Anda di halaman 1dari 10

OBAT CARBAMAZEPINE

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Keperawatan Jiwa

yang dibina oleh Bapak Edi Sujarwo, SKp.,M.Kep

Oleh :

Fristy Nur Amalia F. P17210181010

Suvista P17210181015

Anggun Millania N P17210181027

Tasya Nur Aulia P17210182041

Nadhea Mahardiga P17210183056

Siti Latifatul K P17210183059

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN MALANG

D3 KEPERAWATAN MALANG

MARET 2019
A. NAMA OBAT

 Nama generik : Carbamazepine

 Nama dagang : Tegretol, Esetiap uetro, Epitol, Tegretol XR, Carbagen


SR, Carbamazepine Chewtabs, Carbamazepine CR,
Carbatrol, Teril

 Kelas : Antikonvulsan, Agen antimanik, Agen Gangguan


Bipolar

 Obat lain yang termasuk dalam kelas antikonvulsan:

Acetazolamide, Carbamazepine, Clobazam, Clonazepam,


Clorazepate, Diazepam, Sodium divalproex, Ethosuximide,
Aslicarbazepine Acetate, Ethosuximide, Ezogabine, felbamate,
gabapentin, lacosamide, lamotrigine, levetiracetam, lorazepam,
methsuximide, oxcarbazepine, Pregabalin, Rufinamide,
Tiagabine, Asam valproat, Vigabatrin

B. PENGERTIAN
Obat Carbamazepine adalah obat yang digunakan untuk
mencegah&mengontrol kejang dan untuk merawat pasien epilepsi&neuropati. Obat
Carbamazepine ini adalah obat yang termasuk ke dalam kelas obat anticonvulsant atau
obat antiepilepsi. Carbamazepine juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri di
wajah akibat gangguan saraf trigeminal (trigeminal neuralgia) dan gangguan bipolar.
Selain itu, fungsi Carbamazepine adalah untuk mengobati kondisi mental atau suasana
hati tertentu seperti gangguan bipolar. Manfaat Carbamazepine adalah untuk
meredakan jenis sakit saraf tertentu seperti trigeminal neuralgia, sehingga dapat
mengembalikan keseimbangan normal aktivitas saraf pasien.
C. INDIKASI OBAT

1. Pada profilaksis penyakit manik depresif yang tidak responsif pada litium.

2. Epilepsi (800-1200 mg/hari peroral dalam dosis terbagi, Jendela terapi


(ambang batas dosis tertinggi dan terendah untuk memberikan efek terhadap
pasien): 4-12 mg/L (16,9-50,8 micromoles/L), Dosis Carbamazepine
ditingkatkan setiap minggu 200 mg/hari dibagi PO setiap 6-8 jam)

3. Trigeminal Neuralgia (Kisaran dosis p: 400-800 mg/hari PO dalam dosis


terbagi; upaya untuk mengurangi dosis Carbamazepine atau menghentikan
obat harus dilakukan setidaknya setiap 3 bulan selama periode pengobatan.
Dosis maksimum 1.200 mg/hari yang dianjurkan)

4. Mania Bipolar (Dosis Awal: 200 mg PO setiap 12 jam)

5. Dosis Carbamezepine Modifikasi

a. Gangguan ginjal
(Laju filtrasi glomerulus <10 mL/menit: dosis 75% dari dosis dan
pantau Dialisis peritoneal dan hemodialisis: dosis 75% dari dosis dan
pantau)

b. Kerusakan Hati
(Gunakan dengan hati-hati; obat dimetabolisme terutama di hati)

c. Restless Legs Syndrome


(100-600 mg setiap malam hari peroral selama 5 minggu)
d. Skizofrenia
(200-1300 mg/hari untuk 2,5-8 minggu)
e. Neuralgia postherpetic
(rasa nyeri di syaraf setelah mengalami herpes zoster, 100-200 mg
PO setiap hari; dapat ditingkatkan dosis secara perlahan sampai 1200
mg/hari)
D. KONTRA INDIKASI OBAT

 Carbamazepine kontraindikasi pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas dengan:


Komponen obat Carbamazepine, Obat golongan trisiklik antidepresan,
seperti: Amitriptilin, Desipramin, Imipramin, Protriptilin, Nortriptilin
 Selain itu, carbamazepine juga dikontraindikasikan pada:
 Seseorang yang menderita defek konduksi AV
 Riwayat menderita depresi sum-sum tulang, seperti anemia aplastik,
agranulositosis
 Porfiria intermiten akut

 Carbamazepine juga tidak boleh diberikan pada pasien yang mengonsumsi:

 MAO-Inhibitors
Obat ini mesti dihentikan dalam jangka waktu sedikitnya dua minggu, sebelum
konsumsi Carbamazepine dimulai, atau lebih lama apabila secara klinis tidak
memungkinkan.
 Nefazodone
Pemberian yang bersamaan dengan Carbamazepine akan mengakibatkan
konsentrasi plasma obat nefazodone dan metabolit aktifnya tidak adekuat
untuk mencapai efek terapi. Nefazodone, di beberapa negara sudah dihentikan
peredarannya sejak tahun 2003, karena pernah dilaporkan terjadi efek samping
hepatotoksisitas berat yang memerlukan transplantasi hati, atau bahkan
kematian
 Delavirdine
Pemberian yang bersamaan dengan Carbamazepine akan mengakibatkan
kehilangan respon virologis, dan kemungkinan resisten virus terhadap obat ini,
atau terhadap golongan obat non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors

E. FARMAKODINAMIK

Kerja Carbamazepine secara biokimiawi diketahui dengan cara


menghambat arus voltage-dependent ion Natrium melalui dua
mekanisme:
1. Secara sederhana menghambat kanal ion Natrium agar tidak
mencapai status istirahat   pada membran potensial yang
dihiperpolarisasi. Namun, efek hambatan ini akan dipercepat
ketika potensial membran “istirahat” di depolarisasikan.
Proses penghambatan ini berhubungan erat dengan
penggantian kurva non-aktivasi status stabil dalam arah yang
terhiperpolarisasi
2. Carbamazepine menghambat arus ion Natrium secara aktif, atau
bergantungan. Efek hambatan akan lebih kuat ketika membran sel
secara repetitif didepolarisasikan pada tingkat frekuensi yang tinggi

Dengan mekanisme tersebut diatas, diperkirakan sebagai kunci utama potensi obat
untuk menghambat aktivitas serangan epileptik. Untuk mengatasi kejang, diperkirakan obat
ini bekerja dengan menurunkan respon polisinaptik, dan menghambat potensiasi post-tetanik
Selanjutnya, dengan menekan reflek potensial pada thalamus, bulbar, polisinaptik, dan
linguomandibular, maka nyeri yang ditimbulkan akibat stimulasi saraf-saraf pada tempat
tersebut, mampu dihilangkan meski rasa sakit berintensitas tinggi sekalipun.
Kapasitas obat dalam meningkatkan pengeluaran neuron-neuron bersifat
noradrenergik dapat berkontribusi kepada efek anti-epileptiknya. Walau efek obat menyerupai
efek fenitoin, namun terdapat beberapa perbedaan yaitu carbamazepine lebih efektif daripada
fenitoin dalam hal menurunkan pengeluaran stimulus yang diinduksi pada amigdala.
Efektivitas obat dalam mengatasi neuralgia adalah sebagai hasil dari penurunan
transmisi sinaptik excitatory dalam nukleus spinal trigeminalis. Dengan demikian akan terjadi
peningkatan waktu laten dari respon neuron trigeminal, dan menurunkan jumlah pengeluaran
neuron. Metabolit utama obat memiliki aktivitas anti neuralgia. Mekanisme kerja obat sebagai
tersebut diatas, diketahui dari hasil penelitian pada hewan percobaan.
Carbamazepine secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat anti konvulsan
lainnya, atau obat penghilang nyeri lainnya untuk mengatasi trigeminal neuralgia. Efek anti-
diuretik obat merupakan konsekuensi dari pengurangan konsentrasi hormon anti-diuretik
dalam plasma darah.
F. FARMAKOKINETIK

Farmakokinetik carbamazepine meliputi absorpsi yang cukup baik per oral, hingga
distribusinya yang melibatkan protein plasma
 Absorpsi
Meski agak lambat, namun penyerapan obat sangat baik setelah
dikonsumsi per oral. Bioavailabilitas tablet extended-release adalah
89%. Konsentrasi puncak dalam plasma darah terjadi dalam waktu 4─12 jam
setelah konsumsi per oral, namun dapat mencapai hingga 24 jam dalam
keadaan overdosis

 Distribusi
Carbamazepine berikatan dengan plasma protein sebesar 76%. Obat ini
dapat menembus sawar otak dan plasenta, dan bisa terakumulasi dalam
jaringan fetus. Distribusi obat juga bisa ke dalam air susu ibu dengan
konsentrasi sebesar 60% dari kadar plasma maternal.
Carbamazepine juga mencapai cairan serebrospinal dengan konsentrasi
sekitar 15% dari konsentrasi dalam serum darah.
Volume distribusi obat adalah sekitar 0,79─1,4 L/kgBB, yang dapat
meningkat pada pengobatan jangka panjang hingga mencapai kisaran
0,96─2,07 L/kgBB.

 Metabolisme
Metabolisme carbamazepineTerjadi di hepar, namun obat ini dapat
menginduksi metabolismenya sendiri. Metabolit aktif utama yang dihasilkan
adalah Carbamazepine epoksid, dimana 50% nya terikat pada plasma protein,
dan mungkin mengikuti siklus enterohepatik. Carbamazepine diinaktivasi
melalui proses konyugasi dan hidroksilasi.
Waktu paruh carbamazepine adalah sekitar 30 jam, kisaran 18─60 jam
ketika obat diberikan sebagai dosis tunggal. Namun, setelah diberikan dosis
berulang, atau pemberian jangka panjang, waktu paruh akan memendek
menjadi sekitar 15 jam saja, dengan kisaran 10─35 jam. Hal ini terjadi karena
Carbamazepine merupakan obat yang memiliki efek induksi kuat terhadap
enzim hepar. Waktu paruh pada anak-anak adalah lebih pendek daripada waktu
paruh pada orang dewasa.
 Eliminasi
Sekitar 72% dosis yang masuk per oral akan diekskresikan kedalam
urine, dan sekitar 28% dieliminasi kedalam feses. Hanya sekitar 1─3% dari
dosis total yang masuk kedalam tubuh diekskresikan kedalam urine dengan
bentuk yang tidak berubah.

G. RESISTENSI

Mekanisme resistensi penyakit epilepsi terhadap obat antikonvulsan adalah


kompleks, dan bersifat multi faktorial. Banyak kasus penderita epilepsi kronis
mengalami resisten terhadap obat ini. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangan
sensitivitas obat pada kanal ion Natrium, yang diteliti sebagai mekanisme
permulaan, yang mendasari perkembangan resistensi. Selain itu, resistensi
penyakit epilepsi terhadap Carbamazepine berhubungan erat dengan faktor
risiko, seperti genetik, usia penderita, etiologi penyakit epilepsy.

Pada pengobatan epilepsi, dosis karbamazepin harus disesuaikan secara


individual sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mendapatkan efek terapi
yang optimal. Untuk mengurangi terjadinya efek samping, biasanya dosis awal
karbamazepin dimulai dengan dosis kecil 100-200 mg sekali atau dua kali
sehari. Secara bertahap ditingkatkan 100-200 mg setiap dua minggu sampai
mencapai dosis pemeliharaan 0,8-1,2 g sehari dalam dosis terbagi.

Untuk anak, dosis oral karbamazepin 10-20 mg/kg sehari dalam dosis terbagi.

Anak sampai 1 tahun : 100-200 mg,

1-5 tahun : 200-400 mg,

5-10 tahun : 400-600 mg,

10-15 tahun : 0,6-1 g

(Young, 1995; Riley, 2001).


Produk karbamazepin tablet generik yang beredar mempunyai dosis
200 mg per tablet (Informatorium Obat Generik, 1989).

Umumnya penggunaan karbamazepin untuk epilepsi dimulai dengan


dosis kecil 100 mg dan biasanya dokter menuliskan resep untuk jangka waktu
yang lama dua minggu sampai satu bulan. Sehingga penggunaan karbamazepin
dosis lebih kecil dari 200 mg memerlukan penggerusan tablet menjadi serbuk
yang kemudian dimasukkan ke dalam kapsul. Padasaat proses peracikan ini
sediaan serbuk ini mudah sekali kontak dengan lembab udara yang
mengakibatkan terbentuknya formasi karbamazepin dihidrat yang
mengakibatkan sediaan kapsul hasil racikan tadi menjadi keras setelah
disimpan 2 minggu sampai satu bulan sehingga laju disolusi menjadi lambat.
Dengan lambatnya laju disolusi mengakibatkan efektivitas obat menjadi
berkurang (McEvoy, 2002).

Oleh karena itu peneliti ingin menentukan shelf-life sediaan kapsul


yang diracik dari tablet karbamazepin berdasarkan batas persyaratan laju
disolusinya untuk memberikan informasi secara obyektif kepada tenaga medis
(dokter) dan masyarakat agar masyarakat menerima sediaan dengan mutu yang
terjamin.

H. MEKANISME KERJA CARBAMAZEPINE


Kerja Carbamazepine secara biokimiawi diketahui dengan cara menghambat
arus voltage-dependent ion Natrium melalui dua mekanisme:

1. Secara sederhana menghambat kanal ion Natrium agar tidak mencapai


status istirahat   pada membran potensial yang dihiperpolarisasi.
Namun, efek hambatan ini akan dipercepat ketika potensial membran
“istirahat” di depolarisasikan. Proses penghambatan ini berhubungan
erat dengan penggantian kurva non-aktivasi status stabil dalam arah
yang terhiperpolarisasi
2. Carbamazepine menghambat arus ion Natrium secara aktif, atau
bergantungan. Efek hambatan akan lebih kuat ketika membran sel
secara repetitif didepolarisasikan pada tingkat frekuensi yang tinggi
Dengan mekanisme tersebut diatas, diperkirakan sebagai kunci utama potensi
obat untuk menghambat aktivitas serangan epileptik. Untuk mengatasi kejang,
diperkirakan obat ini bekerja dengan menurunkan respon polisinaptik, dan
menghambat potensiasi post-tetanik Selanjutnya, dengan menekan reflek potensial
pada thalamus, bulbar, polisinaptik, dan linguomandibular, maka nyeri yang
ditimbulkan akibat stimulasi saraf-saraf pada tempat tersebut, mampu dihilangkan
meski rasa sakit berintensitas tinggi sekalipun.
Kapasitas obat dalam meningkatkan pengeluaran neuron-neuron bersifat
noradrenergik dapat berkontribusi kepada efek anti-epileptiknya. Walau efek obat
menyerupai efek fenitoin, namun terdapat beberapa perbedaan yaitu carbamazepine
lebih efektif daripada fenitoin dalam hal menurunkan pengeluaran stimulus yang
diinduksi pada amigdala.
Carbamazepine secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat anti konvulsan
lainnya, atau obat penghilang nyeri lainnya untuk mengatasi trigeminal neuralgia.
Efek anti-diuretik obat merupakan konsekuensi dari pengurangan konsentrasi hormon
anti-diuretik dalam plasma darah.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, I. N., Si, S., Sp FRS, A., Noorriza, G., & Impian, A. (2006). PENENTUAN
SHELF-LIFE SEDIAAN KAPSUL RACIKAN DARI TABLET
KARBAMAZEPIN.

Riley, M.R., 2001. Edition, Drug Facts and Comparisons, J.B. Lippincott Company,
USA, St. Louis, Missouri

Alomedika. (2017). Carbamazepine. https://www.alomedika.com/obat/anti-epilepsi-


anti-konvulsi/antikonvulsan/karbamazepin/farmakologi

DokterSehat. Obat Carbamazepine – Bentuk Sediaan, Dosis & Indikasi untuk Dewasa.
https://doktersehat.com/carbamazepine-1/

HelloSehat. (2019). Carbamazepine. https://hellosehat.com/obatan-


suplemen/obat/carbamazepine/

Anda mungkin juga menyukai