Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki


perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada
keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care)
dan manajemen kasus (Thompson, 2001). Keperawatan anak sebagai pelayanan
profesional dalam aplikasinya harus dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan
yang kokoh, dengan demikian perawat harus mampu berfikir logis dan kritis
dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Pengetahuan
dan keterampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara
lain dengan menggunakan teori model keperawatan dalam praktik keperawatan
sesuai dengan kebutuhan. Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya
adalah teori model keperawatan Nola J. Pender.
Nola J Pender menciptakan teori Model Promosi Kesehatan / Health
Promotion Model (HPM). Teori ini digunakan oleh profesi kesehatan termasuk
perawat sebagai dasar dalam menolong klien untuk meningkatkan kesehatan
sehingga mendukung kualitas hidup dan kesejahteraan klien. Teori Pender tentang
model promosi kesehatan ini konsisten dan berfokus pada pentingnya promosi dan
pencegahan kesehatan untuk dilakukan guna peningkatan kesehatan klien atau
masyarakat yang lebih baik dan optimal.
Health Promotion Model sangat cocok diterapkan pada pelayanan kesehatan
primer (Nies, 2015) karena ditempat ini memerlukan pelayanan promotif seperti
di keluarga, komunitas, sekolah, tempat kerja, panti dan lembaga lain. Teori Nola
J. Pender juga telah banyak diaplikasikan dalam keperawatan anak di Puskesmas,
salah satunya yaitu (Purnamasari, 2012) dalam tesisnya tentang pengaruh
pendidikan kesehatan pada orangtua terhadap pengetahuan dan kepatuhan
kujungan ulang balita dengan pneumonia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu,
menggunaka teori HPM sebagai kerangka konsepnya. Selain itu (Fidanci, 2017)

1|PENDER
dalam The Journal of Nursing Research menggunakan teori Health Promotion
Model pada pengkajian anak dengan obesitas di Turki. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa teori Health Promotion Model dari Nola J. Pender dapat
diterapkan pada keperawatan anak di pelayanan kesehatan primer.

B. Tujuan

Menerapkan teori model keperawatan dari Nola J Pender (Model Promosi


Kesehatan / Health Promotion Model ) pada proses keperawatan anak di tatanan
pelayanan kesehatan primer.

2|PENDER
BAB II
TINJAUN TEORI

A. Pelayanan Kesehatan Primer

a. Definisi Pelayanan Kesehatan Primer


Pelayanan Kesehatan Primer / Primary Health Care (PHC) merupakan
suatu pelayanan kesehatan yang esensial dan diselenggarakan berdasarkan tata
cara dan teknologi praktis, sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan serta
diterima oleh masyarakat, dapat dicapai oleh perorangan dan keluarga dalam
masyarakat melalui peran aktif secara penuh dengan biaya yang dapat
dijangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tahap
perkembangan serta didukung oleh semangat kemandirian dan menentukan diri
sendiri (WHO, 1978). Depkes (20090 dalam sistem kesehatan nasional (SKN)
juga mendefinisikan bahwa upaya kesehatan primer merupakan upaya
kesehatan dasar dimana terjadi kontak pertama perorangan atau masyarakat
dengan pelayanan kesehatan.

b. Tujuan Pelayanan Kesehatan Primer


Pelayanan kesehatan primer bertujuan mengetahui dan memfasilitasi
kebutuhan masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan yang memuaskan.
Selain itu, PHC mremiliki tujuan khusus pelayanan kesehatan yaitu dapat
menjangkau seluruh penduduk, diterima seluruh penduduk, berdasarkan
kebutuhan medis dari populasi dan pelayanan yang menggunakan seluruh
sumber daya secara maksimal. Puskesmas merupakan ujung tombak
penyelenggaraan unit kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2006).

c. Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer


Ada lima prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan pelayanan kesehatan
primer menurut Depkes (2011) yaitu :

1. Pemerataan upaya kesehatan


Sebagai pintu gerbang pertama pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan
kesehatan primer harus mampu memberikan pelayanan yang sama bagi
semua individu dalam masyarakat. Pelayanan secara merata dan terjangkau
harus dapat diterima seluruh masyarakat tanpa membedakan usia, jenis

3|PENDER
kelamin, agama, status sosial dan ekonomi, budaya dan kepercayaan serta
tempat tinggal baik perkotaan maupun pedesaan.

