Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK


DENGAN VARISES ESOFAGUS
MINGGU I DI RUANGAN GAMBIR RSAB HARAPAN KITA

Oleh:
Alisye Siahaya
NPM 2018980046

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
ASUHAN KEPERAWATAN VARISES ESOFAGUS

A. Pengertian

Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal


pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Esofagus adalah saluran yang
menghubungkan antara kerongkongan dan lambung (buku panduan kerja
mahasiwa STIK Muhammadiyah Pontianak).
Varises esofagus adalah konisi yang biasanya berhubungan dengan sirosis
dan hipertensi portal dimana vena di esofagus kecil menjadi distensi serta ruptur
akibat dari peningkatan tekanan dalam sistem portal (Yasmin Asih dkk, 1998)
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal
pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Varises esofagus terjadi jika
aliran darah menuju hati terhalang. Aliran tersebut akan mencari jalan lain, yaitu
ke pembuluh darah di esofagus, lambung, atau rektum yang lebih kecil dan lebih
mudah pecah. (buku ajar patologi vol.2)
Menurut kelompok varises esofagus adalah pembesaran abnormal pada
pembuluh darah vena. Akibat ketidakseimbangan antara tekanan aliran darah dan
kemampuan pembuluh darah maka muncul lah pembesaran abnormal pada
pembuluh darah vena.

B. Etiologi

Berbagai penyakit terlibat dalam aliran darah vena porta dan menghasilkan
peningkatan tekanan vena porta sehingga membentuk varises esophagus.
Penyebab peningkatan vena porta bisa diklasifikasikan berdasarkan prehepatik,
intrahepatic dan posthepatic.
Varises esofagus biasanya merupakan komplikasi sirosis hati. Sirosis adalah
penyakit yang ditandai dengan pembentukan jaringan parut di gati. Penyebabnya
antara lain hepatitis B dan C atau konsumsi alkohol dalam jumlah besar. Penyakit
lain yang dapat menyebabkan sirosis adalah tersumbatnya saluran empedu.
Beberapa keadaan lain yang juga dapat menyebabkan varises esofaghus antara
lain:
1. Trombosis
Adanya bekuan darah di vena porta atau vena splenikus. Suatu bekuan
darah dalam vena portal atau di vena lienalis yang feed ke dalam vena
portal, bisa menyebabkan varises esophagus.
2. Sarkoidosis
Ini penyakit radang dimulai di paru – paru, tetapi dapat mempengaruhi
hampir setiap organ dalam tubuh termasuk hati. Hal ini jarang
menyebabkan sirosis.
3. Schistomiasis
Infeksi parasit ini mempengaruhi jutaan orang di negara berkembang,
khususnya bagian Afrika, Amerika Selatan, Karibia, Timur Tengah dan
Asia Tenggara. Hal ini dapat merusak hati serta paru-paru, usus dan
kandung kemih.
4. Sindrom Budd – Chiari
Dalam kondisi yang jarang, gumpalan darah menyumbat pembuluh darah
yang membawa darah keluar dari hati Anda.
5. Gagal jantung kongestif yang parah;
Hal ini terjadi ketika hati tidak dapat memompa cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Pada gagal jantung kongestif, darah
punggung sampai ke vena antara hati dan sisi kanan jantung anda,
meningkatkan tekanan darah dalam vena portal.

C. Patofisiologi

Varises esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran
tersebut akan mencari jalan lain yaitu ke pembuluh darah di esofagus, lambung
atau rektum yang lebih kecil dan lebih mudah pecah. Tidak imbangnya antara
tekanan aliran darah dengan kemampuan pembuluh darah mengakibatkan
pembesaran pembuluh darah (varises).
Mayoritas darah dari kerongkongan yang dikeringkan melalui vena esofagus
yang membawa terdeoksigenasi darah dari kerongkongan ke vena azigos yang
pada gilirannya mengalir langsung ke dalam vena cava superior. Vena ini tidak
memiliki bagian dalam pengembangan varises kerongkongan. Darah yang tersisa
dari kerongkongan yang mengalir ke vena permukaan lapisan mukosa esofagus,
yang mengalir ke pembuluh darah koroner (\kiri vena lambung) yang pada
gilirannya mengalir langsung ke dalam vena portal. Vena superfisial (biasanya
hanya sekitar 1mm diameter) menjadi buncit sampai dengan 1 – 2 cm diameter
dalam hubungan dengan hipertensi portal. Tekanan normal portal adalah sekitar 9
mmHg dibandingkan dengan tekanan vena cava inferior dari 2-6 mmHg. Hal ini
menciptakan gradien tekanan normal 3-7 mmHg. Jika naik tekanan portal diatas
12mmHg, gradien ini meningkat menjadi 7-10 mmHg. Sebuah gradien yang lebih
besar dari 5 mmHg dianggap hipertensi portal . Pada gradien yang lebih besar dari
10 mmHg.
Aliran darah meskipun sistem portal hepatik yang diarahkan dari hati ke
daerah dengan tekanan vena rendah. Ini berarti bahwa sirkulasi agunan
berkembang di bawah kerongkongan, dinding perut, perut, dan rektum. Pembuluh
darah kecil di daerah ini menjadi buncit, menjadi lebih tipis berdinding, dan
muncul sebagai varicosities. Selain itu, kapal ini kurang didukung oleh struktur
lain, karena mereka tidak dirancang untuk tekanan tinggi. Dalam situasi di mana
portal tekanan meningkat, seperti dengan sirosis, ada pelebaran pembuluh darah di
anastomosis, yang mengarah ke varises kerongkongan. Trombosis vena limpa
adalah suatu kondisi yang jarang yang menyebabkan varises kerongkongan tanpa
tekanan portal mengangkat. splenektomi dapat menyembuhkan pendarahan
variceal karena trombosis vena limpa. Varises juga dapat terbentuk di daerah lain
dari tubuh, termasuk perut ( varises lambung ), duodenum ( varises duodenum ),
dan rektum ( varises dubur ). Pengobatan jenis varises mungkin berbeda.
D. Manifestasi Klinis

Keluhan yang ditimbulkan oleh varises esofagus sendiri sebetulnya tidak


ada. Yang seringkali adalah timbulnya perforasi dan terjadi perdarahan yang
masif, yaitu hematemesis dan melena. Jadi yang dapat menimbulkan
perdarahan sebagian besar varises berwarna kemerahan. Tanda-tanda
perdarahan kadang-kadang adalah enselopati hepatic. Hipovolemia dan
hipotensi dapat terjadi bergantung pada jumlah dan kecepatan kehilangan
darah (Anisa, 2015).

E. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada persiapan khusus pada pasien yang akan di lakukan pemeriksaan
diagnostic, akan tetapi pada pemeriksaan endoskopi biasanya pasien di
puasakan dan lambung dikosongkan (Anisa, 2015)
1. Laboratorium:
 Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Ht, peningkatan leukosit
 Elektrolit: penurunan kalium serum; peningkatan natrium, glukosa serum
dan laktat
 Profil hematologi: perpanjangan masa protrombin, tromboplastin
 Gas darah arteri: alkalosis respiratori, hipoksemia.
2. Pemeriksaan Radiologis:
 Pemeriksaan radiologis barium meal
Pemeriksaan radiologis barium meal dapat melihat varises untuk
konfirmasi adanya hipertensi porta
 USG
Ultrasonografi (USG) sudah secara rutin digunakan karena
pemeriksaannya non invasif dan mudah digunakan, namun
sensitivitasnya kurang. Pemeriksaan hati yang bisa dinilai dengan USG
meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan adanya
massa. Pada sirosis lanjut hati mengecil dan nodular, permukaan
irregular, dan ada peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu, USG
juga bisa untuk melihat asites, splenomegali, trombosis vena porta, dan
pelebaran vena porta, serta skrining adanya karsinoma hati pada pasien
sirosis.
 Esofasogram
Esofasogram untuk daerah esopagus dan double contrast untuk lambung
dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi
terutama pada 1/3 distal esopagus, kardia dan fundus lambung untuk
mencari ada tidaknya varises
 Endoskopi
Untuk menentukan asal dan sumber perdarahan. Pemeriksaan
esofagogastroduodenoskopi merupakan pemeriksaan penunjang yang
paling penting karena dapat memastikan diagnosis pecahnya varises
esofagus atau penyebab perdarahan lainnya dari esofagus, lambung dan
duodenum. Penyebab perdarahan dapat disebabkan oleh satu atau lebih
penyebab, sehingga dengan diketahui pasti penyebabnya maka
penatalaksanaan dapat lebih optimal.

F. Penatalaksanaan

Perdarahan pada varises esofagus harus segera diatasi, jika tidak dapat
terjadi kematian. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi perdarahan
antara lain(Agus, 2009) :
1. Ligasi varises
Mengikat pembuluh darah yang sedang berdarah dengan pita elastis. Ini
adalah pengobatan pilihan untuk perdarahan varices esophagus. Selama
prosedur ini, dokter menggunakan endoskopi untuk menjerat varises
dengan band elastis, yang pada dasarnya mencekik pembuluh darah.
Ligasi Variceal biasanya menyebabkan komplikasi serius lebih sedikit
daripada perlakuan lainnya. Ini juga kurang kemungkinan
mengakibatkan pendarahan berulang.
2. Terapi injeksi endoskopi
Menyuntik pembuluh darah dengan larutan tertentu agar pembuluh darah
tersebut berhenti berdarah. Pada prosedur ini, perdarahan varises yang
disuntikkan dengan solusi yang menyusut mereka. Pendarahan biasanya
dikendalikan setelah perawatan satu atau dua, namun komplikasi dapat
terjadi, termasuk perforasi kerongkongan dan parut pada esofagus yang
dapat menyebabkan gangguan menelan (disfagia).
3. Obat – obatan
Obat berjudul A octreotide (Sandostatin, Sandostatin LAR sering
digunakan dalam kombinasi dengan terapi endoskopi untuk mengobati
perdarahan dari varises kerongkongan). Octreotide bekerja dengan
mengurangi tekanan di varises. Obat ini biasanya berlangsung selama
lima hari setelah episode perdarahan.
4. Balon tamponade
Prosedur ini kadang-kadang digunakan untuk menghentikan pendarahan
parah sambil menunggu prosedur yang lebih permanen. Tabung A
dimasukkan melalui hidung dan ke dalam perut dan kemudian
meningkat. Tekanan terhadap pembuluh darah sementara dapat
menghentikan pendarahan.
5. Pintasan portosistemik intrahepatik transjugularis.
Shunt. Dalam prosedur ini, disebut portosystemic shunt intrahepatik
transjugular (TIPS), tabung kecil yang disebut shunt ditempatkan antara
vena portal dan vena hati, yang membawa darah dari hati kembali ke
jantung. Tabung ini tetap terbuka dengan stent logam. Dengan
menyediakan jalur buatan untuk darah melalui hati, shunt sering dapat
mengontrol perdarahan dari varises kerongkongan. Tapi TIPS dapat
menyebabkan sejumlah komplikasi serius, termasuk gagal hati dan
ensefalopati, yang dapat berkembang ketika racun yang biasanya akan
disaring oleh hati dilewatkan melalui shunt langsung ke dalam aliran
darah. TIPS terutama digunakan ketika semua pengobatan lain gagal atau
sebagai tindakan sementara pada orang menunggu pencangkokan hati.

G. Komplikasi

Kompikasi utama varises esofaghus adalah perdarahan. Varises esofaghus


biasanya rentan tejadi perdarahan ulang, terutama dalam 48 jam pertama.
Kemungkinan terjadi perdarahan ulang juga meningkat pada penderita usia
tua, gagal hati atau ginjal dan pada peminum alcohol (Chris, 2014).
Komplikasi varises esofaghus adalah :
1. Syok hipovolemik
Karena adanya varises esophagus mengakibatkan terjadinya pendarahan,
sehingga pasien akan mengalami syok hipovolemik yang mengakibatkan
pasien kehilangan darah secara akut/kehilangan cairan.
2. Ensefalopati
Ensefalopati berarti penyakit pada otak.contohnya ensefalopati anoksik
umumnya merujuk pada kerusakan otak permanen.
3. Infeksi, misalnya pneumonia aspirasi
H. Masalah Keperawatan yang Muncul

1. Perdarahan berhubungan dengan ruptur pembuluh darah


2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai
darah dan O2 ke jaringan
3. Resiko syok berhubungan dengan ruptur pembuluh darah
4. Resiko infeksi berhubungan dengan iritasi pada membran mukosa
5. Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan
anak

I. Data yang perlu di kaji

Pengkajian pada pasien dengan varises esofagus, meliputi pengkajian


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengkajian diagnostik. Pada pengkajian
anamnesis, keluhan utama pada pasien varises esofagus bervariasi sesuai
dengan manifestasi klinik yang terjadi akibat dari varises esofagus yang
mempengaruhi sistem organ. Pada varises esofagus tanpa perdarahan
biasanya keluhan masih umum, tetapi biasa mendapatkan keluhan
ketidaknyamanan abdomen, mual, muntah, serta anoreksia atau keram otot –
otot abdomen. Pada pasien varises esofagus dengan perdarahan, keluhan
utama yang sering ditemukan adalah hematemesis dan melena.
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan untuk menggali peremasalahan
pada pasien varises esofagus. Pada riwayat keshatan didapatkan adanya
keluhan utama lemah, malaise, penurunan berat badan, perubahan pada urin
menjadi ikterik atau menjadi gelap, gatal – gatal (biasanya berhubungan
dengan obstruksi kantung empedu atau sirosis hati), edema atau asites, dan
impotensi atau gangguan seksual.
Penting bagi perawat untunk mengkaji penyakit masa lalu, riwayat dirawat
dengan penyakit hati atau riwayat hematemeis atau melena serta riwayat
pengguanan obat – obatan masa lalu yang baisa digunakan. Perawat juga
mengkaji pola hidup tentang adanya kebiasaan penggunaan alkohol.
Pengkajian riwayat keluarga dilakukan untuk mengidentifikasi adanya
hubungan penyakit wilson pada generasi terdahulu (Azer,2009). Pengkajian
psikososial didapatkan adanya kecemasan akan kondisi penyakit dan pada
beberapa pasien perlu mendapat pemenuhaninformasi kesehatan.
Pada pemerikasaan fisik, perawat memulai dengan pemeriksaan keadaan
umum dan tingkat kesadaran, khususnya apabila ada riwayat hematemesis-
melena masif. Pemeriksaan TTV merupakan pemeriksaan penting yang harus
dilakukan pada saat penemuan pertama kali. Hipotensi dan brakardia biasa
didapatkan. Hal ini untuk mendeteksi adanya tanda-tanda syok hipovolemik
akibat perdarahan masif. Pada kondisi kronis biasanya didapatkan pasien
terlihat kurus dan penurunan berat badan.
Pemeriksaan fokus pada varises esofagus adalah:

1. Inspeksi
Pasien biasanya terlihat pucat (berhubungan dengan pengeluaran darah
dari intravaskular secara progresif), ikterus (berhubungan dengan
kegagalan fungsi hati), sianosis akibat penurunan saturasi oksigen.
Peningkatan frekuensi napas dan usaha bernapas. Ketidaknyaman pada
abdomen, ekspresi nyeri pada saat palpasi ringan abdomen, edema, asites,
hematemesis, melena. Periksa adanya distensi vena abdominal.
Didapatkan adanya perubahan urine menjadi kuning tua (ikterik) atau
menjadi gelap dan dan atrofi dari testis(Azer,2009). Pada pemeriksaan
rektal, lihat adanya perubahan warna feses menjadi lebih gelap
menandakan perdarahan saluran gastroentestinal atas

2. Auskultasi

Peningkatan peristaltik usus

3. Perkusi

Nyeri ketuk abdomen


4. Palpasi

Nyeri tekan abdomen region hipokondrium kanan dan kiri atau dibawah
iga (Azer,2009). Didapatkan adanya pembesaran kelenjar parotis (yang
didapat pada pasien disertai alkoholisme dan malnutrisi), pembesaran
limpa (splenomegali).
J. Intervensi dan Rasional
Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Perdarahan b/d ruptur Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya tanda-tanda 1. Mengidentifikasi secara
pembuluh darah keperawatan, diharapkan dan gejala perdarahan dini terjadinya perdarahan
perdarahan dapat teratasi misalnya hematemesis, serta dapat menentukan
dengan kriteria hasil : melena, hematuria, hemaptue rencana intervensi lanjutan
- Tanda-tanda vital dalam hematokesia
rentang normal 2. Ukur tanda-tanda vital 2. Mengetahui keadaan umum
- Perdarahan berkurang atau pasien
tidak ada 3. Observasi tanda-tanda 3. Nadi cepat dan dangkal,
hipovolemik syok hipotensi dan CRT >2 detik
merupakan tanda-tanda
terjadinya syok.
4. Memonitor hasil 4. Menunjang tindakan
pemeriksaan laboratorium keperawatan selanjutnya
5. Lindungi pasien terhadap 5. Meminimalisir/
cidera dan jatuh mengurangi resiko
terjadinya perdarahan
6. Monitor efek samping 6. Efek antikoagulan dapat
pemberian obat antikoagulan meningkatkan perdarahan
(misalnya: heparin) karena bersifat
mengencerkan darah.
7. Berikan diet lunak dan 7. Diet lunak dan tidak
makanan yang tidak merangsang panas dapat
merangsang (pedas, panas, mencegah terjadinya
asin, asam dan keras) kontraksi yang dapat
memicu perdarahan.
8. Menghitung tetesan cairan 8. Mengukur jumlah cairan
intravena R/L yang masuk sesuai
instruksi dokter
9. Berikan edukasi tentang 9. Meningkatkan pengetahuan
tanda-tanda dari perdarahan pasien mengenai tanda-
tanda perdarahan serta
tindakan apa yang harus
dilakukan ketika
menemukannya.
10. Kolaborasi dengan dokter 10. Dalam pemeriksaan
untuk terapi dalam lab penurunan kadar
pemberian obat, cairan trombosit dan hematokrit
parental dan pemeriksaan dapat menjadi indikasi
laboratorium terjadinya perdarahan
Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur tanda-tanda vital 1. Peningkatan nadi dengan
jaringan perifer berhubungan keperawatan, 3x8 jam penurunan TD dapat
dengan perdarahan diharapkan perfusi perifer menunjukkan kehilangan
normal degan kriteria hasil : volume darah sirkulasi.
- Tanda-tanda vital dalam 2. Monitor CRT dan tanda- 2. Peningkatan CRT >2 detik
rentang normal tanda sianosis dan sianosis merupakan
- Saturasi oksigen dalam tanda sirkulasi perifer tidak
rentang normal adekuat
- CRT dalam rentang normal 3. Monitor intake dan output 3. Mengetahui keseimbangan
- Denyut perifer teraba dan volume cairan
kuat 4. Kolaborasi : 4. – pemberian terapi obat
- Akral teraba hangat - Pemberian terapi obat dapat membantu untuk
- Pemberian cairan parental mengontrol atau
- Pemeriksaan laboratorium. menghilangkan perdarahan.
- Pemberian cairan parental
berguna untuk mengganti
cairan yang hilang akibat
perdarahan
- Pemeriksaan darah
membantu mengetahui
kandungan dalam darah
serta dapat mendeteksi
terjadinya perdarahan.
Resiko infeksi b/d tindakan Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
invasif (post ligasi varises keperawatan, diharapkan tidak umum pasien
esofagus) ada resiko infeksi dengan 2. Monitor tanda-tanda infeksi 2. Kemerahan, peningkatan
kriteria hasil: suhu tubuh merupakan
- Tanda-tanda vital dalam tanda terjadinya proses
batas normal infeksi
- Hasil pemeriksaan 3. Monitor pemasangan alat 3. Mengidentifikasi tanda
laboratorium normal invasif lain, seperti IVFD tanda terjadinya infeksi
(area pemasangan infus, pada area pemasangan alat
waktu dan tanggal invasif apak terjadi
pemasangan infus), perdarahan
jadwalkan untuk mengganti
posisi infus.
4. Kaji tanda dan penyebab 4. Meningkatkan pengetahuan
proses infeksi pasien dan keluarga
sehingga dapat melakukan
tindakan yang tepat ketika
ditemukan tanda
perdarahan.
5. Berikan edukasi tentang 5. -Pemberian terapi obat
tanda-tanda infeksi dapat membantu untuk
mengontrol atau
menghilangkan perdarahan.
- Perubahan pada kadar
leukosit dapat menjadi
salah tanda terjadinya
proses infeksi.
6. Kolaborasi: 6. Perubahan nilai leukosit
- Pemberian terapi obat dapat menjadi tanda
- pemeriksaan terjadinya proses infeksi.
laboratorium
Ansietas orang tua Setelah dilakukan tindakan NIC:
berhubungan dengan keperawatan, ansietas  Anxiety Reduction
perubahan status kesehatan berkurang a. Identifikasi tingkat a. Mengidentifikasi seberapa
anak kecemasan orang tua dan jauh penyakit anak
NOC: keluarga menyebabkan kecemasan
 Anxiety self-control pada pasien, orang tua dan
 Anxiety level keluarga yang merupakan
pedoman dalam
Kriteria Hasil: b. Jelaskan semua prosedur menentukan intervensi
a. Mampu mengidentifikasi dan apa yang dirasakan yang tepat bagi pasien
dan mengungkapkan gejala selama prosedur b. Memfasilitasi pengetahuan
cemas orang tua dan keluarga
b. Mengidentifikasi, c. Pahami perspektif orang terhadap tindakan yang
mengungkapkan dan tua dan keluarga terhadap akan dilakukan dan
menunjukkan teknik untuk kecemasan memberi ketenangan pada
mengontrol cemas anak
c. Tanda-tanda vital dalam d. Dorong keluarga untuk c. Membantu menentukan
rentang normal senantiasa menemani teknik untuk mengurangi
d. Postur tubuh ekspresi anak dan memberikan kecemasan
wajah, bahasa tubuh dan ketenangan pada anak
tingkat aktivitas e. Bantu orang tua dan d. Mencegah orang tua dan
menunjukkan berkurangnya keluarga untuk mengenal keluarga mengalami
kecemasan situasi yang dapat ansietas yang berlebihan
menyebabkan cemas
f. Berikan informasi e. Mencegah orang tua dan
mengenai kondisi keluarga mengalami
penyakit anak cemas yang berulang
g. Dorong anak, orang tua akibat ketidakmampuan
dan keluarga untuk dalam mengenal situasi
mengungkapkan f. Memfasilitasi pengetahuan
perasaan, ketakutan, dan orang tua dan keluarga
persepsi terhadap rasa mengenai kondisi
sakit yang dialaminya penyakitnya dan memberi
ketenangan pada anak
g. Mengurangi beban
terhadap ansietas yang
dirasakan
Daftar Pustaka

http://exkasaputra.blogspot.com/2012/10/varises-esovagus.html

Wilkinson, J. M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC


dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai