Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“ DEMAM BERDARAH ”

DISUSUN OLEH :

NAMA : WEHELMINA LATUPUTTY

NIM : 20150811024067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2017
DAFTAR ISI

JUDUL .........................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................

BAB. I PENDAHULUAN ...........................................................

1.1. LATAR BELAKANG ....................................................

1.2. TUJUAN ........................................................................

BAB. II PEMBAHASAN ...........................................................

2.1. DEFENISI .......................................................................

2.2. ETIOLOGI .....................................................................

2.3. KLASIFIKASI ..............................................................

2.4. MANIFESTASI KLINIS ..............................................

2.5. PATOFISIOLOGI ........................................................

2.6. KOMPLIKASI ..............................................................

2.7. PENATALAKSANAAN ...............................................

2.8. PENCEGAHAN ............................................................

BAB. III ASKEP .........................................................................

BAB. IV PENUTUP ....................................................................

4.1. KESIMPULAN ................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. harapan saya semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jayapura,01 Desember 2017

Penyusun
BAB I

A. LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering
disebut sebagai demam berdarah.
Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit
(terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue
dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala
pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada
keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis.

B. TUJUAN
1. Mengetahui Definisi penyakit Demam Berdarah DHF.
2. Mengetahui Etiologi penyakit DHF.
3. Mengetahui Klasifikasi DHF.
4. Mengetahui Manifestasi klinik DHF.
5. Mengetahui Patofisiologi penyakit DHF .
6. Mengetahui Komplikasi penyakit DHF .
7. Mengetahui Penatalaksanaan penyakit DHF .
8. Mengetahui Pencegahan DHF.
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan DHF .
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. DEFENISI

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 1995 ; 341).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai
akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Rohim dkk, 2002 ;
45).

2.2. KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
1. Derajat I.
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif.
2. Derajat II.
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III.
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (>120x/mnt), tekanan nadi sempit ( ≤ 20 mmHg ), tekanan darah
menurun, (120/80 → 120/100 → 120/110 → 90/70 → 80/70 → 80/0 →
0/0 ).
4. Derajat IV.
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ≥
140x/mnt), anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru.

2.3. ETIOLOGI
a. Virus Dengue.
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe
yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavovirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

b. Vektor.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang
berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &
Suprohaita; 2000;420).

2.4. MANIFESTASI KLINIS

a) Demam.
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari
kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan
dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik
misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri
kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

b) Perdarahan.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian
atas hingga menyebabkan haematemesis (Nelson, 1993 ; 296).
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang
hebat (Ngastiyah, 1995 ; 349).

c) Hepatomegali.
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan
akan tejadi renjatan pada penderita.

d) Renjatan (Syok).
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk.

2.5. PATOFISIOLOGI

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine
dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas


dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi ,
trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui


endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic
dan kematian.

2.6. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :


1. Perdarahan luas.
2. Shock atau renjatan.
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran.

2.7. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

1) Tirah baring atau istirahat baring.


2) Diet makan lunak.
3) Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
4) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)
merupakan cairan yang paling sering digunakan.
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g.Pemberian obat antipiretik
sebaiknya dari golongan asetaminopen.
7) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
8) Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
9) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
10) Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan
renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan
diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 30
ml/kg BB.Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit
dipertahankan 12 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah
teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan
sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10
ml/kg BB/jam.Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita
DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen
yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.Pada DBD
tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24
jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua.
Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
 Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
 Hematokrit yang cenderung mengikat.

2.8. PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,


yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
a) Lingkungan.
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.

b) Biologis.
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
cupang).

c) Kimiawi.
Pengendalian kimiawi antara lain :
 Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas waktu tertentu.
 Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak – anak
dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia, dan
terutama terjadi pada saat musim hujan (Nelson, 1992 : 269), jenis kelamin,
alamat, pendidikan, pekerjaan.

2. Keluhan Utama.
Panas atau demam.

3. Riwayat Kesehatan.
a) Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke
3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot,
serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
b) Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF.
c) Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
d) Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Pasien yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut
dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
e) Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju
dikamar).

4. Acitvity Daily Life (ADL)


a) Nutrisi : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
b) Aktivitas : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala,
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktivitas sehari-hari.
c) Istirahat, tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
d) Eliminasi : Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.
e) Personal hygiene : Meningkatnya ketergantungan kebutuhan perawatan
diri.

5. Pemeriksaan fisik, terdiri dari :


Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien
(inspeksi adanya lesi pada kulit). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan
jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui
normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan
fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan
menggunakan stetoskop (auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu
bising usus).

Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Keadaan umum :
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai
berikut :
1) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan
telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen,
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi
menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak
sianosis.

b. Kepala dan leher.


1) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
2) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadang-kadang) sianosis.
3) Hidung : Epitaksis
4) Tenggorokan : Hiperemia
5) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.

c. Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.

d. Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi
turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment
point (Stadium IV).
e. Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.

f. Ekstrimitas atas dan bawah.


Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari
tangan dan kaki.

6. Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
b. Trambositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia.
d. Ig.D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

B. DIAGNOSA
Nursalam (2001) dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa keperawatan
yang dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme. Ditandai oleh
a. Konvulsi.
b. Kulit kemerahan.
c. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
d. Kejang.
e. Takikardi.
f. Takipnea.
g. Kulit terasa hangat.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


a. Perubahan status mental.
b. Penurunan tekanan darah.
c. Penurunan tekanan nadi.
d. Penurunan volume nadi.
e. Penurunan turgor kulit.
f. Penurunan turgor lidah.
g. Pengeluaran haluaran urine.
h. Penurunan pengisian vena.
i. Membrane mukosa kering.
j. Kulit kering.
k. Peningkatan hematokrit.
l. Peningkatan suhu tubuh.
m. Peningkatan frekuensi nadi.
n. Peningkatan konsentrasi urine.
o. Penurunan berat badan tiba-tiba.
p. Haus.
q. Kelemahan

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
a. Kram abdomen.
b. Nyeri abdomen.
c. Menghindari makanan.
d. Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal.
e. Kerapuhan kapiler.
f. Diare.
g. Kehilangan rambut berlebihan.
h. Bising usus hiperaktif.
i. Kurang makanan.
j. Kurang informasi.
k. Kurang minat pada makanan.
l. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
m. Kesalahan konsepsi.
n. Kesalahan informasi.

4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.


kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan
kaki.

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber


informasi.
a. Perilaku hiperbola.
b. Ketidakakuratan mengikuti perintah.
c. Ketidakakuratan melakukan tes.
d. Perilaku tidak tepat.
e. Pengungkapan masalah.

C. INTERVENSI
Nanda (2009) dan Doenges (2000), menyatakan bahwa rencana tindakan
keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
Tujuan Rencana Rasional
 Mempertahankan suhu a. Ukur tanda-tanda vital a. Suhu 38,90C-41,10C
tubuh normal. (suhu). menunjukkan proses
 KH : b. Berikan kompres penyakit infeksi akut.
 Suhu tubuh antara 36 - hangat. b. Kompres hangat akan
370C. c. Tingkatkan intake terjadi perpindahan
 Membrane mukosa cairan. panas konduksi.
basah. c. Untuk mengganti

 Nyeri otot hilang. cairan tubuh yang


hilang akibat
evaporasi.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Tujuan Rencana Rasional
 Kebutuhan cairan a. Observasi tanda-tanda a. Penurunan sirkulasi
terpenuhi. vital paling sedikit darah dapat terjadi
 KH : setiap tiga jam. dari peningkatan
 Mata tidak cekung. b. Observasi dan cata kehilangan cairan
 Membrane mukosa intake dan output. mengakibatkan
tetap lembab. c. Timbang berat badan. hipotensi dan

 Turgor kulit baik. d. Monitor pemberian takikardia.


cairan melalui intravena b. Menunjukkan status
setiap jam. volume sirkulasi
terjadinya / perbaikan
perpindahan cairan,
dan respon terhadap
terapi.
c. Mengukur
keadekuatan
penggantian cairan
sesuai fungsi ginjal.
d. Mempertahankan
keseimbangan
cairan/elektrolit.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan Rencana Rasional
 Kebutuhan nutrisi a. Berikan makanan yang a. Mengganti
adekuat. disertai dengan kehilangan vitamin
 KH : suplemen nutrisi untuk karena
Berat badan stabil meningkatkan kualitas malnutrisi/anemia.
tau meningkat. intake nutrisi. b. Porsi lebih kecil
b. Anjurkan kepada orang dapat meningkatkan
tua untuk memberikan masukan.
makanan dengan teknik c. Mengawasi
porsi kecil tapi sering penurunan berat
secara bertahap. badan.
c. Timbang berat badan d. Mulut yang bersih
setiap hari pada waktu meningkatkan selera
yang sama dan dengan makan dan
skala yang sama. pemasukan oral.
d. Pertahankan kebersihan e. Jelaskan pentingnya
mulut klien. intake nutrisi yang
e. Jelaskan pentingnya adekuat untuk
intake nutrisi yang penyembuhan
adekuat untuk penyakit.
penyembuhan penyakit.

4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan Rencana Rasional
 Perfusi jaringan a. Kaji dan catat tanda a. Penurunan sirkulasi
perifer adekuat. tanda vital. darah dapat terjadi
 KH : b. Nilai kemungkinan dari peningkatan
 TTV stabil. terjadinya kematian kehilangan cairan
jaringan pada mengakibatkan
ekstremitas seperti hipotensi.
dingin, nyeri, b. Kondisi kulit
pembengkakan kaki. dipengaruhi oleh
sirkulasi, nutrisi, dan
immobilisasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber


informasi
Tujuan Rencana Rasional
 Klien mengerti dan a. Tentukan kemampuan a. Adanya keinginan
memahami proses dan kemauan untuk untuk belajar
penyakit dan belajar. memudahkan
pengobatan. b. Jelaskan rasional penerimaan
pengobatan, dosis, efek informasi.
samping dan pentingnya b. Dapat meningkatkan
minum obat sesuai kerjasama dengan
resep. terapi obat dan
c. Beri pendidikan mencegah
kesehatan mengenai penghentian pada
penyakit DHF. obat dan atau
interkasi obat yang
merugikan.
c. Dapat meningkatkan
pengetahuan pasien
dan dapat mengurangi
kecemasan.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan,
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005).
1. Tindakan Keperawatan Mandiri.
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang
tenang, mengompres hangat saat klien demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama
yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.
E. EVALUASI
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan.
Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya
adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien
mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan
(Perry Potter, 2005).
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan
atau perubahan yang terjadi pada pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien
demam berdarah dengue sebagai berikut :
a. Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari demam.
b. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan
sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
d. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien
terpenuhi.
e. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
f. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik
dengan tanda vital dalam batas normal.
g. Infeksi tidak terjadi.
h. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
i. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari
perawat tentang proses penyakitnya
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti yang betina. (Suriadi : 2001)
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan
nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya
adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan
dengan :
1. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3. Penyedaiaan air bersih yang langka.

DBD dapat dicegah dengan rutin melakukan 3M,menjaga sanitasi lingkungan tetap
bersih, mengkonsumsi makanan-makanan bergizi.
DAFTAR PUSTAKA

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba
Medika. Jakarta.

Ngastiyah (1995), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai