DISUSUN OLEH :
A. DEFINISI
Diabetes Melitus Tipe-1 merupakan kelainan sistematik akibat gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan
oleh kerusakan sel-β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga
produksi insulin berkurang atau berhenti.
Diabetes mellitus tipe 1 (Diabetes Juvenile), dahulu disebut insulin-dependent
diabetes (IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel-β
penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada
tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Dalam kondisi normal, sistem kekebalan tubuh akan menyerang dan
membentengi tubuh dari bakteri dan substansi-substansi atau virus yang menyusup ke
dalam tubuh. Namun pada diabetes tipe 1, tanpa alasan yang pasti, sistem imun
menyerang pankreas serta menghancurkan sel beta dan menyebabkan terhambatnya
produksi hormon insulin.
Penderita diabetes tipe-1 hanya memproduksi insulin dalam jumlah yang sangat
sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Akibatnya glukosa dalam darah semakin
meningkat (hiperglikemia) dan sel-sel tubuh tidak mendapatkan asupan energi yang
cukup. Kondisi tersebut dapat menyebabkan :
a. Dehidrasi
Tingginya kadar gula dalam darah akan meningkatkan frekuensi urinasi (buang air kecil)
sebagai reaksi untuk mengurangi kadar gula. Saat gula darah keluar bersama urine, tubuh
juga akan kehilangan banyak air, sehingga mengakibatkan dehidrasi.
B. EPIDEMIOLOGI
Insidens DM tipe-1 sangat bervariasi baik antar negara maupun didalam suatu
negara. Insidens tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 43/100.000 dan insidens yang
rendah di Jepang yaitu 2,4/100.000 dan di Cina 0,1/100.000 untuk usia kurang 15 tahun.
Insidens DM tipe-1 lebih tinggi pada ras kaukasia dibandingkan ras-ras lainnya.
Berdasarkan data dari rumah sakit terdapat 2 puncak insidens DM tipe-1 pada
anak yaitu usia 5-6 tahun dan 11 tahun.
C. ETIOLOGI
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe- 1.
Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor genetik/keturunan.
Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui faktor genetik.
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :
Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda.
a. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk
terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan fenomena ini.
b. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita
yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hashimoto disease,
Graves disease, pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan
dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun.
E. PATOFISIOLOGI
Diabetes mellitus disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh sel beta pada
keadaan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan ketidakmampuan sel untuk
berespon terhadap kadar insulin normal, terutama di dalam otot, hati dan jaringan lemak.
Di hati insulin biasanya bertugas menekan pelepasan glukosa, hati melepaskan glukosa
secara tidak normal ke dalam darah. Proporsi resistensi insulin versus difungsi sel beta
berbeda beda pada masing masing individu. Sebagian pasien dapat mengalami resistensi
insulin namun berkurangnya sekresi insulin secara nyata.
F. PATHWAY
Defisiensi Insulin
Hiperglikemia
glycosuria
Osmotic Diuresis
Dehidrasi
KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN
Trombosis
Anterosklerosis
HIPERTERMIA
Miokard Infark Stoke Gangren
KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
G. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang
sering ditemukan :
a) Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup
SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan
control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK
baru)
g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal)
j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahkan sampai tidak ada ( pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin
dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody. ( autoantibody)
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
I. PENATALAKSANAAN
Ada enam cara dalam penatalaksanaan DM tipe 1 meliputi:
1. Pemberian insulin
Yang harus diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis, dosis, kapan pemberian,
dan cara penyuntikan serta penyimpanan. Terdapat berbagai jenis insulin berdasarkan
asal maupun lama kerjanya, menjadi kerja cepat/rapid acting, kerja
pendek(regular/soluble), menengah, panjang, dan campuran.
Penatalaksanaan Terapi Insulin.
a. pemberian /penyuntikan hormone insulin
b. Indikasi dan kontra indikasi pemberian /penyuntikan hormone.
c. Efek samping pemberian / penyuntikan hormone insulin.
Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin. Tujuan terapi ini
terutama untuk :
1) Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal.
2) Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Keberhasilan terapi insulin juga tergantung terhadap gaya hidup seperti program diet dan
olahraga secara teratur.
Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah ini :
a. Menggunakan insulin lebih dari 3 kali sehari
b. Kadar glukosa darah sering tidak teratur
c. Ingin mengurangi resiko hipoglikemi
d. Ingin mengurangi resiko komplikasi yang berkelanjutan
e. Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel
Enam tipe insulin berdasarkan mulai kerja, puncak, dan lama kerja insulin tersebut,
yakni:
1. Insulin Kerja Cepat (Short-acting Insulin)
2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
3. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
4. Mixed Insulin
5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
Cara Pemberian Insulin :
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga insulin tidak
bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian insulin adalah melalui
suntikan, bisa suntikan di bawah kulit (subcutan/SC), suntikan ke dalam otot
(intramuscular/IM), atau suntukan ke dalam pembuluh vena (intravena/IV). Ada pula
yang dipakai secara terus menerus dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem
tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).
Dosis anak bervariasi berkisar antara 0,7-1,0 U/kg per hari. Dosis insulin ini berkurang
sedikit pada adanya fase remisi yang dikenal sebagai honeymoon periode dan kemudian
meningkat pada saat pubertas.
Saat awal pengobatan insulin diberikan 3-4 kali injeksi. Bila dosis optimal dapat
diperoleh, diusahakan untuk mengurangi jumlah suntikan menjadi 2 kali dengan
menggunakan insulin kerja mengengah atau kombinasi kerja pendekb dan menengah
(split-mix regimen). Penyuntikan setiap hari secara subkutan dipaha, lengan atas, sekitar
umbilicus secara bergantian. Insulin sebaiknya disimpan dalam lemari es pada suhu 4-8
0C.
2. Pengaturan makan/diet
a. Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai dengan usia pubertas
dapat juga ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
b. Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas : 50-55% karbohidrat,
10-15% protein (semakin menurun dengan bertambahnya umur), dan 30-35%
lemak.
c. Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali
makanan kecil sebagai berikut :
J. KOMPLIKASI
Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
komplikasi akut dan komplikasi menahun.
1) Mikroangiopaty
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina
(retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3
penderita DM tipe-1), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit.
Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari
arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang
dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan
hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita
insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan
jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan
sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi
penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan
neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau
sistem syaraf otonom.
2) Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi
penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :
a. Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.
b. Hiperlipoproteinemia
c. Kelainan pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan
vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi
vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika
yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina
pektoris dan infark miokardium.
Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif
untuk menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.
K. PROGNOSIS
DM tipe 1 merupakan penyakit kronik yang memerlukan pengobatan seumur
hidup. DM tipe 1 tidak bisa disembuhkan tetapi kualitas hidup penderita dapat
dipertahankan seoptimal mungkin dengan mengusahakan control metabolic yang baik.
Yang dimaksud control metabolic yang baik adalah mengusahakan kadar glukosa darah
berada dalam batas normal atau mendekati nilai normal, tanpa menyebabkan
hipoglikemia.
Sekitar 60 % pasien DMT1 yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti
orang normal, sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik, dan kemungkinan
untuk meninggal lebih cepat. Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam
ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik
bila tidak diterapi dengan baik. Oleh karena itu, pada dugaan DM tipe-1, penderita harus
segera dirawat inap.
Prognosis ditentukan oleh regulasi DM dan adanya komplikasi. Regulasi teratur
dan baik akan memberikan prognosis baik
ASUHAN KEPERAWATAN JUVENIL DIABETES
DISUSUN OLEH :
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. K
Usia : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Suku/Kebangsaan : jawa/Indonesia
Alamat : JL. Melati Karanganyar
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
II. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : NY. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : JL Melati Karanganyar
Hubungan dengan Pasien : Ibu
Orang tua pasien memberikan makanan bubur instant kepada pasien tetapi
pasien tidak menyukai makanan tersebut. Pasien hanya menyukai makanan nasi
dan kue. Pasien tidak menyukai sayur.
3. Imunisasi
- Polio I , Hepatitis B I 1x
- Polio II , Hepatitis BI 1x
- Campak 1x
- BCG 1x
F. Pengkajian Pola fungsi Gordon
Sebelum Sakit
Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan
Mandi
Tolleting
Berpakaian
Mobilitas ditempat
tidur
Saat Sakit
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan diri
Makan atau
minum
Mandi
Tolleting
Berpakaian
Mobilitas
ditempat tidur
Keterangan 0 : Mandiri
4 : Tergantung Total
Saat Sakit
Ibu Pasien mengatakan anaknya ketika malam tidur mulai jam 9 malam dan
bangun 6 pagi dan tidur siang selama 1-2 jam
Selama Sakit
Ibu pasien mengatakan ketika malam anaknya tidur mulai jam 10 malam dan
pada tengah malam bangun dan siang hari selama 2-3 jam.
Sebelum Sakit
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pola makan teratur 3-4 x sehari dengan
nasi dan banyak ngemil.
Selama Sakit
Ibu pasien mengatakan makan dan minum sedikit tapi sering makan 1-3
sendok.
5. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
Ibu Pasien mengatakan sebelum sakit BAB 2 x sehari saat pagi dan sore hari
konsistensi padat serta bau khas warna kuning pekat. BAK 4-5 x sehari
Selama Sakit
Ibu pasien mengatakan anaknya terakhir BAB 1x sehari yang lalu dengan
konsistensi sedikit tapi encer bau khas. BAK 2-3x sehari
Sebelum Sakit
Ibu pasien selalu peduli dan merawat dengan baik apabila ada anggota keluarga
yang sakit.
Selama Sakit
Ibu pasien mengatakan mengetahui penyakit anaknya dan keluarga merawat
sesuai anjuran dokter.
Sebelum Sakit
a. Citra Diri : Ibu pasien optimis denga kesehatan anaknya.
Selama Sakit
a. Citra Diri : Ibu paien mengatakan optimis dengan kondisi anaknya
sekarang.
langsung merespon.
d. Ideal Diri : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak bandel dan ingin
cepat sembuh.
8. Pola Koping
o Sebelum Sakit
Ibu pasien mengatakan hubungan dengan anggota keluarga sangat
harmonis dan mampu menyelesaikan masalah bersama.
o Selama Sakit
Ibu pasien mengatakan anaknya saat dirawat di RS hanya ditemani ayah
dan ibunya saja.
o Sebelum Sakit
Ibu Paien mengatakan peran pasien sebagai anak sangat baik dan mau
berinteraksi dengan teman.
o Selama Sakit
Ibu Pasien mengatakan anaknya saat dirawat di RS hanya ditemani ayah dan
ibunya saja.
4. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
TD : 100/80 mmHg
TB : 135 Cm
BB : 33 Kg
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 38.5°C
BB : 33 kg
BB sekarang : 35 Kg
3. Aktivitas
Bentuk semetris, tidak ada luka / lecet. Pertumbuhan rambut merata dan bentuk
rambut lurus, Pasien dapat menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid dan limpfe usus normal dan keadaan kepala bersih.
5. Mata ( Penglihatan )
Bentuk simetris, bola mata dapat di gerakkan kesegala arah, konjungtiva tidak
anemis,sclera tidak ikterius, tetapi terdapat kotoran pada mata, ketajaman
penglihatan baik, mata tampak cekung dan tidak terdapat peradangan.
6. Telinga ( Pendengaran )
Bentuk simetris, Pasien dapat mendengar dgn baik. Tidak terdapat kotoran dalam
telinga, tidak ada peradangan dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
7. Hidung ( Penciuman )
Bentuk simetris, kebersihan hidung baik dan tak adanya kotoran dalam hidung,
tidak ada kelainan pada hidung.
8. Mulut ( Pencekapan )
Bentuk bibir tipis, tidak ada perdarahan dan peradangan. Mokusa bibir
tampak kering, keadaan mulut bersih.
9. Dada ( Pernafasan )
10. Kulit
Turgor kulit jelek ( tidak kembali dalam 2 detik ). Tidak ada luka/ lesi.
Suhu tubuh 36,8° C warna kulit putih tak ada sianosis.
11. Abdomen
Tidak ada luka / perdarahan, turgor abdomen jelek ( tak kembali dalam 2 detik)
Untuk ekstremitas atas : bentuk simetris, tdk ada luka / fraktur dan terpasang infus
RL 20 tpm yang menyebabkan keterbatasan gerak.
Untuk Ekstremitas bawah : bentuk semetris, tidak ada luka / faktur pada
13. Genetalia
Jenis kelamin pasien perempuan, genetalia bersih dan tidak terdapat lecet pada
bokong.
DATA PENUNJANG
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
IMPLEMENTASI