Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi, kaya
vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya berwarna merah
keunguan.
Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran kurang dari 2 cm
namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm. Terlihat jaringan gusi dibatasi
oleh epitel gepeng berlapis yang mengalami proliferasi dengan rete peg (papil epitel yang
masuk ke dalam stroma jaringan ikat dibawah epitel) yang tidak beraturan. Perawatan
dengan eksisi. (Sudiono, 2008)
B. DIAGNOSIS BANDING (DD)
1. Epulis Gravidarum (Tumor Kehamilan)
Epulis gravidarum adalah granuloma pyogenik yang berkembang pada gusi selama
kehamilan. Tumor ini merupakan lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak mulut dengan
angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 % dari ibu hamil. Epulis tipe ini berkembang
dengan cepat, dan ada kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.Tumor
kehamilan ini biasanya muncul pada trimester pertama kehamilan namun ada pasien yang
melaporkan kejadian ini pada trimester kedua kehamilannya.
Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon estrogen dan progestin
pada saat kehamilan. Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini masih belum
dipastikan, namun diduga kuat berhubungan erat dengan perubahan hormonal yang
terjadi pada saat wanita hamil. Faktor lain yang memberatkan keadaan ini adalah
kebersihan mulut ibu hamil yang buruk.
Secara mikroskopis terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang
mengalami proliferasi dengan ditandai oleh adanya rate peg tidak beraturan. Stroma
terdiri dari jaringan ikat fibrosa padat dan kolagen yang tersusun dalam berkas yang tidak
beraturan. Juga ada sel radang kronis dalam stroma.
Gambar 4. Mikroskopis epulis fibromatosa
3. Epulis Kongenital
Penyebab dari terjadinya epulis kongenital belum pasti namun para ilmuwan
meyakini bahwa epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang asalnya dari
neural crest.
Epulis tipe ini adalah kondisi kongenital yang sangat jarang ditemui, dan terjadi
pada bayi saat kelahiran. Dari penelitian didapati bahwa epulis kongenital lebih banyak
dijumpai pada bayi perempuan daripada laki-laki dengan rasio 8:1, dan paling banyak
terjadi pada maksila (rahang atas) dibandingkan mandibula (rahang bawah).
Gambar 7. Seorang bayi perempuan dengan congenital epulis, kasus yang pertama kali
dilaporkan pada tahun 1871 dan hingga kini hanya sekitar 200 kejadian yang pernah
dilaporkan.
Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya, biasanya pada
tulang rahang atas bagian anterior (depan). Dari 10% kasus yang dilaporkan, lesi yang
terjadi adalah lesi multipel namun dapat juga berupa lesi tunggal. Ukuran lesi bervariasi,
dari 0.5 cm hingga 2 cm namun ada kasus di mana ukuran epulis mencapai 9 cm. lesi ini
lunak, bertangkai dan terkadang berupa lobus-lobus dari mukosa alveolar. Bila epulis
terlalu besar, dapat mengganggu saluran pernafasan dan menyulitkan bayi saat
menyusui..
Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang terjadi
pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak rekuren dan
tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan. Kelainan ini dapat ditemui secara dini
saat sang ibu memeriksakan kandungan melalui alat sonography namun diagnosa yang
pasti belum dapat ditegakkan.
Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya dan
menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi yang
berukuran kecil tidak membutuhkan perawatan.