamur,
virus dan parasit serta neoplasma. Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang,
maka virus tersebut akan berada dalam tubuh korban untuk seumur hidup.
Badan penderita akan mengadakan reaksi terhapat invasi virus AIDS dengan
jalan membentuk antibodi spesifik, yaitu antibodi HIV, yang agaknya tidak
13
14
Patogenesis Varicella
Patofisiologi cacar air (varicella) dimulai pada saat varicella-zoster virus (VZV)
masuk ke tubuh melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Pada fase viremia
pertama terjadi penyebaran virus dari lokasi masuknya virus menuju ke pembuluh
darah dan limfe. Selanjutnya VZV akan berkembang biak di sel retikuloendotelial.
Pada kebanyakan kasus, virus dapat mengatasi mekanisme sistem imunitas tubuh
non-spesifik seperti interferon.
Fase viremia kedua terjadi 14-16 hari kemudian ketika virus kembali memasuki
aliran darah. Pada saat ini akan muncul demam dan malaise. Terjadi penyebaran
virus ke seluruh tubuh, khususnya kulit dan mukosa. Infeksi VZV pada lapisan
Malphigi menghasilkan edema intraselular dan edema interselular yang memberi
gambaran khas pada bentuk vesikel. Pada keadaan normal siklus ini akan berakhir
setelah 3 hari akibat berhasilnya sistem kekebalan humoral dan selular spesifik.
Timbulnya penyulit diakibatkan kegagalan respons imun tubuh mengatasi
replikasi dan penyebaran virus.
Paparan VZV pada individu dengan sistem imunitas yang baik menghasilkan
kekebalan tubuh berupa antibodi immunoglobulin G (IgG), immunoglobulin M
14
15
Setelah infeksi primer, VZV diduga bersembunyi dalam fase latennya di ganglion
dorsalis neuron sensoris. Reaktivasi virus VZV menimbulkan sekumpulan gejala
yang disebut herpes zoster atau ruam saraf (shingles), yaitu berupa : lesi vesikuler
pada kulit yang terdistribusi hanya pada dermatom neuron sensoris tertentu.
Reaktivasi virus VZV biasanya terjadi pada usia dewasa dan bertahun-tahun
setelah infeksi pertama cacar air. Penderita herpes zoster juga dapat menularkan
cacar air kepada orang lain, khususnya yang belum pernah menderita cacar air.
[1,2]
Patogenesi Hepatitis
thogenesis
Virus hepatitis B berbahaya karena menyerang hati, sehingga menghambat fungsi
organ vital ini. Virus ini menyebabkan infeksi persisten, hepatitis kronis, sirosis
hati, karsinoma hepatoseluler, dan penyakit kompleks imun.
Infeksi HBV itu sendiri tidak menyebabkan kematian hepatosit yang terinfeksi.
HBV pada infeksi non-sitolitik. Namun kerusakan hati, muncul dari efek sitolitik
limfosit T sitotoksik (CTL) sistem kekebalan tubuh yang berupaya membersihkan
infeksi dengan membunuh sel yang terinfeksi. Kekuatan respons CTL telah dicatat
untuk menentukan arah infeksi. Misalnya, respons CTL yang kuat menghasilkan
pembersihan dan pemulihan, meskipun sering dengan episode ikterus. Respons
yang lemah menghasilkan beberapa gejala dan infeksi kronis (dan karenanya
kerentanan lebih tinggi untuk karsinoma hepatoseluler).
Semakin muda seseorang ketika dia terinfeksi HBV, semakin besar kemungkinan
15
16
dia tidak menunjukkan gejala dan menjadi pembawa penyakit kronis. Bayi yang
lahir dari ibu yang terinfeksi berisiko sangat tinggi untuk menjadi pembawa dan
mengembangkan patologi hati.
Dengan demikian, vertikal adalah salah satu cara umum penularan HBV,
bersamaan dengan penularan melalui hubungan seksual dan pencampuran produk
darah. Penularan vertikal dapat dicegah dengan pemberian vaksin pada hari
kelahiran yang sama. Berbagai cara penularan lebih lazim di wilayah tertentu di
dunia dan di antara kelompok berisiko tinggi tertentu, namun semua wilayah di
dunia melihat penularan HBV melalui semua jalan ini. Sekitar 90% orang dewasa
yang memperoleh HBV pulih sepenuhnya dan menjadi kebal terhadap virus. 10%
kasus lainnya adalah orang-orang yang menjadi pembawa kronis.
Patogenesis HIV
HIV umumnya ditularkan melalui aktivitas seksual tanpa kondom, transfusi darah,
jarum suntik, dan dari ibu ke anak. Setelah memperoleh virus, virus bereplikasi di
dalam dan membunuh sel-sel T-helper, yang diperlukan untuk hampir semua
respons imun adaptif. Ada periode awal penyakit seperti influenza, dan kemudian
fase laten, tanpa gejala. Ketika jumlah limfosit CD4 turun di bawah 200 sel / ml
darah, inang HIV telah berkembang menjadi AIDS, [1] suatu kondisi yang
ditandai dengan defisiensi imunitas yang diperantarai sel dan meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi oportunistik dan beberapa jenis kanker.
16
17
1. MANIFESTASI KLINIS
A. Varicella
Gejala prodromal
Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak yang
lebih besar dan dewasa, ruam yang seringkali didahului oleh demam selama 2-3 hari,
kedinginan, malaise, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa pasien dapat
disertai nyeri tenggorokan dan batuk kering.
Pada pasien yang belum mendapat vaksinasi, ruam dimulai dari muka dan skalp, dan
kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas. Lesi baru
muncul berturut-turut, dengan distribusi terutama di bagian sentral. Ruam cenderung
padat kecil-kecil di punggung dan antara tulang belikat daripada skapula dan bokong
dan lebih banyak terdapat pada medial daripada tungkai sebelah lateral. Tidak jarang
terdapat lesi di telapak tangan dan telapak kaki, dan vesikula sering muncul
sebelumnya dan dalam jumlah yang lebih besar di daerah peradangan, seperti daerah
yang terkena sengatan matahari.
17
18
Gambaran dari lesi varicella berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang 12
jam, dimana mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang menjadi papul,
vesikel, pustul, dan krusta. Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan berbentuk
elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit. Vesikel biasanya
superfisial dan berdinding tipis, dan dikelilingi daerah eritematosa sehingga tampak
terlihat seperti “ embun di atas daun mawar”. Cairan vesikel cepat menjadi keruh
karena masuknya sel radang, sehingga mengubah vesikel menjadi pustul. Lesi
kemudian mengering, mula-mula di bagian tengah sehingga menyebabkan umbilikasi
18
19
dan kemudian menjadi krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan
bekas bekas cekung kemerahan yang akan berangsur menghilang. Apabila terjadi
superinfeksi dari bakteri maka dapat terbentuk jaringan parut. Lesi yang telah
menyembuh dapat meninggalkan bercak hipopigmentasi yang dapat menetap selama
beberapa minggu/bulan.
Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea, saluran
cerna, kandung kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah sehingga
seringkali terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm.
Gambaran khas dari varicella adalah adanya lesi yang muncul secara
simultan ( terus-menerus ), di setiap area kulit, dimana lesi tersebut terus
berkembang. Suatu prospective study menunjukkan rata-rata jumlah lesi pada anak
yang sehat berkisar antara 250-500. Pada kasus sekunder karena paparan di rumah
gejala klinisnya lebih berat daripada kasus primer karena paparan di sekolah, hal ini
mungkin disebabkan karena paparan di rumah lebih intens dan lebih lama sehingga
inokulasi virus lebih banyak.
Demam biasanya berlangsung selama lesi baru masih timbul, dan tingginya
demam sesuai dengan beratnya erupsi kulit. Jarang di atas 39oC, tetapi pada keadaan
yang berat dengan jumlah lesi banyak dapat mencapai 40,5oC. Demam yang
berkepanjangan atau yang kambuh kembali dapat disebabkan oleh infeksi sekunder
19
20
bakterial atau komplikasi lainnya. Gejala yang paling mengganggu adalah gatal yang
biasanya timbul selama stadium vesikuler.
B. Hepatitis:
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit
mencolok, kegagalan hati dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis
hepatitis: stadium prodromal, stadium ikterus, dan periode kovalensasi (pemulihan)
Malese umum
Rasa lelah
Gejala-gejala infeksi saluran napas atas
Mialgia (nyeri otot)
Keengganan terhadap sebagian besar makanan
2. Stadium ikterus adalah stadium kedua hepatitis virus, dan dapat berlangsung
2-3 minggu atau lebih. Pada sebagian besar orang, stadium ini ditandai oleh,
seperti diisyaratkan oleh namanya, timbulnya ikterus. Manifestasi lain adalah
:
20
21
3. Stadium pemulihan dalah stadium ketiga hepatitis virus dan biasanya timbul
dalam4 bulan untuk hepatitis B dan C dan dalan 2-3 bulan untuk hepatitis A.
Selama periode ini :
C. HIV/AIDS:
Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
2. MANIFESTASI ORAL
A. Vericela
Pada puncak penyakit, pasien mungkin memiliki lebih dari 300 lesi kulit pada
satu waktu.Setelah semua luka berkerak di atas, orang tidak lagi menular. Jarang
menyebabkan luka jaringan parut permanen,kecuali infeksi sekunder berkembang
(lihat di bawah). Lesi mungkinumumnya dapat ditemukan di mulut dan mungkin juga
melibatkan alat kelamin.
Menurut Scully dkk (2010), manifestasi klinis Herpes Zoster dalam mulut dapat
berupa:
21
22
Maxillary Zoster; ruam di pipi ipsilateral, ulser, dan nyeri pada ipsilateral palatum
dan gigi rahang atas.
Mandibular Zoster; ruam dan nyeri pada wajah dan bibir ipsilateral bagian bawah,
ulserdan nyeri di lidah, jaringan lunak dan gigi rahang bawah.
B. Hepatitis
Pada penyakit hati, terutama atresia bilier dan hepatitis neonatal, dapat terjadi
diskolorisasi pada gigi sulung. Dimana pada atresia bilier gigi akan berwarna
hijau, sedangkan pada hepatitis neonatal berwarna kuning. Keadaan ini
disebabkan oleh depositnya bilirubin pad aemail dan dentin yang sedang
dalam tahap perkembangan.
Menyebabkan oral hygiene buruk, dalam hal ini bau mulut tidak sedap.
Hepatitis aktif kronis dapat menyebabkan gangguan endokrin sehingga
menimbulkan penyakit multiple endokrinopati keturunan dan kadidosis
mukokutaeus.
Kegagalan hati dapat menyebabkan timbulkan foetor hepatikum. Dimana,
foetor hepatikum sering disebut dalam sejumlah istilah seperti : bau amin, bau
kayu lapuk, bau tikus, dan bahkan bau bangkaisegar.
Sirosis hati dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada mulut.
Timbul ulkus-ulkus karena berkurangnya zat-zat vitamin dan gizi dalam
rongga mulut.
Proses makan menjadi tidak benar sehingga peran saliva terganggu. 8.
Jaundice/ikterus (pada palatum dan lidah), perdarahan spontan pada gusi, dan
lichen planus (pada oral mukosa).
22
23
C. HIV/AIDS
Kandidiasis mulut sejauh ini merupakan tanda di dalam mulut yang paling sering
dijumpai baik pada penderita AIDS dan merupakan tanda dari manifestasi klinis pada
penderita kelompok resiko tinggi pada lebih 59% kasus.
Kandidiasis mulut pada penderita AIDS dapat terlihat berupa oral thrush, acute
atrophic candidiasis, chronic hyperplastic candidiasis, stomatis angularis (Perleche)
serta deep fungal mycosis (seperti mucormycosis).
23
24
Pada tes tzanck, dilakukan pemeriksaan menggunakan kerokan kulit luar dari vesikel
varicella. Kemudian, preparat difiksasi di atas api sebanyak 3 kali. Lalu preparat
direndam dalam alkohol 96% dan dibilas. Setelah itu, teteskan larutan Giemsa (1:10)
dan diamkan selama 30 menit, lalu bilas dengan air mengalir lalu keringkan.
Pada pemeriksaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali, akan didapatkan
hasil positif jika ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi.
Teknik polymerase chain reaction (PCR) adalah suatu metode kultur virus yang dapat
digunakan untuk mendeteksi DNA maupun protein virus. Spesimen sebaiknya
disimpan di dalam es atau pendingin dengan suhu –70 C.
Hasil PCR dikatakan positif apabila ditemukan DNA VZV pada jaringan kulit
ataupun vesikel.
Tes Serologi
Tes serologi yang dapat digunakan adalah pemeriksaan IgM dan IgG varicella. IgM
adalah antibodi penanda infeksi primer atau akut dari varicella. Sementara IgG
merupakan penanda status imunologi seseorang terhadap varicella, yaitu untuk
mengetahui adanya antibodi yang didapat dari vaksinasi atau riwayat infeksi varicella
sebelumnya.
Teknik serologi lainnya yang juga popular adalah tes aglutinasi lateks yang akan
mendeteksi keberadaan antibodi terhadap VZV. Tes serologi yang sensitif dan
spesifik namun tidak banyak tersedia adalah fluorescent antibody to membrane assay.
24
25
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan rontgen toraks akan diperlukan pada penderita cacar air (varicella)
dewasa yang mengalami gejala mirip pneumonia. [1,2,6]
Biopsi hati atau pemeriksaan non invasif lain seperti pemeriksaan kekakuan hati
dapat dilakukan jika pemeriksaan biokimiawi dan penanda infeksi Hepatitis B
memberikan hasil yang meragukan.
Pemeriksaan HBeAg dan anti-HBe bermanfaat dalam menentukan fase infeksi kronik
Hepatitis B. Pada kasus infeksi kronik Hepatitis B, pemeriksaan Hepatitis B DNA
serum penting untuk menegakkan diagnosis, menentukan fase infeksi kronik, dan
indikasi terapi serta pemantauan lanjutan terhadap pasien[13–15]. Berdasarkan hasil
pemeriksaan HBsAg (kuantitatif), HBeAg, HBV DNA, ALT, dan kondisi kerusakan
sel hati, European Association for the Study of the Liver membagi kelompok pasien
dengan infeksi Hepatitis B kronik.
25
26
Pemeriksaan penunjang untuk HIV berupa pemeriksaan baseline, antigen P24, sel
CD4, dan viral load.
Pemeriksaan Baseline
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mempelajari kondisi penderita yang baru saja
terdeteksi mengidap HIV dan melihat apakah memiliki koinfeksi dari beberapa
infeksi berikut:
Antigen P24
Merupakan pemeriksaan yang sifatnya lebih spesifik karena mendeteksi infeksi HIV
melalui protein pembungkus HIV, dapat terdeteksi lebih cepat yakni 1-3 minggu
setelah infeksi awal, sehingga membantu efektivitas deteksi dini HIV.
Sel CD4
26
27
Pemeriksaan dilakukan umumnya dilakukan pada penderita yang telah terbukti positif
terinfeksi HIV, untuk mendapatkan gambaran imunitas seseorang, melalui jumlah sel
CD4, juga bermanfaat sebagai kontrol keberhasilan pengobatan ARV (Antiretroviral).
Nilai normal berkisar antara 500-1500 sel/mm3.
Dokter perlu memperhatikan jumlah sel CD4 karena bila di bawah 200 sel/mm3
mengarah kepada kondisi imunokompromais, salah satu tanda fase acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
Viral Load
Pemeriksaan viral load dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah virus HIV
dalam darah. Nilai hasil pemeriksaan viral load akan menjadi penanda tingkatan
virulensi penderita. Pemeriksaan ini menjadi indikator dan sebagai target dalam terapi
antiretroviral (ARV). Diharapkan setelah menjalani ARV, nilai viral load dapat turun
hingga tidak terdeteksi. Hal ini menandakan konsumsi ARV berhasil menekan
aktivitas HIV dan virulensi menjadi tergolong rendah.
pencegahan Varicella
-melakukan vaksinasi
-menjaga kebersihan tangan
-menjaga kebersihan tubuh
-memakai pakaian yg bersih
pencegahan hepatitis B
-melakukan vaksinasi
-biasakan mencuci tangan
-hati-hati terhadap penggunaan jarum suntik
-melakukan seks yg aman
pencegahan HIV
-hindari seks bebas
-jangan menggunakan jarum suntik secara bergantian
27
28
-menggunakan kondom
-perhatikan luka yang terbuka
-melakukan vaksinasi
-Pre-exposure Prophylaxis (PrEP)
28
29
Kedua jenis obat tersebut terbukti dapat mengatasi nyeri setelah herpes walaupun
buka termasuk obat anti-nyeri.
2. Pengobatan hiv
a. Penanganan umum
Setelah dilakukan diagnosa hiv, pengobatan dilakukan untuk
memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan
untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan
terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.
Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan hiv didalam tubuh.
Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat khusus
yang dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan
obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah
infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin parah
b. Penanganan khusus
Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan atas
permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko pms dan
hubungannya dengan hiv, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
Upayakan ketersediaan uji serologic
Konseling spesifik bagi mereka yang tertular hiv, terutama yang berkiatan
dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
Lakukan terapi (azt sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus
(30.000-50.000) kopi rna/ml atau jika cd4 menurun secara dratis
29
30
30
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
31
32
DAFTAR PUSTAKA
32