Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini
dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai
pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi
hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi
agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis
virus akut (Ester, 2002).
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit
hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena
penykit hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta
kematian setiap tahunnya (Sudoyo, 2007). Infeksi virus hepatitis bisa
berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati.
Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan
baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu
gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah,
nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti
teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh
menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu
bulan. (Smeltzer, 2002)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi hepatitis ?
2. Apakah etiologi hepatitis ?
3. Apa saja jenis-jenis hepatitis ?
4. Apakah manifestasi klinis hepatitis
5. Apa patofisiologi hepatitis ?
6. Bagaimana patoflodiagram dari hepatitis ?
1
7. Bagaimana epidemologi dari hepatitis ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari hepatitis ?
9. Bagaimana pengobatan dari hepatitis ?
10. Bagaimana pencegahan dari hepatitis ?
11. Bagaimana diagnosa dari hepatitis ?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi hepatitis
2. Agar mahasiswa mengetahui Apakah etiologi hepatitis
3. Agar mahasiswa mengetahui Apa saja jenis-jenis hepatitis
4. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis hepatitis
5. Agar mahasiswa mengetahui Apa patofisiologi hepatitis
6. Agar mahasiswa mengetahui epidemologi dari hepatitis
7. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari hepatitis
8. Agar mahasiswa mengetahui pengobatan dari hepatitis
9. Agar mahasiswa mengetahui pencegahan dari hepatitis
10. Agar mahasiswa mengetahui diagnosa dari hepatitis

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian hepatitis
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (Sudoyo, 2007).
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas (Wening, 2008).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati.
Hepatititis dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit
kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa
belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi
yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang
hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan,
karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga
karena adanya peradangan pada kantung empedu.

2.2 Etiologi hepatitis


1. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA
untai tunggal dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta
dapat terjadi pada usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-
oral, makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual
(mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-
rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan pada
sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna obat,
hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan
gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 cm yang dapat
dideteksi didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya
3
kadar antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan
untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa
akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya
hingga menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di
masa lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah
ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa
gejala. Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas
atas dan anoreksia yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang
rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak untuk melakukan
detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai
dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua
gejala akan hilang setelah fase ikterus.
2. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA
berselubung ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya
parenteral (fekal-oral) terutama melalui darah, kontak langsung, kontak
seksual, oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari dengan
rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada aktivitas homoseksual,
pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan IV,
hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi
lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa
timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan,
dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan
lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin
berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar
hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar
limfe servikal posterior juga membesar.

4
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel
HbcAg, HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi
dalam hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relatif lama
sehingga memungkinkan penularan virus tersebut.
3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus
RNA untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan
terutama melalui darah hubungan seksual dan perinatal. Masa
inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya
pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan
keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien
faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi. HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter
50-60 nm. Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap
HCV banyak menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan
pemeriksaan rekombinan suplemental (recombinant assay, RIBA).
4. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen
virus RNA untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan
terutama darah tapi sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral.
Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi
pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV, penderita
hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan. Hepatitis D terdapat
pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen permukaan
hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang
beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg
pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Gejala
hepatitis D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk

5
menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang
kronis serta sirosis hati.
5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH
dengan agen virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan
fekal-oral dan melali air, bisa terjadi pada dewasa muda hingga
pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko
penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah
endemis. HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil
berdiameterkurang lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis
hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan
pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.

2.3 Jenis-jenis hepatitis


1. Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui
kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang
terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret
saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa
inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi
paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
2. Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum
suntik, atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah
mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja
parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap
darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan, pria
homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak
kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien
6
hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan
sampai timbul gejala klinis.
3. Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab
tersering infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah
komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi
terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi
adalah pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk darah,
potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan keamanan
masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama
18-180 hari.
4. Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV
bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada
individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan
infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius
melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna
obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya
individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum
diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya
hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian
5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui
ingeti air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah
orang yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau
Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda
hingga pertengahan.
6. Kemungkinan hepatitis F dan G

7
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini
para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang
terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali
infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan
hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi
darah jarum suntik.

2.4 Manifestasi klinis hepatitis


Manifestasi klinis hepatitis menurut (Sudoyo, 2007)terdiri dari:
1. Masa tunas
a. Virus A :15-45 hari (rata-rata 25 hari)
b. Virus B :40-180 hari (rata-rata 75 hari)
c. Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali
timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit.
Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise,
lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-
gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera
yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru
berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa
seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4. Fase penyembuhan

8
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15
hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal,
penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

2.5 Patofisiologi hepatitis


Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-
obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada
sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami
hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar
karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan
dengan adanya rasa mual dan nyeri di uluh hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.
Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk
ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati
dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
9
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang
sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja
tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air,
maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

10
2.6 Pathofisiologi Diagram

Pengaruh alkohol, Virus hepatitis,


Infeksi

Hipertermi Inflamasi pada hepar Peregangan Kapsula hati

Gangguan metabolisme Gangguan suplay darah normal pada Hepatomegali


karbohidrat lemak dan protein sel-sel hepar

Perubahan Kenyamanan Kerusakan sel parenikm, sel hati, Perasaan tidak nyaman dikuadran
kana atas
dan duktuli empedu intrahepatik

Kogenesis Glukoneogenesis Nyeri Anoreksia


menurun menurun

Perubahan nutrisi:
Glikogen dalam hepar Kurang dari kebutuhan
Obstruksi tubuh
berkurang
Glikogenolisis menurun
Kerusakan konjugasi
Kerusakan sel ekresi
Glukosa dalam darah berkurang
Retensi bilirubin Bilirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus
Cepat lelah Regurgitasi pada duktuli
empedu intra hepatik
Bilirubin direk meningkat

Keletihan
Peningkatan garam empedu dalam
Larut dalam air Ikterus
darah

Pruritus
Bilirubia dalam
Ekskresi kedalam
Perubahan Kenyamanan kemih berwarna
kemih
gelap

2.7 Epidemologi dari hepatitis


11
Hepatitis merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang berpengaruh terhadap angka kesakitan, angka
kematian, status kesehatan masyarakat, angka harapan hidup, dan dampak
ekonomi sosial lainnya.
Prevalensi hepatitis di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 1,2% meningkat
dua kali lipat dibandingkan riskesdas 2011 yang sebesar 0,6%. NTT merupakan
provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi pada tahun 2017 yaitu sebesar
4,3% (Pusdatin, 2018).
Prevalensi hepatitis di Provinsi Papua merupakan prevalensi tertinggi di
Indonesia mencapai 12,8% (Dinkes Provinsi Papua, 2018), Sedangkan
dikabupaten Jayapura pada tahun 2017 mencapai 234 kasus yang tersebar di
berbagai kabupaten yang ada di Jayapura (Dinkes Kabupaten Jayapura.
2.8 Penatalaksanaan dari hepatitis
Dalam penatalaksanaan untuk penderita hepatitis dapat harus dilakukan sesuai
dengan sifat-sifat dari hepatitis.
a. Hepatitis Akut
Terdiri dari istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa
1) Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan untuk istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian
diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang
buruk.

2) Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di
berikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup
kalori ( 30 – 35 kalori/kg BB ) dengan protein cukup ( 1 gr/kg BB ).
Pemberin lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.
12
3) Medikalmentosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan
bilirubin darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestatis yang
berkepanjangan, dimana transamenase serum sudah kembali normal
tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednisone
3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off. Berikan obat
– obat yang bersifat melindungi hati.
- Antibiotic tidak jelas kegunaannya
- Jangan diberikan antiemetic. Jika perlu sekali dapat diberikan
golongan fenotiaz
- Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma, penanganan seperti
koma hepatik.
b. Hepatitis Kronik
Menurut Arif Mansjoer (2001) Obat yang dinilai bermanfaat untuk
pengobatan hepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat tersebut adalah
suatu protein selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita
akibat rangsangan virus atau akibat induksi mikroorganisme, asam nukleat,
anti gen, mitogen, dan polimer sintetik. Interferon mempunyai efek antivirus,
imunomodulasi, dan antiproliferatif.

2.9 Pencegahan dari hepatitis


Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai
saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga satu-satunya jalan
untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru
ada vaksin hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B sajalah yang paling
banyak diselidiki baik mengenai perjalanan penyakitnya maupun
komplikasinya.

13
Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang
telah kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel
ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di
suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin
hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan sekali
sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan kemudian.
Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Bayi yang lahir
dari ibu yang mengidap penyakit hepatitis B, harus di vaksinasi hepatitis B
segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi setelah berumur
sebulan.
Secara keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan
memakai sarung tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan
harus hati-hati memasang kembali tutup jarum suntik. Perhatikan cara
pembuangan bahan-bahan terkontaminasi dan pembersihan alat-alat dan
permukaan yang terkontaminasi.

2.10 Pengobatan hepatitis


Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama
fase akut penting dilakukan dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat
umumnya merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita.
Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut
bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi
sehingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B atau hepatitis C simtomatik adalah
terapi antivirus dengan interferon-α. Terapi antivirus untuk hepatitis D kronis
membutuhkan pasien uji eksperimental. Jenis hepatitis kronis ini memiliki resiko
tertinggi untuk berkembangnya sirosis.
Obat hepatitis hanya diperoleh dengan resep dokter. Namun terdapat obat
alternatif sebagai tambahan obat yag diberikan dokter.
14
2.11 Diagnosa dari hepatitis
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan tentang masalah aktual dengan
aktivitas kehidupan sehari-hari seperti yang dialami oleh pasien.
1. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah, diare,
dan pendarahan
2. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi hati.
3. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, diare, mual atau muntah.
4. Resiko intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan
kelelahan.
5. Resiko infeksi yang berhubungan dengan penyebaran virus hepatitis melalui
kontak dengan pengunjung dan staf.
6. Isolasi sosial yang berhubungan dengan status isolasi (jika anak mengidap
hepatitis B)
7. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah,
penyakit, dan pencegahan kekambuhan.
8. Ketidakefektifan koping keluarga : penurunan yang berhubungan dengan
rawat nginap di rumah sakit.
9. Defisit pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di rumah.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (Sudoyo, 2007). Hepatitis adalah infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas (Wening, 2008).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis
dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang sudah
teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan
E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan
hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama

3.2 Saran
Dalam hal ini yang perlu kita lakukan untuk mencegah penyakit ini
sebaiknya kita lebih menjaga diri dari keterpaparan penyakit ini dan lebih dini
untuk memeriksakan diri ke dokter. Infeksi hepatitis terjadi dengan
menyerang salah satu organ paling penting yaitu hati. Untuk mengurangi
keterpaparan infeksi hepatitis dapat dilakukan usaha-usaha pengobatan yaitu
memeriksakan diri ke dokter, pemberian obat secara rutin, pemberian vaksin,
menjalankan pola hidup sehat, hindari aktifitas berat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Ester, M. (2002). Book of Nursing Diagnosis Edisi 10. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2007). Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 1. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Wening, S. (2008). Care Your Self Hepatitis . Jakarta: Penebar Plus.

17

Anda mungkin juga menyukai