2. Penekanan pada upaya preventif


Fokus terhadap upaya promotif dan preventif pada pelayanan kesehatan
primer bertujuan agar upaya kesehatan perseorangan maupun keehatan
masyarakat di tingkat pertama dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi – tingginya di wilayah kerja pelayanan kesehatan tersebut
(permenkes no.75 tahun 2014).

3. Menggunakan teknologi tepat guna


Pemanfaatan teknologi tepat guna akan memudahkan masyarakat dalam
mengakses pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhan. Selain itu,
penggunaan teknologi tepat guna seharusnya dapat diterima oleh
masyarakat tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan.

4. Melibatkan peran serta masyarakat


Peningkatan partisipasi masyarakat akan mampu memicu kesadaran akan
kesehatan. Masyarakat dan lingkungan sekitar dapat terlibat mulai dari
identifikasi kebutuhan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasi program
pelayanan kesehatan.

5. Melibatkan pendekatan kerjasama lintas program dan sektoral


Pada hakikatnya pembangunan kesehatan harus dilaksanakan oleh berbagai
pihak tidak hanya profesional bidang kesehatan, tetapi juga beberapa
disiplin terkait seperti teknik lingkungan, teknik pengairan, dan lain-lain.
Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi – tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya
program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya – upaya yang telah
dilaksanakan oleh periode sebelumnya (Kemenkes, 2015).

4|PENDER
B. Sumber Teori Nola J Pender

Latar belakang Pender dalam keperawatan, perkembangan manusia,


psikologi eksperimental, dan pendidikan membimbingnnya dalam menggunakan
sudut pandang keperwatan yang holistik, psikologi sosial, dan teori pembelajaran
sebagai fondasi untuk HPM (Healt Promotion Model). HPM mengintegrasi
beberapa gagasan. Teori yang menjadi pusat HPM adalah teori pembelajaran
sosial milik Albert Bandura (1977), yang mengemukakan pentingnya proses-
proses kognitif dalam perubahan perilaku. Teori pembelajaran sosial, sekarang
dinamai teori kognitif sosial, mencakup kepercayaan-kepercayaan pada diri
seperti atribusi diri, evaluasi diri, dan keyakinan diri. Keyakinan diri (Selff
efficacy) merupakan satu gagasan pusat HPM (Pender,1996; Pender, Murdaugh,
& Parsons, 2002).

Model nilai ekspentasi atas motivasi manusia yang dijelaskan oleh Feather
(1982) menjelaskan bahwa perilaku itu bersifat rasional dan ekonomis dan juga
penting bagi pengembangan model ini.

HPM memiliki bentuk yang serupa dengan model kepercayaan kesehatan


(Becker,1974), yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit, tetapi yang
membuat HPM berbeda dari model kepercayaan kesehatan adalah tidak
disertakannya rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi bagi perilaku
kesehatan. HPM mencakup secara luas untuk menunjukkan perilaku yang
dibutuhkan dalam meningkatkan kesehatan dan menerapkannya sepanjang hidup
(Pender, 1996, Pender, Murdaugh, & Pasons, 2002).

Perubahan peradigma pelayanan kesehatan dari kuratif ke arah promotif


dan preventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Nola. J Pender dengan
menghasilkan karya tentang “Health Promotion Model” atau model
promosikesehatan. Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan
(expectancy value) dan teori kognitif social (social cognitive theory)
yangkonsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi
kesehatandan pencegahan penyakit adalah suatu yang hal logis dan ekonomis.

5|PENDER
C. Konsep Utama Dan Defenisi

Konsep utama dan defenisi yang disajikan dapat ditemukan di Health


Promotion Model yang direvisi (Pender et al,2006).

Karakteristik dan Aspek Kognisi dan Afeksi Perilaku yang


Pengalaman Individu Dari Perilaku Khusus diharapkan

Manfaat yang
dipersepsikan terhadap
suatu tindakan
Kebutuhan yang
mendesak (kendali
Perilaku sebelumnya Hambatan yang rendah) dan (berbagai
yang terkait dipersepsikan terhadap pilihan (kendali tinggi)
suatu tindakan

Persepsi terhadap
keyakinan diri

Pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu
Faktor Personal : Komitmen Perilaku
aktivitas merencanakan Promosi
Biologi, Psikologi,
dan Sosial Budaya suatu tindakan Kesehatan
Pengaruh interpersonal
(keluarga, kelompok,
penyedia layanan
kesehatan), norma,
dukungan, model

Pengaruh situasional;
pilihan, sifat kebutuhan;
estetika

Revisi Model Promosi Kesehatan


Sumber : Tomey dan Alligod, 2006. Nursing Theorist and Their Work
Philladelphia. Mosby

6|PENDER
D. Penjelasan Bagan Health Promotion Model

Berikut ini adalah karakteristik individu dan pengalaman yang


mempengaruhi tindakan kesehatan setelahnya (Pender, curriculum vitae,2000).

a. Perilaku yang berkaitan dengan masa lalu

Frekuensi perilaku yang sama atau mirip dengan perilaku di masa


lalu. Efek – efek langsung dan tidak langsung terhadap kecenderungan
menjalankan perilaku yang mempromosikan kesehatan

b. Faktor Personal

Dikategorikan menjadi faktor biologi, psikologis, dan


sosialkultural. Faktor-faktor ini bersifat prediktif berdasarkan perilaku
yang ada dan dibentuk oleh kondisi perilaku sasaran yang sedang diteliti.

1. Faktor Biologis Personal


Yang termasuk kedalam faktor ini adalah varoabel seperti usia,
jenis kelamin, indeks masa tubuh, status puber, status
menopause, kemampuan aerobik, kekuatan, kecepatan dan
keseimbangan
2. Faktor Psikologis Personal
Faktor-faktor ini meliputi variabel seperti penghargaan diri,
motivasi diri, kompentensi diri, persepsi status kesehatan, dan
defenisi kesehatan
3. Faktor Sosiokultural Personal
Faktor ini seperti ras, etnis, akulturasi, pendidikan, dan status
sosial ekonomi merupakan faktor – faktor yang turut serta.

Berikut ini kognisi dan afeksi yang berkaitan spesifik dengan perilaku yang
dianggap memiliki signifikan motivasi yang besar, variabel tersebut dapat
dimodifikasi melalui tindakan keperawatan (Pender, 1996)

a. Keuntungan yang dirasa atas suatu tindakan

7|PENDER
Keuntungan yang dirasa atas suatu tindakan merupakjan hasil
positif yang diantisipasi akibat tindakan kesehatan.

b. Halangan yang dirasa untuk melakukan tindakan

Halangan yang dirasa untuk melakukan tindakan adalah rintangan


yang diantisipasi, dibayangkan, atau yang nyata dan harga yang harus
dibayarkan secara pribadi akibat melakukan perbuatan atau perilaku
tersebut.

c. Keyakinan diri yang dipersepsikan

Keyakinan diri yang dipersepsikan adalah pertimbangan atas


kemampuan diri untuk mengorganisir dan melakukan suatu perilaku yang
mempromosikan kesehatan. Keyakinan diri yang dirasa mempengaruhi
halangan yang dirasa bagi tindakan. Sehingga semakin tinggi tingkat
keyakinan maka semakin rendah tingkat halangan yang dirasa terhadap
pengerjaan suatu perilaku.

d. Afek yang berkaitan dengan aktivitas

Afek yang berkaitan dengan aktivitas menjelaskan perasaan positif


dan negatif yang subjektif yang muncul sebelum, saat, dan setelah perilaku
yang berasal dari sifat stimulus dari perilaku itu sendiri. Afek yang yang
berkaitan dengan aktivitas mempengaruhi keyakinan diri yang dirasa,
sehingga semakin positif perasaan subjektifnya maka semakin besar
perasaan manjurnya. Sebagai gantinya, peningkatan perasaan yakin dapat
menghasilkan afek positif yang lebih jauh.

e. Pengaruh Interpesonal

Pengaruh-pengaruh ini merupakan kognisi yang menyangkut


perilaku, kepercayaan, atau sikap terhadap orang lain. Pengaruh-pengaruh
interpersonal termasuk norma-norma (ekspetasi terhadap pasangan),
dukungan sosial (dorongan instrumental dan emosional), dan pemodelan

8|PENDER
(pembelajaran tidak langsung melalui observasi terhadap orang lain yang
sedang menjalankan perilaku tersebut). Sumber-sumber utama atas
pengaruh interpersonal adalah keluarga, teman sebaya, dan penyedia
layanan kesehatan.

f. Pengaruh situasional

Pengaruh situasional adalah persepsi dan kognisi personal pada


situasi apapun atau konteks yang dapat memfasilitasi atau menghentikan
suatu perilaku. Pengaruh tersebut termasuk persepsi atas pilihan yang
tersedia, karakteristik tuntutan, dan ciri estetika ketika perilaku yang
mempromosikan kesehatan diminta untuk dilakukan. Pengaruh situasional
dapat berpengaruh secara lansung maupun tidak langsung terhadap
perilaku kesehatan.

Berikut merupakan pendahuluan suatu perbuatan atas perwujudan perilaku.


Sebuah perilaku yang terwujud diawali oleh sebuah komitmen untuk bertindak
kecuali ada tuntutan yang bersaing yang tidak bisa dihindari, atas pilihan yang
bersaing yang tidak bisa ditolak (Pender, Komunikasi pribadi, 19 Juli,2000).

a. Komitmen terhadap rencana tindakan

Komitmen ini menjabarkan konsep dari maksud dan identifikasi


atas sebuah strategi yang direncanakan yang membawa menuju
implementasi perilaku kesehatan.

b. Pilihan dan tuntutan bersaing yang segera

Tututan bersaing adalah perilaku alternatif yang tiap individu


hanya memiliki sedikit kendali atasnya, dikarenakan adanya kontingensi
lingkungan seperti pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Pilihan
bersaing adalah perilaku yang tiap individu memiliki kendali yang relatif
lebih banyak atasnya, seperti pemilihan makanan untuk es krim atau apel
untuk kudapan

9|PENDER
c. Perilaku yang mempromosikan kesehatan
Sebuah perilaku yang mempromosikan kesehatan adalah titik akhir
atau wujjud tindakan yang diarahkan menuju pencapaian perwujudan
kesehatan yang positif seperti kesejahteraan yang optimal, pemenuhan
personal, dan kehidupan yang berproduktif. Contoh-contoh perilaku yang
mempromosikan kesehatan adalah memakan makanan sehat, berolahraga
dengan teratur, mengatasi tekanan, mendapatkan istirahat yang cukup dan
pertumbuhan spiritual, dan spiritual, dan membangun hubungan yang
positif.

10 | P E N D E R
BAB III

APLIKASI KASUS

A. Kasus

Seorang anak berumur 4 tahun datang ke Puskesmas diantarkan ke dua


orang tuanya. Ibu mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang
lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam yang tinggi. Dari hasil
pemeriksaan keadaan klien lemah, TD 100/80 mmhg, Nadi : 98x/menit, Suhu: 39c
Pernafasan 32x/menit berat badan 8 kg dengan diagnosa Pneumonia.

Ibu mengatakan dari riwayat keluarga ada anggota keluarga yang batuk-
batuk disertai darah, yaitu nenek klien yang tinggal serumah dengan klien, ibu
klien mengatakan tinggal disebuah kontrakan dan tidak mempunyai kamar sendiri,
ruangan lembab dan jarang membuka pintu dan jendela di pagi hari dan
lingkungan yang tidak bersih, jarang membersihkan rumah dan banyak debu. Ibu
klien juga mengatakan anaknya tidak suka makan terutama sayur-sayuran.

Norma budaya menganut budaya jawa tetapi tidak diterapkan dalam semua
sisi kehidupan. Keluarga saling menyayangi dan komunikasi berjalan dengan
baik. Jika ada keluarga yang sakit dibawa berobat ke Puskesmas. Ibu klien
mengatakan bingung dan tidak tahu cara merawat anaknya yang sakit. Ibu klien
ingin sekasli mengetahui kondisi anaknya dan ingin mengetahui cara merawat
anaknya yang sakit.

B. Pengkajian

Identitas Balita
Nama : “An.R”
Umur : 7 bulan
Jenis kelamin Laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Jl R.A. Kartini
Tanggal MRS : 21 Juni 2019

11 | P E N D E R
Jam MRS : 09.00 WIB
Tgl pengkajian : 21 Juni 2019
Jam pengkajian : 10.00 WIB
Diagnosa medis : Pneumonia
No. Registrasi : 7544
Identitas Orang Tua
Ayah
Nama : “Tn.N”
Umur : 28 Thn
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Supir mobil
Agama : Islam
Alamat : Jl R.A. Kartini
Ibu
Nama : “Ny.M”
Umur : 24 Thn
Pendidikan : SMP
Pekerjaa : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl R.A. Kartini

Berdasarkan Model Promosi Kesehatan, perawat harus melakukan pengkajian


komprehensif agar dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat adalah :

Data Dasar Pengkajian Nolla J. Pender

Karakteristik dan Pengalaman Individu tentang pneumonia pada keluarga

12 | P E N D E R
A. Perilaku Sebelumnya
1. Kebiasaan individu

Ibu klien mengatakan, anaknya sering digendong oleh


neneknya, pada saat neneknya batuk neneknya tidak menutup mulut.
Keadaan rumah ruangan lembab dan jarang membuka pintu dan
jendela di pagi hari dan lingkungan yang tidak bersih, jarang
membersihkan rumah dan banyak debu.anak juga sering sekali main di
pingir jalan sehingga terpapar polusi.

2. Hambatan dari perilaku yang pernah dilakukan

Biasanya terbentur dengan dana, ibu mengatakan kurangnya


dana untuk berobat dan memiliki rumah sendiri

3. Manfaat dari perilaku yang telah dilakukan

Sudah berusaha untuk membersihkan rumah dan meminum


obat sesuai anjuran dokter, anaknya sudah mau makan sayur karena
ibu sudah memodifikasi sayur sehingga anak tertarik untuk makan.

4. Penyakit yang pernah diderita

Ibu klien mengatakan An.R pernah mengalami demam saat


berusia 7 bulan

5. Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan

Tenaga kesehatan, Puskesmas dan Rumah sakit

6. Upaya yang pernah di lakukan ketika anak sakit

Menganjurkan banyak istirahat, segera membawa ke pelayanan


kesehatan

13 | P E N D E R
B. Faktor Personal
1. Faktor biologis

Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa usia anak 4 tahun,


Tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 98x/menit, pernafasan 30x/menit,
suhu 39°C. Keadaan umum lemah, menangis, dan terus mau
digendong ibunya Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.
bibir cyianosis,arteri karotis kuat, tekanan vena jugularis tidak
meninggi. Nafsu makan menurun, 2x sehari hanya bubur, BB 8 kg.
BAB 1x sehari, BAK 3-4 kali sehari, selama sakit An.R sulit tidur
karena sesak nafas.

2. Faktor psikososial
a. Status kesehatan

Ibu An. R mengatakan menderita pneumonia sudah lama


tapi keterbatasan dana untuk ke rumah sakit, Ibu mengatakan
anaknya sudah lebih baik dari hari sebelumnya, namun An.R
menangis lagi jika tidak di gendong ibunya.

b. Motivasi

Semua anggota keluarga memotivasi agar menghindari


segala sesuatu yang dapat menyebabkan pneumonia.

c. Harapan diri dan keluarga tentang kesehatan (Pneumonia)

Harapanya agar An.R cepat sembuh dari penyakit


pneumonia dan tidak di bawah ke pusat kesehatan lagi seperti
puskesmas.

3. Factor sosial budaya


a. Pendidikan Orang tua

Ayah : SD

14 | P E N D E R
Ibu : SMP

b. Status ekonomi (Penghasilan per bulan) :± Rp.750.000

4. Perilaku spesifik pengetahuan dan sikap


a. Manfaat/harapan dari tindakan

Ibu mengatakan berusaha mencegah penyakit anaknya


kambuh lagi agar tidak perlu di baha ke puskesmas lagi.

b. Hambatan
1) Biaya

Ibu mengatakan keterbatasan dana untuk ke rumah sakit.

2) Ketidaktersediaan sarana prasarana

Tidak terjadi hambatan saat ke pusat pelayanan kesehatan


karena lokasi tempat tinggal An.R dekat dengan pelayanan kesehatan

c. Kemajuan diri

Motivasi untuk berperilaku hidup sehat

1) Wujud dari perilaku:

Ibu mengajarkan anak untuk mulai hidup sehat, ibu mulai


memberikan makanan yang bergisi dan mengajarkan anak cara
mencui tangan.

2) Pengalaman

Ibu mengatakan saat ini sudah mengajarkan anak untuk


mencuci tangan selesai bermain dan jika mau makan. Saat
anak sesak nafas ibu langsung membawa anaknya ke pusat
pelayanan kesehatan untuk ditangani.

3) Ajakan

15 | P E N D E R
Ibu mengatakan setelah mendapat anjuran dokter maka dia
menerapkan hidup sehat contohnya dengan memodifikasi
makanan An.R agak terlihat menarik dan An.R tertarik untuk
makan

4) Kondisi psikologi (kecemasan)

Ibu mengatakan An.R sering menangis jika di berikan obat.

d. Sikap yang berhubungan dengan aktifitas

Reaksi emosional terhadap perilaku yang telah dilakukan


apakah mempertahankan, menghindar, merubah. Ibu mengatakan
membiarkan anaknya bermain dengan biasa.

e. Pengaruh situasional

Keadaan lingkungan sekitar

1) Keadaan lingkungan rumah

Berada di dalam gang yang kotor di pingir kota yang


terpapar polusi, rumah jarang dibersihkan, ventilasi yang
kurang

2) Sanitasi

Menggunakan sumur bor, tempat penampungan limbah


jauh dari rumah, terdapat WC, mempunyai tempat pembuangan
sampah.

3) Komunitas (tetangga) :

Ibu mengatakan An.R sangat ceria dan sering bermain


dengan teman-teman sebayanya di sekitar tempat tinggalnya.

f. Pengaruh interpersonal
1) Dukungan sosial

16 | P E N D E R
Dari segi lingkungan dan keluarga berperan baik dalam
menciptakan hidup sehat

2) Role model

Pasien dan keluarga terdorong untuk menerapkan pola


hidup sehat dan beranggapan sehat itu mahal harganya.

3) Kebudayaan (nilai kepercayaan yang dianut)

Klien dan keluarga, menganut Agama Islam, klien aktif


dalam kegiatan keagamaan.

C. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif

Hubungan antara pasien dan keluarga sangat baik dan aktif dalam hal
menerapkan pola hidup sehat

2. Fungsi perawatan keluarga


a. Kemampuan keluarga mengenal masalah

Keluarga mampu mengenal suatu masalah kesehatan

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Pada saat An.R atau salah satu anggota keluarga mengalami sakit
keluarga mampu memberiakan keputusan yang tepat yaitu di bawa
ke pelayanan kesehatan

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

Keluarga masih malas dalam menjaga kebersihan likungan dan


rumah

17 | P E N D E R
e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

C. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola Nafas tidak efektif
c. Gangguan Pertukaran Gas
d. Defisit Pengetahuan
D. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
NOC:
a. Respiratory status : Ventilation
b. Respiratory status : Airway patency
c. Aspiration Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukkan
keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :
1. Mendemonstrasikan untuk batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Memberi informasi kepada keluarga tentang cara
mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.
NIC :
1. Ajarkan keluarga untuk membantu klien istirahat dan tehnik
napas dalam
2. Ajarkan keluarga mengatur Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Ajarkan kelaurga/ untuk mengatur intake cairan
mengoptimlakan keseimbangan

18 | P E N D E R
4. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
b. Pola nafas tidak efektif
NOC :
a. Respiratory status : Ventilation
b. Respiratory status : Airway patency
c. Vital sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukkan
keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
NIC :
1. Anjurkan keluarga untuk bersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas.
4. Ajarkan bagaimana batuk efektif
5. Monitor pola nafas

c. Gangguan pertukaran gas


NOC :
a. Respiratory Status : Gas exchange
b. Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
c. Respiratory Status : ventilation

19 | P E N D E R
d. Vital Sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Gangguan pertukaran
pasien teratasi dengan kriteria hasi:
1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
2. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
3. Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC :
1. Ajarkan keluargan mengatur posisi pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan
dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)

d. Defisit Pengetahuan
NOC :
a. Knowlwdge : disease process
b. Knowledge : health Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukkan
pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

20 | P E N D E R
NIC :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat pada keluarga.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat pada keluarga
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat pada
keluarga
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada keluarga tentang kondisi pasien,
dengan cara yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan yang baik pada
keluarga
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan keluarga,
dengan cara yang tepat

21 | P E N D E R
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kasus di atas dapat kita lihat bahwa pengkajian teori Nola J
Pender ini menyeluruh, karena dapat kita lihat bahwa pengkajian
meliputi perilaku sebelumnya dan berbagai faktor personal yaitu faktor
biologis, psikologis, sosial budaya, dan perilaku spesifik serta fungsi
keluarga. Semua ini dijelaskan secara terperinci sehingga membantu
sekali dalam dunia keperawatan guna untuk melaksanakan teori Nola J
Pender yaitu Health Promotion Model, yang dimana akan muncul
pencapainaanya dari hasil pengkajian sehingga dapat memudhkan
perawat dalam melakukan intervensi kepada pasien dan keluarga. Maka
dengan Helath Promotion Model ini diharapkan dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.

B. Saran
Dalam menerapkan teori ini seringkali mengalami banyak kendala
dikarenakan banyak individu yang hanya sebatas mendengarkan dan
tidak mau melakukan Health Promotion Model ini karena ada yang
menggangap hal ini membingungkan dan malas dalam menerapkannya.
Ada juga yang berpendidikan redah dan berekonomi rendah, keterbatasan
inilah yang membuat pencapaian kesehatan yang optimal ini kadang
terhambat. Misalnya pada kasus lingkungan tempat tinggal yang jarang
dibersihkan dan nenek An.R yang sering batuk di depan An.R tampa
menutup mulut, seharusnya ketika sudah diberikan Health Promotion
Model, maka kasus-kasus seperti ini dapat ditangani dan diatasi sehingga

22 | P E N D E R
penyakit dapat dicegah dan tidak kembali lagi ataupun tidak akan muncul
penyakit yang baru lagi.

23 | P E N D E R

Anda mungkin juga menyukai