BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO 2
GUSI BENGKAK
Seorang laki-laki berusia 46 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gusi bengkak
dan berdarah pada saat menyikat gigi. Dari anamnesis pernah dilakukan eksisi 6
bulan lalu dan rekuren 1 bulan setelahnya. Gusi tersebut terasa tidak nyaman
(mengganjal) saat kena bibir. Pemeriksaan ekstra oral tidak ada kelainan.
Pemeriksaan intra oral tampak adanya nodula di gingiva regio gigi 24 dan 25
dengan ukuran diameter 2,5 cm, eritema, bertangkai, lunak dan seperti karet spons
(spongy) dengan oral hygiene baik. Semua penyakit pasti ada obatnya dan
mengenai penyakit ada terdapat dalam alquran atau tafsir.
Spongy : tekstur dari jaringan yang padat tapi kenyal dan elastis, seperti ada
pori-pori pada permukaan
Nodula : jaringan tidak normal yang berupa tonjolan, jaringan padat yang
tebal, dapat sembuh dengan sendiri, besar nya lebih dari 0,5 cm, seperti
papula dan meluas ke dermin.
Eksisi : suatu tindakan bedah dengan cara membuang/ memotong, eksisi itu
mengambil jaringan yang dicurigai, eksisi dilakukakan dengan tujuan
sebagai pemeriksaan penunjang, terbagi dua eksisi simple yaitu
pengambilan penonjolan seluruh nya dan eksisi
Jawab : karena adanya benjolan atau nodula yang mengganjal krena letak
terjadinya pada gigi depan pasien.
Gusi Bengkak
Pemeriksaan
n
Diagnosa
Etiologi Utama
Banding
Epulis Granolomatosa
Perawatan
Etiologi :
suatu reaksi jaringan yang granulomatik karena iritasi kronik (kalkulus, sisa
akar, karies diservikal).
Dapat juga sebagai akibat dampak paska bedah ekstraksi gigi(Leong and Seng,
1998).
A. DIAGNOSIS UTAMA
Epulis Granulomatosa
Epulis granulomatosa dapat terjadi pada semua umur namun kasus ini paling
banyak didiagnosa pada pasien dalam golongan umur 40-60 tahun, dan terutama
terjadi pada wanita.
Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi, kaya
vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya berwarna
merah keunguan. Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran
kurang dari 2 cm namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm.
Terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang mengalami
proliferasi dengan rete peg (papil epitel yang masuk ke dalam stroma jaringan ikat
dibawah epitel) yang tidak beraturan. Perawatan dengan eksisi. (Sudiono, 2008)
Gejala tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna
yang bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarna
keunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas. (Ghadimi et al., 2015)
Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah
berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini berukuran
diameter tidak lebih dari 2 cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran lesi
yang jauh lebih besar sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.Umumnya
lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera setelah ibu
melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini sebaiknya
ditunda hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan perdarahan terus
terjadi sehingga mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan rutinitas sehari-hari
(Suprianto, kosno and Herawati, 2016).
Namun pada kasus-kasus dimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir,
diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara histologis. Rekurensi yang terjadi
secara spontan dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4 bulan setelah
melahirkan.Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu pengunyahan
dan bicara, tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif.
Namun terkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat dengan laser karena
memberi keuntungan yaitu sedikit perdarahan(Verma et al., 2015)
2. Epulis fibromatosa
Epulis jenis ini lebih sering dujumpai dibandingkan jenis lainnya dan sering
mengalami rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak sempurna.
Umumnya dijumpai pada orang dewasa. Terutama pada bagian gingiva, bibir dan
mukosa bagian bukal(Witjaksono and Al Ani, 2005)
etiologi : iritasi kronis
klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi kenyal
pengobatan : eksisi
terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah
10
Secara mikroskopis terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis
yang mengalami proliferasi dengan ditandai oleh adanya rate peg tidak beraturan.
Stroma terdiri dari jaringan ikat fibrosa padat dan kolagen yang tersusun dalam
berkas yang tidak beraturan. Juga ada sel radang kronis dalam stroma(Ghadimi et
al., 2015).
3. Epulis Kongenital
Penyebab dari terjadinya epulis kongenital belum pasti namun para ilmuwan
meyakini bahwa epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang asalnya dari
neural crest.
Epulis tipe ini adalah kondisi kongenital yang sangat jarang ditemui, dan
terjadi pada bayi saat kelahiran. Dari penelitian didapati bahwa epulis kongenital
lebih banyak dijumpai pada bayi perempuan daripada laki-laki dengan rasio 8:1,
11
dan paling banyak terjadi pada maksila (rahang atas) dibandingkan mandibula
(rahang bawah).
kasus yang pertama kali dilaporkan pada tahun 1871 dan hingga kini hanya
sekitar 200 kejadian yang pernah dilaporkan. Pada bayi yang baru lahir dijumpai
massa tonjolan pada mulutnya, biasanya pada tulang rahang atas bagian anterior
(depan). Dari 10% kasus yang dilaporkan, lesi yang terjadi adalah lesi multipel
namun dapat juga berupa lesi tunggal. Ukuran lesi bervariasi, dari 0.5 cm hingga 2
cm namun ada kasus di mana ukuran epulis mencapai 9 cm. lesi ini lunak,
bertangkai dan terkadang berupa lobus-lobus dari mukosa alveolar. Bila epulis
terlalu besar, dapat mengganggu saluran pernafasan dan menyulitkan bayi saat
menyusui.
Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang
terjadi pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak
rekuren dan tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan. Kelainan ini dapat
ditemui secara dini saat sang ibu memeriksakan kandungan melalui alat
sonography namun diagnosa yang pasti belum dapat ditegakkan.
Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya dan
menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi yang
berukuran kecil tidak membutuhkan perawatan.(Boer et al., 2011)
4. Epulis Angiomatosa (Epulis Telangiecticum)
Merupakan respon granulasi yang berlebihan yang merupakan reaksi endotel
(proliferasi) dan etiologinya disebabkan oleh trauma atau tidak diketahui namun
diduga karena hemangioma gingiva. Dikatakan respon berlebihan karena
12
pertumbuhan cepat, berbatas jelas, konsistensi lunak seperti spons, merah cerah dan
mudah berdarah.(Liu et al., 2012)
2. Prosesur Operatif
a. Infus dan Anestasi Umum
Sebelum dilakukan pengambilan epulis granulomatosa, pasien dilakukan
anastesi terlebih dahulu. Anastesi yang dilakukan adalah general anastesi
dengan metode inhalasi. (Sukardi, 2014)
b. Exstirpasi
Setelah pasien teranastesi, lidah difiksasi dengan dilakukan penjahitan
pada ujung lidah dan ditarik kearah anterior. Selanjutnya, dilakukan insisi
pada tepi massa epulis hingga tepi lidah. Massa dipotong sampai dasarnya
hingga terlibat jaringan sehat. (Sukardi, 2014)
c. Irigasi dan Hecting
Dilakukan irigasi menggunakan povidon iodin. Kemudian, dilakukan
hecting pada daerah luka. (Sukardi, 2014)
14
PROGNOSIS EPULIS