Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK II

DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER)

DISUSUN OLEH :

YOSSY PRASTICA

18.0.P.223

STIKES MITRA HUSADA KARANGANYAR

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2020
DENGUE HEMORAGIC FEVER

A. DEFINISI

Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal


(Menurut NANDA NIC-NOC,2015).Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh
diatas normal akibat peningkatan pusat pengatur seuhu di hipotalamus. Sebagian
besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya
demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Menurut Sodikin,2012).

B. EPIDEMOLOGI
Epidemiologi demam dengue (dengue fever/DF) cukup di Indonesia, karena
vektor pembawa dengue menyebar secara luas dan cepat sehingga DF adalah
salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia.
Global 
Menurut WHO, dengue merupakan penyakit yang menjadi beban kesehatan,
ekonomi dan sosial pada populasi di daerah endemik. Dalam 50 tahun terakhir,
insidensi dengue telah meningkat 30 kali di seluruh dunia. Di samping itu, adanya
urbanisasi yang tidak ditata dengan baik, pertumbuhan populasi dunia, percepatan
dan mudahnya mobilitas penduduk melalui jalur udara, darat dan laut
mengakibatkan mudahnya pula perpindahan penyakit ini ke daerah lain.[2,11,13

Indonesia 

Sejak tahun 2000, sedikitnya 8 negara Asia yang tadinya bebas penyakit ini,
melaporkan wabah DHF. Pada tahun 2003, empat negara Asia Tenggara
melaporkan kasus dengue, salah satunya adalah Indonesia. Wabah dengue sudah
menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia, dan di negara-negara
Asia Tenggara lainnya.

Beragam serotipe telah beredar di berbagai daerah di Indonesia, namun serotipe 3


masih mendominasi dari masa ke masa.   [2,8,14-17]
C. ETIOLOGI
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever
(DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi
menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne
virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan
bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama
deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-
2. Setelah oleh nyamuk yang membawa virus, maka inkubasi akan berlangsung
antara 3-15 hari sampai gejala demam Dengue muncul. (Meilany, 2010)
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang
menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain :
1.      Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
2.   Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti: hinggap
di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat kaleng
bekas  yang menampung air hujan.
3.   Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina,
sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada  tumbu-tumbuhan.
4.   Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan peningkatan
aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam setelah
mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan untuk bertelur.

D. FAKTOR PRESIDPOSISI
Yang berhubungan dengan penyakit DBD adalah adanya barang bekas
disekitar rumah, adanya tempat penampungan air dan penggunaan obat anti
nyamuk.

E. PATOFISIOLOGI
Infeksi virus dengue, akan mengeluarkan toksin, reaksi imunologis,
trombositoposis destruksi trombosit dalam darah naik.
Saat virus mengeluarkan toksin dapat melepaskan pirogen ke dalam darah yang
menstimulasi pusat termoregulasi (Hipothalamus) dan mengirim impuls ke pusat
vasomotor sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Dari peningkatan suhu
tubuh tersebut terjadi kesalahan interpretasi dan mukosa mulut/lidah kotor dan tidak
nyaman. Kesalahan interpretasi tersebut dikarenakan kurang pengetahuan dan
membutuhkan hospitalisasi sehingga menyebabkan ansietas (kecemasan),
sedangkan dari mukosa yang kotor menyebabkan mual muntah atau anoreksia
sehingga intake nutrisi tidak adekuat yeng kemudian bisa terjadi penurunan daya
tahan tubuh dan beresiko terjadi infeksi, sementara perubahan nutrisi bisa terjadi
dan kondisi tubuh dapat melemah selanjutnya akan terjadi intoleransi aktivitas.
Reaksi imunologis menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat dan dapat terjadi
ekstraksi cairan yang menimbulkan kebocoran plasma yaitu hemokonsentrasi,
hipoproteinuria, efusi pleura, serta acites. Kemudian hipovolemia yang terjadi dapat
menyebabkan hipotensi dan vasodilatasi arteri sehingga kulit menjadi panas dan
terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh yang berujung pada deficit volume
cairan tubuh.
Sedangkan dari kerusakan trombosit, agregasi trombosit akan meningkat sehingga
terjadi trombositopenia yang menyebabkan menurunnya faktor koagulasi akan
memanifestasikan perdarahan ringan – berat yang beresiko terhadap perdarahan
lebih lanjut sehingga vaskositas darah menurun dan dapat terjadi perdarahan dan
suplai O2 dalam zat makanan ke dalam tubuh menurun yang menyebabkan
penumpukan asam laktat dalam otak dan sendi yang berujung pada nyeri yang akut.

F. KLASIFIKASI
Menurut Suriadi, (2006 : 60) klasifikasi demam berdarah dengue adalah :
 Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdahan spontan, uju
turniket positif,Trombositopenia dan hemokonsentrasi
 Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain
 Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin
lembab, gelisah
 Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

G. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinik dari demam berdarah menurut Suriadi (2006 : 59) :
1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Perdarahan terutama pada bawah kulit (petechia)
3. Epistaksis, melena, hematuri, dan hematemesis
4. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan konstipasi
5. Nyeri otot dan tulang sendi, nyeri abdomen dan ulu hati
6. Sakit kepala
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
9. Tanda-tanda rejantan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, CRT >3 detik, serta nadi cepat dan lemah).

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan Darah lengkap
(a) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang
banyak dan hebat Hb biasanya menurun 14 Poltekkes Kemenkes Padang
Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL
(b) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi kebocoran
plasma Nilai normal: 33- 38%
(c) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia kurang
dari 100.000/ml Nilai normal: 200.000-400.000/ml
(d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal Nilai normal: 9.000-
12.000/mm3
2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan: hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia
3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa:
(a) pH darah biasanya meningkat Nilai normal: 7.35-7.45 (b) Dalam keadaan
lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik mengakibatkan pCO2 menurun dari
nilai normal (35 – 40 mmHg) dan HCO3 rendah.
b. Pemeriksaan rontgen thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di rongga
pleura yang meyebabkan terjadinya effusi pleura. (Wijayaningsih, 2013)

I. PATHWAY
Nyamuk mengandung virus dengue

Mengigit manusia

Virus masuk aliran darah

Di lepeskan C34 & C5a (Peptida)


HIPERTERMI

Melepaskan system

Membrane meningkat

Kebocoran plasma HB turun

Hipovelemia Nutrisi02mnurun

Tubuh lemas
RESIKO SYOK
HIPOVELEMIA

INTOLERANSI
AKTIVITAS
J. TERAPI
Penatalaksanaan pada pasien dengan demam berdarah dengue menurut
Suriadi, (2006 :60) adalah sebagai berikut :
a) Penatalaksanaan medik
b) Pemberian Antipiretik jika terdapat demam
c) Berikan antikoavulsan jika kejang
d) Pemberian terapi IVFD, jika pasien mengalami kesulitan minum dan
hematokrit cenderung meningkat.
b) Penatalaksanaan keperawatan
1. Minum banyak 1,5 sampai 2 L/hari dengan air teh, gula, atau susu,Hal ini
karena pasien dengan DBD beresiko tinggi mengalami kekurangan volume cairan
berlebih. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan.
2. Meningkatkan perfusi jaringan adekuat,Mengkaji dan mencatat tanda-tanda
vital (kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan darah, CRT)
3. Memberikan nutrisi secara adekuat.Berikan makanan yang disertai suplemen
nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
4. Mensupport koping keluarga yang adaptif.Ijinkan orangtua dan keluarga untuk
memberikan respons secara panjang lebar, dan identifikasi faktor yang paling
mencemaskan keluarga.
5. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.Ukur tanda-tanda vital :
suhu dan ajarkan keluarga dalam mengukur suhu tubuh. Suhu tubuh normal
360C sampai 370C .

K. KOMPLIKASI
Komplikasi dari demam berdarah dengue menurut Indartoas (2009 : 7) yaitu :
 Perdarahan luas : Karena peningkatan suhu yang tinggi, pecahan-pecahan
pembuluh darah terjadi pada sebagian besar tubuh.

 Syok (rejatan) : Rejatan dapat terjadi pada pasien DSS (Dengue Shock
Syndrome).

 Pleural Effusion : Efusi pleura terjadi disebabkan oleh permeabilitas vaskuler


yang meningkat sehingga menyebabkan ekstrasi cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
 Penurunan kesadaran : Terjadi karena hipovolemia yang hebat sehingga sel
darah berkurang dan tidak mampu membawa oksigen secara adekuat ke dalam
otak.

L. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan demam berdarah dengue menurut
Suriadi (2006 :59) adalah sebagai berikut :
 Darah lengkap

1. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih)


2. Trombositopenia (trombosit 100.000/mm³ atau kurang)

 Serologi atau Uji HI (Hemoaglutination Inhibition test) 

 Rontgen Thoraks apakah terdapat efusi pleura

M. PEMERIKSAAN FISIK

a) Keadaan Umum :
1. Tingkat Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda Vital : - suhu : 38,3 ˚ - RR : 30x/menit
- Nadi: 80 x/ menit
3. Pertumbuhan Fisik : Normal tidak ada cacat
4. Keadaan kulit : Lembab

b) Pemeriksaan Cepalo Kaudal


1. Kepala : Tampak terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam
a) Rambut : Hitam , tidak ada ketombe , tidak ada lesi
b) Mata : Simetris , Conjungtiva anemis, Sclera putih, Pupil reflek
terhadap cahaya
c) Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
d) Hidung : Simetris . ada sedikit kotoran
e) Mulut : Gigi bersih dan masih komplit, tidak ada karies gigi
2. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak
mengalami pembesaran

3. Dada
 Inspeksi : Simetris , bentuk dan postur normal , warna kulit sama
dengan warna kulit lain, tidak ada pembengkakan/benjolan.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan , eksponsi simetris
 Perkusi : Resonan lupdup , jika bagian padat lebih dari pada
bagian utara :pekak (bleg bleg bleg)
 Auskultasi : bunyi nafas vesikuler
4. Abdomen
 Inspeksi : Normal/simetris
 Auskultasi : suara peristaltic terdengar seitan 5-20x/menit
 Perkusi : pekak sisi
 Palpasi : Abdomen bawah nyeri tekan
5. Genetalia, : Biasanya tidak ada masalah
6. Ektermitas : Akral dingin
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan DBD menurut Suriadi, (2006 : 59) yaitu :
 Mengkaji riwayat keperawatan

1. Riwayat adanya penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DBD adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui
gigitan nyamuk aides aigepty.

 Pemeriksaan fisik

1. Peningkatan suhu tubuh


2. Kaji tanda-tanda perdarahan
3. Mual-muntah
4. Anoreksia
5. Nyeri ulu hati
6. Nyeri otot dan sendi
7. Tanda-tanda rejatan seperti denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin dan lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan
kesadaran.

2. Diagnosa keperawatan dan Rencana Keperawatan


1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme (Nanda :
00007)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ( Nanda : 00092.4.4)
3. Resiko Syok hipovelemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktiv,
perdarahan (Nanda : 00205. 11.2)

3. Rencana Keperawatan

 Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme

Tujuan : Anak menunjukkan temperatur tubuh dalam batas normal


Intervensi
1. Pantau TTV klien
2. Observasi suhu
3. Kaji saat timbul demam
4. Anjurkan keluarga untuk kompres hangat klien
5. Berikan antipiretik
6. Ajarkan pada orang tua cara mengukur suhu tubuh anak

Rasional

1. Membantu mengetahui keadaan klien


2. Mengetahui tingkat suhu tubuh klien
3. Membantu untuk menentukan intervensi selanjutnya
4. Kompres berguna untuk mengeluarkan panas dalam tubuh
5. Terapi yang adekuat dapat menurunkan demam
6. Agar orang tua dapat memonitor suhu anak secara mandiri

 Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Intervensi
2. Monitor keadaan umum pasien
3. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
4. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan
jika terjadi perdarahan
5. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
6. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
Rasional
1. Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi
perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.
2. Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi
presyok / syok.
3. Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat
segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan
4. Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara
hebat.
5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien
dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuan oksigen
-Monitor tanda-tanda vital
-Berikan terapi oksigen
-Manajemen nutrisi dan berat badan
-Manajemen energi dan manajemen lingkungan : kenyamanan
-Pemberian obat kolaborasi dengan dokter SpA
DAFTAR PUSTAKA
 Hidayat, Aziz Alimul.(2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika

 Nelson. (2000).ilmu kesehatan anak.edisi 15 vol 2 Jakarta: EGC

 Rasyid. (2012). Demam Berdarah. diakses pada tanggal 3 Juli 2013 dalam
web ttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/01/20/demam-berdarah-haruskah-
kita-kembali-menjadi-nomor-satu-di-asean/

 Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Salemba Medika

 Suriadi. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta : Sagung


Seto

 Wong, D.L. (2004). Keperawatan Pediatric, (Edisi 4) Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai