PENDAHULUAN
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai oleh pelebaran pembuluh
darah vena di esofagus bagian bawah. Varises esophagus muncul akibat adanya
obstruksi aliran darah menuju hepar. Obstruksi ini bisa berupa jaringan parut pada
hati yang disebabkan oleh penyakit hati. Hal ini menyebabkan peningkatan
tekanan vena portal (>10 mmHg) yang menetap atau biasa disebut juga hipertensi
portal. Adanya hipertensi portal akan mendistensi vena proksimal ke tempat
obstruksi dan meningkatkan tekanan kapiler pada organ yang dialiri oleh
pembuluh darah vena yang terobstruksi, salah satunya adalah esofagus.
Ketidakseimbangannya tekanan aliran darah dan kemampuan pembuluh darah
mengakibatkan pembesaran pembuluh darah (varises), bahkan bisa sampai pecah.
Perdarahan varises esophagus mempunyai rata-rata morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan perdarahan saluran cerna bagian atas
lainnya seperti ulkus peptikum. Penderita varises esophagus yang telah
mengalami perdarahan memiliki kesempatan 70% mengalami perdarahan ulang
dan sekitar sepertiga dari episode perdarahan lebih lanjut yang lebih fatal.
Kelainan terkait dalam system ginjal, paru, kardiovaskular dan kekebalan tubuh
pada pasien dengan varises esofagus berkontribusi sebesar 20-65% dalam
mengakibatkan kematian.
Bila tidak diterapi, mortalitas varises esophagus adalah 30-50%, namun
bila dilakukan terapi maka mortalitasnya menurun hingga 20%. Angka kematian
tertinggi terjadi pada beberapa hari pertama hingga beberapa minggu perdarahan
awal, karena itu intervensi dini sangat penting untuk mempertahankan
kelangsungan hidup. Intervensi dini ini diperlukan karena perdarahan pada traktus
gastrointestinal atas potensial mengancam jiwa, sehingga harus ditangani dengan
cepat dan tepat serta mendapatkan penanganan medis yang agresif untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan (3).
Varises esofagus biasanya merupakan komplikasi dari sirosis hepar.
Sekitar 50% penderita sirosis hati akan ditemukan varises esofagus, dan sepertiga
pasien dengan varises akan terjadi perdarahan yang serius dari varisesnya tersebut
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Varises esofagus adala terjadinya distensi vena submukosa yang
diproyeksikan ke dalam lumen esofagus pada pasien dengan hipertensi portal.
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan aliran darah portal lebih dari 10
mmHg yang menetap, sedangkan tekanan aliran darah portal dalam keadaan
normal sekitar 5-10 mmHg (Dite P. et al, 2007; Block B. et al, 2004; Azer &
Katz, 2010).
B. Epidemiologi
Terdapat perbedaan populasi penyyebab atau sumber perdarahan
saluran cerna bagian atas di Negara-negara barat dan di Indonesia. Di Negaranegara Barat, ulkus peptikum menduduki peringkat teratas (50-60%) sebagai
penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas, dan varises esofagus hanya
sekitar 10%. Sedangkan di Indoneisa, varises esofagus menduduki peringkat
pertama penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas.
Sebagian besar kasus perdarahan saluran cerna bagian atas di
Indonesia yaitu sebanyak 70-80%, diakibatkan oleh varises esofagus. Dari
1673 kasus perdarahan saluran cerna bagian atas di SMF Penyakit Dalam
RSUD dr.Soetomo Surabaya, 76,9% disebabkan oleh pecahnya varises
esofagus, 19,2% disebabkan oleh gastritis esofagus, 1% disebabkan oleh tukak
peptic, 0,6% disebabkan oleh tukak lambung dan 2,6% karena sebab-sebab
lain.
Varises paling sering terjadi pada beberapa sentimeter esofagus
bagian distal meskipun varises dapat terbentuk dimanapun di sepanjang
traktus gastrointestinal. Sekitar 50% pasien dengan sirosis akan terjadi varises
gastroesofagus dan sekitar 3070% akan terbentuk varises esofagus. Sekitar
430% pasien dengan varises yang kecil akan menjadi varises yang besar
setiap tahun dan karena itu mempunyai risiko akan terjadi perdarahan (Dite P.
et al, 2007; Azer & Katz, 2010).
Walaupun pengelolaan perdarahan gastrointestinal telah banyak
berkembang namun mortalitasnya relatif tidak berubah, masih berkisar 8-10%.
Hal ini dikarenakan bertambahnya kasus perdarahan dengan usia lanjut dan
akibat komorbiditas yang menyertai (Pangestu, 2009).
C. Anatomi
Dinding Esofagus
Esofagus merupakan suatu organ berbentuk silindris berongga
dengan panjang sekitar 18-26 cm. Esofagus menghubungkan antara faring dan
lambung. Batas proksimal esofagus adalah sfingter esofagus atas, yang
berjalan ke distal sampai mediastinum posterior seperti cekungan tabung otot
hingga sfingter esofagus bawah. Esofagus merupakan bagian fungsional yang
secara anatomis berhubungan dengan pertemuan antara muskulus konstriktor
faring dengan krikofaring. Esofagus merupakan pusat kontraksi tonik,
berdinding tebal, terdapat otot polos sirkuler yang panjangnya 2-4 cm, sampai
hiatus diafragma (Ala I. et al, 2001).
Dinding esofagus terdiri dari 4 lapis yaitu: mukosa, submukosa,
muskularis propria dan adventisia. Esofagus tidak terdapat lapisan serosa
sehingga merupakan saluran cerna yang unik. Mukosa normal terdiri dari
epitel berlapis pipih, antara muskularis propria dan mukosa terdapat aliran
limfatik yang berasal dari muskularis propria. Muskularis propria terdiri dari
otot bergaris dan otot polos yaitu pada bagian proksimal otot bergaris, bagian
tengah otot bergaris dan polos dan pada bagian distal otot polos. Otot lapisan
dalam tersusun sirkuler dan lapisan luar longitudinal (Gambar 1) (Jane Y. et al,
2003; Ala I. et al, 2001).
Vaskularisasi
Vaskularisasi esofagus mengikuti pola segmental. Pada esofagus
bagian atas disuplai oleh cabang-cabang arteria tiroidea inferior dan subklavia,
bagian tengah disuplai oleh cabang-cabang segmental aorta dan arteria
bronkialis, sedangkan bagian subdiafragmatika disuplai oleh arteria gastrika
sinistra dan frenika inferior. Aliran darah vena juga mengikuti pola segmental.
Vena-vena esofagus daerah leher mengalirkan darah ke vena azigos dan
hemiazigos, yang selanjutnya ke vena kava superior, dan di bawah diafragma
vena esofagus mengalir ke vena gastrika sinistra, yang selanjutnya ke vena
porta (Price & Wilson, 2002).
Pembuluh darah sistem gastrointestinal merupakan bagian dari sistem
yang disebut sirkulasi splanknik. Sirkulasi ini meliputi aliran darah dari usus,
limpa, pankreas dan hati. Model dari sistem ini adalah sedemikian rupa
sehingga semua darah yang melewati usus, limpa, dan pankreas akan menuju
ke hati melalui vena porta. Aliran darah pada vena porta, yang berasal dari
aliran darah vena mesenterika superior (vena mesenterika inferior mengalir ke
vena splenika) dan vena splenika, membawa sekitar 1500 ml darah per menit.
Suplai darah ke hati ini adalah sekitar 80% (Azer & Katz, 2010; Price &
Wilson, 2002).
Di dalam hati, darah akan mengalir melewati berjuta-juta sinusoid hati
(saluran vaskuler intrahepatik) yang sangat kecil dan akhirnya meninggalkan
hati melalui vena hepatika yang masuk ke dalam vena kava dari sirkulasi
sistemik (Gambar 2) (Guyton & Hall, 2002).
D. Etiologi
Etiologi terjadinya varises esofagus dan hipertensi portal adalah
penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi aliran darah portal. Etiologi ini
dapat diklasifikasikan sebagai prehepatik, intrahepatik, dan pascahepatik
(Tabel 1) (Azer & Katz, 2010).
Prehepatik
Trombosis vena plenik
Trombosis vena porta
Kompresi ekstrinsik
pada vena porta
intrahepatik
Fibrisis hepatik kongenital
Hipertensi portal idiopatik
Tuberkulosis
Schistosomiasis
Sirosis bilier primer
Sirosis alkoholik
Sirosis virus hepatitis B
Sirosis virus hepatitis C
Penyakit wilson
Defisiensi antitripsin alfa-1
Hepatitis aktif kronis
Hepatitis fulminan
Pascahepatik
Sindroma BuddChiari
Trombosis vena
kava inferior
Perikarditis
konstriktif
Penyakit hati
venooklusif
E. Patofisiologi
Sirosis merupakan fase akhir dari penyakit hati kronis yang paling
sering menimbulkan hipertensi portal. Tekanan vena porta merupakan hasil
dari tahanan vaskular intrahepatik dan aliran darah pada portal bed. Pada
sirosis, tahanan vaskular intrahepatik dan aliran porta keduanya sama-sama
meningkat (Dite P. et al, 2007).
Gambar 3.
sistemik dapat membesar agar aliran darah dapat menghindari (bypass) tempat
yang obstruksi sehingga dapat secara langsung masuk dalam sirkulasi sistemik
(Azer & Katz, 2010).
Hipertensi portal paling baik diukur secara tidak langsung dengan
menggunakan wedge hepatic venous pressure (WHVP). Perbedaan tekanan
antara sirkulasi porta dan sistemik (hepatic venous pressure gradient, HVPG)
sebesar 1012 mmHg diperlukan untuk terbentuknya varises. HVPG yang
normal adalah sekitar 510 mmHg. Pengukuran tunggal berguna untuk
menentukan prognosis dari sirosis yang kompensata maupun yang tidak
kompensata, sedangkan pengukuran ulang berguna untuk memonitoring
respon terapi obat-obatan dan progresifitas penyakit hati (Dite P. et al, 2007;
Azer & Katz, 2010).
Bila tekanan pada dinding vaskuler sangat tinggi dapat terjadi
pecahnya varises. Kemungkinan pecahnya varises dan terjadinya perdarahan
akan meningkat sebanding dengan meningkatnya ukuran atau diameter varises
dan meningkatnya tekanan varises, yang juga sebanding dengan HVPG.
Sebaliknya, tidak terjadi perdarahan varises jika HVPG di bawah 12 mmHg.
Risiko perdarahan ulang menurun secara bermakna dengan adanya penurunan
dari HVPG lebih dari 20% dari baseline. Pasien dengan penurunan HVPG
sampai <12 mmHg, atau paling sedikit 20% dari baseline, mempunyai
kemungkinan yang lebih rendah untuk terjadi perdarahan varises berulang,
dan juga mempunyai risiko yang lebih rendah untuk terjadi asites, peritonitis
bakterial dan kematian (Dite P. et al, 2007).
Beberapa penelitian menunjukkan peranan endotelin-1 (ET-1) dan
nitric oxide (NO) pada patogenesis hipertensi porta dan varises esofagus.
Endotelin-1 adalah vasokonstriksi kuat yang disintesis oleh sel endotel
sinusoid yang diimplikasikan dalam peningkatan tahanan vaskuler hepatik
pada sirosis dan fibrosis hati. Nitric oxide adalah vasodilator, yang juga
disintesis oleh sel endotelial sinusoid. Pada sirosis hati, produksi NO
menurun, aktivitas endothelial nitric oxide synthase (eNOS) dan produksi
nitrit oleh sel endotelial sinusiod berkurang (Azer & Katz, 2010).
F. Klasifikasi
Varises esofagus biasanya dimulai dari esofagus bagian distal dan
akan meluas sampai ke esofagus bagian proksimal bila lebih lanjut. Berikut ini
adalah derajat dari varises esofagus berdasarkan gambaran endoskopis
(Gambar 4) (Block B. et al, 2004):
I
: Distensi vena masih terbatas pada mukosa esofagus
II
: Isolated. Varises lurus, masih terbatas permukaan, muncul ke arah
III
IV
(>5mm)
: Obstruksi lumen hampir total dan sangat berisiko mengalami
perdarahan.
G. Penegakan Diagnosis
Varises esofagus biasanya tidak memberikan gejala bila varises
belum pecah yaitu bila belum terjadi perdarahan. Oleh karena itu, bila telah
ditegakkan diagnosis sirosis hendaknya dilakukan skrining diagnosis melalui
pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi (EGD) yang merupakan standar
baku emas untuk menentukan ada tidaknya varises esofagus. Pada pasien
dengan sirosis yang kompensata dan tidak didapatkan varises, ulangi EGD
setiap 23 tahun, sedangkan bila ada varises kecil, maka pemeriksaan EGD
diulangi setiap 12 tahun. Pada sirosis yang dekompensata, lakukan
pemeriksaan EGD setiap tahun. Efektivitas skrining dengan endoskopi ini bila
ditinjau dari segi biaya, masih merupakan kontroversi, maka untuk keadaankeadaan tertentu disarankan untuk menggunakan gambaran klinis, seperti
jumlah platelet yang rendah, yang dapat membantu untuk memprediksi pasien
yang cenderung mempunyai ukuran varises yang besar (Vaezi et al, 2006).
Bila standar baku emas tidak dapat dikerjakan atau tidak tersedia,
langkah diagnostik lain yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan
ultrasonografi Doppler dari sirkulasi darah (bukan ultrasonografi endoskopik).
Alternatif pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan radiografi dengan menelan
barium dari esofagus dan lambung, dan angiografi vena porta serta manometri
(Dite P. et al, 2007; Vaezi et al, 2006; Bendtsen F. et al, 2008).
Pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, sangatlah penting menilai
lokasi (esofagus atau lambung) dan besar varises, tanda-tanda adanya
perdarahan yang akan terjadi (imminent), perdarahan yang pertama atau
perdarahan yang berulang, serta bila mungkin untuk mengetahui penyebab
dan beratnya penyakit hati (Dite P. et al, 2007).
Varises esofagus biasanya dimulai dari esofagus bagian distal dan
akan meluas sampai ke esofagus bagian proksimal bila lebih lanjut. 2 Pada
pemeriksaan endoskopi didapatkan gambaran derajat 1, terjadi dilatasi vena
(<5 mm) yang masih berada pada sekitar esofagus. Pada derajat 2 terdapat
dilatasi vena (>5 mm) menuju kedalam lumen esofagus tanpa adanya
obstruksi. Sedangkan pada derajat 3 terdapat dilatasi yang besar, berkelokkelok, pembuluh darah menuju lumen esofagus yang cukup menimbulkan
obstruksi. Dan pada derajat 4 terdapat obstruksi lumen esofagus
hampir
lengkap, dengan tanda bahaya akan terjadinya perdarahan (cherry red spots)
(Ala I. et al, 2001)
Setelah varises esofagus telah diidentifikasi pada pasien dengan
sirosis, risiko terjadinya perdarahan varises adalah sebesar 25-35 %. Oleh
karena sirosis hati akan mempunyai prognosis buruk dengan adanya
perdarahan varises, maka penting untuk dapat mengidentifikasi mereka yang
berisiko tinggi dan pencegahan kejadian perdarahan pertama. Perdarahan
varises esofagus biasanya tanpa rasa sakit dan masif, serta berhubungan
dengan tanda perdarahan saluran cerna lainnya, seperti takikardi dan syok.
Faktor risiko untuk perdarahan pada orang dengan varises adalah derajat
hipertensi portal dan ukuran dari varises. Varises sangat tidak mungkin untuk
terjadi perdarahan jika tekanan portal < 12 mmHg (Vaezi et al, 2007; Ala I. et
al, 2001).
Perdarahan varises didiagnosis atas dasar ditemukannya satu dari
penemuan pada endoskopi, yaitu tampak adanya perdarahan aktif,
white
nipple, bekuan darah pada varises (Dite P. et al, 2007). Sedangkan adanya red
wale markings atau cherry red spots yang menandakan baru saja
mengeluarkan darah atau adanya risiko akan terjadinya perdarahan (Gambar
5) (Block B. et al, 2004).
Cherry-red spots
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan perdarahan gastrointestinal adalah stabilisasi
hemodinamik dan meminimalkan komplikasi. Resusitasi awal harus dengan
cairan intravena dan produk darah, serta penting perlindungan pada saluran
nafas. Setelah dicapai hemodinamik yang stabil, namun bila perdarahan terus
berlanjut hendaknya dilakukan pemeriksaan endoskopi untuk melihat sumber
perdarahan, dan untuk identifikasi kemungkinan pilihan terapi seperti
skleroterapi, injeksi epineprin atau elektrokauter (Bendtsen F. et al, 2008; Ala
I. et al, 2001).
Terapi Farmakologi
Prinsip pemberian farmakoterapi adalah menurunkan tekanan vena
porta dan intravena. Hanya ada dua farmakoterapi yang direkomendasikan
untuk pentatalaksanaa perdarahan varises esofagus yaitu: vasopresin dan
terlipresin (Block B. et al, 2004).
Vasopresin adalah vasokonstriktor kuat yang efektif nenurunkan
tekanan portal dengan menurunkan aliran darah portal yang menyebabkan
vasokonstriksi splanknik. Penatalaksanaan dengan obat vasoaktif sebaiknya
mulai diberikan saat datang ke rumah sakit pada pasien dengan hipertensi
portal dan dicurigai adanya perdarahan varises. Dikutip dari Science Direct,
tujuan pemberian farmakoterapi adalah untuk menurunkan tekanan portal,
yang berhubungan erat dengan tekanan varises. Terapi ini rasional bila tekanan
portal yang tinggi ( > 20 mmHg) dengan prognosis yang kurang baik
(Bendtsen F. et al, 2008; Era AD.et al, 2008).
Obat vasoaktif dapat diberikan dengan mudah, lebih aman dan tidak
memerlukan keterampilan. Terapi dapat dimulai di rumah sakit, dirumah atau
saat pengiriman ke rumah sakit yang akan meningkatkan harapan hidup pasien
dengan perdarahan masif. Obat vasoaktif juga akan memudahkan tindakan
endoskopi (Bendtsen F. et al, 2008).
Terlipresin adalah turunan dari vasopresin sintetik yang long acting,
bekerja lepas lambat. Memiliki efek samping kardiovaskuler lebih sedikit
dibandingkan dengan vasopresin. Pada pasien dengan sirosis dan hipertensi
porta
terjadi
sirkulasi
hiperdinamik
dengan
vasodilatasi.
Terlipresin
Gambar 9. TIPS.
Operasi
Prinsipnya adalah melakukan pembedahan pada anastomosis
portosistemik. Tindakan ini tidak praktis pada situasi kegawatdaruratan dan
mempunyai angka mortalitas sangat tinggi dibandingkan dengan TIPS (Block
B. et al, 2004).
I. Prognosis
Pada beberapa studi, angka mortalitas pada episode awal dari
perdarahan varises adalah sebesar 50%. Angka kematian akibat perdarahan
varises ini berhubungan dengan derajat keparahan penyakit hati.
Pada pasien dengan varises esofagus, sekitar 30% akan mengalami
perdarahan pada tahun pertama setelah terdiagnosis. Pada pasien dengan
BAB IV
KESIMPULAN
1. Varises esofagus adala terjadinya distensi vena submukosa yang diproyeksikan
ke dalam lumen esofagus pada pasien dengan hipertensi portal.
2. Etiologi terjadinya varises esofagus dan hipertensi portal adalah penyakitpenyakit yang dapat mempengaruhi aliran darah portal. Etiologi ini dapat
diklasifikasikan sebagai prehepatik, intrahepatik, dan pascahepatik
3. Varises esofagus biasanya dimulai dari esofagus bagian distal dan akan meluas
sampai ke esofagus bagian proksimal bila lebih lanjut
4. Varises esofagus biasanya tidak memberikan gejala bila varises belum pecah
yaitu bila belum terjadi perdarahan. Oleh karena itu, bila telah ditegakkan
diagnosis sirosis hendaknya dilakukan skrining diagnosis melalui pemeriksaan
esofagogastroduodenoskopi (EGD).
5. Prinsip pemberian farmakoterapi adalah menurunkan tekanan vena porta dan
intravena. Hanya ada dua farmakoterapi yang direkomendasikan untuk
pentatalaksanaa perdarahan varises esofagus yaitu: vasopresin dan terlipresin
6. Terapi endoskopi dilakukan pada kasus perdarahan varises, terutama dalam
upaya mencapai homeostasis. Terapi Endoskopi dapat dilakukan pada pasien
dengan varises esofagus sebelum perdarahan pertama terjadi, saat perdarahan
berlangsung dan setelah perdarahan pertama terjadi
7. Pada beberapa studi, angka mortalitas pada episode awal dari perdarahan
varises adalah sebesar 50%. Angka kematian akibat perdarahan varises ini
berhubungan dengan derajat keparahan penyakit hati.
DAFTAR PUSTAKA
Ala I, Sharara S, Don C, Rockey R. 2001. Gastroesophageal variceal
hemorrhage. N Engl J Med 2001. Available from: www.nejm.org.
Azer SA, Katz J. Esophageal varices 2010. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/175248-overview.
Bendtsen F, Krag A, Moller S. 2008. Treatment of acute variceal bleeding.
Digestive and liver disease 2008. Available from: www.sciencedirect.com