Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

VARISES ESOVAGUS
DISUSUN OLEH :
LENI WATI NAINGGOLAN 11202094
MONICA ANGELEINA 11202100
YUDI NUGROHO PRATAMA 11202131
DWI IRA AMYATI 11202071
EVA ANA SHOLIHAH 11202078
YULIANTO IRAWAN 123456
A.      PENGERTIAN

 Varises esofagus adalah kondisi yang biasanya


berhubungan dengan sirosis dan hipertensi portal dimana
vena di esofagus kecil menjadi distensi serta ruptur akibat
dari peningkatan tekanan dalam sistem portal (Yasmin Asih
dkk, 1998)
Menurut kelompok varises esofagus adalah
pembesaran abnormal pada pembuluh darah vena.
Akibat ketidakseimbangan antara tekanan aliran
darah dan kemampuan pembuluh darah maka
muncul lah pembesaran abnormal pada pembuluh
darah vena.
B.       ETIOLOGI

 Berbagai penyakit terlibat dalam aliran darah vena porta dan


menghasilkan peningkatan tekanan vena porta sehingga
membentuk varises esophagus. Penyebab peningkatan vena
porta bisa diklasifikasikan berdasarkan prehepatik, intrahepatic
dan posthepatic.
Beberapa keadaan lain yang juga dapat menyebabkan
varises esofaghus antara lain:

1.Trombosis
Adanya bekuan darah di vena porta atau vena
splenikus. Suatu bekuan darah dalam vena portal atau
di vena lienalis yang feed ke dalam vena portal, bisa
menyebabkan varises esophagus.
2. Sarkoidosis

Ini penyakit radang dimulai di paru – paru, tetapi dapat


mempengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh termasuk
hati.  Hal ini jarang menyebabkan sirosis.
3.  Schistomiasis
Infeksi parasit ini mempengaruhi jutaan orang di negara berkembang, khususnya bagian Afrika,
Amerika Selatan, Karibia, Timur Tengah dan Asia Tenggara. Hal ini dapat merusak hati serta paru-
paru, usus dan kandung kemih.

4. Sindrom Budd – Chiari


Dalam kondisi yang jarang, gumpalan darah menyumbat pembuluh darah yang membawa darah keluar
dari hati Anda.

5. Gagal jantung kongestif yang parah;


Hal ini terjadi ketika hati tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Pada
gagal jantung kongestif, darah punggung sampai ke vena antara hati dan sisi kanan jantung anda,
meningkatkan tekanan darah dalam vena portal.
Patofisiologi

 Varises esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran
tersebut akan mencari jalan lain yaitu ke pembuluh darah di esofagus,
lambung atau rektum yang lebih kecil dan lebih mudah pecah. Tidak
imbangnya antara tekanan aliran darah dengan kemampuan pembuluh
darah mengakibatkan pembesaran pembuluh darah (varises).
 Mayoritas darah dari kerongkongan yang dikeringkan melalui vena
esofagus yang membawa terdeoksigenasi darah dari kerongkongan ke
vena azigos yang pada gilirannya mengalir langsung ke dalam vena cava
superior. Vena ini tidak memiliki bagian dalam pengembangan varises
kerongkongan. Darah yang tersisa dari kerongkongan yang mengalir ke
vena permukaan lapisan mukosa esofagus, yang mengalir ke pembuluh
darah koroner (\kiri vena lambung) yang pada gilirannya mengalir langsung
ke dalam vena portal.
Aliran darah meskipun sistem portal hepatik yang
diarahkan dari hati ke daerah dengan tekanan vena
rendah. Ini berarti bahwa sirkulasi agunan berkembang di
bawah kerongkongan , dinding perut, perut, dan rektum.
Pembuluh darah kecil di daerah ini menjadi buncit,
menjadi lebih tipis berdinding, dan muncul sebagai
varicosities. Selain itu, kapal ini kurang didukung oleh
struktur lain, karena mereka tidak dirancang untuk
tekanan tinggi. Dalam situasi di mana portal tekanan
meningkat, seperti dengan sirosis, ada pelebaran
pembuluh darah di anastomosis, yang mengarah ke
varises kerongkongan.
D.      KOMPLIKASI

1.  Syok hipovolemik
Karena adanya varises esophagus mengakibatkan terjadinya pendarahan,
sehingga pasien akan mengalami syok hipovolemik yang mengakibatkan
pasien kehilangan darah secara akut/kehilangan cairan.
2. Ensefalopat
Ensefalopati berarti penyakit pada otak.contohnya ensefalopati anoksik
umumnya merujuk pada kerusakan otak permanen
3. Infeksi, misalnya pneumonia aspirasi
E. TANDA DAN GEJALA

1.  SYOK
2.  PUSING
3.  SANGAT HAUS
4.  MUNTAH DARAH
5.  TINJA HITAM
6.  KENCING MENJADI SEDIKIT.
F.  PENATALAKSANAAN

1. Ligasi varises

 Mengikat pembuluh darah yang sedang berdarah dengan pita elastis. Ini adalah pengobatan pilihan
untuk perdarahan varices esophagus. Selama prosedur ini, dokter menggunakan endoskopi untuk
menjerat varises dengan band elastis, yang pada dasarnya mencekik pembuluh darah. Ligasi Variceal
biasanya menyebabkan komplikasi serius lebih sedikit daripada perlakuan lainnya.  Ini juga kurang
kemungkinan mengakibatkan pendarahan berulang.
2. Terapi injeksi endoskopi
 Menyuntik pembuluh darah dengan larutan tertentu agar pembuluh darah
tersebut berhenti berdarah. Pada prosedur ini, perdarahan varises yang
disuntikkan dengan solusi yang menyusut mereka. Pendarahan biasanya
dikendalikan setelah perawatan satu atau dua, namun komplikasi dapat
terjadi, termasuk perforasi kerongkongan dan parut pada esofagus yang
dapat menyebabkan gangguan menelan (disfagia).
3.  Obat – obatan
 Obat berjudul A octreotide (Sandostatin, Sandostatin LAR
sering digunakan dalam kombinasi dengan terapi endoskopi
untuk mengobati perdarahan dari varises kerongkongan.
Octreotide bekerja dengan mengurangi tekanan di varises.
Obat ini biasanya berlangsung selama lima hari setelah
episode perdarahan.
 5. Pintasan portosistemik intrahepatik transjugularis.

Shunt Dalam prosedur ini, disebut portosystemic shunt intrahepatik


transjugular (TIPS), tabung kecil yang disebut shunt ditempatkan
antara vena portal dan vena hati, yang membawa darah dari hati
kembali ke jantung.
ASUHAN KEPERAWATAN VARISES
ESOPAGHUS

 A.  Pengkajian

 Pengkajian pada pasien dengan varises esofagus, meliputi pengkajian


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengkajian diagnostik. Pada pengkajian
anamnesis, keluhan utama pada pasien varises esofagus bervariasi sesuai
dengan manifestasi klinik yang terjadi akibat dari varises esofagus yang
mempengaruhi sistem organ
Pemeriksaan fokus pada varises esofagus
adalah:

1. Inspeksi
 Pasien biasanya terlihat pucat (berhubungan dengan pengeluaran
darah dari intravaskular secara progresif), ikterus (berhubungan
dengan kegagalan fungsi hati), sianosis akibat penurunan saturasi
oksigen.
 2. Auskultasi
Peningkatan peristaltik usus

 3. Perkusi
Nyeri ketuk abdomen

 4. Palpasi
Nyeri tekan abdomen region hipokondrium kanan dan kiri atau dibawah iga (Azer,2009). Didapatkan
adanya pembesaran kelenjar parotis (yang didapat pada pasien disertai alkoholisme dan malnutrisi),
pembesaran limpa (splenomegali).
 B. Diagnosa Keperawatan
 1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut;
 2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas angkut oksigen
dan faktor-faktor resiko aspirasi;
 3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena.
 4. Ketakutan (cemas) / ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
 5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit , prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b/d kurangnya terpapar informasi.
C. INTERVENSI

Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut


 Tujuan Pasien akan tetap tetap stabil secara hemodinamik
 Intervensi
 -     Pantau volume cairan setiap jam
 -     Ukur output urine tiap jam
 -     Ukur I dan O dan kaji keseimbangan
 -     Berikan cairan pengganti dan produk darah sesuai instruksi. Pantau adanya reaksi yang merugikan terhadap komponen
terapi
 -     Tirang baring total, baringkan pasien terlentang dengan kaki di tinggikan untuk meningkatkan preload jika pasien
mengalami hipotensi. Jika terjadi normotensi tempatkan tinggi bagian kepala tempat tidur pada 450 untuk mencegah
aspirasi isi lambung
 -     Pantau Hb dan Ht
 -     Pantau elektrolit
 -     Periksa feses terhadap darah untuk 72 jam setelah masa akut
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
kapasitas angkut oksigen dan
faktor-faktor resiko aspirasi

Tujuan :Pasien akan mempertahankan oksigenasi dan pertukaran


gas yang adekuat

-     Pantau S02 dengan menggunakan oksimetri atau ABGs


-     Pantau bunyi napas dan gejala pulmoner
- Berikan O2 bila perlu
- Posisi semi fowler
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran
intravena.
 Tujuan :Pasien tidak akan mengalami infeksi nasokomial
 Intervensi keperawatan
 Gunakan suplemen O2 sesuai instruksi
 -     Pantau suhu tubuh
 -     Pantau adanya distensi abdomen
 -     Baringkan pasien pada bagian kepala tempat tidur yang ditinggikan jika segalanya memungkinkan
 -     Pertahankan fungsi dan potensi NGT dengan tepat
 -     Atasi segera mual
 -     Pertahankan kestabilan selang intravena
 -     Ukur suhu setiap jam
 -     Pantau sistem intravena terhadap potensi infiltrasi dan tanda – tanda infeksi
Ketakutan (cemas) / ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan

 Tujuan : Klien menunjukkan relaks dan laporan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani
 Intervensi keperawatan
 Catat petunjuk perilaku contoh gelisah, mudah terangsang, kurang kontak mata, perilaku melawan atau menyerang
 -    Dorong pernyataan takut dan ansietas; berikan umpan balik akui bahwa ini adalah situasi yang menakutkan dan
lainya diekspreikan mirip dengan takut. Bantu pasien dalam menyatakan perasaan dengan mendengar dengan aktif
 -    Berikan informasi akurata nyata tentang apa yang dilakukan misalnya sensasi yang diharapkan, prosedur biasa
 -    Berikan lingkungan tenng untuk istirahat
 -    Tunjukkan tekhnik relaksasi contoh visualisasi, latihan napas dalam, bimbngan imajinasi
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit ,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d kurangnya
terpapar informasi.

 Tujuan : Klien menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya sendiri (bila tahu) dan
penggunaan tindakan pengobatan
 Intervensi keperawatan
 Tentukan persepsi pasien terhadap penyebab perdarahan
 -    Berikan atau kaji ulang informasi tentang etiologi pada perdarahan, penyebab atau
efek hubungan perilaku pola hidup, dan cara menurunkan resiko atau faktor pendukung.
Dorong pasien untuk bertanya
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai