Anda di halaman 1dari 40

PERDARAHAN PERDARAHAN INTRA-ABDOMEN YANG MENGAKIBATKAN

TRAUMA ABDOMEN

Disusun guna memenuhi tugas :

Mata Kuliah : Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Ns. Hanif Prasetya Adi, M.Kep

Disusun Oleh :

Nama Anggota Kelompok 10

Dimas Aji Kuncoro (1811020005)

Dewi Siska (1811020008)

Rossdiana Pramudita (1811020030)

Laila Musalimah (1811020031)

Laeli Izah Rofi’ah M (1811020038)

Ulfah Nur Wulandari (1811020064)

Kelas : 6A

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI KEPERAWATAN S1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
A. Review Anatomi Fisiologi Perdarahan Intra-Abdomen (Trauma Abdomen)
Abdomen merupakan bagian tubuh yang terletak di antara toraks dan pelvis.
Rongga abdomen yang sebenarnya dipisahkan dari rongga toraks di sebelah atas oleh
diafragma dan dari rongga pelvis di sebelah bawah oleh suatu bidang miring yang
disebut pintu atas panggul. Dapat dikatakan bahwa pelvis termasuk bagian dari
abdomen, dan rongga abdomen meliputi juga rongga pelvis. Rongga abdomen meluas
ke atas sampai mencapai rongga toraks setinggi sela iga kelima. Jadi sebagian rongga
abdomen terletak atau dilindungi oleh dinding toraks. Sebagian dari hepar, gaster dan
lien terterdapat di dalamnya. Rongga abdomen atau cavitas abdominis berisi sebagian
besar organ sistem digestivus, sebagian organ urinarium, sistem genitalia, lien,
glandula suprarenalis, dan plexus nervorum. Juga berisi peritoneum yang merupakan
membrane serosa dari sistem digestivus. Kadang-kadang ada organ sistem digestivus
yang sebagian atau sementara terletak di dalam rongga pelvis, misalnya ileum dan
sebaliknya kadang-kadang organ genitalia terdapat di dalam rongga abdomen,
misalnya uterus yang membesar. Untuk menentukan lokalisasi yang lebih teliti dari
rasa nyeri, pembengkakan atau letak suatu organ, maka abdomen dibagi menjadi
sembilan region oleh dua bidang horizontal yaitu bidang subcostalis dan bidang
transtubercularis serta dua bidang vertikal yang melalui linea midklavikularis kanan
dan kiri.
Anatomi dalam dari abdomen meliputi 3 regio:
1. Rongga Peritoneal
Rongga Peritoneal dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1) Rongga Peritoneal Atas
Rongga peritoneal atas dilindungi oleh bagian bawah dari dinding thorax yang
mencakup diafragma, hepar, liean, gaster, dan colon transversum. Bagian ini juga
disebut sebagai komponen thoracoabdominal dari abdomen. Pada saat diafragma
naik sampai sela iga IV pada waktu ekspirasi penuh, setiap terjadi fraktur iga
maupun luka tusuk tembus di bawah garis intermammaria bisa mencederai organ
dalam abdomen.
2) Rongga Peritoneal Bawah
Rongga peritoneal bawah berisikan usus halus, bagian colon ascendens dan colon
descendens, colon sigmoid, dan pada wanita, organ reproduksi internal.

2. Rongga Pelvis
Rongga pelvis, yang dilindungi oleh tulang-tulang pelvis, sebenarnya
merupakan bagian bawah dari rongga intraperitoneal, sekaligus bagian bawah dari
rongga retroperitoneal. Di dalamnya terdapat rectum, vesika urinaria, pembuluh-
pembuluh iliaca, dan pada wanita, organ reproduksi internal. Sebagaimana halnya
bagian torakoabdominal, pemeriksaan organ-organ pelvis terhalang oleh bagian-
bagian tulang di atasnya.

3. Rongga Retroperitoneal
Rongga yang potensial ini adalah rongga yang berada di belakang dinding
peritoneum yang melapisi abdomen. Di dalamnya terdapat aorta abdominalis, vena
cava inferior, sebagian besar dari duodenum, pancreas, ginjal dan ureter, serta
sebagian posterior dari colon ascendens dan colon descendens, dan bagian rongga
pelvis yang retroperitoneal. Cedera pada organ dalam retroperitoneal sulit dikenali
karena daerah ini jauh dari jangkauan pemeriksaan fisik yang biasa, dan juga cedera
di sini pada awalnya tidak akan memperlihatkan tanda maupun gejala peritonitis.
Rongga ini tidak termasuk dalam bagian yang diperiksa sampelnya Diagnostic
Peritoneal Lavage (DPL).

Proyeksi letak organ dalam abdomen

Hipokondrium Kanan Epigastrium Hipokondrium Kiri


 Lobus kanan dari  Pilorus gaster  Lambung
hepar  Duodenum  Limpa
 Kantung empedu  Pankreas  Bagian kaudal
 Sebagian dari  Sebagian dari hepar dari pankreas
duodenum  Fleksura lienalis
 Fleksura hepatik dari dari kolon
kolon  Kutub atas dari
 Sebagian dari ginjal ginjal kiri
kanan  Kelenjar
 Kelenjar suprarenal suprarenal kiri
kanan
lumbal Kanan Umbilikal Lumbal Kiri
 Kolon asendens  Omentum  Kolon
 Bagian bawah dari  Mesenterium desendens
ginjal kanan  Bagian bawah dari  Bagian bawah
 Sebagian dari duodenum dari ginjal kiri
duodenum dan  Jejenum dan ileum  Sebagian
jejunum jejenum dan
ileum
Inguinal Kanan Hipogastrium Inguinal Kiri
 Sekum  Ileum  Kolon sigmoid
 Apendiks  Kandung kemih  Ureter kiri
 Bagian akhir dari  Uterus (pada  Ovarium kiri
ileum kehamilan)
 Ureter kanan

B. Definisi Trauma Abdomen


a. Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(sjamsuhidayat, 2010).
b. Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah abdomen yang meliputi
daerah retroperitoneal, pelvis dan organ peritroneal.
c. Trauma abdomen adalah cedera vicera abdominal yang disebabkan karena luka
penetratif atau trauma tumpul. Akibat dari trauma abdomen dapat berupa
perforasi ataupun perdarahan. Kematian pada trauma abdomen biasanya terjadi
akibat sepsis atau perdarahan.
d. Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah antara
diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
e. Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang
menusuk. (Ignativicus & Workman, 2006).

C. Etiologi

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan
yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul
lainnya.

Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.

Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :


1) Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum.
Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau
pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan,
ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas.
2) Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam
atau luka tembak.

D. Manifestasi Klinis
Berdasarkan jenis trauma :
1) Trauma tembus abdomen
a. Potensi mematikan dan segera membahayakan jika disertai cedera pembuluh
darah besar.
b. Luas cedera intraabdominal tergantung tenaga kinetik objek penetratif. Luka
akibat peluru dibedakan menjadi low-velocity dan high-velocity
c. Peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga intra
peritoneal.
d. Usus merupakan organ yang paling sering terkena pada luka tembus abdomen
karena usus mengisi sebagian besar rongga abdomen.
e. Perforasi dibagian atas (lambung) terjadi perangsangan segera setelah trauma
dan akan terjadi gejala peritonitis hebat. Sedangkan bagian bawah, gejala baru
timbul setelah 24 jam karena mikroorganisme membutuhkan waktu
berkembang biak setelah 24 jam.
2) Trauma tumpul abdomen
a. Gejala pada trauma tumpul abdomen merupakan akibat kehilangan darah,
memar, atau kerusakan pada organ – organ atau iritasi cairan usus yaitu nyeri
tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan perut (akibat hematoma).
b. Bising usus biasanya melemah atau menghilang.
c. Rangsangan peritoneum dapat pula berupa nyeri alih di daerah bahu terutama
di sebelah kiri yang dikenal sebagai referred pain atau tanda dari KEHR.
Berdasarkan tipe cedera:
1. Pada Organ Padat
Yang paling sering mengalami kerusakan adalah hati dan limpa yang akan
menyebabkan perdarahan bervariasi dari ringan sampai sangat berat bahkan
kematian.
Gejala dan tandanya adalah :
 Gejala perdarahan secara umum
 Penderita tampak anemis
 Bila perdarahan berat akan timbul shok hemoragik
 Gejala adanya darah intraperitoneal
 Nyeri abdomen dapat bervariasi dari ringan sampai hebat
 Pada auskultasi bising usus menurun tapi bukan merupakan tanda yang
dapat dipercaya karena bising usus akan menurun pada banyak
keadaan lain.
 Ada nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muskuler ( kekakuan otot)
seperti pada peritonitis
 Perut akan semakin membesar jika ditemukan pada perdarahan hebat
dan penderita tidak gemuk
 Pada perkusi ditemukan pekak pada sisi yang meninggi tandanya
adalah:
 Pada perkusi ditemukan pekak pada sisi yang meninggi

2. Pada Organ Berongga


 Akan menimbulkan peritonitis yang dapat timbul cepat sekali
 Penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen
 Kadang – kadang ditemukan ada organ intraabdomen yang menonjol
keluar paling sering omentum, usus halus, atau colon (pada trauma
tajam)
 Auskultasi bising usus menurun, dan adanya defans muskuler.
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :

1. Nyeri

Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan
dan nyeri lepas.

2. Darah dan cairan

Adanya penumpukan darah atau cair0an dirongga peritonium yang


disebabkan oleh iritasi.

3. Cairan atau udara dibawah diafragma

Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben.

4. Mual dan muntah


5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)

Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock


hemoragi.

E. Klasifikasi
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :
A. Trauma penetrasi
 Luka tembak
 Luka tusuk
B. Trauma non-penetrasi
 Kompres
 Hancur akibat kecelakaan
 Sabuk pengaman
 Cedera akselerasi
1. Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1) Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan
masa darah dapat menyerupai tumor.

2) Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
2. Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri
dari:
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi (Sjamsuhidayat, 1998).

F. Patofisiologi

Trauma pada abdomen dibagi menjadi trauma tumpul dan tembus.Trauma


tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi. Kompresi rongga abdomen
oleh benda - benda terfiksasi, seperti sabuk pengaman atau setir kemudi akan
meningkatkan tekanan intraluminal dengan cepat, sehingga mungkin menyebabkan
ruptur usus, atau pendarahan organ padat. Gaya deselerasi (perlambatan) akan
menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang terfiksasi dan yang dapat
bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada mesenterium, pembuluh darah
besar, atau kapsul organ padat, seperti ligamentum teres pada hati. Organ padat,
seperti limpa dan hati merupakan jenis organ yang tersering mengalami terluka
setelah trauma tumpul abdomen terjadi (Demetriades, 2007).

Trauma tumpul pada abdomen juga disebabkan oleh


pengguntingan,penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada
usus atau struktur abdomen yang lain. Luka tembak dapat menyebabkan kerusakan
pada setiap struktur didalam abdomen.Tembakan menyebabkan perforasi pada perut
atau usus yang menyebabkan peritonitis dan sepsis.

Patofisiologi yang terjadi berhubungan dengan terjadinya trauma abdomen


adalah :

a. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada


jaringan,kehilangan darah dan shock.
b. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system
makroendokrin,mikroendokrin.
c. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan perdarahan
massif dan transfuse multiple.
d. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh sekresi saluran
pencernaan dan bakteri ke peritoneum
e. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat kerusakan integritas
rongga saluran pencernaan.
f. Limpa merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan
oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan masif yang berasal
dari limpa yang ruptur sehingga semua upaya dilakukan untuk memperbaiki
kerusakan di limpa.
g. Liver, karena ukuran dan letaknya hati merupakan organ yang paling sering
terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali kerusakan
disebabkan oleh trauma tumpul. Hal utama yang dilakukan apabila terjadi
perlukaan dihati yaitu mengontrol perdarahan dan mendrainase cairan empedu.
h. Esofagus bawah dan lambung, kadang - kadang perlukaan esofagus bawah
disebabkan oleh luka tembus. Karena lambung fleksibel dan letaknya yang mudah
berpindah, sehingga perlukaan jarang disebabkan oleh trauma tumpul tapi sering
disebabkan oleh luka tembus langsung.
i. Pankreas dan duodenum, walaupun trauma pada pankreas dan duodenum jarang
terjadi. Tetapi trauma pada abdomen yang menyebabkan tingkat kematian yang
tinggi disebkan oleh perlukaan di pankreas dan duodenum, hal ini disebabkan
karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi kerusakan.

G. Komplikasi
Komplikasi segera yang dapat terjadi pada pasien dengan trauma abdomen
adalah hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan komplikasi jangka panjangnya adalah
infeksi. Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma tumpul
adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera iatrogenik, intra
abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture spleenyang muncul
kemudian (Salomone & Salomone, 2011).
Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen
karena adanya rupture pada organ.Gejala dan tanda yang sering muncul pada
komplikasi dengan peritonitis antara lain :
 Nyeri perut seperti ditusuk
 Perut yang tegang (distended)
 Demam (>380C)
 Produksi urin berkurang
 Mual dan muntah
 Haus
 Cairan di dalam rongga abdomen
 Tidak bisa buang air besar atau kentut
 Tanda-tanda syok.

H. Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data statistic yang
menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit, dan jumlah pasien total
dengan trauma abdomen, gambaran spesifik prognosis untuk pasien trauma intra
abdomen sulit. Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar antara 5-10%
(Udeani & Steinberg, 2011).
I. Farmakologi
Pengobatan dan pertolongan pada pasien trauma abdomen memerlukan tenaga medis.
Untuk pemeriksaan awal, pasien trauma harus ditanganin sesuai dengan algoritma
Advanced Trauma Life Support (ATLS), yaitu:

 A (Airway): Apakah pasien berbicara dalam kalimat penuh?


 B (Breathing and Ventilation): Apakah pasien mengalami kesulitan bernapas?
Apakah ada bunyi napas dan gerakan dada saat bernapas?
 C (Circulation): Apakah denyut teraba?
 D (Disability): Apakah pasien dapat bergerak? apakah pasien dalam keadaan
sadar?
 E (Exposure): Apakah terdapat darah?

Jika pemeriksaan awal pasien sudah dilakukan, resusitasi (tindakan pertolongan


selanjutnya) dapat dimulai. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan, seperti EKG, rontgen
dada, rontgen panggul, kateter urine, dan lainnya.Pada pasien dengan trauma tusuk
abdomen, antibiotik bisa diberikan untuk menghindari infeksi tetanus. Darah harus
diberikan sesuai kebutuhan agar pasien tidak mengalami syok. Pasien dapat diberikan
resusitasi cairan intravena sesuai kebutuhan, biasanya dengan cairan kristaloid, baik
larutan saline 0,9% atau ringer laktat. Pembedahan juga diperlukan untuk
menghentikan pendarahan dan membersihkan darah yang terkumpul. Jenis operasi
yang dibutuhkan tergantung pada seberapa parah pendarahan, di mana lokasi
pendarahan itu, dan kesehatan pasien secara keseluruhan.Setelah pendarahan
berhenti, perawatan akan fokus pada memperbaiki kerusakan organ yang disebabkan
oleh pendarahan dan menstabilkan tubuh pasien.

J. Terapi Diet
Nutrisi sangat penting bagi perawatan pasien mengingat kebutuhan pasien akan
nutrisi bervariasi, maka dibutuhkan diet atau pengaturan makanan. diet pasca operasi
adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan.
Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan
jenis penyakit penyerta. Tujuan diet pasca operasi adalah untuk mengupayakan agar
status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan
dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara memberikan kebutuhan
dasar (cairan, energi, protein), mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan
zat gizi lain, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan, mencegah dan
menghentikan perdarahan. Diet yang disarankan adalah Makanan yang mengandung
cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi, bentuk makanan disesuaikan dengan
kemampuan penderita, menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam), suhu
makanan lebih baik bersuhu dingi, pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai
dengan kemampuan dan kebiasaan makan penderita.
Syarat diet pasca operasi adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari
bentuk cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap
tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien, seperti pasca operasi kecil
makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal. Pasca
operasi besar makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan
pasien untuk menerimanya.
Jenis diet dan indikasi pemberian diet adalah diet pasca-bedah I (DPB I) selama
enam jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air putih, teh manis, atau
cairan lain seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu
sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zatgizi. Selain itu diberikan makanan
parenteral sesuai kebutuhan. Diet ini diberikan kepada semua pasien pasca bedah
pasca operasi kecil yaitu setelah sadar dan rasa mual hilang dan pasca operasi besar
yaitu setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja.
Makanan yang diberikan diet pasca-bedah II (DPB II) adalah makanan bentuk
cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata
delapan sampai 10 kali sehari selama pasien tidak diberikan untuk waktu sesingkat
mungkin karena zat gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada DPB
II adalah air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida. Diet pasca-bedah
II diberikan kepada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan
dari DPB I. Makanan yang diberikan diet pasca-bedah III (DPB III) berupa makanan
saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari.
Selain itu dapat memberikan makanan parenteral bila diperlukan. Makanan yang
tidak dianjurkan adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang
mengandung karbondioksida. Diet pasca-bedah III diberikan kepada pasien pasca
bedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah II.
Makanan yang diberikan pada diet pasca-bedah IV (DPB IV) berupa makanan
lunak yang dibagi dalam tiga kali makanan lengkap dan satu kali makanan selingan.
Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada pasien pasca operasi kecil, setelah diet Pasca-
Bedah I dan pasien pasca operasi besar, setelah DPB III

K. Penatalaksanaan Pada Perdarahan Intra-Abdomen Pre Hospital Dan Hospital


A. Pre Hospital
1. Penanganan Awal Trauma Abdomen
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi
kejadian. Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah
ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan
bersihkan.
Primary Survey
a. Airway

Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin


lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda
asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan, darah
atau benda asing lainnya.

b. Breathing

Memeriksa pernapasan dengan cara“lihat, dengar, rasakan’,


selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien.Kontrol jalan nafas pada
penderita trauma abdomen yang airway terganggu karena faktor mekanik, ada
gangguan ventilasi atau ada gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi
endotrakeal.Setiap penderita trauma diberikan oksigen.Bila tanpa intubasi,
sebaiknya diberikan dengan face mask.Pemakaian pulse oximeter baik untuk
menilai saturasi O2 yang adekuat.

c. Circulation

Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan
pernafasan.Resusitasi pasien dengan trauma abdomen penetrasi dimulai segera
setelah tiba. Cairan harus diberikan dengan cepat. NaCl atau Ringer Laktat
dapat digunakan untuk resusitasikristaloid.Rute akses intravena adalah
penting, pasang kateter intravena perifer berukuran besar (minimal 2) di
ekstremitas atas untuk resusitasi cairan. Pasien yang datang dengan hipotensi
sudah berada di kelas III syok (30-40% volume darah yang hilang) dan harus
menerima produk darah sesegera mungkin, hal yang sama berlaku pada pasien
dengan perdarahan yang signifikan jelas. Upaya yang harus dilakukan untuk
mencegah hipotermia, termasuk menggunakan selimut hangat dan cairan
prewarmed.

d. Disability

Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.Yang


dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. e. Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara menggunting
untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan visualisasi
head-to-toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen
penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit kepala,
bagian belakang leher, dan perineum. Setelah pakaian dibuka penting
penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan.

Untuk penanganan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma nonpenetrasi dan
trauma penetrasi, yaitu :

1) Penanganan awal trauma non-penetrasi


 Stop makanan dan minuman
 Imobilisasi
 Kirim ke rumah sakit
 Diagnostic Peritoneal Lavage
2) Penanganan awal trauma penetrasi
 Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tidak boleh dicabut kecuali oleh
tim medis. Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar tidak memperparah
luka.
 Bila usus atau organlain keluar maka organ tersebut tidak boleh
dimasukkan, maka organ tersebut dibaluk dengan kain bersih atau kasa
steril.
 Imobilisasi pasien
 Tidak makan dan minum
 Bila luka terbuka, balut dengan menekan
 Kirim pasien ke rumah sakit

Secondary Survey

Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil. Bila sewaktu
survei sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus kembali mengulangi
PRIMARY SURVEY. Semua prosedur yang dilakukan harus dicatat dengan baik.
Pemeriksaan dari kepala sampai ke jari kaki (head-to-toe examination) dilakukan
dengan perhatian utama :

1. Pemeriksaan kepala
 Kelainan kulit kepala dan bola mata
 Telinga bagian luar dan membrana timpani
 Cedera jaringan lunak periorbital
2. Pemeriksaan leher
 Luka tembus leher
 Emfisema subkutan
 Deviasi trachea
 Vena leher yang mengembang
3. Pemeriksaan neurologis
 Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
 Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
 Penilaian rasa raba / sensasi dan reflex
4. Pemeriksaan dada
 Clavicula dan semua tulang iga
 Suara napas dan jantung
 Pemantauan ECG (bila tersedia)
5. Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
 Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah
 Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen
kecuali bila ada trauma wajah
 Periksa dubur (rectal toucher)
 Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus
6. Pelvis dan ekstremitas
 Cari adanya fraktur (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan
tes gerakan apapun karena memperberat perdarahan)
 Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma
 Cari luka, memar dan cedera lain
7. Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) :
 Foto atas daerah abdomen yang cedera dilakukan secara selektif.

B. Penanganan di Rumah Sakit (Hospital)


a. Trauma Penetrasi
 Skrinnig pemeriksaan rongten
Foto thoraks tegak berguna untuk kemungkinan hemo atau
pneumothoraks. Rontgen abdomen untuk menentukan jalan luka atau
adanya udara retroperitoneum
 IVP atau Urogram Excretory dan CT scan
Ini dilakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada.
 Uretrografi Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra.
 Sistografi
Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non penetrasi.
b. Trauma non-penetrasi
 Pengambilan contoh darah dan urine
Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan darah
khusus seperti darah lengkap, potassium, glukosa, amylase.
 Pemeriksaan Rongent
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita
dengan multitrauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas dibawah
diagfragma, yang keduanya memerlukan laparotomi.
 Study kontras urologi dan Gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau descendens dan dubur.

C. Penatalaksanaan di Ruang Emegensi


 Mulai prosedur resusitasi ABC (memperbaiki jalan napas, pernapasan
dan sirkulasi).
 Pertahankan pasien pada brankard; gerakan dapat menyebabkan
fragmentasi bekuan pada pembuluh darah besar dan menimbulkan
hemoragi massif.
 Pastikan kepatenan dan kestabilan pernapasan.
 Gunting pakaian penderita dari luka.
 Hitung jumlah luka dan tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
 Kontrol perdarahan dan pertahankan volume darah sampai
pembedahan dilakukan.
 Berikan kompresi pada luka dengan perdarahan eksternal dan lakukan
bendungan pada luka dada.
 Pasang kateter IV berdiameter besar untuk penggantian cairan secara
cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
 Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap terapi transfusi;
ini sering merupakan tanda adanya perdarahan internal.
 Aspirasi lambung dengan memasang selang nasogastrik. Prosedur ini
membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi
terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena
aspirasi.
 Pasang kateter urin untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria
dan pantau jumlah urine perjam.
 Tutupkan visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan
dibasahi dengan salin untuk mencegah kekeringan visera
 Fleksikan lutut pasien; posisi ini mencegah protusi yang lanjut.
 Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya
peristaltik dan muntah.
 Siapkan pasien untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika
terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
 Siapkan pasien untuk sinografi untuk menentukan apakah terdapat
penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk.
 Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
 Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. Trauma
dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis,
bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver
diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).
 Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi,
atau hematuria.
L. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Untuk inspeksi lihat mulai dari keadaan umum klien, ekspresi wajah, tanda-
tanda vital, sikap berbaring, gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok,
daerah lipat paha (inguinal, skrotum bila terdapat hernia biasanya ditemukan
benjolan). Pada trauma abdomen biasanya ditemukan kontusio, abrasio,
lacerasi dan echimosis. Echimosis merupakan indikasi adanya perdarahan di
intra abdomen. Terdapat Echimosis pada daerah umbilikal biasa kitasebut
‘Cullen’s Sign’ sedangkan echimosis yang ditemukan pada salah satu panggul
disebut sebagai ‘Turner’s Sign’. Terkadang ditemukan adanya eviserasi yaitu
menonjolnya organ abdomen keluar seperti usus, kolon yang terjadi pada
trauma tembus/tajam.
b. Auskultasi
Untuk auskultasi selain suara bising usus yang diperiksa di ke empat kuadran
dimana adanya ekstravasasi darah menyebabkan hilangnya bunyi bising usus.
Juga perlu didengarkan adanya bunyi bruits dari arteri renalis, bunyi bruits
pada umbilical merupakan indikasi adanya trauma pada arteri renalis.
c. Perkusi
Untuk melihat apakah ada nyeri ketok. Salah satu pemeriksaan perkusi adalah
uji perkusi tinju dengan meletakkan tangan kiri pada sisi dinding thoraks
pertengahan antara spina iliaka anterior superior kemudian tinju dengan
tangan yang lain sehingga terjadi getaran di dalam karena benturan ringan bila
ada nyeri merupakan tanda adanya radang/abses di ruang subfrenik antara hati
dan diafraghma. Selain itu bisa ditemukan adanya bunyi timpani bila dilatasi
lambung akut di kuadran atas atau bunyi redup bila ada hemoperitoneum.
Pada waktu perkusi bila ditemukan Balance sign dimana bunyi resonan yang
lebih keras pada panggul kanan ketika klien berbaring ke samping kiri
merupakan tanda adanya rupture limpe. Sedangkan bila bunyi resonan lebih
keras pada hati menandakan adanya udara bebas yang masuk.
d. Palpasi
Untuk teknik palpasi identifikasi kelembutan, kekakuan dan spasme hal ini
dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa atau akumulasi darah
ataupun cairan. Biasanyaditemukan defansmuscular, nyeri tekan, nyeri lepas.
Rectal tusi (colok dubur) dilakukan pada obstrusi usus dengan disertai
paralysis akan ditemukan ampula melebar. Pada obstruksi kolaps karena tidak
terdapat gas di usus besar. Pada laki-laki terdapat prostate letak tinggi
menandakan patah panggul yang sginifikan dan disertai perdarahan.Biasa juga
pada klien dilakukan uji psoas dimana klien diminta mengangkat tungkai
dengan lutut ekstensi dan pemeriksa memberi tekanan melawan gerak tungkai
sehingga muskulus iliopsoas dipaksa berkontrasi.Selain uji psoas, ada uji
obturator dimana tungkai penderita diputar dengan arah endorotasi dan
eksorotasi pada posisi menekuk 90 derajat di lutut atau lipat paha. Jika klien
merasa nyeri maka menandakan adanya radang di muskulus obturatorius.

M. Askep (Pengkajian, analisa data, diagnosis, intervensi, implementasi, evaluasi


secara komprehensif: bio-psiko-sosio-spiritual)
a. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Pengkajian yang dilakukan menggunakan pendekatan Airway, Breathing,
Circulation, dan Diasability (ABCDE).
1) Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin lift
atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda
asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
2) Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar, rasakan’, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.
3) Circulation
Mengecek denyut nadi dan tekanan darah.
4) Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.Yang dinilai
disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
5) Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara menggunting
untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan visualisasi
head-to-toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen
penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit
kepala, bagian belakang leher, dan perineum. Setelah pakaian dibuka
penting penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan.

2. Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas / istirahat
Data Subyektif : Merasa lemah ,lelah, hilang keseimbangan
Data Obyektif : Perubahan Kesadaran ,masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
2) Sirkulasi
Data Obyektif : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi)
Perubahan frekuensi jantung (Bradikardi, takikardi)
3) Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi
4) Eliminasi
Data Subyektif: Inkontenensia kandung kemih/usus atu mengalami
gangguan fungsi
5) Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6) Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara ,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental (Orientasi , Kewaspadaan, Perhatian, konsentrasi, pemecahan
masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori), Sangat sensitif
terhadap sentuhan dan gerakan, Kehilangan sensasi sebagai tubuh,
Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
7) Nyeri dan Kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan,
nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa beristirahat, merintih.
8) Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
9) Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Data Obyektif : Fraktur / dislokasi, Gangguan kognitif, Gangguan rentang
gerak, Demam, gangguan rentang dan regulasi suhu tubuh.
10) Interaksi Sosial
Data Obyektif : Gangguan motorik atau sensorik
11) Penyuluhan / Pembelajaran
Data Subyektif :Membutuhkan bantuan dalam pengobatan aktivitas
perawatan diri.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan Trauma Abdomen
adalah (NANDA II 2015 - 2017) :
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d terputusnya pembuluh
darah arteri/vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan
adanya perdarahan,jejas atau luka dan distensi abdomen
2. Perubahan perfusi jaringan b.d hypovolemia,penurunan sumplai darah
keseluruh tubuh yang ditandaidengan suhu kulit bagian akral dingin
,capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam
3. Nyeri b.d rusaknya jaringan linak/organ abdomen yang Yang ditandai
dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan ,Nampak
menyeringai kesakitan
4. Cemas b.d pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai
dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan
,ekspresi wajah tegang dan gelisah
5. Kurang pengetahuan b.d tentang pembedahan yang akan dilakukan
sehubungan dengan kurangnya informasi /informasi inaquat yang ditandai
pasien dengan bertanya tentang dampak dan musibah yang dialami dan
akibat dari pembedahan

c. Intervensi

No DX Kriteria hasil Rencana Tindakan


1 Gangguan keseimbanga Cairan yang Kaji tentang cairan
keluar perdarahan yang keluar
cairan dan elektrolit b.d
seimbang,tidak adakah gambar klinik
terputusnya pembuluh terdapat gejala- hipovolemik
gejala dehidrasi
darah arteri/vena suatu
Jelaskan tentang sebab
jaringan (organ abdomen) Perdarahan yang akibat dari kekuranga
keluar dapat cairan / perdarahan serta
yang ditandai dengan
berhenti ,tidak Tindakan yang akan kita
adanya perdarahan,jejas terdapatan lakukan
emis,.
atau luka dan distensi
Observasi gejala -gejala
abdomen Tanda vital vital, suhu ,nadi, tensi,
dalam batas respirasi dan kesadaran
normal pasien setiap 15 menit atau
30 menit
Perkusi :tidak
terdapat distensi Batas pergerakan yang
abdomen tidak berguna dan
menambah perdarahan
keluar

Kolaborasi dengan tim


medis pemberian cairain
infus, menghentikan
perdarahan bila di dapat
trauma tajam dengan jalan
di drug,pemberian transfuse
bila HB kurang dari 8 gr,
pemeriksaan EKG
Pemasangan lingkar
abdomen

2 Perubahan perfusi jaringan Status Kaji dan monitoring


b.d haemodinamik kondisi pasien termasuk
hypovolemia,penurunan dalam kondisi airwhay ,breathing,dan
sumplai darah keseluruh normal dan circulation serta control
tubuh yang ditandai stabil adanya perdarahan
dengan suhu kulit bagian
akral dingin ,capillary refill Suhu dan warna Lakukan pemeriksaan
lebih dari 3 detik dan kulit bagian glasglow coma scace
produksi urine kurang dari akral kemerahan
30 ml/jam Observasi tanda-tanda vital
Produksi urin
lebih dari 30 Kolaborasi dalam
ml/jam pemberian cairan infus

Monitoring input dan


output terutama produksi
urine
3 Nyeri b.d rusaknya Klien Kaji tentang kualitas
jaringan linak/organ mengatakan ,intensitas,penyebaran nyeri
abdomen yang Yang nyerinya
ditandai dengan pasien berkurang atau Beri penjelasan tentang
menyatakan sakit bila hilang sebab dan akibat nyeri
perutnya ditekan ,Nampak ,serta jelaskan tentang
menyeringai kesakitan Klien tampak Tindakan yang akan
menyeringai dilakukan
kesakitan
Beri posisi pasien yang
Tanda-tanda nyaman dan hindari
vital dalam batas pergerakan yang dapat
normal menimbulkan rangsangan
nyeri

Observasi tanda-tanda
vital,suhu,nadi,pernafasan
dan tekanan darah

Kolaborasi dengan tim


medis dalam pemberian
obat analgesic bila mana
dibutuhkan
4 Cemas b.d pengobatan Klien Identifikasi tingkat
pembedahan yang akan mengatakan kecemasan dan persepsi
dilakukan yang ditandai tidak cemas klien seperti takut dan
dengan pasien menyatakan Ekspresi wajah cemasserta rasa
kekhawatirannya terhadap klien tampak kekhawatiran
pembedahan ,ekspresi tenang dan
wajah tegang dan gelisah gelisah Kaji tingkat pengetahuan
klien terhadap musibah
Klien dapat yang dihadapi dan
menggunakan pengobatan pembedahan
koping yang akan dilakukan
mekanisme yang
efektif secara Beri kesempatan pada klien
fisik –psiko untuk mengungkapkan
untuk perasaan
mengurangi
kecemasan Beri perhatian dan
menjawab semua
pertanyaan klien untuk
membantu mengungkapkan
perasaannya

Observasi tanda-tanda
kecemasan baik verbal dan
non verbal

5 Kurang pengetahuan b.d Klien atau Kaji tingkat pengetahuan


tentang pembedahan yang keluarga klien / keluarga
akan dilakukan memahami
sehubungan dengan prosedur dan Jelaskan secara sederhana
kurangnya informasi Tindakan yang tentang pengobatan yang
/informasi inaquat yang akan dilakukan dilakukan dengan jalan
ditandai pasien dengan pembedahan
bertanya tentang dampak Klien kooperatif
dan musibah yang dialami setiap Tindakan Diskusikan tentang hal-hal
dan akibat dari yang terkait yang berhubungan dengan
pembedahan dengan prosedur pembedahan dan
pembedahan proses penyembuhan

Beri perhatiaan dan


kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan
perasaannya

Anjur pasien untuk


berpartisipasi selama dalam
perawatan
d. Implementasi

No Dx Implementasi
1 Gangguan keseimbanga cairan dan Mengkaji tentang cairan perdarahan
yang keluar adakah gambar klinik
elektrolit b.d terputusnya pembuluh
hipovolemik
darah arteri/vena suatu jaringan
Menjelaskan tentang sebab akibat
(organ abdomen) yang ditandai
dari kekuranga cairan / perdarahan
dengan adanya perdarahan,jejas atau serta Tindakan yang akan kita
lakukan
luka dan distensi abdomen
Mengobservasi gejala -gejala vital,
suhu ,nadi, tensi, respirasi dan
kesadaran pasien setiap 15 menit
atau 30 menit

Membatasi pergerakan yang tidak


berguna dan menambah perdarahan
keluar

Mengkolaborasi dengan tim medis


pemberian cairain infus,
menghentikan perdarahan bila di
dapat trauma tajam dengan jalan di
drug,pemberian transfuse bila HB
kurang dari 8 gr, pemeriksaan EKG
Pemasangan lingkar abdomen

2 Perubahan perfusi jaringan b.d Mengkaji dan monitoring kondisi


hypovolemia,penurunan sumplai pasien termasuk airwhay
darah keseluruh tubuh yang ditandai ,breathing,dan circulation serta
dengan suhu kulit bagian akral control adanya perdarahan
dingin ,capillary refill lebih dari 3
detik dan produksi urine kurang dari Melakukan pemeriksaan glasglow
30 ml/jam coma scace

Mengobservasi tanda-tanda vital

Mengkolaborasi dalam pemberian


cairan infus
Memonitoring input dan output
terutama produksi urine
3 Nyeri b.d rusaknya jaringan Mengkaji tentang kualitas
linak/organ abdomen yang Yang ,intensitas,penyebaran nyeri
ditandai dengan pasien menyatakan
sakit bila perutnya ditekan ,Nampak Memberikan penjelasan tentang
menyeringai kesakitan sebab dan akibat nyeri ,serta jelaskan
tentang Tindakan yang akan
dilakukan

Memberikan posisi pasien yang


nyaman dan hindari pergerakan yang
dapat menimbulkan rangsangan
nyeri

Mengobservasi tanda-tanda
vital,suhu,nadi,pernafasan dan
tekanan darah

Mengkolaborasi dengan tim medis


dalam pemberian obat analgesic bila
mana dibutuhkan
4 Cemas b.d pengobatan pembedahan Mengidentifikasi tingkat kecemasan
yang akan dilakukan yang ditandai dan persepsi klien seperti takut dan
dengan pasien menyatakan cemas serta rasa kekhawatiran
kekhawatirannya terhadap
pembedahan ,ekspresi wajah tegang Mengkaji tingkat pengetahuan klien
dan gelisah terhadap musibah yang dihadapi dan
pengobatan pembedahan yang akan
dilakukan
Member kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaan

Member perhatian dan menjawab


semua pertanyaan klien untuk
membantu mengungkapkan
perasaannya

Mengbservasi tanda-tanda
kecemasan baik verbal dan non
verbal

5 Kurang pengetahuan b.d tentang Megkaji tingkat pengetahuan klien /


pembedahan yang akan dilakukan keluarga
sehubungan dengan kurangnya
informasi /informasi inaquat yang Menjelaskan secara sederhana
ditandai pasien dengan bertanya tentang pengobatan yang dilakukan
tentang dampak dan musibah yang dengan jalan pembedahan
dialami dan akibat dari pembedahan
Mendiskusikan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan prosedur
pembedahan dan proses
penyembuhan

Member perhatiaan dan kesempatan


pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
Menganjur pasien untuk
berpartisipasi selama dalam
perawatan
e. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana perawatan dilakukan serta
saat pasien pindah dari IRD,sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan
criteria keberhasilan pada tujuan rencana perawatan ,dengan demikian evaluasi
dapat dilakukan dengan kriteria /sasaran dalam rinci ditulis dalam lembar catatan
perkembangan yang berisikan SOAP ( data subjective,objective, implementasi
,evaluasi. Dan revisi) dari catatan perkembangan ini perawat dapat mengetahui
beberapa hal antara lain :
1. Apakah ada data releven dengan kondisi saat ini
2. Apakah ada data tambahan selama melakukan intervensi
3. Adakah tujuan perencanaan yang belum tercapai
4. Tujuan perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai
5. Apakah perlu adanya perubahan dalam pernecanaan perawatan

DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons.Advanced Trauma Life Support Untuk Dokter


Edisi 7.Jakarta: IKABI, 2004, Bab 5; Trauma Abdomen.
Ahmadsyah, I. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher, 2009, Bab2; Digestive.

Diktat Kuliah.Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat Secara Terpadu.


Jakarta :Ambulan Gawat Darurat 118.

Guilon, F. 2011. Epidemiology of abdominal trauma. in: CTof the Acute


Abdomen. London:Springer.

Heater Herdman, T. 2015.NANDA internasional Inc. nursing : definition &


classification2015-2017. Jakarta: EGC.

Musliha.(2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mochamad Aleq Sander. (2013). Kasus serial ruptur lien akibat trauma abdomen:
bagaimana pendekatan diagnosis dan
penatalaksanaannya.http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/vie
w/2377/3216

Sumber :
https://www.academia.edu/35166322/MAKALAH_TRAUMA_TUMPUL_ABDOMEN_docx.
Diakses pada tanggal 8 Maret 2021 pukul 07.00 WIB.

https://www.sehatq.com/penyakit/trauma-abdomen
Diakses pada tanggal 8 Maret 2021 pukul 12.15 WIB
https://pdfcoffee.com/kel-6-gadar-ners-trauma-abdomendocx-pdf-free.html
Diakses pada tanggal 8 Maret 2021 pukul 12.35 WIB

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PERDARAHAN INTRA ABDOMEN
POKOK BAHASAN : Gangguan Sistem Gastrointestinal (Perdarahan intra abdomen)
SUB POKOK BAHASAN : Penatalaksanaan perdarahan intra abdomen
WAKTU : 1 × 15 menit
HARI/TANGGAL : Senin, 08 Maret 2021
TEMPAT : Ruang Abimanyu RS DKT Wijaya Kusuma
PENYULUH : TIM
I. Tujuan Penyuluhan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang
penatalaksanaan perdarahan intra abdomen

II. Tujuan Penyuluhan Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan pasien diharapkan mampu :
1. Mengetahui anatomi fisiologi perdarahan intra abdomen
2. Mengetahui definisi trauma abdomen
3. Mengetahui etiologi perdarahan intra abdomen
4. Mengetahui manifestasi Klinis perdarahan intra abdomen
5. Menegatahui klasifikasi patofisiologi perdarahan intra abdomen
6. Mengetahui komplikasi perdarahan intra abdomen
7. Mengetahui prognosis perdarahan intra abdomen
8. Mengetahui farmakologi perdarahan intra abdomen
9. Mengetahui terapi Diet perdarahan intra abdomen
10. Menetahui penatalaksanaan perdarahan intra abdomen

III. Materi Inti Penkes


1. Anatomi fisiologi perdarahan intra abdomen
2. Definisi trauma abdomen
3. Etiologi perdarahan intra abdomen
4. Manifestasi klinis perdarahan intra abdomen
5. Klasifikasi patofisiologi perdarahan intra abdomen
6. Komplikasi perdarahan intra abdomen
7. Prognosis perdarahan intra abdomen
8. Farmakologi perdarahan intra abdomen
9. Terapi Diet perdarahan intra abdomen
10. Penatalaksanaan perdarahan intra abdomen

VI. Kegiatan Belajar Mengajar

KEGIATAN
NO WAKTU PENYULUHAN PESERTA
1. 2 menit Pembukaan
a. Salam pembukaan - Menjawab salam
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Apresepsi - Berpartisipasi aktif
d. Menjelaskan tujuan dan waktu - Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. 10 menit Kegiatan inti penyuluhan
a. Menjelaskan dan menguraikan - Memperhatikan
materi tentang perdarahan intra dan mencatat
abdomen penjelasan
penyuluh dengan
cermat.
b. Memberikan kesempatan kepada - Menanyakan hal-
peserta penyuluhan untuk bertanya. hal yang belum
jelas.

c. Menjawab pertanyaan peserta - Memperhatikan


penyuluhan yang berkaitan dengan jawaban dari
materi yang belum jelas. penyuluh.

3. 3 menit Penutup
a. Menyimpulkan materi yang telah - Memperhatikan
disampaikan. keterangan
kesimpulan dari
materi penyuluhan
yang telah
disampaikan.
b. Melakukan evaluasi penyuluhan - Menjawab
dengan pertanyaan secara lisan. pertanyaan yang
telah diajukan oleh
penyuluh.
c. Mengakhiri kegiatan penyuluhan - Menjawab salam.

VII. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

VIII. Media dan Alat


a. Leptop
b. Leaflet
c. Power point

IX. Kriteria Evaluasi


1. Kriteria Evaluasi Struktur
a. Kriteria mencari literatur mengenai perdarahan intra andomen
b. Penyuluh membuat SAP mengenai perdarahan intra abdomen.
c. Diharapkan telah mempersiapkan terkait materi, media, alat bantu, serta sarana
prasarana yang digunakan untuk penyuluhan kesehatan dengan matang.
2. Kriteria Evaluasi Hasil
Sebelum melalukan penyuluhan pemateri memberikan pertanyaan dasar mengenai
perdarahan intra abdomen kemudian setelah penyuluhan diberikan pertanyaan yang
sama dengan pertanyaan yang diberikan sebelum dilakukan penyuluhan.

Purwokerto, 08 Maret 2021

Mengetahui

Pembimbing Penyuluhan Praktikan

Ns. M. Hanif Prasetya, M. Kep TIM

PERDARAHAN INTRA-
ABDOMEN
o Rongga
Peritoneal
Bawah
 Rongga Pelvis
 Rongga
Retroperitoneal
Disusun Oleh :
Nama Anggota Kelompok
10 C. ETIOLOGI
Dimas Aji Kuncoro Menurut (Hudak &
(1811020005) Gallo, 2001)
Dewi Siska A. DEFINISI kecelakaan atau trauma
(1811020008) Trauma adalah cedera yang terjadi pada
Rossdiana Pramudita fisik dan psikis, abdomen, umumnya
(1811020030) kekerasan yang banyak diakibatkan
Laila Musalimah mengakibatkan cedera oleh trauma tumpul.
(1811020031) (sjamsuhidayat, 2010). Trauma pada abdomen
Laeli Izah Rofi’ah M B. ANATOMI disebabkan oleh 2
(1811020038) FISIOLOGI kekuatan yang
Ulfah Nur Wulandari Anatomi dalam dari merusak, yaitu :
(1811020064) abdomen meliputi 3 - Paksaan /benda
Kelas : 6A regio: tumpul
FAKULTAS ILMU  Rongga Peritoneal - Trauma tembus
KESEHATAN Rongga Peritoneal D. KLASIFIKASI
PRODI dibagi menjadi 2 Trauma pada abdomen
KEPERAWATAN S1 bagian, yaitu: dapat di bagi menjadi
UNIVERSITAS o Rongga dua jenis, yaitu :
MUHAMMADIYAH Peritoneal C. Trauma penetrasi
PURWOKERTO Atas  Luka
2021 tembak
 Luka tusuk
D. Trauma non- makroendokrin,mik  Demam (>380C)
penetrasi roendokrin.  Produksi urin
 Kompres l. Terjadi masalah berkurang
 Hancur koagulasi atau  Mual dan muntah
akibat pembekuan  Haus
kecelakaan dihubungkan  Cairan di dalam
 Sabuk dengan perdarahan rongga abdomen
pengaman massif dan
 Tidak bisa buang
 Cedera transfuse multiple.
air besar atau
akselerasi m. Inflamasi, infeksi
kentut
dan pembentukan
 Tanda-tanda syok.
formasi disebabkan
G. PROGNOSIS
E. PATOFISIOLOGI oleh sekresi saluran
Prognosis untuk pasien
pencernaan dan
Patofisiologi yang dengan trauma
bakteri ke
terjadi berhubungan abdomen bervariasi.
peritoneum
dengan terjadinya Tanpa data statistic
n. Perubahan nutrisi
trauma abdomen yang menggambarkan
dan elektrolit yang
adalah : jumlah kematian di
terjadi karena
luar rumah sakit, dan
j. Terjadi akibat kerusakan
jumlah pasien total
perpindahan cairan integritas rongga
dengan trauma
berhubungan saluran pencernaan.
abdomen, gambaran
dengan kerusakan F. KOMPLIKASI
spesifik prognosis
pada Gejala dan tanda yang
untuk pasien trauma
jaringan,kehilangan sering muncul pada
intra abdomen sulit.
darah dan shock. komplikasi dengan
Angka kematian untuk
k. Perubahan peritonitis antara lain :
pasien rawat inap
metabolic  Nyeri perut seperti
berkisar antara 5-10%
dimediasi oleh ditusuk
(Udeani & Steinberg,
CNS dan system  Perut yang tegang
2011).
(distended)
H. PENATALAKSANA  Berikan kompresi komplikasi paru
AN pada luka dengan karena aspirasi.
 Mulai prosedur perdarahan  Pasang kateter urin
resusitasi ABC eksternal dan untuk mendapatkan
(memperbaiki jalan lakukan bendungan kepastian adanya
napas, pernapasan pada luka dada. hematuria dan
dan sirkulasi).  Pasang kateter IV pantau jumlah urine
 Pertahankan pasien berdiameter besar perjam.
pada brankard; untuk penggantian  Tutupkan visera
gerakan dapat cairan secara cepat abdomen yang
menyebabkan dan memperbaiki keluar dengan
fragmentasi bekuan dinamika sirkulasi. balutan steril,
pada pembuluh  Perhatikan kejadian balutan dibasahi
darah besar dan syok setelah respon dengan salin untuk
menimbulkan awal terhadap mencegah
hemoragi massif. terapi transfusi; ini kekeringan visera
 Pastikan kepatenan sering merupakan  Fleksikan lutut
dan kestabilan tanda adanya pasien; posisi ini
pernapasan. perdarahan internal. mencegah protusi
 Gunting pakaian  Aspirasi lambung yang lanjut.
penderita dari luka. dengan memasang  Tunda pemberian
 Hitung jumlah luka selang nasogastrik. cairan oral untuk
dan tentukan lokasi Prosedur ini mencegah
luka masuk dan membantu meningkatnya
keluar. mendeteksi luka peristaltik dan
 Kontrol perdarahan lambung, muntah.
dan pertahankan mengurangi  Siapkan pasien
volume darah kontaminasi untuk parasentesis
sampai terhadap rongga atau lavase
pembedahan peritonium, dan peritonium ketika
dilakukan. mencegah terdapat
ketidakpastian jika terdapat bukti
mengenai adanya syok,
perdarahan kehilangan darah,
intraperitonium. adanya udara bebas
 Siapkan pasien dibawah diafragma,
untuk sinografi eviserasi, atau
untuk menentukan hematuria.
apakah terdapat
penetrasi
peritonium pada
kasus luka tusuk.
 Berikan profilaksis
tetanus sesuai
ketentuan.
 Berikan antibiotik
spektrum luas
untuk mencegah
infeksi. Trauma
dapat menyebabkan
infeksi akibat
karena kerusakan
barier mekanis,
bakteri eksogen
dari lingkungan
pada waktu cedera
dan manuver
diagnostik dan
terapeutik (infeksi
nosokomial).
 Siapkan pasien
untuk pembedahan

Anda mungkin juga menyukai