Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HEPATITIS AKUT


Untuk Memenuhi Tugas Blok Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pengampu :
Ns. Ronny Suhada, M.Kep.

Disusun Oleh:

MARYANI
CKR0160028

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
I. KONSEP DASAR HEPATITIS
A. Definisi
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus,
obat atau alkohol (FKAUI, 2006).
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta
seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau
oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwn Elizabeth J, 2001).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi
pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E.
Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan hepatitis
B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama (Smeltzer Suzanne C 2002).

B. Anatomi Fisiologi
Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga kanan. Hati
normal kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma, 2006). Hati merupakan
kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati terdiri dari dua lobus
utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior, lobus kiri
dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum Falsiformis (Noer, 2002).
Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang
terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena sentralis. Diantara
lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer. Sel kupffer
berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006). Sistem biliaris dimulai dari kanalikulus biliaris,
yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di sekililing sel hati. Kanalikulus
biliaris membentuk duktus biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke duktus biliaris di
dalam traktus porta (Chandrasoma, 2006)

Fungsi dasar hati dibagi menjadi :

a) Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu


Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan, kandungan
empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai yang dibutuhkan. Hati
mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur utama empedu adalah air (97%),
elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol dan pigmen empedu (terutama bilirubin
terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus
halus. Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam empedu direabsorbsi dalam ileum,
mengalami sirkulasi ke hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun
bilirubin (pigmen empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak
mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu,
karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.
b) Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas dikirim melalui vena
porta setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus halus diubah menjadi
glikogen dan di simpan dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini mensuplai
glukosa secara konstan ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan unuk menghasilkan panas atau tenaga
(energi) dan sisanya diubah menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak
yang disimpan dalam jaringan subcutan. Hati juga mampu menyintetis glukosa dari protein
dan lemak (glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma, kecuali
globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang diperlukan untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang
lain.
c) Fungsi Pertahanan Tubuh
Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi
detoksifikasi oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis atau
konjugasi zat yang memungkinkan membahayakan dan mengubahnya menjadi zat yang
secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dimana yang berperanan penting adalah
sel kuffer yang berfungsi sebagai sistem endoteal yang berkemampuan memfagositosis
dan juga menghasilkan immunolobulin.
d) Fungsi Vaskuler Hati
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid hati,
seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena hepatika untuk
selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu dari arteria hepatika mengalir
masuk kira-kira 350 cc darah. Darah arterial ini akan masuk dan bercampur dengan darah
portal. Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap
menit.

C. Etiologi
1. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal
dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-
anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air,
parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45
hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan pada
sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual
dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau
tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM anti-
HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya
suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan
bertahan seterusnya hingga menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi
HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah
ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak
untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai
dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan hilang
setelah fase ikterus.

2. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda
yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama
melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya
50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada aktivitas homoseksual,
pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis,
pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi
tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan
selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan
lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap.
Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-
14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg,
HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada
dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan virus
tersebut.

3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai
tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah
hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari.
Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan
keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor
pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak menghasilkan
negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan suplemental (recombinant
assay, RIBA).

4. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA
untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi
sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140
hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat
IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan
antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang
beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada pemeriksaan
laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D serupa hepatitis B kecuali
pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi
hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.

5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen
virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa terjadi
pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari.
Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah
endemis. HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih
32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan
serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.

D. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari
hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon
sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya
billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi
ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

E. Manifestasi Klinis
1. Masa tunas
 Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
 Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
 Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama
di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal
mencolok pada hepatitis virus B.Fase Ikterik
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang
disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik.
Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan
lekas capai.

F. Komplikasi
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh
jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras jaringan parut yang
terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat
4. Hepatoma

G. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Pemeriksaan pigmen
 Urobilirubin direk
 bilirubun serum total
 bilirubin urine
 urobilinogen urine
 urobilinogen feses
2. Pemeriksaan protein
 protein totel serum
 albumin serum
 globulin serum
 HbsAG
3. Waktu protombin
 Respon waktu protombin terhadap vitamin K
 Pemeriksaan serum transfersae dan transminasae

H. Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun yang
berlebihan.
2. Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3. Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4. Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
5. Roboransia.
6. Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7. Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8. Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
9. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
10. Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
11. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang mengubah
susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr.
laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak
sehingga Ph feces berubah menjadi asam

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas
- Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no Register, dan diagnosa medis.
- Identitas orangtua yang terdiri dari : Nama ayah dan ibu, agama, alamat, pekerjaan,
penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
- Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Keluah klien sehingga klien membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan
menrun, muntah, lemah,sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam, dan kuning.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut
kanan atas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi,
dan perawatan rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwata penyakit menular khususnya berkaitan
dengan penyakit pencernaan.
d. Data dasar tegantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
4. Pola pengkajian fungsional
a. Aktivitas
 Kelemahan
 Kelelahan
 Malaise
b. Sirkulasi
 Bradikardi (Hiperbilirubin berat)
 Ikterik pada sclera kulit, membrane mukosa
c. Eliminasi
 Urine gelap
 Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan cairan
 Anoreksia
 Berat badan menurun
 Mual dan muntah, peningkatan oedem
 Asites
e. Neurosensory
 Peka terhadap rangsangan
 Cenderung tidur
 Letargi
 Asteriksis
f. Nyeri/ kenyamanan
 Kram abdomen
 Nyeri tekan pada kuadran kanan
 Milagia
 Atralgia
 Sakit kepala
 Gatal
g. Keamanan
 Demam
 Urtikaria splenomegaly
 Eritema
 Pembesaran nodus servikal posterior
h. Seksualitas
 Pola hidup/perilaku meningkat resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhu kebutuhan metabolic karena anoreksia,
mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bndungan vena prota.
3. Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusaka integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites
penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret.
7. Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agen virus.

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional
1. Perubahan nutrisi Setelah diberikan asuhan - Ajarkan dan bantu - Keletihan berlanjut
kurang dari keperawatan selama 24 klien untuk istirahat dapat menurunkan
kebutuhan tubuh jam nutrisi pasien - Monitor jumlah keinginan untuk
berhubungan terpenuhi pemasukan makan
dengan perasaan diet/kalori, tawarkan - Adanya
tidak nyaman di Kriteria hasil : makanan sedikit pembesaran hepar
kuadran kanan atas, Menunjukan peningkatan tapi sering, dan dapat menekan
gangguan absorbs berat badan mencapai tawarkan pagi saluran
dan metabolism tujuan dengan nilai paling sering gastrointerstinal
pencernaan laboratorium normal dan - Pertahankan dan menurunkan
makanan, bebas dari tanda-tanda kebersihan mulut kapasitasnya
kegagalan masukan malnutrisi yang baik sebelum - Akumulasi pertikel
untuk memenuhi makan dan makanan di mulut
kebutuhan sesudah makan dapat menambah
metabolic karena - Anjurkan makan bau dan rasa tidak
anoreksia, mual dan pada posisi duduk sedap yang
muntah tegak menurunkan nafsu
- Berikaan diit tinggi makan
kalori dan rendah - Menurunkan rasa
lemak penuh pada
abdomen dan dapat
meningkatkan
pemasukan
- Glukosa dalam
karbohidrat cukup
eektif untuk
pemenuhan energi,
sedangkan lemak
sulit untuk diserap
sehingga dapat
membebani hepar
2. Gangguan rasa Setelah diberikan asuhan - Kolaborasi dengan - Nyeri yang
nyaman (nyeri) keperawatan selama 24 individu untuk berhubungan
berhubungan engan jam nyeri pasien menentukan dengan hepatitis
pembengkakan berkurang atau teratasi metode yang dapat sangat tidak
hepar yang digunakan untuk nyaman, oleh
mengalami Kriteria hasil : intensitas nyeri karena terdapat
inflamasi hati dan Menunjukan tanda-tanda - Tunjukkan pada peregangan oleh
bndungan vena nyeri fisik dan perilaku klien penerimaan pasula hati , melalui
prota dalam nyeri (tidak tentang respon pendekatan kepada
meringis kesakitan) klien terhadap nyeri individu yang
- Berikan informasi mengalami
akurat dan jelaskan perubahan
penyebab nyeri, kenyamanan
tunjukan berapa - Akui adanya nyeri,
lama nyeri akan dan dengarkan
berakhir dengan penuh
- Bahas dengan perhatian ungkapan
dokter pnggunaan klien tentang
analgesic yang nyerinya
tidak mengandung - Pasien akan lebih
hepatotoksis tenang jika sudah
mengetahui tentang
informasi penyakit
yang dideritanya
- Kemungkinan nyeri
sudak tidak bias
diatasi dengan
teknik untuk
mengurangi nyeri
3. Hipertermi Setelah diberikan asuhan - Monitor tanda vital - Sebagai indicator
berhubungan keperawatan selama 24 - Ajarkan klien untuk mengetahui
dengan invasi agent pentingnya status hipertermi
dalam sirkulasi jam suhu badan pasien mempertahankan - Dalam kondisi
darah sekunder normal cairan yang demam terjadi
terhadap inflamasi adekuat untuk peningkatan
hepar Kriteria hasil : mencegah evaporasi yang
Tidak terjadi peningkatan terjadinya dehidrasi memicu timbulnya
suhu tubuh yang berarti - Berikan kompres dehidrasi
hangat pada lipatan - Menghambat
ketiak dan femur peningkatan suhu
- Anjurkan klien tubuh pasien
untuk memakai - Kulit yang lembab
pakaian yang memicu timbulnya
menyerap keringan pertumbuhan jamur
dan akan
mengurangi
kenyamanan klien
4. Keletihan Setelah diberikan asuhan - Jelaskan penyebab - Dengan
berhubungan keperawatan selama 24 keletihan menjelaskan
dengan proses jam keletihan pasien - Sarankan klien penyebabnya maka
inflamasi kronis berkurang untuk melakukan pasien akan lebih
sekunder terhadap tirah baring tenang
hepatitis Kriteria hasil : - Bantu individu - Tirah baring akan
Tidak terjadi keletihan utnuk meminimalkan
mengidentifikasi energy yang
kekuatan-kekuatan, dikeluarkan
kemampuan, dan sehingga
minat metabolism dapat
- Analisis tingkat digunakan untuk
keletihan selama 24 penyembuhan
jam penyakit
- Bantu pasien untuk - Memungkinkan
mekakukan koping klien agar
yang efektif memprioriaskan
kegiatan yang
kurang penting
- Keletihan dapat
segera
diminimalkan
dengan mengurangi
kegiatan
- Untuk mengurangi
keletihan baik fisik
maupun psikologi
5. Resiko tinggi Setelah diberikan asuhan - Pertahankan - Kekeringan dapat
kerusaka integritas keperawatan selama 24 kebersihan tanpa meningkatkan
kulit dan jaringan jam tidak terjadi membuat kulit sensitifitas kulit
berhubungan kerusakan integritas kulit kering dengan
dengan pruritus dan jaringan - Vegah merangsang ujung
sekunder terhadap penghangatan yang syaraf
akumulasi pigmen Krieria hasil : berlebih dengan - Penghangatan
bilirubin dalam Jaringan kulit utuh, mempertahankan yang berlebih
garam empedu penurunan pruritis suhu ruangan menambah pruritus
dingin dan dengan
kelembaban rendah meningkatkan
- Anjurkan klien agar sensitivitas melalui
tidak menggaruk, vasodilatasi
dan isntruksikan - Penggantian
agar memberikan merangsang
tekanan kuat pada pelepasan
area pruritus hidtamin,
- Pertahankan menghasilkan lebih
kelembaban banyak pruritus
ruangan - Pendinginan akan
menurunkan
vasodilatasi dan
kelembaban
kekeringan
6. Pola nafas tidak Setelah diberikan asuhan - Monitor frekuensi, - Pernafasan
efektif berhubungan keperawatan selama 24 kedalaman dangkal/cepat
dengan jam pasien tidak pernafasan kemungkinan
pengumpulan cairan mengalami gangguan - Auskultasi bunyi terdapat hipoksia
intraabdomen, pola nafas nafas tambahan atau pengumpulan
asites penurunan - Berikan posisi semi cairan dalam
ekspansi paru dan Kriteria hasil : fowler abdomen
akumulasi secret Pola nafas adeluat - Berikan latihan - Kemungkinan
nafas dalam dan menunjukan
batuk efektif adanya akumulasi
- Berikan oksigen cairan
sesuai kebutuhan - Memudahkan
bernafas dengan
menurunkan
tekanan pada
diafragma dan
meminimalkan
ukuran secret
- Membantu
ekspansi paru dam
mobilisasi lemak
7. Resiko tinggi Setelah diberikan asuhan - Gunakan - Pencegahan
terhadap transmisi keperawatan selama 24 kewaspadaan tersebut dapat
infeksi berhubungan jam tidak terjadi infeksi umum terhadap memutuskan
dengan sifat pada pasien substansi tubuh metode transmisi
menular dari agen yang tepat untuk virus hepatitis
virus Kriteria hasil : menangani semua - Teknik ini
Tidak menunjukan tanda- cairan tubuh membantu
tanda infeksi - Gunakan teknik melindungi orang
pembuangan lain dari kontak
sampah infeksius, dengan materi
linen dan cairan infeksius dan
tubuh dengan tepat mencegah
- Jelaskan transmisi penyakit
pentingnya - Mencuci tangan
mencuci tangan dapat
dengan sering pada mengihalngkan
klien organisme yang
merusak rantai
transmisi infeksi

D. EVALUASI
1. Menunjukan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan laboratorium normal dan
bebas dari tanda-tanda malnutrisi
2. Menunjukan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dama nyeri
3. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
4. Tidak terjadi keletihan
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus
6. Pola nafas adekuat
7. Tidak menunjukan tanda-tanda infeksi

III. PENCEGAHAN HIPERTENSI


A. Pencegahan Primer
1. Health Promotin
Health promotion atau promosi kesehatan merupakan salah satu upaya preventif yang
dapat dilakukan untuk mencegah penyakit hepatitis. Adapun bentuk-bentuk
pencegahannya adalah sebagai brikut :
a) Pendidikan atau penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu upaya dalam rangka pelayanan
kesehatan yang optimal kepada masyarakat. Penyakit hepatitis merupakan salah
satu penyakit yang harus diketahui oleh masyarakat dan peran sebuah puskesmas
atau lembaga ksehatan lainnya dalam memberikan pendidikan kesehatan menjadi
harapan yang sangat penting bagi masyarakat
b) Mengubah perilaku
Mengubah perilaku dalan menanggulangi penyakit hepatitis salah satunya
berorientasi pada perilaku yang diharapkan perilaku sehat sehingga mempunyai
kemampuan mengenal masalah dalam dirinya, keluarga dan kelompok dalam
meningkatkan kesehatannya.
c) Mengubah gaya hidup
Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang
dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain infeksi virus dalam metabolisme.
Mengubah gaya hidup yaitu dengan pastikan makanan dan minuman yang masuk
kedalam tubuh kita adalah makanan yang bersih, dan minuman yang telah direbus
hingga mendidih, menjaga kebersihan lingkungan, serta merubah cara bergaul kea
rah yang lebih baik.
d) Meningkatkan kesadaran
Meyakinkan kepada seluruh masyarakat khususnya daerah tempat tinggal kita
bahwa bahaya penyakit hepatitis bukanlah penyakit yang bias disepelekan begitu
saja.
2. General & Spesific Protection
General & Spesific Protection atau perlindungan khusus terhadap penularan hepatitis
dapat dilakukkan dengan dua cara aitu :
a) Perbaikan kondisi dan sanitasi lingkungan
Specific protection yaitu perlindungan khusus terhadap pnularan hepatitis B dan C
dapat dilakukan melalui serilisasi benda-benda yang tercemar dengan pemanasan
dan tindakan khusus seperti penggunaan yang langsung bersinggungan dengan
darah, serum, cairan tubuh, dari penderita hepatitis juga pada petugas kebersihan
b) Vaksinasi
Vaksinasi adalah memberikan kekebalan aktif pada seseorang , sehingga ia kebal
terhadap penyakit tertentu. Saat ini, vaksinasi hanya tersedia untuk pencegahan
hepatitis A dan hepatitis B. Bentuk-bentuk hepatitis disebabkan oleh inveksi virus
yang dapat dicegah dengan vaksin aman dan terjangkau. Vaksin hepatitis telah
tersedia untuk siapa saja, tetapi lebih dikhususkan pada orang yang beresiko tinggi
tertular penyakit ini.
B. Pencegahan Sekunder
pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan yang dilakukan saat proses
penyakit sudah berlangsung tetapi belum timbul tanda atau gejala sakit. Tujuan upaya
pencegahan ini adalah untuk mencegah meluasnya penyakit, mencegah timbulnya
wabah serta proses penyakit lebih lanjut. Sasarannya adalah penderita atau suspect
(dianggap penderita dan terancam menderita). Pada pencegahan sekunder termasuk
upaya bersifat diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment).
1. Early diagnosis
Ada beberapa jenis hepatitis yang tidak menunjukkan gejala apapun ketika menyerang
sistem imunitas manusia, misalnya hepatitis C. Gejala seperti demam, kelemahan, dan
sebagainya baru muncul setelah 8 minggu. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan
atau diagnosa lebih lanjut. Diagnosa ini biasanya dilakukan dokter di laboratorium. Terdapat
dua cara diagnosa, yaitu untuk hepatitis akut (masa penyakit kurang dari 6 bulan) dan
hepatitis kronis (masa penyakit lebih dari 6 bulan).
Pemeriksaan untuk diagnosa hepatitis akut meliputi:
 Pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT
 Pemeriksaan penanda virus untuk menentukan virus penyebabnya. Hal ini penting
karena perjalanan penyakit berbeda bila virus penyebabnya berbeda. IgM anti HAV
untuk melihat adanya infeksi virus hepatitis A, IgM anti HBc untuk hepatitis B dan
IgM anti HCV untuk hepatitis C, anti HDV untuk hepatitis D dan IgM anti HEV untuk
hepatitis E.

Pemeriksaan untuk diagnosa hepatitis kronik meliputi:

 Pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT


 Pemeriksaan HbsAg, anti HBc, HbeAg, HBV-DNA untuk hepatitis kronik karena virus
B
 Pemeriksaan anti HCV untuk hepatitis kronik karena virus C
 Pemeriksaan Elektroforesis Protein perlu untuk mendeteksi sirosis hati (Pengerutan
hati)
 Pemeriksaan AFP (Alfa Fetoprotein) diperlukan untuk mendeteksi kanker hati
2. Prompt treatment
Prompt treatment atau pengobatan segera dapat dilakukan ketika seseorang telah
menunjukkan gejala-gejala hepatitis, baik hepatitis A, B, C, ataupun yang lainnya. Ada
beberapa metode atau cara pengobatan bagi orang yang terkena hepatitis.
a. Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama
munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan
untuk istirahat total dan tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas
pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul
seperti paracetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan
muntah.
b. Hepatitis B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang
ditegakkan maka akan dilakukan pemeriksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan
sebagai hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan
telan (oral) dan secara injeksi.
Pengobatan oral yang terkenal adalah :
 Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal
dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak,
Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu
penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.
 Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih
efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk
terhadap fungsi ginjal.
 Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita
Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala,
pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati.

Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah :

Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar


sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di
sekitar-nya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN,
ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam
seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pengobatan ini adalah
terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini
dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.

C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit
sudah lanjut. Tujuannya adalah untuk pencegahan cacat dan komplikasi, bertambahnya penyakit,
dan kematian. Sedangkan, sasarannya adalah penderita penyakit itu sendiri. Pada proses pasca-
patogenesis, terdapat beberapa kemungkinan tingkat kesembuhan, yaitu: sembuh sempurna,
baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti keadaan sebelum sakit; sembuh dengan
cacat, kesembuhan tidak sempurna, dan ditemukan cacat pada pejamu (kondisi cacat dapat
berupa cacat fisik, fungsional dan social); serta karier, dalam diri pejamu masih ditemukan bibit
penyakit dan suatu saat penyakit dapat timbul kembali (daya tahan tubuh menurun). Untuk
meminimalisir kondisi cacat dan kerier ketika pasca-patogenesis, dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu disability limitation dan rehabilitation.
1. Disability limitation
Disability Limitation atau pembatasan kecacatan berusaha untuk menghilangkan
gangguan kemampuan berfikir dan bekerja yang diakibatkan oleh penyakit hepatitis. Usaha
ini merupakan lanjutan dari usah early diagnosis and promotif treatment yaitu dengan
pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat
( tidak terjadi komplikasi ). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan
tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin. Disability limitation termasuk :
a. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
Hepatitis dapat berlangsung singkat (akut) kemudian sembuh total. Namun
dapat pula berkembang menjadi masalah menahun (kronis). Tingkat keparahan
hepatitis bervariasi, mulai dari kondisi yang dapat sembuh sendiri secara total, kondisi
yang mengancam jiwa, menjadi penyakit menahun, hingga gagalnya fungsi hati (liver).
Sedangkan hepatitis kronis terjadi jika sebagian hati (liver) yang mengalami
peradangan berkembang sangat lambat, tetapi sebagian lain dapat menjadi aktif dan
semakin memburuk dalam hitungan tahun. Akibat dari hepatitis kronis yang memburuk
adalah terjadinya sirosis atau kanker hati. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada
hati lebih lanjut, sebaiknya penderita hepatitis (terutama hepatitis kronis) melakukan
pengobatan secara menyeluruh dan tuntas. Bila perlu, check up secara rutin ke dokter
untuk pemberian vitamin agar hati berfungsi dengan baik kembali.
b. Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan pemerikasaan
lanjut yang lebih akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemerikasaan
penunjang lainnya agar penderita dapat sembuh dengan baik dan sempurna tanpa ada
komplikasi lanjut.
c. Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi
Masyarakat diharapkan mendapatkan pengobatan yang tepat dan benar oleh
tenaga kesehatan agar penyakit yang dideritanya tidak mengalami komplikasi. Selain
itu untuk mencegah terjadinya komplikasi maka penderita yang dalam tahap
pemulihan, dianjurkan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan secara rutin untuk
melakukan pemeriksaan rutin agar penderita sembuh secara sempurna.

2. Rehabilitation

Rehabilitasi adalah usaha untuk mencegah terjadinya akibat samping dari


penyembuhan penyakit & pengembalian fungsi fisik, psikologik dan sosial. Tindakan ini
dilakukan pada seseorang yang proses penyakitnya telah berhenti. Tujuannya adalah
untuk berusaha mengembalikan penderita kepada keadaan semula (pemulihan
kesehatan) atau paling tidak berusaha mengembalikan penderita pada keadaan yang
dipandang sesuai dan mampu melangsungkan fungsi kehidupannya. Dalam
penyembuhan penyakit hepatitis, proses rehabilitasi meliputi :

a. Rehabilitasi mental, Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuikan diri dalan
hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental.
Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum
kembali ke dalam masyarakat. Seperti pada penderita hepatitis yang mengalami
penurunan semangat hidup, penderita harus menjalani rehabilitasi mental untuk
mengembalikan semangat hidup.
b. Rehabilitasi social vokasional, Yaitu agar bekas penderita menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-
maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
c. Rehabilitasi aesthetis, Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk
mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya
itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu. Seperti pada
penderita hepatitis yang tidak memungkinkan hatinya bekerja secara normal seperti
orang yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta

Gallo, Hudak, 19995, keperawatan Kritis, EGC, Jalarta

Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit Untuk Pertumbuhan Penyakit, Gramedia
Pustaka Utama Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, EGC Jakarta.

Smeltzer, Suzzana C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa
Agung Waluyo, Edisi 8, Jakarta, EGC 2001.

Anda mungkin juga menyukai