BANJARBARU
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat,taufik,dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah Keperawatan Mahir Medikal Bedah ini dengan judul “Konsep Dasar
Varises Esofagus”
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan dosen mata kuliah Keperawatan Mahir Medikal
Bedah yaitu Bapak M.Rasyid, S.Kep, Ns, MPH untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kami juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Disusun agar para pembaca bisa memahami
tentang “Konsep Dasar Varises Esofagus dalam makalah ini. Kami menyadari masih banyak
terdapat kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu,mohon kiranya kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan pada
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.....................................................................................
Daftar isi...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Penulisan..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2. Etiologi .................................................................................
5. Patofisiologi...........................................................................
6. Prognosis...............................................................................
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Simpulan................................................................................
2. Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Varises merupakan pembuluh darah balik yang mengalami pelebaran.
Kita bisa melihat varises di bawah kulit kita. Bentuknya biasanya memanjang
dan menonjol, menyerupai bentuk kabel yang agak panjang. Pembuluh darah
tersebut berwarna biru gelap bahkan cenderung ungu karena kadar oksigennya
sedikit.
Varises tidak hanya timbul di kaki tapi juga pada bagian lainnya seperti
vulva (bibir vagina), testis pada lelaki, anus yang berujung pada ambien dan juga
daerah kerongkongan. Meskipun urat-urat halus ini tidak berbahaya namun
seringkali menimbulkan masalah dengan penampilan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Mahir Medikal Bedah
2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian,etiologi dan dampak yang
ditimbulkan dari varises esophagus.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan dan ilmu tentang varises esophagus.
2. Bagi Pembaca
Mendapatkan wawasan pengetahuan dan ilmu tentang varises esophagus.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
Berbagai penyakit terlibat dalam aliran darah vena porta dan
menghasilkan peningkatan tekanan vena porta sehingga membentuk
varises esophagus. Penyebab peningkatan vena porta bisa
diklasifikasikan berdasarkan prehepatik, intrahepatic dan posthepatic.
(Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
Prehepatik Intrahepatik Pascahepatik
Trombosis vena Fibrisis hepatik Sindroma Budd-
plenik kongenital Chiari
Trombosis vena Hipertensi portal Trombosis vena
porta idiopatik kava inferior
Kompresi Tuberkulosis Perikarditis
ekstrinsik pada Schistosomiasis konstriktif
vena porta Sirosis bilier primer Penyakit hati
Sirosis alkoholik venooklusif
Sirosis virus hepatitis B
Sirosis virus hepatitis C
Penyakit wilson
Defisiensi antitripsin
alfa-1
Hepatitis aktif kronis
Hepatitis fulminan
Tabel 1 : Etiologi hipertensi portal
Menurut Karina dalam Yestria Elfatma dkk tentang “Gambaran
Derajat Varises Esofagus Berdasarkan Beratnya Sirosis Hepatis”
mendapatkan varises esofagus sebagai komplikasi tersering yang terjadi
yaitu sebanyak 44 dari 67 kasus sirosis hepatis.
Menurut kepustakaan, sekitar 50% pasien dengan sirosis hepatis
akan mengalami varises dan frekuensi varises esofagus sekitar 30%-70%
dari keseluruhan varises (Block B et al dalam Yestria Elfatma dkk, 2013)
E. Patofisiologi
Sirosis merupakan fase akhir
dari penyakit hati kronis yang paling
sering menimbulkan hipertensi
portal.Tekanan vena porta merupakan
hasil dari tahanan vaskuler
intrahepatik dan aliran darah pada
g
n
a
r
e
I
S
D
(
C
O
l
u
s
v
t
i
h
c
R
d
)
H
portal bed.Pada sirosis, tahanan vaskuler intrahepatik dan aliran porta
keduanya sama-sama meningkat.(Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
yang
Gambar 2.1 Mekanisme hipertensi portal (Dite, 2007)
F. Prognosis
Pada pasien dengan varises esofagus, sekitar 30% akan
mengalami perdarahan pada tahun pertama setelah didiagnosis. Angka
kematian akibat episode perdarahan tergantung pada tingkat keparahan
penyakit hati yang mendasari. (Dite, 2007)
Kematian yang disebabkan karena perdarahan berkisar antara
<10% pada pasien sirosis dengan klasifikasi Child-Pugh A yang
kompensata sampai >70% pada pasien sirosis dengan Child-Pugh C.
Risiko terjadinya perdarahan ulang tinggi mencapai 80% dalam 1 tahun
(Dite, 2007)
Pada pasien dengan HVPG >20% mmHg dalam 24 jam pada
perdarahan varises, bila dibandingkan dengan pasien yang tekanannya
lebih rendah, mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya risiko
perdarahan ulang dalam minggu pertama atau gagal mengontrol
perdarahan, dan mempunyai mortalitas yang lebih tinggi dalam 1 tahun.
(Dite, 2007)
Pada pasien yang tidak diterapi sekitar 60% akan terjadi
perdarahan ulang yang berlanjut dalam 1-2 tahun. (Dite, 2007)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arif Muttaqin dan Kumala Sari (2011), pengkajian diagnostik
yang diperlukan pada varises esofagus meliputi:
1) Pemeriksaan Radiologi
a) Radiologis dengan menggunakan barium, didapatkan adanya
dilatasi pada esofagus.
b) Pemeriksaan CT scan untuk menilai derajat varises esofagus dan
mendeteksi adanya gangguan lain seperti penyulit hiatal hernia.
c) Pemeriksaan MRI merupakan metode yang baik untuk mendeteksi
gambaran varises. Esofagus terletak secara konvensional pada level
T1-T2. Area ini untuk memudahkan pengenalan dari massa
jaringan lunak akibat varises pada area esofagus dan sekitarnya.
2) Pemeriksaan USG
USG dengan Duplex Doppler dapat mengevaluasi kecepatan
dan aliran langsung dari system vena porta. Pemeriksaan ini
digunakan untuk menilai kepatenan dari aliran vena porta. Sonografi
juga dilakukan untuk menilai ukuran dan batas dari hati yang berguna
untuk pemeriksaan klinik varises esofagus atau penyakit hati.
3) Pemeriksaan endoskopi
Merupakan salah satu pemeriksaan standar untuk mendiagnosa varises
esofagus. Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk mengidentifikasi
perubahan lumen esofagus akibat dari peningkatan vena porta.
4) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hitung sel darah didapatkan adanya anemia, leukopenia, dan
trombositopenia terutama pada pasien sirosis. Anemia juga efek
sekunder dari perdarahan, malnutrisi progresif, dan tekanan
produksi darah pada sumsum tulang (bone marrow suppression)
akibat alcohol. Penurunan kadar hematokrit pada pasien dengan
perdarahan saluran gastrointestinal atas.
b) Waktu protrombin (PT) untuk menilai adanya gangguan fungsi hati
dimana didapatkan adanya peningkatan lama waktu PT.
c) Pemeriksaan fungsi hati. Peningkatan plasma AST (aspartate
aminotransferase) dan ALT (alanine aminotransferase) pada
sirosis.
d) Kadar urea dan kreatinin meningkat.
e) Perubahan kadar elektrolit, merupakan gejala sekunder dari efek
terapi, sirosis, asites dan kehilangan darah.
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan perdarahan gastrointestinal adalah
stabilisasi pada hemodinamik, meminimalkan komplikasi dan
mempersiapkan terapi yang efektif untuk mengontol perdarahan.
Resusitasi awal harus dengan cairan intravena dan produk darah, serta
penting perlindungan pada saluran nafas. Setelah dicapai hemodinamik
yang stabil, namun bila perdarahan terus berlanjut hendaknya dilakukan
pemeriksaan endoskopi untuk melihat sumber perdarahan, dan untuk
identifikasi kemungkinan pilihan terapi seperti skleroterapi, injeksi
epineprin atau elektrokauter. (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
1) Terapi Farmakologi
Prinsip pemberian farmakoterapi adalah menurunkan tekanan
vena porta dan intravena. Hanya ada dua farmakoterapi yang
direkomendasikan untuk pentatalaksanaa perdarahan varises esofagus
yaitu: vasopresin dan terlipresin. (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
Vasopresin adalah vasokonstriktor kuat yang efektif
nenurunkan tekanan portal dengan menurunkan aliran darah portal
yang menyebabkan vasokonstriksi splanknik. Penatalaksanaan dengan
obat vasoaktif sebaiknya mulai diberikan saat datang kerumah sakit
pada pasien dengan hipertensi portal dan dicurigai adanya perdarahan
varises. Tujuan pemberian farmakoterapi adalah untuk menurunkan
tekanan portal, yang berhubungan erat dengan tekanan varises. Terapi
ini rasional bila tekanan portal yang tinggi ( > 20 mmHg) dengan
prognosis yang kurang baik. (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
Obat vasoaktif dapat diberikan dengan mudah, lebih aman dan
tidak memerlukan keterampilan. Terapi dapat dimulai di rumah sakit,
dirumah atau saat pengiriman ke rumah sakit yang akan meningkatkan
harapan hidup pasien dengan perdarahan masif. Obat vasoaktif juga
akan memudahkan tindakan endoskopi. (Azer dan Katz, 2010 dalam
Netiana)
Terlipresin adalah turunan dari vasopresin sintetik yang long
acting, bekerja lepas lambat. Memiliki efek samping kardiovaskuler
lebih sedikit dibandingkan dengan vasopresin. Pada pasien dengan
sirosis dan hipertensi porta terjadi sirkulasi hiperdinamik dengan
vasodilatasi. Terlipresin memodifikasi sistem hemodinamik dengan
menurunkan cardiac output dan meningkatkan tekanan darah arteri
dan tahanan vaskuler sistemik. Terlipresin memiliki efek
menguntungkan pada pasien ke gagalan hepatorenal, yaitu dengan
kegagalan fungsi ginjal dan sirosis dekompensata. Dengan demikian,
dapat mencegah gagal ginjal, yang sering terdapat pada pasien dengan
perdarahan varises. Ketika dicurigai perdarahan varises diberikan
dosis 2 mg/ jam untuk 48 jam pertama dan dilanjutkan sampai dengan
5 hari kemudian dosis diturunkan 1 mg/ jam atau 12-24 jam setelah
perdarahan berhenti. Efek samping terlipresin berhubungan dengan
vasokonstriksi seperti iskemia jantung, infark saluran cerna dan
iskemia anggota badan. (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
2) Terapi Endoskopi
Terapi endoskopi dilakukan pada kasus perdarahan varises,
terutama dalam upaya mencapai homeostasis. Temuan endoskopi juga
berguna sebagai indikator prognosis risiko perdarahan ulang. Teknik
endoskopi yang digunakan mencapai homeostasis adalah dengan
memutus aliran darah kolateral dengan cepat seperti ligasi atau
skleroterapi karena trombosis. Endoskopi dapat dilakukan pada pasien
dengan varises esofagus sebelum perdarahan pertama terjadi, saat
perdarahan berlangsung dan setelah perdarahan pertama terjadi. (Azer
dan Katz, 2010 dalam Netiana)
a) Sebelum perdarahan pertama
Deteksi varises esofagus sebelum terjadi perdarahan
pertama biasanya dicapai selama pemeriksaan stadium hipertensi
portal, jarang varises terdeteksi secara kebetulan. (Wilson, 2002)
Harus di ketahui bahwa selama perencanaan terapi,
prognosis lebih tergantung pada tingkat insufisiensi hati dari pada
tingkat keparahan varises esofagus. Varises yang ringan tidak
memerlukan tindakan endoskopi. Dengan varises risiko perdarahan
tinggi dapat diterapi obat-obatan dengan propanolol dan isosorbide
mononitrate. Spironolakton dapat diberikan sebagai alternatif
pengganti beta bloker. Tidak dilakukan tindakan endoskopik,
operasi dan transjugular intrahepaticportosystemic shunting
(TIPS). (Azer dan Katz, 2010 dalam Netiana)
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Arif Mutaqin dan Kumala Sari (2011):
1) Aktual/ risiko jalan nafas tidak efektif b.d aspirasi akumulasi darah
hematemesis, efek sekunder penurunan kesadaran.
2) Aktual/ risiko penurunan kesadaran b.d penurunan tekanan darah,
penurunan volume plasma ke jaringan serebral.
3) Aktual/ risiko syok hivopolemik b.d perdarahan masif gastrointestinal.
4) Nyeri abdomen b.d asites, respons saraf lokal dari distensi otot-otot
abdomen.
5) Aktual/ risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d kurangnya intake makanan yang adekuat.
6) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik umum, sekunder dari anemia.
7) Pemenuhan informasi b.d misinterpretasi informasi dari adanya
prosedur diagnostik, rencana terapi endoskopik dan pemasangan
tamponade balon esofagus.
8) Kecemasan b.d prognosis penyakit, rencana terapi endoskopik dan
pemasangan tamponade balon esofagus.
2) Aktual/resiko tinggi penurunan kesadaran b.d penurunan tekanan darah, penurunan volume plasma ke jaringan serebral.
Tujuan: Pada periode pra-intervensi terapi endoskopik atau pemasangan tamponade balon tidak terjadi penurunan tingkat
kesadaran dan dapat mempertahankan curah jantung secara adekuat guna meningkatkan perfusi jaringan otak.
Kriteria evaluasi :
Pasien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, tanda diaphoresis dan pucat/ sianosis hilang, akral hangat, kulit segar,
produksi urine >30ml/ jam, respons verbal baik.
Intervensi Rasional
1. Kaji status mental pasien secara teratur. Mengetahui derajat hipoksia pada otak.
2. Observasi perubahan sensori dan tingkat Bukti aktual terhadap penurunan aliran darah ke jaringan serebral adalah adanya perubahan
kesadaran pasien yang menunjukan respon sensori dan penurunan tingkat kesadaran pada fase akut kegagalan sehingga harus
penurunan perfusi otak (gelisah, bingung, dilakukan monitoring yang ketat.
apatis, samnolen).
3. Kurangi aktivitas yang merangsang Respon valsava akan meningkatkan beban jantung sehingga akan menurunkan curah jantung ke
timbulnya respons aktivitas. otak.
4. Catat adanya keluhan pusing Keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan suplai darah ke jaringan otak yang parah.
5. Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukan komplikasi disritmia.
6. Kolaborasi pemberian komponen darah Pemberian komponen darah dapat meningkatkan komposisi volume darah yang hilang akibat
perdarahan varises esofagus.
3. Auskultasi TD. Bandingkan Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemi yang memberikan manifestasi sudah terlibatnya
kedua lengan, ukur dalam sistem kardiovaskuler untuk melakukan kompensasi mempertahankan tekanan darah.
keadaan berbaring, duduk, atau
berdiri bila memungkinkan.
4. Kaji warna kulit, suhu, Mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tahanan perifer.
sianosis, nadi perifer, dan
diaforesis secara teratur.
5. Pantau frekuensi jantung dan Perubahan frekuensi dan irama jantung menujukan komplikasi disritmia.
irama.
6. Kolaborasi: Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat dari memudahkan perawat dalam
Pertahankan pemberian cairan melakukan kontrol intake dan output cairan.
secara intravena.
4) Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya intake makanan yang adekuat.
Tujuan: Pada periode 7 x 24 jam intake nutrisi dapat dilaksanakan secara optimal.
Kriteria evaluasi:
a) Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.
b) Terjadi penurunan gejala refluks esofagus, meliputi: odinofagia berkurang, pirosis berkurang, RR dalam batas normal 12-20
x/menit.
c) Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat 0,5 kg
Intervensi Rasional
1. Kaji toleransi fisik terhadap intake nutrisi. Pasien dengan varises esofagus mempunyai tingkat variasi terhadap toleransi intake
nutrisi. Pada pasien tanpa perdarahan toleransi intake nutirisi oral masih bisa dilakukan.
Pada pasien dengan perdarahan, toleransi intake nutrisi oral tidak diberikan dan harus
diganti dengan jalan nasogastrik untuk menurunkan stimulus perdarahan.
2. Beri makanan lunak pada pasien varises Makanan lunak akan lebih mudah melewati lumen esofagus yang menyempit.
esofagus tanpa perdarahan.
3. Pasang selang nasogastrik pada pasien Selama periode 24 jam pasca-resusitasi perdarahan pasien tidak boleh mendapatkan
dengan varises esofagus perdarahan. makanan via oral. Untuk mencukupi kebutuhan, maka pemasangan selang nasogastrik
diperlukan untuk menurunkan stimulus perdarahan.
4. Lakukan aspirasi lambung. Pada periode pascaoperatif perawat mengaspirasi seksresi lambung dan memasukkannya
kembali setelah makanan ditambahkan untuk memberikan volume total yang diinginkan.
Dengan metode ini, dilatasi lambung dapat dihindari.
2. Dokumentasikan jumlah nutrisi yang Sebagai evaluasi atas intervensi.
masuk, hasil aspirasi, dan toleransi dan
intake nutrisi.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jenis Komposisi dan jenis diet diberikan sesuai tingkat toleransi individu.
dan komposisi diet.
4. Timbang berat badan tiap hari dan catat Intervensi untuk evaluasi terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan
pertambahannya.
5) Nyeri abdomen b.d. asites, respons saraf local dari distensi otot-otot abdomen
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 pasca-intervensi, tingkat nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria Evaluasi:
a) Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau teradaptasi.
b) Pasien mampu melakukan manajemen nyeri nonfarmakologik apabila sensasi nyeri muncul.
c) TTV dalam batas normal.
d) Skala nyeri 0-1 (0-4).
e) Ekspresi pasien relaks dan mampu melakukan mobilitas ringan dengan nyeri yang terkontrol.
Intervensi Rasional
1. Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
dan nonvasif.
2. Lakukan manajemen nyeri
keperawatan:
a. Istirahatkan pasien pada saat nyeri Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
muncul. memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
Adanya gangguan pada kepatenan dari selang akan memberikan stimulus nyeri yang
b. Monitor kondisi kepatenan selang perlu perawat perhatikan.
nasogastrik.
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
c. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan intestinal.
dalam pada saat nyeri muncul.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal.
d. Ajarkan teknik distraksi nafas pada
saat nyeri. Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
e. Manajemen lingkungan: lingkungan apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. Istirahat akan menurunkan
tenang, batasi pengunjung, dan kebutuhan O2 jaringan perifer.
istirahatkan pasien.
3. Lakukan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri.
4. Tingkatkan pengetahuan tentang: Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu
sebab-sebab nyeri dan menghubungkan mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik.
berapa lama nyeri akan berlangsung.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk Analgetik diberikan untuk membantu menghambat stimulus nyeri ke pusat persepsi nyeri
pemberian: di korteks serebri sehingga nyeri dapat berkurang.
Analgetik
6) Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik umum, efek sekunder dari anemia
Tujuan: Dalam waktu 5x24 jam terjadi peningkatan kemampuan aktivitas.
Kriteria evaluasi:
a) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan.
b) Pasien termotivasi untuk melakukan aktivitas mandiri.
Intervensi Rasional
1. Monitor frekuensi nadi dan frekuensi napas sebelum Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang
dan sesudah aktivitas. diharapkan.
2. Tunda aktivitas jika frekuensi nadi dan frekuensi Gejala-gejala tersebut merupakan tanda adanya intoleransi aktivitas.
napas meningkat secara cepat, serta pasien mengeluh Konsumsi oksigen meningkat jika aktivitas meningkat, daya tahan dapat
sesak napas dan kelelahan. Tingkatkan aktivitas lebih lama, jika ada waktu istirahat di antara aktivitas.
secara bertahap untuk meningkatkan toleransi.
3. Bantu pasien dalam melaksanakan aktivitas sesuai Membantu menurunkan kebutuhan oksigen yang meningkat akibat dari
dengan kebutuhannya. Beri pasien istirahat tanpa peningkatan aktivitas.
diganggu diantara berbagai aktivitas.
6. Lakukan aktivitas mandiri secara bertahap. Beberapa pasien varises esofagus pasca-perdarahan massif biasanya
mengalami kelemahan fisik umum dan malaise. Peran perawat
mendekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan untuk keperluan aktivitas
mandiri.
7. Beri motivasi dan dorongan positif. Motivasi perawat dapat meningkatkan keinginan pasien untuk
melakukan aktivitas mandiri.
8. Evaluasi dan dokumentasi peningkatan kemampuan Intervensi penting untuk memantau kemajuan pasien dalam upaya
aktivitas sendiri melakukan aktivitas mandiri.
8) Pemenuhan informasi b.d. misinterpretasi informal dari adanya prosedur diagnostik rencana terapi endoskopik dan pemasangan
temponade balon esofagus.
Tujuan: Sebelum dilakukan intervensi prosedur diagnostik, rencana terapi endoskopi dan pemasangan tamponade balon
esofagus, informasi kesehatan telah terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
a) Pasien dan keluarga mengetahui jadwal prosedur diagnostic dan intervensi terapi endoskopik dan pemasangan temponade
balon esofagus.
b) Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan, serta secara subjektif menyatakan bersedia dan
termotivasi untuk melakukan aturan atau prosedur yang telah dijelaskan.
c) Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosional.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Apabila pasien mendapat keputusan untuk dilakukan pemeriksaan dan intervensi
perubahan pola hidup atau prosedur intervensi medis atas kondisi penyakitnya, maka persiapan sama seperti persiapan pemeriksaan
medik diagnostic lainnya. Peran perawat mengklarifikasi bahwa informasi dimengerti dan
dilaksanakan oleh pasien.
2. Cari sumber yang meningkatkan penerimaan Keluarga terdekat dengan pasien perlu dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk
informasi. menurunkan risiko misintrepretasi terhadap informasi yang diberikan.
3. Intervensi pemenuhan praoperasi: Pasien dan keluarga harus diberitahu waktu dimulainya pemeriksaan dan intervensi
Diskusikan jadwal pemeriksaan dan intervensi medis.
medis.
4. Beritahu persiapan pembedahan: Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan mengetahui secara financial biaya
Persiapan administrasi dan inform conserd. pemeriksaan dan intervensi medis. Pasien sudah mendapat penjelasan dan
mendatangani inform consent.
5. Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien Pasien akan mendapatkan manfaat bila mengetahui kapan keluarga dan temannya
sudah bisa dikunjungi. bisa berkunjung setelah pembedahan.
Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Perdarahan b/d ruptur Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya tanda-tanda 1. Mengidentifikasi secara
pembuluh darah keperawatan, diharapkan dan gejala perdarahan dini terjadinya perdarahan
perdarahan dapat teratasi misalnya hematemesis, serta dapat menentukan
dengan kriteria hasil : melena, hematuria, hemaptue rencana intervensi lanjutan
- Tanda-tanda vital dalam hematokesia
rentang normal 2. Ukur tanda-tanda vital 2. Mengetahui keadaan umum
- Perdarahan berkurang atau pasien
tidak ada 3. Observasi tanda-tanda 3. Nadi cepat dan dangkal,
hipovolemik syok hipotensi dan CRT >2 detik
merupakan tanda-tanda
terjadinya syok.
4. Memonitor hasil 4. Menunjang tindakan
pemeriksaan laboratorium keperawatan selanjutnya
5. Lindungi pasien terhadap 5. Meminimalisir/
cidera dan jatuh mengurangi resiko
terjadinya perdarahan
6. Monitor efek samping 6. Efek antikoagulan dapat
pemberian obat antikoagulan meningkatkan perdarahan
(misalnya: heparin) karena bersifat
mengencerkan darah.
7. Berikan diet lunak dan 7. Diet lunak dan tidak
makanan yang tidak merangsang panas dapat
merangsang (pedas, panas, mencegah terjadinya
asin, asam dan keras) kontraksi yang dapat
memicu perdarahan.
8. Menghitung tetesan cairan 8. Mengukur jumlah cairan
intravena R/L yang masuk sesuai
instruksi dokter
9. Berikan edukasi tentang 9. Meningkatkan pengetahuan
tanda-tanda dari perdarahan pasien mengenai tanda-
tanda perdarahan serta
tindakan apa yang harus
dilakukan ketika
menemukannya.
10.Kolaborasi dengan dokter 10. Dalam
untuk terapi dalam pemeriksaan lab penurunan
pemberian obat, cairan kadar trombosit dan
parental dan pemeriksaan hematokrit dapat menjadi
laboratorium indikasi terjadinya
perdarahan
Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur tanda-tanda vital 1. Peningkatan nadi dengan
jaringan perifer berhubungan keperawatan, 3x8 jam penurunan TD dapat
dengan perdarahan diharapkan perfusi perifer menunjukkan kehilangan
normal degan kriteria hasil : volume darah sirkulasi.
- Tanda-tanda vital dalam 2. Monitor CRT dan tanda- 2. Peningkatan CRT >2 detik
rentang normal tanda sianosis dan sianosis merupakan
- Saturasi oksigen dalam tanda sirkulasi perifer tidak
rentang normal adekuat
- CRT dalam rentang normal 3. Monitor intake dan output 3. Mengetahui keseimbangan
PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Vella Paraditha, dkk. (2016). Gambaran Kadar Trombosit, Besar Limpa dan Kadar
Albumin Serum pada Pasien Sirosis Hati dengan Varises Esofagus: Jurnal
Kesehatan Andalas. Volume 5. 7 halaman.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/601/487. [9 Agustus
2020, 11.10]