Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada
tingkatan diatas normal. ( Amin Huda, 2015 )
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih
(Harrison, 2017).

B. Anatomi Fisiologi

a) Anatomi

 Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas kanannya

terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercosta kelima kiri pada

linea midclavikula.

 Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri

terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot:
aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki lapisan tengah yang terdiri dari jaringan

elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki

lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada

setiap detiknya

 Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh

yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang

terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena

arterosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat

terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu

mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan

darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh

meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat, Sebaliknya, jika aktivitas

memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar

dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

 Perubahan fungsi ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:


 Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air,

yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan

darah ke normal.

 Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,

sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal

 Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang

disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya

akan memicu pelepasan hormon aldosterone

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu

berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan

darah tinggi.Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis

arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.Peradangan dan cedera pada salah satu

atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

 Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal.Otot dinding

arteriol dapat berkontraksi.Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh

darah.Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila

terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat

 Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari

arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka

pembuluh darah utama.


 Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai

empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem

retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung

dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan

 Vena dan venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.Vena dibentuk oleh

gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna

satu sama lain.

b) Fisiologi

Fungsi jantung yang utama adalah memompa darah ke seluruh tubuh. Sebagai alat

transportasi dalam tubuh, darah bertugas membawa nutrisi dan oksigen yang

dibutuhkan oleh organ-organ tubuh, sekaligus mengangkut zat-zat sisa.  Jantung dan

pembuluh darah membentuk sistem kardiovaskular untuk memastikan kelangsungan

hidup kita.

C. Etiologi
Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik
b. Obesitas
c. Stress
d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan
pengaruh lain misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (ephedrine,
prednison, epineprin).
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, namun berdasarkan penelitian ditemukan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya seperti misalnya faktor genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat disebabkan oleh karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal,
penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, dan gangguan endokrin.

D. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis

ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap

terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.Individu dengan hipertensi sangat sensitive

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa

terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang


menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan rennin. Rennin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem

pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia

lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri

besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa

oleh jantung (volume sekuncup), dan mengakibatkan penurunan curang jantung dan

peningkatan tahanan perifer. ( Peate, 2015 )


E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi antara lain:

a.Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

b. Sakit kepala

c.Pusing / migraine

d. Rasa berat ditengkuk

e.Cepat marah

f. Sukar tidur

g. Rasa lemah dan lelah

h. Telinga berdengung

i. Mata berkunang-kunang

j. Sulit bernafas saat beraktivitas ( Wijaya, 2013 )

F. Komplikasi
a. Efek pada otak:
o Terjadinya perdarahan akibat pecahnya mikro aneurisme yang akhirnya dapat
mengakibatkan kematian
o Kematian sel otak: stroke
b. Efek pada ginjal: Terjadi gagal ginjal yang dijumpai sebagai komplikasi hipertensi
yang lama pada proses akut
c. Efek pada jantung: Terjadi gagal jantung, kelaianan pada koroner atau miokard
d. Efek pada mata
o Perdarahan pada retina
o Gangguan penglihatan sampai pada kebutaan. ( Padila, 2015 )
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

a. Pemeriksaan yang segera seperti :

 Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel

terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko

seperti: hipokoagulabilitas dan anemia.

 Ureum/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

 Glukosa: hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).

 Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama

(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

 Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

 Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan

pencetus adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler )

 Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh

darah dan hipertensi

 Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

 Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

 Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

 Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

 EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri

ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana


luaspeninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

 Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan

terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran

jantung.

b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang

pertama):

 IVP:Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,

batu ginjal atau ureter.

 CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

 IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

 USG: untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

( Niluh, 2013 )

H. Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi:
a. Terapi tanpa obat, digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai

tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

o Diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan asam lemak jenu

o Penurunan berat badan

o Menghentikan merokok
o Latihan fisik atau olahraga

o Edukasi Psikologis yang meliputi :

b. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang diderita oleh penderita.
c. Cara Pencegahan
Pencegahan Primer
o Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, DM, dsb.
o Menerapkan pola hidup sehat ( berhenti merokok, latiha fisik/olahraga, dan
menghindari stress.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
o Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
o Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil
mungkin.
o Batasi aktivitas.( Kosasih, 2014 )
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jawab pasien
b. Keluhan utama pasien
c. Riwayat penyakit pasien
d. Riwayat penyakit terdahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Kaji keadaan umum pasien, status kesadaran dan tanda vital pasien
g. Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala : Kaji bentuk, kesimetrisan, dan kebersihan kepala. Kaji adanya keluhan
nyeri kepala, pusing, atau migraine.
 Hidung : Kaji adanya sekret, kesimetrisan, pernafasan cuping hidung
 Telinga : Kaji bentuk, kesimetrisan, adanya serumen atau gangguan pendengaran
 Leher : Kaji adanya pembesaran pada kelenjar tiroid, nyeri tekan. Kaji adanya
keluhan sakit atau rasa tegang pada batang leher.
 Dada
Inspeksi : Bentuk dan kesimetrisan dinding dada, kaji adanya retraksi
Palpasi : Kaji pengembangan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan
Perkusi : adanya massa
Auskultasi : Kaji adanya suara nafas tambahan (wheezing,gurgling)
 Jantung
 Abdomen
Inspeksi : Bentuk, adanya benjolan
Auskultasi : Bunyi bising usus
Palpasi : Kaji adanya nyeri tekan, adanya pembengkakan pada hati, limpa
Perkusi : timpani atau hipertimpani
 Genetalia : Kaji kebersihan, adanya nyeri tekan, adanya luka atau secret
 Ekstremitas : Kaji akral, adanya oedema, kaji tonus dan kemampuan otot
h. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: Keletihan, kelemahan, malaise, adanya nafas pendek
Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
i. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/ takikardi berat (disritmia),
distensi vena leher, edema dependen (tidak berhubungan dengan penyakit jantung),
hipotensi postural.
j. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor stress
multipel
Tanda :  Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
k. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
l. Makanan dan Cairan
Gejala:makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
Tanda :BB normal atau obesitas, adanya oedema
m. Higiene
Gejala :Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari
Tanda :  Kebersihan buruk, bau badan.
n. Pernapasan
Gejala :  Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis.
o. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,
gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optic
p. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala:Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen
q. Interaksi Sosial
Gejala:Hubungan ketergantungan, kurangnya system pendukung (kegagalan dukungan
diri/ terhadap pasangan/ orang terdekat), penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda:     Keterbatasan mobilitas fisik.
r. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
s. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone
( Padila, 2013 )

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (peningkatan tekanan vaskuler
serebral, iskemia)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Penurunan curah jatung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard. 
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium
e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringann cerebral
3. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa
0 Keperawatan Intervensi
Tujuan / Kriteria Hasil

1 Nyeri akut Pain level Manajemen Nyeri


berhubungan Pain control  Kaji secara menyeluruh
dengan agen injuri Convort level tentang nyeri, meliputi: lokasi,
biologis karakteristik, waktu kejadian,
Kriteria hasil :
(peningkatan lama, frekuensi, kualitas,
 Klien mampu mengontrol
tekanan vaskuler intensitas/beratnya nyeri, dan
nyeri (tahu penyebab nyeri,
serebral, iskemia) faktor-faktor pencetus
mampu menggunakan
 Observasi isyarat-isyarat non
tehnik nonfarmakologi
verbal dari ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)  Kaji pengalaman individu
terhadap nyeri,  keluarga
 Melaporkan bahwa nyeri
dengan nyeri kronis
berkurang dengan
menggunakan manajemen  Ajarkan penggunaan teknik

nyeri non-farmakologi, ex:


relaksasi, guided imagery,
 TD (systole 110-
terapi musik, distraksi,
130mmHg, diastole 70-
aplikasi panas-dingin,
90mmHg), HR(60-
massase)
100x/menit), RR (16-
24x/menit), suhu (36,5-  Berikan dukungan terhadap

37,50C) klien dan keluarga

 Klien tampak rileks mampu  Berikan informasi tentang

tidur/istirahat nyeri, seperti: penyebab,


berapa lama terjadi, dan
 Mampu mengenali nyeri
tindakan pencegahan
(skala, frekuensi, tanda
nyeri)  Evaluasi  tentang keefektifan
dari tindakan mengontrol
nyeriyang telah digunakan

Pemberian Analgetik
 Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas,dan
keparahan sebelum
pengobatan
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Libatkan klien dalam
pemilhan analgetik yang akan
digunakan

Manajemen lingkungan
:kenyamanan

 Batasi pengunjung
 Pantau hal-hal yang
menyebabkan
ketidaknyamanan seperti
pakaian lembab,   Perhatikan
hygiene pasien untuk menjaga
kenyamanan
 Atur posisi pasien yang
membuat nyaman, sediakan
tempat tidur yang nyaman dan
bersih
 Tentukan temperatur ruangan
yang paling nyaman dan
lingkungan yang tenang

2 Intoleransi Energy conservation Activity therapy


aktivitas Activity tolerance  Catat frekuensi jantung, irama
berhubungan Self care : ADL dan perubahan tekanan darah
dengan sebelum, selama dan sesudah
Kriteria Hasil :
kelemahan, aktivitas.
 Berpartisipasi dalam
ketidakseimbanga
aktivitas fisik tanpa  Bantu klien mengidentifikasi
n suplai dan aktivitas yang mampu
disertai peningkatan
kebutuhan oksigen dilakukan
tekanan darah, nadi dan
RR  Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
 Mampu melakukan
kemampuan fisik, psikologis
aktivitas sehari hari
dan sosial
(ADLs) secara mandiri
 Tingkatkan istirahat / batasi
 Nyeri berkurang
aktivitas.
 Tidak mudah lelah
 Berikan penguatan positif
ketika aktif beraktivitas
 Monitor respon fisik, emosi
saat beraktivitas
 Anjurkan klien
menghindarkan peningkatan
tekanan abdomen.
 Jelaskan pola peningkatan
bertahap dan tingkat
aktivitasnya
 Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi

3 Penurunan curah Cardiac pump effectiveness Cardiac care


jatung Circulation status  Evaluasi adanya nyeri dada
berhubungan Vital sign status  Catat adanya disritmia jantung
dengan  Catat adanya tanda dan gejala
Kriteria hasil :
peningkatan  Tanda vital dalam rentang penurunan cardiac output
afterload, normal ( tek. Darah, nadi,  Monitor tanda vital
vasokontriksi, suhu dan respirasi )  Monitor balance cairan
hipertrofi/rigiditas  Dapat mentoleransi  Monitor respon terhadap obat
ventrikuler, aktivitas, tidak ada anti aritmia
iskemia miokard kelelahan  Atur periode latihan dan
 Tidak ada edema paru, istrahat
perifer dan tidak ada  Monitor adanya dyspnea,
asites
fatique.tachipnea dan
 Tidak ada penurunan
kesadaran orthopnea

Vital Sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu dan
respirasi
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor vital sign saat pasien
duduk, berbaring, atau berdiri
 Monitou pulsus paradoksus
pulsus alterens
 Monitor jumlah, irama dan
bunyi jantung
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
( tekanan nadi melebar,
bradikardi dan peningkatan
sistolik)

4 Kelebihan volume Electrolit and acid base Fluid Management


balance
cairan  Monitor hasil laboratorium
Fluid balance
berhubungan Hydration yang sesuai dengan retensi
dengan kelebihan Kriteria hasil : cairan ( Hb, BUN, osmoalitas
asupan natrium urin)
 Bebas dari edema, efusi
 Monitor vital sign
dan anasarka
 Monitor CVP, MAP, PAP,
 Bunyi napas bersih tidak
PCWP
ada dypsnea
 Monitor indikasi retensi
 Terbebas dari distensi
vena jugularis  Kaji luas dan lokasi edema

 Bebas dari kelelahan  Monitor intake dan output

 Menejelaskan indikator cairan dengan akurat

dari kelebihan cairan  Monitor status nutrisi


 Kolaborasi pemebrian diuretik
 Batasi masukan cairan pada
hiponatremi dilusi dengan
serum Na < 130 mEq/l
Fluid Monitoring
 Tentukan riwayat jumlah dan
tipe intake
 Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak
seimbangan cairan ( kelainan
renal, gagal ginjal)
 Monitor urinalisa

5 Resiko Circulation status Peripheral Sensation


ketidakefektifan Tissue prefusion Management
perfusi jaringann Kriteria hasil :  Monitor area tertentu yang
cerebral  Mendemontrasikan status hanya peka terhadap panas,
sirkulasi yang ditandai dingin, tajam, tumpul
dengan :  Monitor adanya paratese
 Tekanan sistole dan  Instruksikan keluarga untuk
diastole dalam rentang memonitor kulit jika adanya
yang diharapkan lesi atau laserasi
 Tidak ada ortostatik  Batasi gerakan pada kepala,
hipertensi leher dan punggung
 Tidak ada tanda  Monitor adanya
peningkatan TIK ( Tidak tromboplebitis
lebih dari 15 mmhg)  Kolaborasi pemebrian terapi
 Mendemonstrasikan  Diskusikan mengenai
kemampuan kognitif yang penyebab perubahan sensasi
ditandai dengan :
 Berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai
kemampuan
 Penunjukan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan
yang benar
 Menunjukan fungsi
sensori yang utuh :
tingkat kesadaran
membaik, tidak ada
gerakan involunter

DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda, dkk. (2015 ).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasrkan Diagnosa Medisdan Nanda
Nic-noc.Jilid 2. Jogjakarta. Medi Action

Barry J. S.2014. Hipertensi: Pedoman Klinis Diagnosis dan Therapi . Bumi Medika. Jakarta.

Kosasih Padmawinata. 2014. Pengendalian Hipertensi, ITB. Bandung.

Morton, G. (2014). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2.Media Aesculapius. Jakarta

Niluh G.Y.A.2013. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular.EGC.Jakarta.

Padila, (2013), Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Jogjakarta

Peate, M. N. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan edisi 2. Bumi Medika. Jakarta

T. Heather H, dkk.(2015), Diagnosis Keperawatan, Definisi Dan Klasifikasi, 2015-2017. Edisi


10. EGC, Jakarta

Wijaya, S. A. & Putri, M. Y. 2013.Keperawatan MedikalBedah: Keperawatan Dewasa, Teori,


Contoh Askep. Nuha Medika. Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai