HERNIA DIAFRAGMATIKA
Oleh
WIWIT RAHAYU
H1A010054
Pembimbing
dr. Amirudin Rahman Sp. B
SMF BEDAH
RSUD Dr. M. YUNUS BENGKULU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia protrursi atau penonjolan isi
suatu
rongga
melalui
dinding
sekitarnya yang lemah. Hernia terdiri
dari isi, kantong dan cincin hernia.
Hernia dapat diklasifikasikan menurut
proses, lokasi dan sifat hernia tersebut.
Hernia
diafragmatika
bentuk
kelainan kongenital.
Lanjutan...
Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu
membran
pleuroperitonei,
septum
transversum dan pertumbuhan dari tepi
yang berasal dari otot-otot dinding dada.
Gangguan pembentukan ini dapat berupa
kegagalan
pembentukan
kegagalan
pembentukan
sebagian
diafragma,
gangguan fusi ketiga unsur dan gangguan
pembentukan otot.
Lanjutan..
Sekitar 0,8-1,6% trauma tumpul
abdomen mengalami ruptur diafragma.
Insiden laki-laki & perempuan 4:1.
Ruptur diafragma paling sering
trauma tembus atau tajam. 75% ruptur
diafragma terjadi di sisi kiri.
Insiden pada neonatus tercatat 1: 20005000, Hernia bochdalek paling banyak
dijumpai pada bayi dan anak-anak.
Anatomi diafragma
Fungsi diafragma
a. Otot inspirasi
b. Otot peregang perut
c. Otot pengangkat beban berat
d. Pompa torakoabdominalis
Embriologi
Definisi
Hernia merupakan protrusi atau
penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding
rongga yang bersangkutan. Hernia
terdiri atas cincin, kantong dan isi
hernia.
Hernia diafragmatika
Masuknya organ abdomen
melalui
defek
pada
diafragma
ke
dalam
rongga dada. Penyebab
hernia diafragmatika yang
sering dijumpai adalah
kelainan diafragma yang
bersifat bawaan walaupun
masih ditemui kelainan
yang didapat.
Klasifikasi
1.Traumatika
Hernia traumatika terjadi akibat tembakan,
pukulan atau tusukan yang mengenai
diafragma.
2. Non traumatika (kongenital).
. Hernia Bochdalek (posterolateral) HDK
yang paling sering
. Hernia
Morgagni
(retrosternal
atau
anterior)
. Hiatus hernia
Epidemiologi
Laporan
hernia
kongenital
diafragmatika bervariasi dari 1:
2000-5000 kelahiran hidup.
Defek ini lebih sering terjadi pada sisi
kiri (70-85%) dan kadang 5 %
bilateral.
Etiologi
Penyebab hernia diafragma kongenital belum diketahui.
Dikaitkan dengan kromosom yang abnormal, tetapi paling
sering terjadi dengan duplikasi kromosom atau delesi pada
kromosom termasuk sindrom turner, sindrom down,
edward sindrom.
Kejadian familial dengan riwayat keluarga diperkirakan
2%.
Penelitian dari albert 2007 Data sitogenitika dari 200
pasien dengan HDK yang tersedia dan 24 pasien (12%)
menunjukan kelainan. 14 pasien (7%)
menunjukan
kelainan numerik (Trisomi 18 dan 21). Sisanya 10 pasien
(5%) memiliki anomali struktural, dan 3 dari pasien (1,5%)
yang terbukti delesi pada kromosom 15 Q.
Klasifikasi
Patofisiologi
Hernia diafragmatika kongenital
Saat usia kehamilan 2 bulan tidak ada
penekanan terhadap diagfragma yang
sedang berkembang baik dari rongga
dada maupun dari rongga abdomen.
Di dalam rongga dada, paru belum
berkembang, sedangkan di dalam
rongga abdomen usus mengambil
tempat di luar abdomen yaitu di
umbilikus.
Gangguan
pembentukan
dapat
berupa
kegagalan
pembentukan
sebagian diafragma, gangguan fusi
antar unsur-unsur pleuroperitonei
atau gangguan pembentukan otot
diafragma
menjadi
tipis
dan
mengakibatkan terjadi eventrasi.
Gambaran Klinis
Hernia diafragmatika kongenital
Hernia morgagni jarang menimbulkan gejala
sebelum usia dewasa, sedangkan hernia bochdalek
menyebabkan gangguan pernapasan segera setelah
lahir membutuhkan pembedahan darurat.
Secara klinis hernia diafragmatika menyebabkan
gangguann kardiopulmoner penekanan paru dan
terdorongnya mediastinum kearah kontralateral.
Anak sesak terutama saat tidur datar, dada tampak
menonjol, tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut
kempis dan menunjukan gambaran scapoid. Pulsasi
apeks jantung bergeser sehingga kadang-kadang
trletak di hemitoraks kanan.
memperlihatkan
massa
retrosternal
yaitu viskus yang berisi
udara
/
gambaran
serupa didaerah dorsal
jika
ada
hernia
boshdalek.
Rontgen
dada
menunjukan
adanya organ perut di
rongga dada.
Komplikasi
Pada hernia diafragmatika dapat terjadi penyulit seperti
perdarahan dan obstruksi.
Bila hernia besar mungkin terjadi insufisiensi kardiovaskular yang
dapat mengancam jiwa.
Strangulasi isi hernia. Lambung, usus, dan bahkan hati dan limpa
menonjol melalui hernia.
Jika hernianya besar biasanya paru-paru disisi hernia tidak
berkembang secara sempurnna. Setelah saat lahir, bayi akan
menangis dan bernapas sehingga usus akan segera terisi oleh
udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung dan menekan
paru-paru dan terjadilah sindrom gawat napas.
Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada hernia
diafragmatika Bochdalek antara lain 20% mengalami kerusakan
kongenital paru-paru dan 6-16% mengalami kelainan kromosom.
Penatalaksanaan
Anak ditidurkan dalam posisi duduk, dipasang
pipa NGT yang dengan teratur dihisap.
Diberikan antibiotik profilaksis dan selanjutnya
anak dipersiapkan untuk operasi.
Biasanya (70%) kasus ini disertai dengan
hipospadia paru. Pembedahan elektif perlu untuk
mencegah penyulit.
Tindakan darurat jika perlu, jika dijumpai
insufisiensi jantung paru pada neonatus.
Reposisi
hernia
dan
penutupan
defek
memberikan hasil baik.
DAFTAR PUSTAKA
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; Alih
bahasa Liliana Sugiharto; Ed 6. Jakarta : EGC
Salder Tw. Langman medical embriology. 12th . Mc. Graw Hill International
Book Company. 2012. P.174-83
Benjamin JR, Bizzaro MJ, Cotton C. 2011. Congenital Diaphragmatic Hernia.
American academy of pediatrics.
Sjamsuhidayat r, De Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Kays KW. Congenital Diaphragmatic Hernia and Neonatal Lung lesiaon. Surg
Clin n am 86. 2013 Jun: 395-52. Available from: http://www. Ohsu.edu
Steinborn Rh, raymond, hazel. 2010. Pediatric Congenital Diaphragmatic
Hernia. E-medicine pediatric
Cloherty JP, Eichenwald EC, stark AR. Manual of Neonatology Care. 6 th Ed.
Lippicott Williams & Wilkins;2004.p.621-23
Kinsella J, Ivy D, Abman SH. 2013. Pulmonary Vasodilator Therapy In
Congenital Diafrgamatic Hernia: Acute , Late And Chronic Pulmonary
Hypertension