Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 4

1. MUHAMMAD HILAL ISWANDI (P07120419053)


2. NI KADEK PUJA ASTUTI (P07120419054)
3. NI MADE NONIK KARSANI (P07120419055)
4. NOFITA AFIANI ARSIH (P07120419056)
5. NUR AINI MUFIDA(P07120419057)

TINGKAT II B
KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROGRAM PROFESI
KEPERAWATAN
T.A. 2020/2021

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha
Esa. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “ASKEP HEPATITIS”. Terima kasih kami
ucapkan kepada Dosen Pengajar yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa mnyelesaikan tugas
ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusun, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Mataram, 19 Agustus 2020

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................,...........ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................,........2
C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A.Konsep Teori Hepatitis.......................................................................................3
B. Konsep Asuhan Keperawatan Hepatitis ..........................................................21

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................................33
B. Saran..................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang
penyebarannya luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi
pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab
yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis
C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda
antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip,
yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan
infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan
HBV (Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama
yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini
dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A
atau B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan
non-B (NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990).
Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang
pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau
disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral
(Enterically Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for
Disease Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH
sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990;
Purcell, 1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel
virus yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi
Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa
HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting
tidak hanya di Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini
menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat
dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar
air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia
ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease
Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya
dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas
akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan
dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori hepatitis?
2. Bagaimana konsep askep hepatitis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep teori hepatitis.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep askep hepatitis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Hepatitis

Hepatitis merupakan infeksi pada hati, baik disebabkan oleh virus atau
tidak. Hepatitis yang disebabkan oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B,
dan tipe C. hepatitis yang tidak disebabkanoleh virus biasanya disebabkan
oleh adanya zat-zat kimia atau obat, seperti karbon tetraklorida, jamur racun,
dan vinyl klorida (Asep suryana abdurahmat, 2010: 153).
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau
obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan
kimia. (Sujono Hadi, 1999)
1. Hepatitis A
Hepatitis adalah proses peradangan difus pada sel hati. Hepatitis A adalah
hepatitis yang disebabkan oleh infeksi Hepatitis A Virus. Infeksi virus
hepatitis A dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, diantaranya
adalah hepatitis fulminant, autoimun hepatitis, kolestatik hepatitis,
hepatitis relaps, dan sindroma pasca hepatitis (sindroma kelelahan kronik).
Hepatitis A tidak pernah menyebabkan penyakit hati kronik.
 Etiologi Hepatitis A Virus
Hepatitis A disebabkan oleh hepatitis A virus. Virus ini termasuk
6
virus RNA, serat tunggal, dengan berat molekul 2,25-2,28 x 10 dalton,
simetri ikosahedral, diameter 27-32 nm dan tidak mempunyai selubung.
Mempunyai protein terminal VPg pada ujung 5’nya dan poli(A) pada
ujung 3’nya. Panjang genom HAV: 7500-8000 pasang basa. Hepatitis A
virus dapat diklasifikasikan dalam famili picornavirus dan genus
hepatovirus.

Gambar 1. Gambar skematik virus hepatitis A . Dikutip dari kepustakaan


 Transmisi Hepatitis A Virus
Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral dari makanan dan
minuman yang terinfeksi. Dapat juga ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit ini terutama menyerang golongan sosial ekonomi
rendah yang sanitasi dan higienenya kurangbaik.Masa inkubasi
penyakit ini adalah 14-50 hari, dengan rata-rata 28 hari. Penularan
berlangsung cepat. Pada KLB di suatu SMA di Semarang, penularan
melalui kantin sekolah diperburuk dengan sanitasi kantin dan WC
yang kurangbersih.

 Patogenesis Hepatitis A Virus

HAV didapat melalui transmisi fecal-oral; setelah itu orofaring dan


traktus gastrointestinal merupakan situs virus ber-replikasi. Virus
HAV kemudian di transport menuju hepar yang merupakan situs
primer replikasi, dimana pelepasan virus menuju empedu terjadi yang
disusul dengan transportasi virus menuju usus dan feses. Viremia
singkat terjadi mendahului munculnya virus didalam feses dan hepar.
Pada individu yang terinfeksi HAV, konsentrasi terbesar virus yang di
ekskresi kedalam feses terjadi pada 2 minggu sebelum onset ikterus,
dan akan menurun setelah ikterus jelas terlihat. Anak-anak dan bayi
dapat terus mengeluarkan virus selama 4-5 bulan setelah onset dari
gejala klinis. Berikut ini merupakan ilustrasi dari patogenesis hepatitis
A.

Kerusakan sel hepar bukan dikarenakan efek direct cytolytic


dari HAV; Secara umum HAV tidak melisiskan sel pada berbagai
sistem in vitro. Pada periode inkubasi, HAV melakukan replikasi
didalam hepatosit, dan dengan ketiadaan respon imun, kerusakan
sel hepar dan gejala klinis tidak terjadi.

Banyak bukti berbicara bahwa respon imun seluler merupakan


hal yang paling berperan dalam patogenesis dari hepatitis A.
Kerusakan yang terjadi pada sel hepar terutama disebabkan oleh
mekanisme sistem imun dari Limfosit-T antigen-specific.
Keterlibatan dari sel CD8+ virus-specific, dan juga sitokin,seperti
gamma-interferon, interleukin-1-alpha (IL-1-α), interleukin-6 (IL-
6), dan tumor necrosis factor (TNF) juga berperan penting dalam
eliminasi dan supresireplikasi virus. Meningkatnya kadar interferon
didalam serum pasien yang terinfeksi HAV, mungkin bertanggung
jawab atas penurunan jumlah virus yang terlihat pada pasien
mengikuti timbulnya onset gejala klinis. Pemulihan dari hepatitis A
berhubungan dengan peningkatan relatif dari sel CD4+ virus-
6,
specific dibandingkan dengan sel CD8+. Immunopatogenesis dari
hepatitis A konsisten mengikuti gejala klinis dari penyakit. Korelasi
terbalik antara usia dan beratnya penyakit mungkin berhubungan
dengan perkembangan sistem imun yang masih belum matur pada
individu yang lebih muda, menyebabkan respon imun yang lebih
ringan dan berlanjut kepada manifestasi penyakit yang lebih ringan.

Dengan dimulainya onset dari gejala klinis, antibodi IgM dan


35
IgG anti-HAV dapat terdeteksi. Pada hepatitis A akut, kehadiran
IgM anti-HAV terdeteksi 3 minggu setelah paparan, titer IgM anti-
HAV akan terus meningkat selama 4-6 minggu, lalu akan terus
turun sampai level yang tidak terdeteksi dalam waktu 6 bulan
infeksi. IgA dan IgG anti-HAV dapat dideteksi dalam beberapa hari
setelah timbulnya gejala. Antibodi IgG akan bertahan selama
bertahun-tahun setelah infeksi dan memberikan imunitas seumur
hidup. Pada masa penyembuhan, regenerasi sel hepatosit terjadi.
Jaringan hepatosit yang rusak biasanya pulih dalam 8-12 minggu.

 Manifestasi Klinis Hepatitis A Virus

Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi


asimptomatik tanpa ikterus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis
fulminant yang dapat menimbulkan kematian hanya dalam beberapa
hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi,
fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen
(penyembuhan).

 Fase Inkubasi. Merupakan waktu antara masuknya virus dan


timbulnyagejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk
tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada dosis
inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis
2
inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis A fase
inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-
30 hari.

 Fase Prodromal (pra ikterik). Fase diantara timbulnya

keluhan-keluhanpertama dan timbulnya gejala ikterus.

Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise

umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas

atas dan anorexia. Mual muntah dan anoreksia berhubungan

dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Demam derajat

rendah umunya terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen

biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau


epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi

jarang menimbulkan kolesistitis.



 Fase Ikterus.Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga

munculbersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus

fase ini tidak terdeteksi. Setelah tibul ikterus jarang terjadi

perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi

perbaikan klinis yang nyata.

 Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan

menghilangnyaikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan

abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih

sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan

membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis

dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10%

kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya

<1% yang menjadi fulminant.

 Diagnosis Hepatitis A Virus


Untuk menegakan diagnosis HAV diperlukan beberapa pemeriksaan.
Pemeriksaan tersebut antara lain adalah:
A. Pemeriksaan Klinis
Diagnosis klinik ditegakan berdasarkan keluhan seperti
demam, kelelahan, malaise, anorexia, mual dan rasa tidak
nyaman pada perut. Beberapaindividu dapat mengalami diare.
Ikterus (kulit dan sclera menguning), urin berwarna gelap, dan
feses berwarna dempul dapat ditemukan beberapa hari kemudian.
Tingkat beratnya penyakit beraragam, mulai dari asimtomatik
(biasa terjadi pada anak-anak), sakit ringan, hingga sakit yang
menyebabkan hendaya yang bertahan selama seminggu sampai
sebulan.
B. Pemeriksaan Serologik
Adanya IgM anti-HAV dalam serum pasien dianggap
sebagai goldstandard untuk diagnosis dari infeksi akut hepatitis
A.7Virus dan antibodydapat dideteksi dengan metode komersial
RIA, EIA, atau ELISA. Pemeriksaan diatas digunakan untuk
mendeteksi IgM anti-HAV dan total anti-HAV (IgM dan IgG).
IgM anti-HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan
setelahnya. Dikarenakan IgG anti-HAV bertahan seumur hidup
setelah infeksi akut, maka apabila seseorang terdeteksi IgG anti-
HAV positif tanpa disertai IgM anti-HAV, mengindikasikan
adanya infeksi di masa yang lalu. Pemeriksaan imunitas dari HAV
tidak dipengaruhi oleh pemberian passive dari
Immunoglobulin/Vaksinasi, karena dosis profilaksis terletak
dibawah level dosis deteksi.
C. Rapid Test
Deteksi dari antibodi dapat dilakukan melalui rapid test
menggunakan metode immunochromatographic assay, dengan alat
diagnosis komersial yang tersedia. Alat diagnosis ini memiliki 3
garis yang telah dilapisi oleh antibodi, yaitu “G” (HAV IgG Test
Line), “M” (HAV IgM Test Line), dan “C” (Control Line) yang
terletak pada permukaan membran. Garis “G” dan “M” berwarna
ungu akan timbul pada jendela hasil apabila kadar IgG dan/atau
IgM anti-HAV cukup pada sampel. Dengan menggunakan rapid
test dengan metode immunochromatographic assay didapatkan
spesifisitas dalam mendeteksi IgM anti-HAV hingga tingkat
keakuratan 98,0% dengan tingkat sensitivitas hingga 97,6%.
D. Pemeriksaan Penunjang Lain
Diagnosis dari hepatitis dapat dibuat berdasarkan
pemeriksaan biokimia dari fungsi liver (pemeriksaan laboratorium
dari: bilirubin urin dan urobilinogen, total dan direct bilirubin
serum, alanine transaminase (ALT) dan aspartate transaminase
(AST), alkaline phosphatase (ALP), prothrombin time (PT), total
protein, serum albumin, IgG, IgA, IgM, danhitung sel darah
lengkap). Apabila tes lab tidak memungkinkan, epidemiologic
evidence dapat membantu untuk menegakan diagnosis.
2. Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B
yang merusak hati dengan masa inkubasi 14-160 hari. Penyebaran
penyakit melalui darah dan produknya, suntikan yang tidak aman,
transfusi darah, proses persalinan, melalui hubungan seksual.

Penularan perinatal adalah penularan yang terjadi saat persalinan.


Sebagian besar ibu dengan Hepatitis B akan menularkan infeksi HBV
vertikal pada bayi yang dilahirkannnya sedangakan ibu yang anti Hbe
positif tidak akan menularkannya. Penularan post natal terjadi setelh
bayi lahir misalnya melalui ASI yang diduga tercemar HBV lewat luka
kecil dalam mulut bayi. Pada kasus persalinan lama cenderung
meningkatkan penularan vertikal (llebih dari 9 jam).

 Klasifikasi Hepatitis B
Menurut Kemenkes RI (2016), Hepatitis B dibagi menjadi dua,
yakni:
1. Hepatitis B Akut
Hepatitis B Akut merupakan hepatitis B dari golongan virus
DNA yang penularannya vertikal 95% terjadi saat masa perinatal
(saat persalinan) dan 5% intrauterin. Penularan Horisontal
melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tatto
dan transplantasi organ. Hepatitis B akut memiliki masa inkubasi
60-90 hari.

2. Hepatitis B Kronik
Hepatitis B kronik merupakan perkembangan dari Hepatitis
B akut. Usia saat terjadi infeksi mempengaruhi kronisitas penyakit.
Bila penularan terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi Hepatitis
kronik. Sedangkan bila penularan terjadi saat usia balita, maka 20-
3-% menjadi penederita Hepatitis B kronikdan bila penularan saat
dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita Hepatitis kronik.
Penyebab penyakit Hepatitis B menurut Susan Smeltzer
(dalam Brunner and Suddarth, 2015), yaitu :
1. Penularan melalui cairan tubuh

Hepatitis Bdapat ditularkan melalui cairan tubuh


yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat
menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan
vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum
suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan
penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang
tertular penyakit ini. bu yang menderita hepatitis B dan C
juga dapat menularkan kepada bayinya melalui jalan
lahir.

2. Konsumsi alkohol

Kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama


alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan merusak sel-
sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi
gagal hati atau sirosis.

3. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan


racun juga dapat menyebabkan hepatitis.
4. Autoimun
Pada Hepatitis terutama Hepatitis B, sistem imun
tubuh justru menyerang dan merusak sel dan jaringan
tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati, sehingga
menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat
bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. Hepatitis
autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.

1. Hepatitis B akut
a. Malaise/lesu/kelelahan.
b. Nafsu makan menurun.
c. Demam ringan.
d. Nyeri abdomen sebelah kanan.
e. Kencing berwarna seperti teh.
f. Ikterik.
2. Hepatitis B kronis
a. HbsAg (Hepatitis B surface Antigen) positif.
b. HbeAg (Hepatitis B E-Antigen, anti-Hbe dalam serum,
kadar ALT (Alanin Amino Transferase), HBV DNA
(Hepatitis B Virus-Deoxyyribunukleic Acid) positif.
c. Berlangsung >6 bulan
d. Asimtomatik (tanpa tanda dan gejala)

 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat
disebabkan pada oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap
obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri
seiring dengan berkembangnya imflamasih pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu gangguan terhadap suplai darah normal pada
sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang
dari tubuh oleh respon sisitem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar
baru yang sehat oleh karenanya, sebagian besar pasien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamsi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati ytang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuatran kanan atas. Hal
ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan selo paren kim hati. Walaupun
jumlah bilirubin yang belum mengalami konjungasi masuk kedalam
hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli
empedu intra hepatik, maka terjadi kesukaran pengangkuta bilirubin
tersebut dalam hati.
Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hati konjungaasi
akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus. Karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi ) dan
resusitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjungasi
(bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karena kerusakan dalam pengangkutan, konjungasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh kerena itu tinja
tanpak pucat (abolis). Karena bilirubin konjungasi larut dalam air,
maka bilirubin dapat dieksresi kedalm kemih, sehingga menimbulkan
bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkunjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada
icterus (Andra Saferi Wijaya dan Yessie M.Putri, 2013).
 Pemeriksaan penunjang
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013)
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
Hepatitis B adalah:
1. ASR (SGOT)/ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum
ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan
enzim-enzim intra seluler yang terutama berada di jantung, hati
dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak,
meningkatkan pada kerusakan hati.
2. Darah Lengkap (DL)
Eritrosit menurun sehubungan dengan penurunan hidup eritrosit
(gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.

3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegaly).
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.

5. Feses
Warna seperti tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
6. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein
serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada
berbagai gangguan hati.

7. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A.
8. bsAG
Dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A).

9. Masa protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati
atau berkurang meningkat absorbs vitamin K yang penting
untuk sintesis protombin.

10. Bilirubin Serum


Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk,
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
11. Biopsi Hati
Menunjukkan diagnosis dan luas nekrosis.

12. Scan Hati


Membantu dalam perkiraaan beratnya kerusakan parenkin hati.

13. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan ekskresi bilirubin
mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjugasi larut dalam air,
ia di sekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
 Upaya Pencegahan Penularan
Penularan infeksi HBV dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu penularan
horizontal dan vrtikal. Penularan horizontal HBV dapat terjadi
melalui berbagai cara yaitu penularan perkutan, melalui selaput
lendir atau mukosa. Mother-to-child-transmission (MTCT) terjadi
dari seorang ibu hamil yang menderita hepatitis B akut atau pengidap
prsisten HBV kepada bayi yang dikandungnya atau dilahirkannya.
Penularan HBV in-utero, penularan perinatal dan penularan post
natal. Penularan HBV in-utero ini sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti, karena salah satu fungsi dari plasenta adalah proteksi
terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan infeksi in-utero jika
dalam satu bulan postpartum sudah menunjukkan Hepatitis B (Ajeng,
2017).

3. Hepatitis C
Penyebab penyakit adalah virus hepatitis C (HCV) yang
merupakan virus RNA dengan amplop, diklasifikasikan ke dalam genus
berbeda (Hepacavirus) dari famili Flaviviridae. Paling sedikit ada 6
genotipe yang berbeda dan lebih dari 90 subtipe HCV yang diketahui
saat ini. Gejala penyakit ini umumnya insidious,bisa disertai
anoreksida, gangguan abdominal tidak jelas, mual dan muntah-muntah,
berlanjut menjadi icterus (jaundience) lebih jarang jika dibandingkan
dengan Hepatitis B.
Meskipun infeksi pertama mungkin asimtomatis (lebih dari
90% kasus) atau ringan, namun sebagian besar (diantara 50%-80%
kasus) akan menjadi kronis. Pada orang yang mengalamin infeksi
kronis, sekitar separuh dapat berkembang menjadi cirrhosis atau kanker
hati.
Hepatitis jenis ini tersebar diseluruh dunia. Prevelnsi HCV
berhubungan langsung dengan prevelansi orang yang menggunakan
jarum suntik bersama dikalangan pecandu obat terlarang dan prevelensi
kebiasaan menggunakan alat suntik yang tidak steril ditempat
pelayanan kesehatan.
Menurut WHO pada akhir tahun 1990an diperkirakan 1%
penduduk dunia terinveksi HCV. Di Eropa dan Amerika Utara
prevelensi hepatitis C sekitar 0,5% sampai 2,4%. Sedangkan
dibeberapa tempat seperti di Afrika prevalensinya mencapai 4%.
Hampir 1,5 juta orang terinfeksi oleh HCV di Eropa dan sekitar 4 juta
orang di Afrika.
Tes antibodi HCV mendiagnosis inveksi HCV mulai dari tes
antibodi. Antibodi terhadap HCV biasanya terdeteksi setelah 6-7
minggu setelah virus tersebut masuk kedalam tubuh, walaupun kadang
kala untuk beberapa orang dibutuhkan tiga bulan aatu lebih. Bila tes
antibodi HCV positif, tes ulang biasanya untuk konfirmasi. Tes
konfirmasi ini dapat tes antibodi lain atau tes PCR.

Bila tes positif untuk antibodi HCV, ini berarti pernah terkena
virus tersebut pada suatu waktu. Karena kurang lebih 20% orang yang
terinfeksi HCV sembuh tanpa memakai obat biasanya setelah 6 bulan
setelah terinfeksi. Untuk mencari HCV dokter akan menerima tes PCR
kualitatif untuk menentukan adanya virus hepatitis C di dalam tubuh
seseorang.

Pengobatan Hepatitis C sedini mungkin sangatlah penting.


Meskipun tubuh anda telah melakukan perlawanan terhadap infeksi,
tetapi hanya 15% yang berhasil, pengobatan tetap diperlukan untuk
mencegah Hepatitis C kronis dan membantu mengurangi
kemungkinan hati menjadi rusak.

Kadangkala, pengobatan Hepatitis C memerlukan waktu yang


lama, dan tidak dapat membantu. Tetapi karena penyakit ini dapat
menjadi parah sepanjang waktu, sangatlah penting untuk mencari
pengobatan yang tepat dari dokter anda.Diagnosisdan
pengobatanawal sangatlah mendesak dan
penting.Persentase yang signifikan dari orang yang
melakukannya dapat sembuh dariHepatitis C dan menunjukan
perbaikan hatinya.
Tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan
virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan
yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati.

Kebanyakan bentuk interferon alfa hanya dapat bertahan satu


hari tetapi dapat dimodifikasi melalui proses pegilasi untuk
membuatnya bertahan lebih lama. Meskipun interferon alfa dapat
digunakan sebagai obat Hepatitis C tunggal termasuk pegylated
interferon , penelitian menunjukkan lebih efektif bila dikombinasi
dengan anti virus ribavirin.

Interferon alfa

Adalah suatu protein yang dibuat secara alami oleh tubuh


manusia untuk meningkatkan sistem daya tahan tubuh/imunitas
dan mengatur fungsi sel lainnya. bat yang direkomendasikan
untuk penyakit Hepatitis C kronis adalah dari inteferon alfa bisa
dalam bentuk alami ataupun sintetisnya.

Pegylated interferon alfa

Dibuat dengan menggabungkan molekul yang larut air yang


disebut "polyethylene glycol (PEG)"dengan molekul interferon
alfa. Modifikasi interferon alfa ini lebih lama ada dalam tubuh,
dan penelitian menunjukkan lebih efektif dalam membuat
respon bertahan terhadap virus dari pasien Hepatitis C kronis
dibandingkan interferon alfa biasa.

Ribavirin

Adalah obat anti virus yang digunakan bersama interferon alfa


untuk pengobatan Hepatitis C kronis. Ribavirin kalau dipakai
tunggal tidak efektif melawan virus Hepatitis C, tetapi dengan
kombinasi interferon alfa, lebih efektif daripada inteferon alfa
sendiri.
Pengobatan ini telah diterima berdasarkan kemampuannya

dalam menghasilkan respon melawan virus pada penderita penyakit

Hepatitis C kronis.

Penderita dikatakan memiliki respon melawan virus jika

jumlah virus Hepatitis C begitu rendah sehingga tidak terdeteksi pada

tes standar RNA virus Hepatitis C dan jika level tersebut tetap tidak

terdeteksi selama lebih dari 6 bulan setelah pengobatan selesai.

Pengobatan HCV biasanya berjalan selama 3-12 bulan.

Tujuan pengobatan HCV adalah untuk memberantas virus, dan tetap

bebas virus selama enam bulan setelah pengobatan selesai. Hal ini

disebut tanggapan virologi tetap (sustained virological response /

SVR), atau “penyembuhan”. Setelah pengobatan, kurang lebih 45%

pasien dengan HCV genotipe 1 dan 80% pasien dengan genotipe 2

atau 3 mencapai SVR.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Hepatitis


1. Pengkajian
1. Biodata
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan dignosa medis.
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama,
alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit
kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah,
demam, nyeri perut kanan atas
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah
diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk
keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta
perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit
menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
4. Data Dasar Pengkajian pada Pasien dengan Penyakit Hepatitis
a) Aktifitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b) Sirkulasi
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

c) Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat

d) Makanan dan Cairan


1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Asites
e) Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis

f) Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )

g) Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior

h) Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan
muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan
dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam
garam empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret
7. Risiko tinggiterhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat
menular dari agent virus.
3. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan
muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam  nutrisi
pasien terpennuhi.
 Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda
mal nutrisi.
No Intervensi Rasional
1. Ajarkan dan bantu klien Keletihan berlanjut menurunkan
untuk istirahat sebelum keinginan untuk makan
makan
2. Awasi pemasukan adanya pembesaran hepar dapat
diet/jumlah kalori, tawarkan menekan saluran gastro
makan sedikit tapi sering intestinal dan menurunkan
dan tawarkan pagi paling kapasitasnya.
sering
3. Pertahankan hygiene mulut akumulasi partikel makanan di
yang baik sebelum makan mulut dapat menambah baru dan
dan sesudah makan rasa tak sedap yang menurunkan
nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi menurunkan rasa penuh pada
duduk tegak abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, glukosa dalam karbohidrat
rendah lemak cukup efektif untuk pemenuhan
energi, sedangkan lemak sulit
untuk diserap/dimetabolisme
sehingga akan membebani
hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan


hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri
pasien berkurang atau teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku
dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan
lokasinya)

No Intervensi Rasional
.
1. Kolaborasi dengan individu nyeri yang berhubungan
untuk menentukan metode dengan hepatitis sangat tidak
yang dapat digunakan untuk nyaman, oleh karena terdapat
intensitas nyeri peregangan secara kapsula
hati, melalui pendekatan
kepada individu yang
mengalami perubahan
kenyamanan nyeri diharapkan
lebih efektif mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pada klien klienlah yang harus mencoba
penerimaan tentang respon meyakinkan pemberi
klien terhadap nyeri pelayanan kesehatan bahwa ia
mengalami nyeri
3. Berikan informasi akurat dan klien yang disiapkan untuk
jelaskan penyebab nyeri, mengalami nyeri melalui
tunjukkan berapa lama nyeri penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan
akan berakhir, bila diketahui
(cenderung lebih tenang
dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)
4. Bahas dengan dokter kemungkinan nyeri sudah tak
penggunaan analgetik yang bisa dibatasi dengan teknik
tak mengandung efek untuk mengurangi nyeri.
hepatotoksi

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah


sekunder terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu
badan pasien normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
No. Intervensi Rasional
1. Monitor tanda vital : suhu sebagai indikator untuk
badan mengetahui status hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya dalam kondisi demam terjadi
mempertahankan cairan yang peningkatan evaporasi yang
adekuat (sedikitnya 2000 memicu timbulnya dehidrasi
l/hari) untuk mencegah
dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
3. Berikan kompres hangat pada menghambat pusat simpatis di
lipatan ketiak dan femur hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat
untuk mengurangi panas
tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk kondisi kulit yang mengalami
memakai pakaian yang lembab memicu timbulnya
menyerap keringat pertumbuhan jamur. Juga
akan mengurangi kenyamanan
klien, mencegah timbulnya
ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder


terhadap hepatitis
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
keletihan pasien berkurang
Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan
No. Intervensi Rasional
1. Jelaskan sebab-sebab dengan penjelasan sebab-sebab
keletihan individu keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang
2. Sarankan klien untuk tirah tirah baring akan
baring meminimalkan energi yang
dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan
untuk penyembuhan penyakit.
3. Bantu individu untuk memungkinkan klien dapat
mengidentifikasi kekuatan- memprioritaskan kegiatan-
kekuatan, kemampuan- kegiatan yang sangat penting
kemampuan dan meminimalkan
pengeluaran energi untuk
kegiatan yang kurang penting
4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan dapat segera
keletihan selama 24 jam diminimalkan dengan
meliputi waktu puncak energi, mengurangi kegiatan yang
waktu kelelahan, aktivitas dapat menimbulkan keletihan
yang berhubungan dengan
keletihan
5. Bantu untuk belajar tentang untuk mengurangi keletihan
keterampilan koping yang baik fisik maupun psikologis
efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)

5.   Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan


dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam
garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak
terjadi kerusakan intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan
menyebabkan kulit kering sensitifitas kulit dengan
merangsang ujung syaraf
2. Cegah penghangatan yang penghangatan yang berlebih
berlebihan dengan menambah pruritus dengan
pertahankan suhu ruangan meningkatkan sensitivitas
dingin dan kelembaban melalui vasodilatasi
rendah, hindari pakaian
terlalu tebal
3. Anjurkan tidak menggaruk, penggantian merangsang
instruksikan klien untuk pelepasan hidtamin,
memberikan tekanan kuat menghasilkan lebih banyak
pada area pruritus untuk pruritus
tujuan menggaruk
4. Pertahankan kelembaban pendinginan akan menurunkan
ruangan pada 30%-40% dan vasodilatasi dan kelembaban
dingin kekeringan

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan


intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien
tidak mengalami gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
No. Intervensi Rasional
1. Awasi frekwensi , kedalaman pernafasan dangkal/cepat
dan upaya pernafasan kemungkinan terdapat hipoksia
atau akumulasi cairan dalam
abdomen
2. Auskultasi bunyi nafas kemungkinan menunjukkan
tambahan adanya akumulasi cairan
3. Berikan posisi semi fowler memudahkan pernafasan
dengan menurunkan tekanan
pada diafragma dan
meminimalkan ukuran sekret
4. Berikan latihan nafas dalam membantu ekspansi paru dan
dan batuk efektif mengeluarkan secret
5. Berikan oksigen sesuai mungkin perlu untuk mencegah
kebutuhan hipoksia
7. Risiko tinggiterhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat
menular dari agent virus.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak
terjadi infeksi pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

No Intervensi Rasional
.
1. Gunakan kewaspadaan pencegahan tersebut dapat
umum terhadap substansi memutuskan metode
tubuh yang tepat untuk transmisi virus hepatitis
menangani semua cairan
tubuh
a. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan semua klien
atau spesimen
b. Gunakan sarung
tangan untuk kontak
dengan darah dan
cairan tubuh
c. Tempatkan spuit
yang telah digunakan
dengan segera pada
wadah yang tepat,
jangan menutup
kembali atau
memanipulasi jarum
dengan cara apapun

2. Gunakan teknik teknik ini membantu


pembuangan sampah melindungi orang lain dari
infeksius, linen dan cairan kontak dengan materi
tubuh dengan tepat untuk infeksius dan mencegah
membersihkan peralatan- transmisi penyakit
peralatan dan permukaan
yang terkontaminasi
3. Jelaskan pentingnya mencuci tangan
mencuci tangan dengan menghilangkan organisme
sering pada klien, keluarga yang merusak rantai
dan pengunjung lain dan transmisi infeksi
petugas pelayanan
kesehatan.

4. Rujuk ke petugas pengontrol rujukan tersebut perlu untuk


infeksi untuk evaluasi mengidentifikasikan sumber
departemen kesehatan yang pemajanan dan
tepat kemungkinan orang lain
terinfeksi

4. Implementasi
1. Diagnosa 1:
a) Mengajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
Memberikan snack atau makanan yang mengundang selera pasien
b) Mengawasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan
sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering
c) Mempertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan
sesudah makan
d) Menganjurkan makan pada posisi duduk tegak
e) Memberikan diit tinggi kalori, rendah lemak
2. Diagnosa 2:
a) Menunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien
terhadap nyeri
b) Memberikan informasi dari penyebab nyeri
c) Membahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak
mengandung efek hepatotoksi
d) Berkolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang
dapat digunakan untuk intensitas nyeri
3. Diagnosa 3 :
a) Memonitor tanda vital : suhu badan
b) Mengajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang
adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi,
misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
c) Memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
d) Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap
keringat
4. Diagnosa 4 :
a) Menjelaskan sebab-sebab keletihan individu
b) Menyarankan klien untuk tirah baring
c) Membantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,
kemampuan-kemampuan dan minat-minat
d) Menganalisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam
meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang
berhubungan dengan keletihan
e) Membantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang
efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)
5. Diagnosa 5 :
a) Mempertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
b) Mencegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan
suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian
terlalu tebal
c) Menganjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk
memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan
menggaruk
d) Mempertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
6. Diagnosa 6 :
a) Mengawasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
b) Mengauskultasi bunyi nafas tambahan
c) Memberikan posisi semi fowler
d) Memberikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
e) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
7. Diagnosa 7 :
a) Menggunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang
tepat untuk menangani semua cairan tubuh
b) Menggunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan
cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-
peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
c) Menjelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada
klien, keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan
kesehatan.
d) Merujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen
kesehatan yang tepat
5. Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri
(tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
3. Tidak terjadi peningkatan suhu
4. Tidak terjadi keletihan
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus 
menyebakan peradangan pada hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus
disebabkan juga alcohol dan juga obat-obatan dan bahan-bahan kimia.
Hepatitis pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh bahan-bahan
kimia yang terkandung dalam snack. Selain itu juga anak-anak kurang
memperhatikan akan kebersihan sehingga memudahkan virus untuk masuk
ke dalam tubuh.

B. Saran
Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam
pemilihan makanan  serta memberikan pendidikan akan pentingnya
kebersihan agar tidak terkena virus yag dapat menyebabkan penyakit
hepatitis. Pada bayi sebaiknya ibu memberikan imunisasi secara tepat
waktu untuk mencegah terjadinya hepatitis. 
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/43254/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.undip.ac.id/44531/3/Dhaneswara_Adhyatama_W_22010110120016_Bab
2KTI.pdf

https://www.academia.edu/10534799/Askep_hepatitis

https://www.academia.edu/18658316/MAKALAH_HEPATITIS

https://www.academia.edu/18379184/Asuhan_keperawatan_penyakit_Hepatitis

Anda mungkin juga menyukai