Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori


1.1.1 Varises Esofagus

Varises esophagus adalah pembesaran abnormal pada vena yang terletak


pada esophagus atau kerongkongan. Kondisi ini akibat hipertensi portal
yaitu meningkatnya tekanan didalam vena portal.

Vena portal adalah pembulu darah yang berfungsi mengalirkan darah dari
organ system pencernaan (lambung, esophagus, limpa, pancreas & usus )
ke hati. Bila aliran darah kehati terhambat, tekanan darah divena portal
akan meningkat. Kondisi ini menyebabkan terbendungnya aliran darah
sebelumnya masuk kevena portal, salah satunya diesofagus yang dapat
sangat berbahaya apabila pecah.

A. Gejala Varises Esofagus :

Varises esophagus umumnya tidak menimbulkan gejala. Namun bila


pembulu darah tersebut pecah & terjadi perdarahan, penderita esophagus
akan mengalami gejala berup :

1. Sakit perut
2. Muntah darah (Hematemesis) dengan volume drah yang cukup banyak
3. Tinja berwarna hitam dan disertai darah (melena)
4. Pusing dan bahkan kehilangan kesadaran.
5. Mengalami gejala penyakit liver seperti sakit kuning, mudah
mengalami lebam atau perdarahan, serta penumpukan cairan dalam
perut (asites)

Apabila terjadi tanda pecah varises seperti muntah darah atau BAB
berdarah disertai tekanan darah rendah, detak jantung yang cepat, kulit
pucat atau syock segera cari pertolongan medis. Kondisitersebut
berpotensi mengancam nyawa.
B. Penyebab Varises Esofagus

Varises esophagus disebabkan olehhipertensi portal yaitu tekanan darah


yang tinggi pada vena portal. Terdapat sejumlah factor yang bias memicu
hipertensi portal Antara lain sirosis atau terbentuknya jaringan parut dihati.
Sirosisi dapat disebabkan oleh hepatitis, konsumsi alcohol, timbunan
lemak dihati atau gangguan saluran empedu.

Faktor lain yang juga bias menyebabkan hipertensi portal adalah


thrombosis (gumpalan darah) vena portal atau infeksi parasite
skistosomiasis yang dapat merasuk organ hati, usus, kandung kemih, dan
paru-paru. Pada beberapa kasus tidak diketahui apa yang menyebabkan
hipertensi portal. Kondisi ini disebut dengan hipertensi portalnidiopatik.

C. Pemeriksaan Diagnostik

Beberapa metode pemeriksan untuk mendignosis varises esophagus Antara


lain adalah :

1. Endoscopy adalah prosedur memasukkan selang kecil ke mulut hingga ke


esophagus dan duodenum (bagian usus halus). Melalui endoscopy dokter
dapat memeriksa kemungkinan pelebaran vena serta adanya garis atau
bintik merah pada varises yang bias menjadi tanda perdarahan.
2. Endoscopy kapsul pada prosedur ini pasien akan menelan kapsul berisi
kamera nirkabel yang akan mengambil gambar esophagus. Prosedur ini
bias menjadi pilihan bagi pasien yang tidak bias menjalanin endoscopy
biasa.
3. Tes pencitraan pada vena portal, hati dan organ lain didalam perut dengan
CT Scan, USG Dopler atau MRI.
4. Tes darah guna mengukur kadar sel darah serta memeriksa fungsi hati
dan ginjal.

D. Pengobatan Varises Esofagus

Pengobatan varises esophagus adalah dengan mengurangi takanan darah


pada vena portal, untuk mencegah perdarahan varises esophagus.
Salah satu metode pengobatan yang dianjurkan adalah dengan obat
penghambat beta seperti propranolol untuk menurunkan tekanan pada vena
portal. Metode lain yang dapat dilakukan adalah pengikatan varises (ligasi)
menggunakan karet khusus untuk mencegah perdarahan varises esophagus.
Bila terjadi perdarahan pasien harus segera mendapat penanganan darurat
di rumah sakit.

Langkah langkah penanganan medis untuk mengatasi kondisi ini meliputi :

1. Sclerotherapy yaitu penyuntikan cairan pembeku darah kedalam varises.


2. Ligasi varises yang mengalami perdarahan menggunakan karet khusus.
3. Pemberian obat obatan untuk memperlambat aliran darah kevena portal
misalnya Octreotide.
4. Tranfusi darah untuk mengganti darah yang terbuang sekaligus
menghentikan perdarahan
5. Pemberian antibiotic untuk mencegah infeksi.
6. Menjalankan TIPS (Transjugular intrahepatic portosystemic shunt) untuk
mengalihkan aliran darah divena porta, bila pengikat varises tidak
mengatasi perdarahan.
7. Transplatasi hati stadium lanjut dan pasien yang mengalami perdaraha
varises esofagus.

1.1.2 EGD
A. Definisi EGD

Esophagogastroduodenoscopy adalah suatu tindakan pemeriksaan yang


dilakukan dengan cara peneropongan kedalam saluran cerna mulai dari
kerongkongan (esophagus) lambung (gaster) sampai dengan usus halus
(duodenum) dengan menggunakan alat skup EGD.

Biasanya pemeriksaan ini dapat dibagi :

1. Diagnostik ( untuk mengidentifikasi kelainan )


2. Terapeutik bersifat kuratif

B. Indikasi EGD :
1. Hematemesis Melena
2. Tertelan zat korosif atau benda asing.
3. Muntah berulang.
4. Susah menelan ( Disfagia )
5. Nyeri dada tidak khas.
6. Melakukan biopsy pada mukosa atau neoplasma ( saluran pencernaan )
7. Menentukan lokasi perdarahan saluran cerna bagian atas.
8. Menilai kembali suatu tindakan pembedahan seperti pada atresia
esophagus & duodenum, pembedahan cara heller ( untuk akalasia ), cara
fredet-ramstedt ( untuk pilori stenosis hipertropik ) gastrektomi dsb.
9. Indikasi terapeutik SCAB ( Saluran cerna bagian atas )

C. Kontra Indikasi EGD:


1. Pasien menolak tindakan.
2. Demam.
3. Syok.
4. Infarkmiokard akut.
5. Sesak nafas, gangguan kesadaran.
6. Gastritis korosif akut

D. Komplikasi EGD :
1. Hipoksia sampai dengan refleks vagal
2. Nyeri dada
3. Disfagia sesaat dikarenakan efek dari penyemprotan xylocain sprai.
4. Perdarahan.
5. Iritasi pada mulut akibat dari manipulasi alat.

1.1.3 Ligasi Varises Esofagus


A. Definisi

Ligasi varises esovagus (LVE) adalah suatu tindakan untuk mengikat


pembulu darah vena (balik) yang melebar dengan menggunakan bahan
gelang karet sebagai pengikat dengan bantuan alat teropong ( endoscopy ).

Skleroterapi endoscopy ( STE ) varises esophagus adalah suatu tindakan


menyuntikan obat tertentu kedalam pembuluh darah vena (balik) yang
melebar (varises esophagus) dengan bantuan alat teropong (endoscopy).

Tujuan dilakukan LVE atau STE yaitu mencegah kemungkinan perdarahan


atau perdaahan berulang akibat pecahnya pembulu darah.

B. Indikasi :
1. Varises esophagus yang pernah berdarah.
2. Untuk menghilangkan varises esophagus sampai ke derajat 0.
3. Pengobatan pertama pada varises esophagus derajat II, III sebelum terjadi
perdarahan ( LVE )

Setelah pasien dilakukan penyuntikan dan pengikatan pertma untuk


menyuntikan dan pengikatan ulang pada periode berikut nya dapat
dikerjakan pada 7-14 hari kemudian.

Sebelum dilakukan tindakan STE/LVE untuk pertama kali dilakukan


pemeriksaan EGD terlebih dahulu agar dapat menentukan ada tidaknya
varises, menilai grade pada varises dna terdapat dijam berapa varises
tersebut (dijam 3, 6, 12 dst).

Untuk menilai grade esophagus :

1. Grade 1 : Bila ditiup varises mengecil/tidak menonjol.


2. Grade 2 : Menutupi sebagian lumen.
3. Grade 3 : Hampir menutupi seluruh lumen, varises berkelok kelok,
menonjol, serta berwarna kebiru biruan.
C. Kontraindikasi :
1. Syok yang bukan disebabkan perdarahan.
2. Penyakit paru berat (dapat dilakukan atas persetujuan dokter spesialis
paru)
3. Penyakit jantung (dapat dilakukan atas persetujuan dokter spesialis
jantung)

D. Komplikasi :
1. Trauma pada mulut akibat gesekan dan benturan skop/mouth piece.
2. Disfagia sesaat efek dari penyemprotan xylocain spray.
3. Perdarahan
4. Perforasi (bila peningkatan varises terlalu dibawah/distal dan kuat).

1.1.4 Injeksi Histoakril


A. Definisi

Injeksi Histoakril adalah suatu tindakan menyuntikan pembulu darah vena


(balik) yang melebar dengan bahan tertentu dengan bantuan alat teropong
(endoskopi).

Penyebab dari varises gaster pada 90% pasien adalah sirosis hati. Oleh
sebab itu kondisi umum pada pasien dengan perdarahan pada varises
biasanya buruk selain adanya penyakit hati. Hemostatis endoskopi
mempunyai keuntungan yang langsung dilakukan setelah dilakukan
endoskopi diagnostic untuk menentukan lokasi varises.

B. Indikasi

Endoskopi cito diindikasikan pada setiap pasien dengan perdarahan.


Gastrointestinal hemostatis perendoskopi segera diindikasikan jika ada
perdarahan aktif. Setelah perdarahan ditanggulangi eradikasi varises
dilakukan secara elektif untuk mencegah re-bleding.

C. Kontraindikasi

Atas kontraindikasi yang spesifik kecuali untuk setiap kontraindikasi


untuk prosedur endoskopi itu sendiri. Namun pada pasien yang menunggu
transplatasi hati, penggunaan sianoakrilat untuk varises lambung
merupakan kontraindikasi karena resiko obliterasi dari vena limpa, vena
portal atau keduanya.

D. Komplikasi

Injeksi sianoakrilat mempunyai komplikasi untuk terjadinya embolisasi


pembulu darah sekelilingnya. Komplikasi sirkulasi sistemik jarang terjadi.
Biasanya asimtomatik menunjukkan adanya laporan serebro vascular
akibat penyebaran sianoakrilat kedalam sirkulasi serebal, menyebabkan
lintas arteri vena. Jarangnya pembatas jumlah sianokrilat yang disuntikan
akan meminimalisasikan risiko embolisasi.

1.1.5 Sedasi
A. Definisi
Sedasi adalah suatu teknik pemberian sedative ataupun obat disosiatif
dengan atau tanpa pemberian analgetik untuk mencapai keadaan yang
memungkinkan pasien dapat menerima prosedur yang tidak
menyenangkan, dengan tetap menjaga fungsi kardiovaskular dan juga
respirasi. Prosedur sedasi bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi
serta mengendalikan jalan nafas sendiri. Sedasi juga dapat memberikan
efek analgesia, amnesia dan mengurasi kecemasan selama prosedur.
B. Tujuan
Tujuan pemberian sedasi adalah untuk memfasilitasi prosedur dengan
mengurangi nyeri dan kecemasan, memberi efek amnesia, mengurangi
potensi terjadi efek samping obat, mengontrol perilaku, serta
mempertahankan status kardiovaskular dan juga respirasi agar tetap
stabil.
C. Obat – obat sedasi
a. Propofol -> golongan hipnotik-sedatif ,nonopioid dan
nonbarbiturat dengan masa kerja cepat dan singkat. Mempunyai
sifat antiemetic serta amnesia, sedikit sifat analgesia. Efek samping
menyebabkan depresi nafas, gangguan kognitif sementara, nyeri
saat diberikan. Karena sifat analgesinya yang sedikit sering
dikombinasikan dengan obat analgesia yang lain.
b. Midazolam -> golongan obat benzodiazepine untuk mengurasi rasa
cemas, membuat pikiran dan tubuh rileks, menimbulkan rasa
kantuk hingga tidak sadarkan diri. Obat ini bekerja dengan cara
memperlambat kerja otak dan system saraf. Kadar puncak di SSP
4-8 menit setelah obat diberikan melaui IU. Memiliki waktu paruh
20 jam, metabolism terjadi dihati dan masih aktif. Diekskresikan
melaui urine.
c. Ketamine -> di system SSP menyebabkan keadaan diasosiasi
disertai amnesia, analgesia kuat, peningkat aliran darah dan laju
metabolism otak serta peningkatan TIK, peningkatan laju jantung
dan curah jantung. Di system pernapasan tidak mendepresi
sirkulasi serta respirasi, menyebabkan bronkodilatasi dan
hipersaliva. Biasanya dikombinasikan dengan propofol atau
midazolam untuk mengurangi dosis ketamine. Durasi 15-20 menit
setelah diberikan melalui IV.
d. Fentanyl -> memberikan efek analgetik dan efek sedasi di SSP.
Pada penggunaan dosis tinggi bisa menyebabkan amnesia dan
hilang kesadaran sehingga harus dikombinasikan dengan obat
sedasi lain. Fentanyl memiliki kelarutan dalan lemak yang rendah
sehingga sulit memalui sawar darah otak menyebabkan onset yang
lambat dan durasi panjang.

Sebuah penelitian membandingkan kombinasi antara


propofol-ketamin dengan propofol-fentanyl terhadap prosedur
sedasi pada pasien obesitas yang menjalani ERCP menyimpulkan
bahwa dosis propofol yang diperlukan untuk sedasi pada kelompok
propofol-ketamin lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok
propofol-fentanyl. Penelitian lainnya menyatakan bahwa kejadian
hipotensi, bradikardia, apnea, dan desaturase lebih sedikit pada
kelompok propofol-ketamin. Hal ini disebabkan karena kombinasi
antara propofol dan ketamine saling bersifat antagonis terhadap
efek samping masing – masing obat.
Berdasarkan penelitian lain pada pasien kolonoskopi antara
propofol-ketamin dan propofol-fentanyl menunjukkan pencapaian
sedasi tingkat sedang (moderate) dan tidak terjadi efek samping.
D. Dosis

Nama Obat Dosis

Midazolam 2.5-5mg/kgBB

Fentanyl 0.25-0.5mcg/kgBB

Ketamine Induksi : 1-4mg/kgBB


Ulangan : 0.5mg/kgBB

Propofol Induksi : 1-2.5 mcg/kgBB


Sedasi : 25-100mcg/kgBB

Pengaruh obat – obatan dalam system pernapasan dan kardiovaskular


E. Indikasi
a. Tindakan yang sebentar
b. rasa nyeri dan kecemasan selama tindakan
c. meminimalisir gerakan pasien selama tindakan
d. memaksimalkan hasil dari suatu tindakan medis. Contoh tindakan
medis yang invasive : Endoskopi, ERCP,EGD

F. Kontraindikasi
a. Riwayat alergi obat-obatan sedasi
b. Penyakit, fisik yang abnormal atau gangguan neurologis dimana
secara potensial dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas.
c. Pasien atau keluarga pasien yang menolak dilakukannya prosedur
sedasi.
d. Penggunaan propofol pada pasien lansia harus dalam pengawasan
dokter.
e. Anak – anak yang kurang kooperatif dan takut rasa baal.
f. Hipotensi
g. Fasilitas resusitasi minimal atau tidak memadai.

G. Teknik
Teknik sedasi memerlukan informed consent, posisi pasien dan
persiapan resiko komplikasi khususnya obstruksi jalan napas. Harus
dilakukan diruang yang ada oksigen, suction, dan dilakukan oleh
dokter yang kompeten dalam melakukan tatalaksana jalan napas
lanjutan yang diperlukan sebagai bantuan ventilasi (ETT dan LMA)
serta obat – obatan yang lengkap.
 Beberapa teknik sedasi dan perbandingan dengan General
Anesthesia :

 Mekanisme Sedasi
Persiapan Sedasi
a. Spuit 3cc, 5cc, 10cc sesuai kebutuhan
b. Sarung tangan bersih
c. Cairan kristaloid dan selang infus serta three way
d. Obat – obatan sedasi sesuai kebutuhan (propofol, ketamine,
fentanyl, midazolam) pada beberapa kasus kadang dibutuhkan
Efedrine
e. Set monitor lengkap
f. Akses intravena

H. Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada pasien dengan sedasi adalah
hipotensi, hipoksia, bradikardia, disritmia jantung, depresi pernapasan,
reaksi alergi, sedasi yang terlalu dalam.
Analgesia yang tidak adekuat menjadikan pasien merasa nyeri selama
berlangsungnya prosedur dan post procedural. Under sedation dan
over sedation mengakibatkan agitasi pada pasien dengan
konsekuansinya:
a. Ancaman terhadap keselamatan psien jangka pendek
b. Berdampak pada lamanya bantuan ventilasi mekanik
c. Perawatan lama di ruma sakit
d. Peningkatan biaya perawatan, serta menyita waktu dan tenaga

1.2 Format Pengkajian Pasien


1.2.1 Data Utama Pasien
 Nama : Tn A

 Umur : 44 th

 Ruang rawat : Gedung A lt 7

 Diagnosa medis : Varises esofagus

 Tindakan : EGD ligasi

 No. Register : 438-61-52


 Tanggal Sedasi : 15 Okt 2019

 Dokter operator : dr. Hasan M Sp.PD KGEH

 Perawat endoskopi :Azizah

 Dokter anestesi : dr. Jefferson Sp.An

 Asisten sedasi : dr Tissy

 Perawat anestesi : Setyani

 Jam mulai sedasi : 11.50

 Jam selesai sedasi : 12.15

1.2.2 Keluhan Utama

Pasien mengeluh muntah darah sejak 10 hari yang lalu dan pasien rujukan
dari RS fatmawati untuk EGD ligasi

1.2.3 Alasan Masuk Rumah Sakit


1.2.4 Riwayat Kesehatan Sekarang

10 hari SMRS pasien mengeluh muntah darah berwarna kemerahan,


muntah darah 200 cc tiap muntah 4-5x , muntah tanpa disertai rasa mual,
tidak ada keluhan BAB hitam sebelumnya, nyeri perut disangkal namun
sebelumnya diberikan transfusi darah merah 5 kantong diRS kota bekasi.

1.2.5 Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien pernah mengidap penyakit hepatitis C pada tanggal 2 januari 2019

1.2.6 Riwayat Kesehatan Keluarga


orang tua dari pasien tidak menderita penyakit tertentu
BAB 2

ISI

2.1 Pengkajian Head to Toe

A. Data Umum

 Kesadaran compos mentis, GCS 15


 Tekanan darah 120/63 mmHg
 Nadi 72x/ menit
 RR 20x/menit
 Suhu 36,5 derajat C
 Riwayat alergi (-)
 BB/TB : 65 kg/165

B. Pemeriksaan Fisik

1. B1 Breathing (pernapasan) : airway bebas RR 20x/menit batuk (-),


pilek(-) riwayat asma (-), gigi palsu(-), leher bergerak bebas, gerak
dada simetris, mallampati 2
2. B2 Blood (sirkulasi): perfusi jaringan hangat CRT <2 detik, tensi
120/63 mmHg, nadi 72x/menit anemis (-)
Pemeriksaan laborat tanggal 14-10-2019

Hematologi

Hb : 11,70 g/dl

Leukosit : 2.21000 /ul

Trombosit : 59000 /ul

Hematokrit : 33.7 %
Faal hemostatis

PT : 13,2 detik

APTT : 48.5 detik

Faal hati

SGOT : 53 u/l

SGPT : 44 u/l

Albumin : 2.89 g/dl

3. B3 Brain (kesadaran) : Compos mentis GCS 15, sensorik dan motorik


dalam batas normal riwayat cedera kepala (-)

4. B4 Bladder (perkemihan) : urine spontan dan berwarna kuning pekat

5. B5 Bowel (pencernaan) : abdomen datar bising usus(-) nyeri tekan


perut bawah(-) hati dan limpa tidak teraba

6.B6 Bone (Tulang dan muskuloskeletal ) : ektstremitas atas normal,


ekstremitas bawah normal, edema (-).

C. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan EKG : Hasil sinus rhythm

2.2 Analisa Data dan Diagnosis Keperawatan

A. Pra-Anestesi

No. Data Subjektif Data Objektif Diagnosis Keperawatan


1. - Klien mengatakan - Klien tampak tegang Ansietas
cemas karena akan -TD: 126/63 mmHg
dilakukan EGD - kontak mata buruk
- Klien mengatakan
sudah pernah
dilakukan EGD,
namun belum
terbiasa dengan
tindakan tersebut
sehingga rasa cemas
masih ada

B. Intra-Anestesi

No. Faktor Risiko Diagnosis Keperawatan


1. Faktor Risiko: Risiko Cedera
Eksternal: terpapar zat kimia Intraoperatif
Internal: perubahan orientasi afektif, perubahan
sensasi, perubahan fungsi psikomotor,
perubahan fungsi kognitif
2. Faktor Risiko: Risiko Aspirasi
Penurunan tingkat kesadaran, penurunan
refleks muntah dan/atau batuk, gangguan
menelan, efek agen farmakologis

C. Pasca-Anestesi

No. Data Subjektif Data Objektif Diagnosis Keperawatan


1. Pasien mengatakan Pasca sedasi, Pasien Risiko jatuh
kepala masih terasa tampak mengantuk
berat dan mengantuk, (penurunan tingkat
tubuh terasa lemas kesadaran), gangguan
keseimbangan pasca
sedasi, efek agen
farmakologis pasca
sedasi
2.3 Intervensi Keperawatan

A. Pra-Anestesi

Diagnosis Luaran Intervensi


Ansietas Tingkat agitasi Reduksi Ansietas
menurun:
Observasi:
Emosi cukup membaik
Monitor tanda-tanda
Tekanan darah membaik ansietas (verbal & non-
verbal)

Terapeutik:

1. Temani pasien
untuk mengurangi
kecemasan,

2. pahami situasi yang


membuat ansietas,

3. dengarkan dengan
penuh perhatian,

4. gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan,

Edukasi:

1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin akan
dialami: pasien
akan diberi obat via
kateter IV, sehingga
pasien akan tertidur
dan tidak
merasakan nyeri
selama prosedur
dilakukan

2. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi

3. Latih teknik
relaksasi nafas
dalam

Kolaborasi:

Kolaborasi pemberian obat


untuk mengurangi ansietas,
bila ada

B. Intra-Anestesi

Diagnosis Luaran Intervensi


Risiko Aspirasi Tingkat Aspirasi Pemantauan Respirasi
(L.01006)
1. Monitor frekuensi,
-Tidak ada dispnea irama, kedalaman,
dan upaya nafas
-Frekuensi nafas
membaik 2. Monitor pola nafas

- Tidak ada sianosis 3. Monitor adanya


produksi sputum
4. Monitor adanya
sumbatan jalan nafas

5. Monitor saturasi
oksigen

6. Dokumentasikan
hasil pemantauan

Manajemen jalan nafas

1. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
(triple airway
manuever)

2. Berikan oksigen

Pencegahan aspirasi

1. Sediakan suction di
ruangan

2. Lakukan
penghisapan jalan
nafas jika produksi
secret meningkat

Pemberian obat intravena

1. Identifikasi
kemungkinan alergi,
interaksi, dan
kontraindikasi obat

2. Monitor tanda vital


dan laboratorium
sebelum pemberian
obat

3. Monitor efek
terapeutik obat

4. Lakukan prinsip 6
benar

5. Pastikan ketepatan
dan kepatenan
kateter IV

6. Tempelkan label
nama obat dan
keterangan dosis
Risiko Cedera Tingkat cedera Pencegahan cedera
Intraoperatif menurun
1. Identifikasi obat
1. Tekanan darah yang berpotensi
membaik menyebabkan cedera

2. Frekuensi nadi Pencegahan Perdarahan


membaik
1. Monitor tanda dan
3. Frekuensi nafas gejala perdarahan
membaik
2. Monitor tanda-tanda
vital

3. Monitor nilai
hemoglobin dan
hematokrit

4. Monitor koagulasi

Manajemen Sedasi

1. Identifikasi riwayat
dan indikasi
penggunaan sedasi

2. Periksa alergi
terhadap sedasi

3. Monitor tingkat
kesadaran

4. Monitor tanda vital


pasien

5. Monitor saturasi
oksigen

6. Monitor irama
jantung

7. Monitor efek
samping obat-obatan

8. Sediakan peralatan
resusitasi darurat

9. Pasang jalur IV

10. Berikan obat sesuai


protokol dan
prosedur

Edukasi:

Jelaskan tujuan dan prosedur


sedasi

Jelaskan efek terapi dan efek


samping sedasi
Kolaborasi:

Kolaborasi penentuan jenis


dan metode sedasi
(pemberian fentanyl dan
propofol saat induksi, serta
pemberian propofol untuk
maintanance secara berkala)

C. Pasca-Anestesi

Diagnosis Luaran Intervensi


Risiko jatuh Tingkat jatuh menurun: Pencegahan jatuh

1. Tingkat jatuh dari 1. Identifikasi faktor


tempat tidur risiko jatuh
menurun
2. Pastikan roda
tempat tidur dalam
posisi terkunci

3. Pasang handrail
tempat tidur

4. Tempatkan pasien
dekat dengan
pemanatauan
perawat di RR

5. Anjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan
2.5 Evaluasi Asuhan Keperawatan

A. Pra-Anestesi:

S: pasien mengatakan terasa lebih tenang setelah tarik nafas dalam dan
siap untuk menjalani prosedurnya

O: Kecemasan pasien tampak berkurang, kontak mata baik, tegang


berkurang

A: Ansietas

P: Sesuai rencana keperawatan

B. Intra-Anestesi

S: Pasien mengatakan paham tentang tujuan dan prosedur sedasi, pasien


mengatakan paham efek terapi dan efek samping sedasi. Pasien
mengatakan tidak ada alergi obat sedasi atau alergi apapun.

O: Pemantauan TTV dilakukan tiap 5 menit, TTV normal dan stabil


(terlampir), tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada sumbatan jalan
nafas, tidak ada perdarahan, tidak ada efek samping obat.

A: Risiko cidera intraoperatif, risiko aspirasi

P: Sesuai rencana keperawatan

C. Pasca-Anestesi

S: Pasien mengatakan kepalanya masih terasa berat, mengantuk, dan


paham jika membutuhkan bantuan akan memanggil perawat

O: Pasien tampak mengantuk dan tidak seimbang. Handrail tempat tidur


terpasang, roda tempat tidur dalam posisi terkunci, pasien dekat dengan
pemanatauan perawat di RR
A: risiko jatuh

P: Sesuai rencana keperawatan


BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran

Dalam kasus ini kita ketahui bahwa sedasi merupakan anastesi yang sangat
mudah namun memerlukan monitoring yang ketat, oleh karena itu dalam
kasus tersebut kita harapkan untuk lebih teliti dalam memonitoring keadaan
pasien saat mulai di sedasi, harapanya kita sebagai perawat anastesi mampu
menjadi parthner dokter dalam melakukan sedasi anastesi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Daniel E. Becker, DDS., Pharmacodinamic Consideration for Moderate and


Deep Sedation, 2012
2. dr.Anas Alatas,SpAn.KAKV, dr.Aries Perdana,SpAn (K), et al, Buku Modul
Pelatihan Asuhan Keperawatan Anestesia dan Perioperatif,2019
3. Wirawan Anggorotomo, Rudi K, et al, Jurnal Perbandingan Kebutuhan
Propofol dan Lama Bangun antara Kombinasi Propofol-Ketamin dan
Propofol-Fentanyl, 2015

Anda mungkin juga menyukai