PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting
tidak hanya di Amerika Serikat tapi seluruh dunia. The centers for Disease Control and
Prevention (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 3000.000 infeksi virus
hepatitis B. Walaupun mortalitas penyakit hepatitis rendah, faktor morbiditas yang luas
dan ekonomi yang kurang memiliki kaitan dengan penyakit ini. Hepatitis virus akut
adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas, walaupun efek utamanya pada hati.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan berbagai macam penyakit
khususnya hepatitis. Hepatitis adalah suatu penyakit yang dapat menimbulkan
peradangan hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk
alcohol, dan dijumpai pada kanker hati. Gejala dan tanda masing-masing jenis hepatitis
serupa namun cara penularan dan hasil akhirnya mungkin berbeda.
B. Tujuan Penulisan
Maksud dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih banyak lagi
tentang penyakit hepatitis dan mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit tersebut.
Makalah tersebut juga dijadikan sebagai refrensi dalam proses perkuliahan.
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan pembelajaran untuk penderita hepatitis agar lebih menjaga
kesehatannya
2. Sebagai tambahan membuat asuhan keperawatan
3. Sebagai sumber informasi bagi para pembaca
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1
dalam massa hati, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri
hepatika, dan saluran empedu.
Struktur mikroskopik :
Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang dinamakan lobulus,
yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ (gambar). Setiap lobulus
merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati yang
berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan
sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang
vena porta dan arteri hepatika. Tidak seperti kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel
fagositik atau sel kuffer. Sel kuffer merupakan sistem monosit-makrofag yang
lebih banyak daripada yang terdapat dalam hati, jadi hati merupakan salah satu
organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik. Selain
cabang-cabang vena porta dan arteria hepatica yang melingkari bagian perifer
lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang sangat kecil yang dinamakan
kanalikuli (tidak tampak), berjalan di tengah-tengah lempengan sel hati. Empedu
yang dibentuk dalam hepatosit dieksresi ke dalam kanalikuli yang bersatu
membentuk saluran empedu yang makin lama makin besar, hingga menjadi saluran
empedu yang besar (duktus koledokus).
Vena porta menerima aliran darah dari saluran limpa dan pankreas. Darah vena
porta ini berbeda dengan darah vena lain karena :
-
Oksigen lebih tinggi, karena aliran darah di daerah splanknikus ini relatif
lebih banyak.
b. Fungsi Hati
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati juga menduduki
urutan pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan ragam dari fungsinya. Hati
sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada hampir setiap
fungsi metabolik tubuh; pada tabel di bawah ini dapat dlihat beberapa fungsi utama
hati :
Fungsi Hati
1.
2.
3.
Metabolisme protein.
4.
Metabolisme lemak.
5.
6.
Metabolisme steroid.
7.
Detoksifikasi.
8.
9.
Pembentukan urea.
Dari berbagai fungsi tersebut diatas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
fungsi dasar hati adalah :
1.)
2.)
Fungsi metabolik
3.)
4.)
3. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
darah dari hepar disebut lobule karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar. Pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
rusak dibuang dari tubuh oleh respon imune digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya sebagian besar oleh pasien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal
4. Etiologi
a. Virus.
b. Bakteri (salmonella typhi).
6
c. Obat-obatan.
d. Racun (hepatotoxic).
e. Alcohol.
5. Klasifikasi
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic Acid)
dan DNA (Deoksi Nucleic Acid).
HepatitisA/Hepatitis
infeksius
hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta
demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi,
transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang
mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah
paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa
tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu
narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Hepatitis c
Hepatitis c diidentifikasi pada tahun 1989.cara penularan virus RNA tersebut
sama dengan hepatitis B dan terutama ditularkan melalui transfusi darah
dikalangan penduduk amerika serikat sebelum ada penapisan. Virus ini dapat
dijumpai dalam semen dan sekresi vagina tetapi jarang sekali pasangan seksual
cukup lama dari pembawa hepatitis C terinfeksi dengan virus ini. Masa tunas
hepatitis C berkisar dari
Hepatitis E
virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air
yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ),
keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
Jenis
penularan
Prognosis
Diagnosis
Hepatitis A
Biasanya sembuh
Antibody hepatitis A ;
sendiri
IgM(stadium
dini),IgG(stadium
lanjut)
Hepatitis B
Ditularkan melalui
Biasanya sembuh
Antigen permukaan
darah,khususnya
sendiri.10%
hepatitis B (HbsAg)
diantaranya dapat
dan antigen
Juga ditularkan
menjadi hepatitis B
inti(HbeAg) yang
melalui hubungan
seksual
terhadap antigen
permukaan hepatits B
dan antigen inti.
Heparitis C
Ditularkan melalui
darah ( angkat
infeksi kronis
Antibody hepatitis C
penularan melalui
hubungan kelamin
rendah).
Hepatitis D
Ditularkan melalui
Meningkatkan
Antigen hepatitis D,
darah.ko-infeksi
kemungkinan
antibody hepatitis D.
hanya dengan
perburukan hepatitis B
hepatitis B
Hepatitis E
Biasanya sembuh
Pengukuran virus
atau fekal
sendiri, tetapi
hepatitis E
menimbulkan angka
kematian tinggi pada
wanita hamil
6. Manifestasi Klinik
Terdapat tiga stadium :
a.
7. Penularan
HVA
Penularan
Fekal oral
Parenteral
HVB
HVC
Darah
Darah
Saliva
Saliva
HVD
Darah
HVE
Fekal oral
Seksual
10. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit
yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis
kronis persisten. Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus akan mengalami
kekambuhan setelah serangan awal yang dapat dihubungkan dengan alkohol atau
aktivitas fisik yang berlebihan setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien
akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati
seperti digerogoti (picce meal). Akhirnya satu komplikasi lanjut dari hepatitis yang
cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.
11. Pemeriksaan Diagnostik
a. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada
kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokardium.
b. Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi.
12
yang
difokuskan
pada
reaksi/respon
manusia
unik
pada
suatu
Aktivitas/istirahat
Gejala
b.
Sirkulasi
13
Tanda
c.
Eliminasi
Gejala
d.
yhyuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
e.
Neurosensori
Tanda
f.
Nyeri/kenyamanan
Gejala
Tanda
g.
Pernafasan
Tanda
h.
i.
Keamanan
Gejala
Tanda
: Demam
Seksualitas
Gejala
Data subyektif
: Laporan kelemahan.
Data objektif
Tujuan
Kriteria
Tindakan keperawatan
15
1.)
2.)
3.)
4.)
5.)
6.)
16
Tujuan
Kriteria
Tindakan keperawatan
1.) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit tapi
sering dalam frekuensi sering dan tawarkan makanan pagi paling besar.
Rasional :
Makanan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga
paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit
pada sore hari.
2.) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional :
Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan.
3.) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional :
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan.
4.) Dorongan pemasukan sari jeruk, minuman karbohidrat dan permen
berat sepanjang hari.
Rasional :
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna,
toleran bila makanan lain tidak.
17
5.) Berikan obat sesuai indikasi : Vit. B Comp, tambahan diet lain sesuai
indikasi.
Rasional :
Memperoleh kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
Kolaborasi :
6.) Konsul pada ahli diet. Dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet
sesuai kebutuhan pasien dengan pemasukan lemak dan protein sesuai
toleransi.
Rasional :
Berguna dalam membuat program diet memenuhi kebutuhan individu.
Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi pengeluaran
empedu dan perlunya pembatasan masukan lemak bila terjadi diare.
Bila toleransi pemasukan normal atau lebih protein akan membantu
regenerasi hati. Pembatasan protein diindikasikan pada penyakit berat
karena akumulasi produk akhir protein dapat mencetuskan hepati
ensefalopati.
7.) Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional :
Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda
kekurangan terjadi/gejala memanjang.
c.
Tujuan
Mempertahankan hidrasi adekuat.
Kriteria
Tindaka keperawatan
1.) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian,
catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
Rasional :
Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti/efek terapi.
2.) Kaji tanda vital,
membran mukosa.
Rasional :
Indikator volume sirkulasi/perifer.
3.) Periksa acites atau pembentukan oedema, ukur lingkar abdomen sesuai
indikasi.
Rasional :
Menerangkan kemungkingan perdarahan ke dalam jaringan.
4.) Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut untuk
sikat gigi.
Rasional :
Menghindari trauma dan perdarahan gusi.
5.) Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na + albumin dan waktu
pembekuan.
Rasional :
Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein
yang dapat menimbulkan pembentukan oedema.
6.) Berikan cairan IV, elektrolit.
Rasional :
Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
7.) Protein hidrolisat : vitamin K
Rasional :
Memperbaiki
kekurangan
albumin/protein
dapat
membantu
Tujuan
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi
negatif.
Kriteria
Tindakan keperawatan
1.) Kontak dengna pasien mengenai waktu untuk mendengar.
Rasional :
Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.
2.) Dorong diskusi perasaan marah.
Rasional :
Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien
untuk merasa lebih mengontrol situasi. Pengungkapan menurunkan
cemas dan depresi memudahkan perilaku koping positif.
3.) Hindari membuat penilaian neoral tentang pola hidup.
Rasional :
Pasien merasa marah/kesal dan mengalahkan diri : penilaian dari orang
lain akan merusak harga diri lebih lanjut.
4.) Diskusikan harapan penyembuhan.
Rasional :
Periode penyembuhan mungkin lama/potensial stres keluarga/ situasi
dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.
5.) Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat.
Rasional :
20
Tujuan
Mencegah penularan kepada orang lain.
Kriteria
Mendemonstrasikan/melakukan teknik-teknik/cara penularan penyakit.
Perubahan-perubahan teknik ulang perilaku atau mencegah penularan
penyakit terhadap orang lain.
Tindakan keperawatan
1.) Terapkan teknik isolasi dengan cara yang tepat
-
Tujuan
Klien akan mengungkapkan tidak terjadi gangguan integritas kulit.
Kriteria
Gatal-gatal berkurang/hilang.
Tindakan keperawatan
1.) Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun
mandi alkali.
Rasional :
2.) Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk rasa
gatal, pertahankan kuku pendek.
Rasional :
Menurunkan resiko cedera kulit.
3.) Beri massage pada waktu tidur.
Rasional :
Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.
4.) Hindari komentar tentang penampilan pasien.
Rasional :
Menimbulkan stres psikologik sehubungan dengan perubahan kulit.
22
Kolaborasi
5.) Berikan obat sesuai indikasi ; antihistamin contoh : metdilazin,
difenhidramin.
Rasional :
Menghilangkan gatal, catatan : gunakan terus-menerus pada hepatik
hebat.
Tujuan
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria
Tindakan keperawatan
1.) Kaji
tingkat
pemahaman
proses
penyakit,
harapan/prognosis,
4. Implementasi
Merupakan tahan keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini
perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan
dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang
dilakukan yaitu :
a.
Tindakan mandiri
b.
Tindakan observasi
24
c.
d.
Tindakan kolaborasi
5. Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat
dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan. Perawat perlu
mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati
agar kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui Dalam
evaluasi dapat dikemukakan 4 kemungkinan yang menentukan keperawatan
selanjutnya yaitu :
a.
b.
c.
d.
25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. N DENGAN HEPATITIS AKUT DI
RUANG ASTER BLUD RSUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA
Terlampir
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. N dengan
penyakit hepatitis akut di ruang Aster Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya, maka dalam bab ini penulis akan membahas beberapa hal, baik yang mendukung maupun
yang menghambat kelancaran proses keperawatan.
Adapun tujuan pambahasan ini adalah : untuk menemukan antara tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus yang sebenarnya dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang penulis lakukan pada Tn. N selama tahap pengkajian penulis
tidak mendapatkan kesulitan karena klien dan keluarga bersedia memberikan informasi yang
diperlukan penulis dan klien bersedia kooperatif kepada penulis.
Adapun pengkajian pengumpulan data yang penulis temukan kesenjangan antara teori dan
pada kasus dari penyakit hepatitis akut.
1. Aktivitas / Istirahat
Pada teori ditemukan adanya kelemahan, kelelahan, malaise umum setiap hari.
Sedangkan pada kasus klien tidak mengalami gejala diatas.
27
2. Sirkulasi
Pada teori ini di temukan adanya bradikardia atau hiperbilirubin berat, ikterik. Sedangkan
pada kasus klien tidak mengalami gejala diatas.
3. Eliminasi
Pada teori ditemukan adanya urin gelap, diare / konstipasi, fases tanah liat. Sedangkan
pada kasus klien tidak mengalami salah satu gejala diatas.
4. Makanan atau Cairan
Pada teori di temukan adanya hilang nafsu makan (anoraksial), penurunan berat badan
atau meningkat, mual, muntah. Sedangkan pada kasus klien hanya ditemukan adanya
penurunan nafsu makan.
5. Neurosensori
Pada teori di temukan adanya peka rangsangan, cenderung tidur, latergi, asteriksi,
sedangkan pada kasus klien tidak mengalami gejala di atas.
6. Nyeri / Kenyamanan
Pada teori di temukan adanya keram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas,
mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal ( pruritas ). Sedangkan pada kasus klien hanya
mengalami nyeri tekan pada kuadran kanan atas, tapi klien tidak mengalami gatal
( pruritas )
7. Pernafasan
Pada teori ditemukan adanya :
Tidak minat/enggan merokok (perokok). Sedangkan pada kasus tidak ditemukan gejala di
atas.
8. Keamanan
Antara teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangaan antara teoritis, pada kasus
klien mendapatkan tranfusi darah.
28
9. Seksualitas
Gejala yang ada pada teori adalah : pola hidup/prilaku meningkatnya resiko terpajan
(contoh : homo seksual, aktif / biseksual pada wanita). Sedangkan pada kasus klien tidak
ditemukan tanda-tanda di atas.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis adalah sebagai berikut :
1. Intolerans aktivitas berhubungan dengan :
Kelemahan umum : penurunan kekuatan/ketahanan : nyeri.
Mengalami keterbatasan aktivitas : depresi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik : anoreksia, mua/muntah, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan : penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu
tertahan.
3. Kekurangan volume cairan dan diare, perpindahan area ke tiga (acites), gangguan proses
pembekuan
4. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan
5. Potensial terjadi penularan pada orang lain serta staf medis berhubungan dengan : kontak
dengan pasien serta pengelolaan alat-alat.
6. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia, akumulasi
garam empedu dalam jaringan.
7. Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi,
prognosis,
dan
kebutuhan
pengobatan
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teori tapi tidak terdapat pada tinjauan
kasus adalah :
1. Intolerans aktivitas berhubungan dengan :
Kelemahan umum : penurunan kekuatan/ketahanan : nyeri.
Mengalami keterbatasan aktivitas : depresi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik : anoreksia, mua/muntah, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan : penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu
tertahan.
3. Kekurangan volume cairan dan diare, perpindahan area ke tiga (acites), gangguan proses
pembekuan
4. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan
5. Potensial terjadi penularan pada orang lain serta staf medis berhubungan dengan : kontak
dengan pasien serta pengelolaan alat-alat.
6. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia, akumulasi
garam empedu dalam jaringan.
7. Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi,
prognosis,
dan
kebutuhan
pengobatan
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus tetapi tidak terdapat di tinjauan
teori :
1. Nyeri akut b.d refleks spasme otot sekunder terhadap hepar.
2. Ketidakefektifan jalan nafas b.d gangguan fungsi pernapasan
30
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus juga terdapat pada tinjauan teori
adalah: tidak terdapat diagnosa keperawatan yang ada di tinjauan kasus terdapat pada
tinjauan teoritis.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan merupakan kelanjutan dari diagnosa keperawatan dalam rangka mengatasi
masalah yang timbul. Adapun intervensi pada tinjauan kasus disesuaikan dengan fasilitas
yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, secara umum
intervensi yang diberikan kepada Tn. N berupa teknik relaksasi nafas dalam.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan realisasai dan rencana tindakan keperawatan dalam secara teoritis
dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhn pasien, penetapan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang mencakup tindakan independent dan dependent
a. Independent
Tindakan secara mandiri (independent) adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
kesehatan dan memenuhi kebutuhan pasien seperti :
-
b. Dependent
Hal ini tidak dilakukan karena sarana dan prasarana serta fasilitas Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya sudah memadai untuk menanggulangi masalah
yang dihadapi
31
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam tahapan proses keperawatan evaluasi berguna
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dievaluasi,
berorientasi sesaat dimana yang timbul dan dialami pasien serta berorientasi pada saat pasien
dirawat.
Dari semua evaluasi tinjauan kasus, masalah teratasi sebagian dan tindakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengkajian pasien dengan hepatitis akut akan menjumpai beberapa data penting dari aspek
biologi dan psikologi. Pada hepatitis akut pada Tn. N didapatkan data antara lain : Nyeri
pada perut kanan atas (ulu hati), dan batuk-batuk.
2. Berbagai diagnosa keperawatan dapat terjadi pada pasien Tn. N dengan penyakit hepatitis
akut adalah :
Nyeri akut b.d refleks spasme otot sekunder terhadap hepar dan
2.
3.
4.
2.
3.
4.
4. Tindakan Keperawatan
Setelah penulis melakukan pengkajian dan manganalisa pada Tn. N di RuangAster Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, penulis tidak menemukan
hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperwatan
karena didukung klien dan keluarga klien yang kooperatif.
Adapun tindakan pelaksanaan dilakukan pada Tn. N adalah :
Pada diagnosa keperawatan I : Nyeri akut b.d refleks spasme otot sekunder terhadap hepar
Implementasi dilakukan oleh penulis sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
disusun dan disesuaikan dengan sarana dan fasilitas rumah sakit yaitu :
1.
2.
Memeriksa TTV
3.
4.
gangguan fungsi
pernapasan
Implementasi dilakukan oleh penulis sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
disusun dan disesuaikan dengan sarana dan fasilitas rumah sakit yaitu :
1. Mengauskultasi bunyi napas pasien
33
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah penulis melakukan pengkajian dan menganalisa data pada Tn. N dengan hepatitis
akut di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Dilakukan setiap
hari melihat hasil perubahan-perubahan pada setiap masalah klien sesuai dengan
implementasi yang dibuat asuhan keperawatan, meskipun teratasi sebagian, namun asuhan
keperawatan yang diberikan telah banyak membantu dalam mengatasi masalah klien,
penilaian yang dilakukan dengan menggunakan SOAP (Subjek, Objek, Analisa, dan
Planning)
Asuhan keperawatan yang dilakukan masih teratasi sebagian karena pada saat penulis
melakukan pengkajian, klien baru mandapat perawatan beberapa hari saja.
Adapun evaluasi yang terdapat pada diagnosa keperawatan pada kasus adalah :
Diagnosa I : Nyeri akut b.d refleks spasme otot sekunder terhadap hepar
Evaluasi :
S:
O:
A:
P:
O:
A:
P:
B. Saran
1. Bagi klien
Disarankan kepada klien agar meningkatkan pembinaan pola hidup sehat, dan memahami
perlunya menjaga kesehatan mengenai faktor-faktor resiko penyakit hepatitis.
2. Bagi perawat
Hendaknya berperan aktif dengan menanyakan apa yang dirasakan klien dan keluarga
selama menderita penyakit hepatitis sehingga perawat melakukan pengkajian
keperawatan, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan,
melakukan tindakan keperawatan dan mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada Tn. N
Dengan penyakit hepatitis akut di ruang Aster Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya, sehingga terjalin kerjasama yang baik sesuai dengan prioritas
masalah kesehatan klien dan tercapailah hasil yang maksimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pedoman dalam perencanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan
penyakit hepatitis akut di ruang Aster Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Doris
Sylvanus Palangka Raya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Prosesproses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa
Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta,
Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit
FKUI, jakarta.\
36
37