Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATITIS

Di susun oleh:

NAMA : Reskiani

NIM :2019032097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2019
BAB I

KONSEP DASAR

A. Laporan Pendahuluan

1. Pengertian hepatitis

Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari lima agen
virus yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat disembuhkan sampai kronis dan vatal
(Carpenito L. J, 2016 ).

Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat, atau alkohol (Dr. Jan Tambayong,2015)

Kesimpulan hepatitis adalah inflamasi sebagai reaksi yang disebabkan agen virus,
obat, atau alcohol.

2. Anatomi dan fisiologi hati

a) Anatomi

Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi hati.
Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian
teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah diafragma dan hati secara
luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500 gr 2,5% dari berat
tubuh pada orang deawa normal, hati dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus kanan
sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya 1/10 ditempati oleh ke 2 lobus
caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang
membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit
yang kecil dan unit-unit kecil itu disebut lobulus (Pearce, 2006
b) Fisiologi hati

Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta
yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam fisiologis
hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus gastrointestinal.
Bagian lain suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat arteri hepatika dan
banyak mengandung oksigen. Vena porta yang terbentuk dari vena linealis dan
vena mesenterika superior, mengantarkan 4/5 darahnya kehati darah ini
mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa oksigen telah diambil
oleh limpa dan usus. Darah ini membawa kepada hati zat makanan yang telah di
absorbsi oleh mukosa usus halus. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati
ke vena kava inferior. Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi
keseluruh hati, dua yang masuk yaitu arteri hepatika dan vena porta, dan dua yang
keluar yaitu vena hepatika dan saluran empedu. Sinusoia mengosongkan isinya
kedalam venulel yang berada pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik
dan dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika
yang merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya kedalam
vena kava inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan
darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (FKUI, 2006).

Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga sangat
penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap metabolik tubuh.
Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2006) sebagai berikut:
1. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah.
Aliran darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena porta
kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi mengalir
kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450 ml/menit.
2. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh.
Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidat, mengubah
galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis membentuk banyak
senyawa kimia penting dan hasil perantara metabolisme karbohidrat serta
menyimpan glikogen.
3. Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang
mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
4. Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
5. Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.
6. Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K), mineral
(termasuk zat besi).
7. Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
8. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan
menyerap zat gizi penting.
9. Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi) serta
memetabolisme alkohol.
10. Membantu menghambat infeksi.

3. Etiologi
a. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal
dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia
anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air,
parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-
45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan
pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan
seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi
dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM
anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat
adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi
dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan bahwa penderita pernah
mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan
karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang
terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang
rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala dispepsia dapat
ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala
akan hilang setelah fase ikterus.
b. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung
ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral)
terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal.
Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada
aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan
IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir
dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan
ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen,
pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai
dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri
tekan dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan
kelenjar limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg,
HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap
berada dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan
penularan virus tersebut.

c. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai
tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah
hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50
hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja
layanan keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien
faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
d. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA
untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi
sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-
140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada
pengguna obat IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen
permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang
beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada
pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut.  Gejala hepatitis D serupa
hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan
berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
e. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen
virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa
terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata
40 hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan pada
daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih
32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan
serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.
f. Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat
lain yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan
muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara dini
atau kontak dengan penyebabnya terbatas. Terapi ditujukan pada tindakan untuk
memulihkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian
darah, memberikan rasa nyaman dan tindakan pendukung.
g. Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan
dengan cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang
dipakai untuk mengobati penykit rematik seta muskuloskletal, obat anti depresan,
psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.

4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh reaksi
toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta infeksi virus melalui cairan
tubuh seperti darah, saliva, semen dan cairan vagina. Setelah virus hepatitis sampai di
tubuh melalui peredaran darah akan menyerang hati dan akan menyebabkan peradangan
atau inflamasi pada hepar sehingga menyebabkan kerusakan hati di lobulus dan generasi
sel, nekrosis parenkim hati dan menyebabkan penurunan fungsi sel hati sehingga
mempengaruhi kekebalan tubuh, adanya reaksi antara antigen antibodi menimbulkan
respon imun seperti demam sehingga timbul hipertermi, respon imun yang timbul
kemudian mendukung respon peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody langsung terhadap
antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-sel yang terinfeksi sehingga hati
menjadi edematosa (hepatomegali). Terjadinya hepatomegali menimbulkan keluhan
seperti nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri pada epigastrium, nyeri di hulu hati
sehingga menimbulkan perubahan kenyamanan dan perubahan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan, pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat dan disertai dengan
hipermetabolik sehingga akan menimbulkan keletihan.
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar yang
menyebabkan stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan bilirubin, tetapi
bilirubin tidak dapat mencapai usus halus sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
ekskresi urobilinogen di tinja sehingga tinja berwarna gelap. Bilirubin terkonjugasi
tersebut akan masuk kealiran darah sehingga terjadi kelebihan bilirubin dalam darah yang
akan menyebabkan terjadinya ikterus pada sclera mata, kulit dan membran mukosa
lainnya sehingga menimbulkan kerusakan integritas jaringan. Pada kulit biasanya
menyebabkan terjadinya pruritus yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas
kulit sebagian besar dari bilirubin terkonjugasi tersebut akan diekresikan melalui ginjal
sehinga warana urin menjadi berwarna sangat gelap.
Pengaruh obat-obatan,
alcohol, toksin dan virus
hepatitis

Inflamasi pada hepar


Suhu tubuh meningkat Peregangan kapsula hati

gangguan suplay darah


pada sel –sel hepar Hematomegali
Hipertermi
a
Perasaan tidak nyaman
Kerusakan sel parenkim, sel hati dan
di kuadran kanan atas
duktuli empedu intrahepatic

gangguan metabolisme pembentukan dan merangsang sel Gangguan


karbohidrat , lemak dan sekresi empedu mast metabolisme GL
protein terganggu

Mengeluarkan Anoreksia,
Gangguan
bilirubin tidak mediator kimia vomitus,nausea
Glikogenesis Glukoneogenesis
terkonjugasi
menurun menurun

nosiseptor Ketidakseimbangan
peningkatan terangsang nutrisi kurang dari
bilirubin serum kebutuhan
Glikogen dalam hepar berkurang
Proses tranduksi, transmisi,
modulasi, persepsi nyeri
Glikogenolisis berkurang Ikterus

nyeri akut
glukosa dalam darah Pada mata, kulit dan
berkurang Akumulasi
mukosa lainnya. Pruritus
garam empedu
cepat lelah
gangguan
integritas kulit
Keletihan/lelah Intoleransi
aktivitas
5. Manifestasi klinik
Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu virus
ini akan melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda.
HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar 15-45 hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan
HCV sekitar 2 minggu hingga 6 bulan.

Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis, antara lain adalah:

 Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas.
 Feses berwarna pucat.
 Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice).  Hal ini terjadi karena
peningkatan bilirubin dalam darah.
 Nyeri perut.
 Berat badan turun.
 Urine menjadi gelap seperti teh.
 Kehilangan nafsu makan

Bila Anda mengalami hepatitis virus yang dapat berubah menjadi kronik, seperti
hepatitis B dan C, mungkin Anda tidak mengalami gejala tersebut pada awalnya,
sampai kerusakan yang dihasilkan oleh virus berefek terhadap fungsi hati. Sehingga
diagnosisnya menjadi terlambat

6. Komplikasi
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Kolestasis
Biasanya, kolestasis terjadi pada pengidap hepatitis A yang berusia lebih tua. Kondisi
ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Komplikasi ini terjadi
ketika cairan empedu menumpuk di dalam hati. Gejala-gejalanya berupa penurunan
berat badan, demam, sakit kuning yang tidak kunjung sembuh, dan diare.
7. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahat sesuai kebutuhan
b. Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alkohol/obat lain
c. Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra sehubungan dan anggota
keluarga
2) Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan Gamma Globulin murni yang spesifik terhadap HAV/HBV pada
keluarga pasien hepatitis yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi,
imunitas ini bersifat sementara.
b. Tersedia vaksin untuk HBV, karena sifat virus yang sangat menular dan berpotensi
menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang
termasuk kelompok berisiko tinggi, termasuk pekerja kesehatan atau orang-orang
yang terpajan ke produk darah, divaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi
adalah orang-orang yang beresiko terinfeksi virus termasuk homosek atau heterosek
yang aktif secara seksual, pecandu obat bius dan bayi.
c. Medikametosa
 Kortikosteroid tidak diberikan bila mempercepat penurunan bilirubin darah,
kortikosreroid dapat digunakan pada kolestasis.
 Yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali normal tetapi
bilirubin masih tinggi.
 Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
 Antibiotik jika diperlukan.
 Antiemetik jika diperlukan.
d. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.

8. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E. Doenges.2000. Rencana
Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
 AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat meningkat 1-2
minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
 Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat )
 Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml prognosis
buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
b. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati).
c. Leukemia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
e. Albumin serum menurun.
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A.
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat terjadi.
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a.Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi pada kandung empedu,
pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali.

9. Pencegahan Hepatitis

Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih dan
sehat. Misalnya dengan:

 Menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis.


 Mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran,
serta buah-buahan.
 Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
 Tidak menyentuh tumpahan darah tanpa sarung tangan pelindung.
 Melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom,
atau tidak berganti-ganti pasangan.
 Kurangi konsumsi alkohol.
Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan B) bisa
dicegah secara efektif melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E hingga
saat ini masih dalam tahap pengembangan. Namun di beberapa negara, vaksin
hepatitis C sudah tersedia dan bisa digunakan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, status
perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
b) Identitas Penanggung Jawab
Pada idenitas penanggung jawab berisi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, serta
hubungan dengan pasien
c) Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Pada pasien hepatitis biasanya mengeluh nyeri, perut kembung,diare dan nafsu
makan menurun.
 Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit hepatitis, apakah tidak pernah,
apakah menderita penyakit lain.
 Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah nyeri pada perut bagian atas,
perut kembung, nafsu makan menurun dan diare.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita hepatitis atau sakit
lain
 Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari atas
hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan
keterangan manakah symbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah
meninggal dunia serta pasien yang sakit.
d) Pengkajian 11 Pola Gordon
Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon

a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan


 Apakah kondisi sekarang menyebabkan perubahan persepsi terhadap kesehatan?
 Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien setelah mengalami gangguan ini?
b. Nutrisi/ metabolic
 Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?
 Apakah klien mau memakan makanannya?
c. Pola eliminasi
 Bagaimana pola BAB klien sejak gangguan mulai terasa?
 Apa konstipasi zatau diare?
 Bagaimana pola BAK klien?
 Apakah kencing lancar, tidak bisa kencing, sakit
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kmampuan ADL sepertii makan minum, mandi, toileting, mobilisasi di
tempat tidur, kemampuan berpindah, serta ambulasi ROM apakah pasien
melakukannya secara mandiri atau dengan bantuan orang lain atau bantuan alat.
Adapaun skor yang dapat diberikan berkaitan dengan pola akivitas dan latihan
seperti: 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
 Bagaimana pola tidur klien, apakah mengalami perubahan?
 Bagaimana istirahanya, dapatkah klien beristirahat dengan tenang?
f. Pola kognitif-perseptual
 Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?
 Apakah klien menggunakan alat bantu?
g. Pola persepsi diri/konsep diri
Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya saat ini?
h. Pola seksual dan reproduksi
 Apakah klien mengalami gangguan pada alat reproduksinya?
 Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan hubungan seksual? (jika
sudah menikah)

i. Pola peran-hubungan
 Apakah setelah sakit, peran klien di keluarga berubah?
 Bagaimana hubungan klien dengan orang sekitar setelah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
 Apakah klien merasa depresi dengan keadaannya saat ini?
K. Pola keyakinan-nilai
 Apakah klien selalu rajin sembahyang?
 Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan
muntah akibat faktor biologis
c. Hipertermia berhubungan dengan perubahan laju metabolisme
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada
jaringan

3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
NOC :
Kriterial hasil : Pasien melaporkan nyeri berkurang secara verbal Pasien tampak
rileks dan tenang
NIC :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presifitasi.
Rasional : identifikasi karakter nyeri dilakukan untuk memilih intervensi
yang di lakukan
2. Kaji ulang factor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
Rasional : Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi
3. berikan posisi yang nyaman
rasional : dapat meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi kemungkinan
tekanan pada tubuh.
4. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
Rasional : tehnik relaksasi nafas dalam dapat mengurangi stress fisik maupun
emosional yaitu dapat menurunkan instesitas nyeri
5. Anjurkan untuk cukup istirahat
Rasional : istirahat yang cukup dapat mempercepat proses penyembuhan
6. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : pemberian analgetik indikasi untuk mengurangi nyeri

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


mual dan muntah akibat faktor biologis
NOC :
Kriterial hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan

nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :

 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

 Tidak ada tanda tanda malnutrisi

 Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti


NIC :

1. Kaji pola makan klien

Rasional :sebagai indicator untuk mengukur tingkat kemampuan pasien dalam

pemenuhan nutrisi

2. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering

Rasional : agar kebutuhan nutrisi terpenuhi

3. Tunda program keperawatan tidak saat makan

Rasioanal :Menghindari menganggu klien pada saat makan

4. Edukasi klien pentingnya pemenuhan nutrisi.

Rasional :Untuk memberikan pengetahuan kepada klien dan dengan

pengetahuan yang baik akan memotivasi klien melakuka usaha pemenuhan

klien

5. Kolaborasi dengan ahli nutrisi untuk jumlah kalori dan tipe nutrisi yang

dibutuhkan untuk pemenuhan nutrisi.

Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan

nutrisi klien.

c. Hipertermia berhubungan dengan perubahan laju metabolisme


NOC :
Kriteria hasil :
 Suhu badan dalam rentang normal

 Nadi dan RR dalam rentang normal

 Tdak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

NIC :
1. Monitor warna dan suhu kulit

Rasional : untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien dan memudahkan

dalam pemberian terapik

2. Pasien memakai pakaian tipis

Rasional : membantu proses penguapan

3. Anjurkan pasien banyak minum air putih

Rasional : peningkatan suhu tubuh meningkatkan penguapan sehingga perlu di

imbangi dengan asupan cairan yang banyak.

4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

Rasional : meminimalisir produksi panas yang di produksi oleh tubuh.

5. Berikan compres air hangat.

Rasional : mempercepat dalam penurunan produksi panas

6. Berikan informasi kepasien dan keluarganya mengenai pengertian, penangan dan

terapi yang diberikan

Rasional : meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dan keluarganya.

7. Kolaborasi pemberian obat antipirentik

Rasional : membantu menurunkan panas

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


NOC :
Kriterial Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan, melaporkan peningkatan
rasa segar dan bugar, melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian, berpartisipasi
dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih.
NIC :
1. Mengukut ttv
Rasional : manifestasi kardipulmonal dari upaya untuk membawa jumlah oksigen
ke jaringan
2. Anjurkan klien untuk makan sedikit tetapi sering
Rasional :makan adalah upaya dalam pemenuhan kebutuhan energy dalam tubuh
3. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi,
bantu jika keletihan terjadi.
Rasional : meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki harga diri.
4. Anjurkan pasien untuk istirahat
Rasional : istirahat yang cukup dapat menambah energy dalam tubuh
5. Berikan lingkungan yang tenang batasi pengunjung
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada
jaringan
NOC :
kriterial hasil : melaporkan penurunan proritus atau menggaruk, ikut serta dalam
aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit
NIC :
1. Kaji atau catat ukuran, warna, keadaan luka 
Rasional : untuk mengetahui tingkat kerusakan pada kulit dan mempermudah
dalam menentukan intervensi
2. Anjurkan klien memotong kuku apabila kukunya panjang
Rasional : untuk menurunkan resiko kerusakan kulit ketika menggaruk
3. Lakukan perawatan kulit dengan sering
Rasional : agar kulit tidak terjadi infeksi dan mempercepat proses penyembuhan
4. Anjurkan klien tidak memakai pakaian ketat
Rasional : pakaian ketat dapat mengiritasi kulit
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan
rasional : agar mendapat terapi sesuai indikasi dan mempercepat proses
penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2. (edisi Delapan).
Jakarta : EGC.

Carpenito, L.J. (2016). Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan. (Edisi dua). Jakarta :
EGC

Doenges, Marlynn E, Mary Frances Moorhouse., dan Alice C. Geissler. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI

NANDA. 2014. Diagnose keperawatan:judint Wilkinson edisi 10. Jakarta :EGC

Tambayong, Jan.(2015). Patifisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai