PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini
dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai
pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi
hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi
agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis
virus akut (Ester, 2002).
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit
hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena
penykit hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta
kematian setiap tahunnya (Sudoyo, 2007). Infeksi virus hepatitis bisa
berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati.
Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan
baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu
gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah,
nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti
teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh
menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu
bulan. (Smeltzer, 2002)
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi hepatitis
2. Agar mahasiswa mengetahui Apakah etiologi hepatitis
3. Agar mahasiswa mengetahui Apa saja jenis-jenis hepatitis
4. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis hepatitis
5. Agar mahasiswa mengetahui Apa patofisiologi hepatitis
6. Agar mahasiswa mengetahui epidemologi dari hepatitis
7. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari hepatitis
8. Agar mahasiswa mengetahui pengobatan dari hepatitis
9. Agar mahasiswa mengetahui pencegahan dari hepatitis
10. Agar mahasiswa mengetahui diagnosa dari hepatitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian hepatitis
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (Sudoyo, 2007).
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas (Wening, 2008).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati.
Hepatititis dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit
kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa
belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi
yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang
hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan,
karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga
karena adanya peradangan pada kantung empedu.
4
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel
HbcAg, HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi
dalam hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relatif lama
sehingga memungkinkan penularan virus tersebut.
3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus
RNA untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan
terutama melalui darah hubungan seksual dan perinatal. Masa
inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya
pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan
keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien
faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi. HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter
50-60 nm. Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap
HCV banyak menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan
pemeriksaan rekombinan suplemental (recombinant assay, RIBA).
4. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen
virus RNA untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan
terutama darah tapi sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral.
Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi
pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV, penderita
hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan. Hepatitis D terdapat
pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen permukaan
hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang
beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg
pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Gejala
hepatitis D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk
5
menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang
kronis serta sirosis hati.
5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH
dengan agen virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan
fekal-oral dan melali air, bisa terjadi pada dewasa muda hingga
pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko
penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah
endemis. HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil
berdiameterkurang lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis
hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan
pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.
7
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini
para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang
terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali
infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan
hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi
darah jarum suntik.
4. Fase penyembuhan
8
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15
hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal,
penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
10
2.6 Pathofisiologi Diagram
Perubahan Kenyamanan Kerusakan sel parenikm, sel hati, Perasaan tidak nyaman dikuadran
kana atas
dan duktuli empedu intrahepatik
Perubahan nutrisi:
Glikogen dalam hepar Kurang dari kebutuhan
Obstruksi tubuh
berkurang
Glikogenolisis menurun
Kerusakan konjugasi
Kerusakan sel ekresi
Glukosa dalam darah berkurang
Retensi bilirubin Bilirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus
Cepat lelah Regurgitasi pada duktuli
empedu intra hepatik
Bilirubin direk meningkat
Keletihan
Peningkatan garam empedu dalam
Larut dalam air Ikterus
darah
Pruritus
Bilirubia dalam
Ekskresi kedalam
Perubahan Kenyamanan kemih berwarna
kemih
gelap
2) Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di
berikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup
kalori ( 30 – 35 kalori/kg BB ) dengan protein cukup ( 1 gr/kg BB ).
Pemberin lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.
12
3) Medikalmentosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan
bilirubin darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestatis yang
berkepanjangan, dimana transamenase serum sudah kembali normal
tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednisone
3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off. Berikan obat
– obat yang bersifat melindungi hati.
- Antibiotic tidak jelas kegunaannya
- Jangan diberikan antiemetic. Jika perlu sekali dapat diberikan
golongan fenotiaz
- Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma, penanganan seperti
koma hepatik.
b. Hepatitis Kronik
Menurut Arif Mansjoer (2001) Obat yang dinilai bermanfaat untuk
pengobatan hepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat tersebut adalah
suatu protein selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita
akibat rangsangan virus atau akibat induksi mikroorganisme, asam nukleat,
anti gen, mitogen, dan polimer sintetik. Interferon mempunyai efek antivirus,
imunomodulasi, dan antiproliferatif.
13
Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang
telah kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel
ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di
suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin
hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan sekali
sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan kemudian.
Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Bayi yang lahir
dari ibu yang mengidap penyakit hepatitis B, harus di vaksinasi hepatitis B
segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi setelah berumur
sebulan.
Secara keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan
memakai sarung tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan
harus hati-hati memasang kembali tutup jarum suntik. Perhatikan cara
pembuangan bahan-bahan terkontaminasi dan pembersihan alat-alat dan
permukaan yang terkontaminasi.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (Sudoyo, 2007). Hepatitis adalah infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas (Wening, 2008).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis
dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang sudah
teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan
E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan
hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama
3.2 Saran
Dalam hal ini yang perlu kita lakukan untuk mencegah penyakit ini
sebaiknya kita lebih menjaga diri dari keterpaparan penyakit ini dan lebih dini
untuk memeriksakan diri ke dokter. Infeksi hepatitis terjadi dengan
menyerang salah satu organ paling penting yaitu hati. Untuk mengurangi
keterpaparan infeksi hepatitis dapat dilakukan usaha-usaha pengobatan yaitu
memeriksakan diri ke dokter, pemberian obat secara rutin, pemberian vaksin,
menjalankan pola hidup sehat, hindari aktifitas berat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17