Anda di halaman 1dari 10

PENATALAKSANAAN KETOASIDOSIS DIABETIK (KAD)

Wira Gotera, Dewa Gde Agung Budiyasa

Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar

ABSTRACT

Diabetik Ketoasidosis (DKA) is metabolic disturbance disorder that be sigend by tris hyperglycemia,
acidosis, and ketsis, which one of very serious acute metabolic complication of diabetes mellitus. In
Indonesia the incidence was not so high compare than the western countries, but the mortality is still high.
In young age the mortality can be prevented by early diagnosis, rational and prompt treatment according to
it’s pathophysiology. Succesfull of DKA treatment needs correction of dehidration hyperglycemia, acidosis,
and electrolyte disturbance, identification of comorbid precipitation factor, and the most important one was
continue monitoring. The treatment were adequate of fluid therapy, sufficient insulin theraphy, theraphy,
therapy of potassium, bicarbonate, phosphate,magnesium,hyperchloremic condition, and antibiotic
administration according to indication. The important one was also awareness for therapy complications so
that the therapy not to make worsening condition of the patients.

Keywords : Diabetic, ketoacidosis, management

PENDAHULUAN : Ketoasidosis diabetic (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolic yang
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh
deisiensi insulin absolute atau relatif. KAD dan Hiperosmolor Hyperglycemia State
(HHS) adalah 2 komplikasi akut metabolic diabetes mellitus yang paling serius dan
mengancam nyawa. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi pada DM Tipe 1 dan 2.
Meskipun KAD lebih sering dijumpai pada DM Tipe 1 atau mungkin merupakan akibat
dari peningkatan kebutuhan insulin pada DM tipe 1 pada keadaan infeksi, trauma, infark
miokard, atau kelainan lainnya.

PENATALAKSANAAN KETOASIDOSIS DIABETIK :Penatalaksanaan KAD bersifat multifaktorial sehingga


memerlukan pendekatan terstruktur oleh dokter dan paramedis yang bertugas. Terdapat banyak sekali pedoman
penatalaksanaan KAD pada literature kedokteran, dan hendaknya semua itu tidak diikuti secara ketat sekali dan
disesuaikan dengan kondisi penderita. Dalam menatalaksana penderita KAD setiap rumah sakit hendaknya memiliki
pedoman atau disebut sebagai integrated care pathway. Pedoman ini harus dilaksanakan sebagaimana mestinya
dalam rangka mencapai tujuan terapi. Studi terakhir menunjukkan sebuah integrated care pathway dapat
memperbaiki hasil akhir penatalaksanaan KAD secara signipikan.
KESIMPULAN : KAD adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias
hiperglikemia,asidosis, dan ketosis yang merupakan salah satu komplikasi akut metabolik diabetes mellitus yang
paling serius dan mengancam nyawa. Walaupun angka insidennya di Indonesia tidak begitu tinggi dibandingkan
negara barat, kematian akibat KAD masih sering dijumpai, dimana kematian pada pasien KAD usia muda umumnya
dapat dihindari dengan diagnosis cepat, pengobatan yang tepat dan rasional sesuai dengan patoÞ siologinya.
Keberhasilan penatalaksanaan KAD membutuhkan koreksi dehidrasi, hiperglikemia, asidosis dan kelainan elektrolit,
identiÞ kasi faktor presipitasi komorbid, dan yang terpenting adalah pemantauan pasien terus menerus.
Penatalaksanaan KAD meliputi terapi cairan yang adekuat, pemberian insulin yang memadai, terapi kalium,
bikarbonat, fosfat, magnesium, terapi terhadap keadaan hiperkloremik serta pemberian antibiotika sesuai dengan
indikasi. Faktor yang sangat penting pula untuk diperhatikan adalah pengenalan terhadap komplikasi akibat terapi
sehingga terapi yang diberikan tidak justru memperburuk kondisi pasien.

SUPPORT SYSTEM KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KETOASIDOSIS DIABETIK PADA ANAK


DENGAN DM TIPE 1

Ana Fitria Nusantara1),Sunanto2), Achmad Kusyairi Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Hafshawaty Pesantren
Zainul Hasan

Abstrak
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes melitus tipe 1 yang ditandai dengan
dehidrasi, kehilangan elektrolit, asidosis dan disebabkan oleh pembentukan keton yang berlebihan. Keadaan
ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius dan mengancam jiwa. Namun demikian kejadian
KAD dapat dicegah dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menejemen diabetik yang benar.
Penelitian bertujuan mengidentifikasidukungan keluarga dalam mencegah ketoasidosis diabetik.Desain
penelitian kualitatif digunakan pada penelitian ini dengan pendekatan phenomenology. Data dikumpulkan
dengan tehnik wawancara tidak terstruktur kemudian dianalisis dengan tehnik Van Manen.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa support sistem keluarga dapat dilakukan dengan cara membawakan bekal makan atau
minum untuk kegiatan di luar rumah, mengkomunikasikan penyakit anak kepada pihak lain di luar rumah
(sekolah, tetangga, saudara), melakukan injeksi insulin, pengawasan diet, serta kunjungan rutin ke rumah
sakit. Anak dengan DM tipe 1 berada pada usia yang sangat muda sehingga dalam hal perawatan dan
penatalaksanaan diabetesnya sangat tergantung pada orang tua selaku penanggung jawab dalam perawatan
anak. Dukungan orang tua dalam perawatan anak dengan DM tipe 1 sangat berdampak pada pencegahan
terjadinya komplikasi seperti ketoasidosis diabetik.

Kata kunci: support system, ketoasidosis diabetik, diabetes mellitus tipe 1

Pendahuluan :Ketoasidosis diabetikuma dalah komplikasi akut dari diabetes mellitus tipe 1 yang paling sering
terjadi pada anak dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Beberapa faktor yang
menjadi penyebabnya adalah kesalahan pengelolaan dosis insulin atau stress, system regulasi
pengiriman insulin, dan ketidakpatuhan akan terapi insulin (Chafe dkk, 2015). Faktor yang
mempengaruhi kepatuhan salah satunya adalah dukungan dari keluarga, dengan adanya
dukungan dari keluarga diharapkan penderita akan merasa senang dan tentram, karena
dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau
mengelola penyakitnya lebih baik (Susanti dan Sulistyarini, 2013).

METODE PENELITIAN : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
Phenomenology Hermenuetic. Dimana data dikumpulkan menggunakan metode
wawancara tidak terstruktur pada 24 responden yang terdiri dari 12 orangtua dan
12 orang anak penderita DM Type I. Wawancara berlangsung selama 45-60
menit. Hasil wawancara ditranskrip dan untuk mendapatkan tema, hasil
wawancara dianalisis menggunakan Van Mannen.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini akan memaparkan tentang bentuk support systemkeluarga yang dalam hal
ini adalah orang tua baik ayah ataupun ibu dalam pencegahan terjadinya ketoasidosis
diabetik pada anak dengan diabetes melitus tipe 1. Data akan disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dukungan keluarga dalam mencegah
kejadian KAD pada anak dapat berupa tindakan orang tua membawakan bekal makanan atau
minuman ketika anak di luar rumah dan mengkomunikasikan tentang penyakit anak pada pihak
terkait di luar rumah (sekolah, teman dan tetangga). Orang tua harus lebih siap dengan segala
kemungkinan terjadinya komplikasi akut KAD, seperti deteksi dini dan tersedianya emergency
callnumber terdekat dalam rangka penanganan awal serangan.
Saran : Pentingnya peran orang tua terhadap keberhasilan terapi diabetes melitus tipe 1 dan dalam pencegahan
terjadinya komplikasi ketoasidosis diabetik, menuntut kemampuan lebihpada orang tua untuk
mengetahui dan memahami dengan baik tentang menejemen department dan rumah sakit untuk
kasus KAD dapat memberikan dampak yang sangat besar terhadap kesehatan masyarakat. Maka
peran aktif petugas kesehatan dalam memberikan informasi atau update pengetahuan orang tua
dalam perawatan anak sangat diperlukan, sehingga kejadian ketoasidosis diabetik dapat dicegah.

Gambaran Klinis Ketoasidosis Diabetikum Anak


Clinical Profile of Children with Diabetic Ketoacidosis

Haryudi Aji C
Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan profil klinis ketoasidosis diabetikum pada anak. Data dikumpulkan dari
rekam medik gambaran klinis pasien ketoasidosis diabetikum yang didapatkan di Bagian Anak Rumah Sakit dr. Saiful
Anwar Malang pada tahun 2005-2009. Pada masa penelitian ini didapatkan 19 pasien dengan usia 1-14 tahun dengan
proporsi 58% perempuan, 53% berusia antara 5-10 tahun dan 63% mengalami gizi kurang. Pada 53% pasien memberikan
gambaran konsentrasi bikarbonat pada darah sebesar 5-9,9 mmol/L. osmolaritas darah >295-400 mOsm/l ditemukan pada
84% pasien dan 53% pasien mempunyai level potasium 3,5-5 mmol/L dan 42% pasien mempunyai kadar leukosit 10.000-
<20.000/ul. Keluhan yang paling banyak ditemukan pada pasien adalah muntah, nyeri perut, penurunan kesadaran,
kejang, diare, penurunan berat badan, polyuria, polydipsia, polyphagi dan demam. Keluhan terbanyak adalah polyuria
yang didapatkan pada 16% kasus. Sebagian besar (67%) penderita Ketoasidosis Diabetikum anak mempunyai kadar
keton lebih dari 5 mmol/l dan 61% mengalami ketonuri (4+) serta 63% pasien mempunyai anion gap 12.0-24.0.

Kata Kunci: Anak, gambaran klinis, ketoasidosis diabetikeum

PENDAHULUAN :Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan oleh penurunan insulin efektif di sirkulasi yang disertai
peningkatan hormon regulator kontra seperti glukagon, katekolamin, Usia paling banyak didapatkan
pada usia diatas 5 biokimia untuk diagnosis KAD meliputi hiperglikemia tahun dimana ada dua
kelompok usia yaitu 5-10 tahun (kadar glukosa >11 mmol/L (>200 mg/dL)) disertai pH sebanyak 9
pasien dan lebih dari 10 tahun 8 pasien. vena <7,3 dan/atau bikarbonat <15 mmol/L. Terdapat juga
Keluhan yang tercatat pada pendetia KAD di RSSA sangat glukosuria, ketonuria dan ketonemia
(1,2). KAD dapat terjadi pada saat diagnosis maupun pada penderita lama. KAD berulang terjadi bila
pemberian insulin tidak teratur, sering karena tidak diberikan. Pada anak remaja, ketoasidosis
diabetes hampir selalu dikarenakan ketidak-patuhan pemberian insulin. Namun dapat pula terjadi
sebagai akibat sedang menderita sakit lain pada penderita diabetes, misalnya diare, infeksi dll.
Tatalaksana KAD meliputi koreksi hiperglikemia, dehidrasi dan gangguan elektrolit dengan cairan
dan insulin intravena. Monitoring klinik dan laboratorium yang ketat serta observasi penderita secara
individual adalah sangat penting untuk memberikan penanganan yang optimal.

METODE :Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif. Sampel Demikian juga kadar keton darah naik pada semua pasien
diambil dari semua pasien KAD yang berobat ke bagian KAD. Sebagian besar pasien KAD di RSSA
mengalami Ilmu Kesehatan Anak-Rumah Sakit dr. Saiful Anwar antara hiperosmolaritas dengan kadar
osmolaritas lebih dari 295 tahun 2005-2009. Karakteristik yang dikaji meliputi data mOSm/L (84,2%). Kadar
natrium dan kalium pada umum yaitu usia dan jenis kelamin, gambaran klinis yaitu penderita KAD cukup
bervariasi meskipun hampir separo status gizi, keluhan klinis serta profile metabolik dari hari berada pada
kisaran normal. Kadar lekosit pada penderita pemeriksaan laboratorium.

HASIL : Gambaran seluruh sampel penelitian antara tahun 2005-kortisol, dan hormon pertumbuhan. Hal ini menyebabkan
2009 berjumlah 19 catatan medis pasien KAD. Jumlah peningkatan produksi glukosa oleh hati dan ginjal, serta
umum pasien KAD RSSA dalam 5 tahun (2005-2009) gangguan penggunaan glukosa perifer dengan akibati
menunjukkan gambaran peningkatan. Keseluruhan hiperglikemia dan hiperosmolalitas. Peningkatan lipolisis,
pasien berasal dari wilayah Malang Raya. Distribusi pasien disertai produksi benda keton (beta hidroksibutirat,
berdasarkan jenis kelamin digambarkan dalam Tabel 1 dan asetoasetat), menyebabkan ketonemia dan asidosis
didapatkan pasien laki-laki lebih sedikit (36,8%) metabolik. Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan
dibandingkan dengan pasien perempuan sebesar 12 diuresis osmotik, dan hilangnya elektrolit. Kriteria (63,2%).
Usia paling banyak didapatkan pada usia diatas 5 biokimia untuk diagnosis KAD meliputi hiperglikemia tahun
dimana ada dua kelompok usia yaitu 5-10 tahun (kadar glukosa >11 mmol/L (>200 mg/dL)) disertai pH sebanyak
9 pasien dan lebih dari 10 tahun 8 pasien. vena <7,3 dan/atau bikarbonat <15 mmol/L. Terdapat juga Keluhan
yang tercatat pada pendetia KAD di RSSA sangat glukosuria, ketonuria dan ketonemia (1,2). bervariasi, meliputi
gejala klasik DM berupa poliuria (74%), Ketoasidosis diabetik adalah penyebab utama kesakitan polidipsi (63%),
polifagi (58%) (biasanya tidak tampak pada dan kematian pada anak penderita diabetes mellitus tipe anak dan
sering anak tidak mau makan), mual- muntah 1 (DMT1). Mortalitas terutama berhubungan dengan (58%), nyeri
perut (63%) serta penurunan berat badan terjadinya edema serebri (menyebabkan 57%-87% dari (42%).

KESIMPULAN : Berdasarkan penelitian ini menunjukan sebagian besar pasien KAD merupakan pasien serangan
pertama kali terjadi atau baru menderita DM tipe 1 yang mengalami serangan atau perlahan-lahan
menjadi normal jika pada awalnya pertama KAD. Pasien baru ini biasanya mengalami keluhan lebih
kurang 2 bulan sebelum serangan KAD, dehidrasi hipertonik dan rehidrasi perlu dilakukan lebih keluhan
berupa polifagi, poliuri, polidipsi, berat badan
Penatalaksanaan KAD dan DM tipe 1 pada Anak Usia 15 Tahun
Ria Janita Riduan, Syazili Mustofa
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. Di sebagian
negara barat, lebih dari 90% DM pada anak dan remaja adalah DM tipe 1. DM tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel B pankreas baik
oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Komplikasi yang paling sering pada DM
tipe 1 adalah ketoasidosis diabetikum (KAD). Ketoasidosis diabetikum (KAD) terjadi akibat defisiensi insulin yang beredar dan kombinasi
peningkatan hormon-hormon kontraregulator yaitu katekolamin, glukagon, kortisol, dan hormon pertumbuhan. Pada kasus dilaporkan
An. MY, laki-laki, usia 15 tahun, dengan ketoasidosis diabetikum dan DM tipe 1. Dilakukan analisis penyebab atau faktor resiko.
Selanjutnya penyakit diberikan penatalaksanaan awal KAD yaitu terapi cairan, insulin, diet, pemantauan kadar glukosa darah, serta
penatalaksanaan gejala simptomatis lain yang dirasakan. Selain itu perlu dilakukan intervensi keluarga tentang penyakit, pemberian
obat, perubahan pola makan dan gaya hidup.

Kata Kunci: DM tipe 1, ketoasidosis diabetik, penatalaksanaan

PENDAHULUAN : Ketoasidosis diabetikum terjadi akibat defisiensi insulin yang beredar dan kombinasi peningkatan
hormon-hormon kontraregulator yaitu katekolamin, glukagon, kortisol, dan hormon
pertumbuhan.6 Ketoasidosis diabetikum pada anak sering ditemukan pada penderita DM tipe 1
yang tidak patuh jadwal suntikan insulin atau pemberian insulin yang dihentikan maupun kasus
baru DM tipe Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2013, terdapat sekitar
13-80% dari 65.000 anak yang berusia <15 tahun dengan diagnosis KAD. Angka kejadian KAD
sebesar 15-70% di wilayah Eropa, Australia dan Amerika dan lebih tinggi lagi di Negara
berkembang. Insidensi KAD pada anak yang sudah terdiagnosis DM tipe 1 adalah sebesar 1-
10% per pasien tiap tahunnya.8 Berdasarkan penelitian nasional berbasis populasi, mortalitas
KAD di beberapa negara cukup konstan, di Amerika Serikat 0,15%, Kanada 0,18% dan Inggris
0,31%. Pada tempat-tempat dengan fasilitas yang kurang memadai maka resiko kematian akibat
KAD lebih tinggi.9 Penegakkan diagnosis KAD salah satunya dapat dilihat dari gejala klinis KAD.
Gejala klinis KAD pada anak yang dapat ditemukan adalah dehidrasi, nafas cepat dalam, mual,
muntah, nyeri perut seperti akut abdomen, penurunan kesadaran progresif, leukositosis, shift to
the left, peningkatan amilase non spesifik, demam (bila terdapat infeksi)6 disertai dengan gejala
klasik DM berupa poliuria, polidipsi, serta penurunan berat badan yang progresif.9 Gejala tidak
khas yang menyerupai penyakit lain yaitu gastroenteritis, akut abdomen, keracunan, gangguan
SSP, sindrom uremik, dan lain-lain.

KESIMPULAN : Ketoasidosis diabetik merupakan suatu kondisi akut dan mengancam jiwa akibat kekurangan insulin
relatif atau absolut yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, serta ketonemia/ketonuria.
Manifestasi klinis KAD sangat bervariasi dan seringkali menyerupai Gejala klinis penyakit lain.
Kemampuan mengenali gejala klinis KAD dan mendiagnosis KAD merupakan bagian terpenting
tata laksana KAD. Tata laksana KAD selanjutnya adalah koreksi cairan yang adekuat, pemberian
insulin yang tepat, koreksi asidosis dan elektrolit serta pemantauan yang ketat. Sebagian besar
kematian pada DMT1 timbul akibat edema serebri. Pengenalan tanda-tanda KAD dan tata laksana
yang cepat dan tepat dapat menurunkan mortalitas, morbiditas dan menekan biaya rawat akibat
KAD. Pencegahan dengan suatu program yang komprehensif dan terintegrasi merupakan suatu
langkah terpenting untuk menghindari berulangnya KAD.
SARAN : Mencegah terjadinya KAD merupakan suatu langkah yang sangat penting bagi penderita KAD
Berulangnya KAD pada anak dan remaja lebih disebabkan karena menolak penyuntikan insulin atau
bosan melakukan penyuntikan dan akibat kurangnya pemahaman tentang KAD .

ANALYSIS OF FACTOR AFFECTING THE EMERGENCY OF


DIABETIC KETOACIDOSIS IN PATIENT DIABETES MELLITUS
Ririn Ludfitri
Rumah Sakit TK. II dr. Soepraoen
ABSTRAK
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kegawatan hiperglikemi antara lain faktor KAP (knowledge,attitude and
practice) dan faktor stres. Pengetahuan merupakan domain penting yang menjadi titik tolak perubahan sikap dan perilaku
seseorang termasuk stres. Stres merupakan gejala psikologis bisa menyebabkan perubahan fungsi normal tubuh sehingga
seseorang yang mempunyai kerentanan genetik atau herediter akan dimanifestasikan sebagai penyakit. Tujuan
menganalisis faktor yang mempengaruhi kegawatan ketoasidosis diabetic pada pasien diabetes melitus. Metode yang
digunakan adalah observasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel
20 responden. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan lembar cek list. Hasil penelitian menggunakan uji bivariat
dengan uji Spearman’s rho p value < 0,05 dan menunjukkan faktor yang mempengaruhi kegawatan ketoasidosis diabetik
yaitu sikap (p = 0,005 r =-0,604), perilaku (p =0,06 r = -0,595) dan stres (p =0,019 r = 0,518) dan yang paling berpengaruh
adalah faktor sikap. Sedangkan pada uji multivariate dengan uji regresi logistik multinomial faktor yang diukur adalah faktor
sikap, perilaku dan stres yang diuji secara bersama-sama dan menunjukkan nilai uji simultan p value = 0,000 < 0,05
menunjukkan bahwa minimal ada satu buah variabel independent yang signifikan mempengaruhi variabel dependent
(ketoasidosis diabetik). Uji kebaikan model menunjukkan bahwa p value = 1.000 > 0,05 artinya bahwa model telah sesuai
dan untuk nilai Cox dan Snel = 0,762 yang berarti bahwa keragaman data variabel independent (sikap, perilaku dan stres)
dalam penelitian ini mampu menjelaskan keragaman data variabel dependentnya sebesar 76,2% sedangkan sisanya
23,8% dijelaskan oleh variabel bebas lain yang ada di luar model penelitian. Kesimpulan faktor yang mempengaruhi
kegawatan ketoasidosis diabetic pada pasien diabetes melitus adalah sikap, perilaku dan stres. Dari keseluruhan faktor
tersebut yang paling berpengaruh adalah faktor sikap.

Kata Kunci: diabetes melitus, kegawatan ketoasidosis diabetik, faktor KAP (knowledge, attitude and practice),
faktor stress
PENDAHULUAN :Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan darurat hiperglikemi yang mengancam jiwa pasien
dengan diabetes melitus. Ketoasidosis diabetik terjadi ketika seseorang mengalami penurunan
insulin relatif atau absolute yang ditandai dengan hiperglikemi, asidosis, ketosis dan kadar
glukosa darah > 250 mg/dL (American Diabetes Association, 2013; Chaithongdi, et al, 2011;
Corwell, et al, 2014). KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat (Sudoyo, 2009). Berdasarkan data surveilan dari
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), insiden ketoasidosis diabetik di Amerika
Serikat mulai tahun 1988-2009 terjadi peningkatan dari 80.000 menjadi 140.000 (43,8%)
(Maletkovic and Drexler, 2013). Kegawatan KAD rata-rata terjadi pada 80–90% kegawatan
hiperglikemi dan angka kematiannya diperkirakan antara 4–10% (Andreoni, 2007; Chiasson, et
al., 2003; Corwell, et al., 2014). Faktor yang berhubungan dengan kegawatan KAD antara lain
faktor KAP (knowledge, attitude and practice/pengetahuan, sikap dan perilaku) serta faktor
stres (Dunstan, et al., 2002; Krishnan, et al., 2007; Schafer, et al., 2007; Khatib, et al., 2008;
Aliasgharzadeh, et al., 2006; Mihardja, 2009; dikatakan valid, kemudian untuk nilai
reliabilitasnya dilihat dari nilai Cronbach’s alpha = 0,943 > Cronbach’s alpha if item deleted
sehingga variabel pengetahuan dikatakan reliabel.

Metode Penelitian :Penelitian ini adalah jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes melitus yang
mengalami kegawatan KAD yang dirawat di Irna 1 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dan
di Instalwatnap RS TK II dr. Soepraoen Malang. Penentuan jumlah sampel
menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 20 orang. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang sudah baku yang
dikembangkan oleh Subish, et al., dari P & T Journal, Medimedia USA yang terkenal
dengan kuisioner KAP (knowledge, attitude and practice). Instrumen ini sudah
dikembangkan sejak tahun 2006. Kuisioner tentang faktor stres diambil dari Holmes
dan Rahe (1967) ”The Social Readjustment Rating Scale, Life Change Index Scale
(the Stress Test)” Journal of Psychosomatic Research dan kemudian dilakukan
modifikasi oleh peneliti. Dari hasil modifikasi tersebut didapatkan instrumen KAP valid
dan reliabel.
Hasil :
 Analisis Univariat
 Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 20 responden, 13 responden (65%)
mempunyai pengetahuan baik dan 7 responden (35%) mempunyai pengetahuan cukup.
 Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa 3 responden (15%) mempunyai sikap kurang,
10 responden (50%) mempunyai sikap cukup dan 7 responden (35%) mempunyai sikap baik.
 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa 50% responden mempunyai perilaku kurang. Hal ini
didukung dari data distribusi responden berdasarkan pekerjaan, penghasilan dan riwayat
pengobatan.
 Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa 10 responden (50%) mempunyai stres sedang
dan 10 responden (50%) mempunyai stres berat (sangat stres).
 Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa 9 responden (45%) masuk kategori ketoasidosis
diabetik (KAD) ringan, 10 responden (50%) masuk kategori ketoasidosis (KAD) sedang dan 1
responden (5%) masuk kategori ketoasidosis (KAD) berat.
 Analisis Multivariat
Dari hasil analisis regresi logistik multinomial untuk uji simultan didapatkan hasil bahwa p value < 0,05
artinya H0 ditolak atau H1 diterima atau dapat disimpulkan bahwa minimal ada satu buah variabel independent
yang signifikan mempengaruhi variabel dependent (KAD) Sedangkan untuk regresi logistik multinomial untuk uji
kebaikan model didapatkan hasil bahwa p value > 0,05 artinya H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa
model telah sesuai.
 Analisis Bivariat
Dari hasil analisis bivariat dengan uji statistic Spearman’s rho antara variabel independent
(pengetahuan) dan variabel dependent (KAD) tampak pada variabel pengetahuan terhadap ketoasidosis
diabetik (KAD) p value = 0,386 > 0,05 artinya H0 gagal ditolak atau tidak ada pengaruh antara pengetahuan
dengan ketoasidosis diabetic (KAD). Tetapi sebenarnya jika dilihat dari kekuatan hubungan antara kedua
variabel yang ditunjukkan dengan nilai r = 0,205 artinya kedua variabel mempunyai hubungan tapi lemah
(Sopiyudin, 2014).
Kesimpulan :Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan tidak berpengaruh terhadap kegawatan KAD, sikap,
perilaku dan stress berpengaruh terhadap kegawatan KAD.
SARAN :Adanya suatu terobosan baru dengan membuat modul, buku saku, animasi atau website edukasi tentang
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegawatan hiperglikemi (ketoasidosis diabetik) yang bersifat
aplikatif dan mudah dipahami sehingga setiap orang yang membaca akan tergerak untuk bertindak
secara positif dalam mengambil sikap yang benar.

Anda mungkin juga menyukai