Kelompok 1
Kelas B/Semester VII
1. Ester Eunike Dalegi 17061167
2. Ni Made Pasmiari 17061008
3. Ni Wayan Santika Yanti 17061009
4. Ni Made Sriarmini 17061016
5. Ni Luh Sri Indajuliani 17061018
6. Ega Srinita 17061023
7. Laorensia Eka Lena 17061069
8. Natalia C.L Warfandu 17061012
9. Margareta N. Kadepa 17061010
10. Prisca Umboh 17061017
Dari pengertian di atas kami mengambil kesimpulan bahwa Congenital heart defect merupakan
kelainan ketidaksempurnaan struktur jantung dan perangkatnya yang di bawah sejak lahir.
b. Etiologi
Penyakit jantung bawaan dapat mempunyai beragam penyebab. Penyebab-penyebabnya
termasuk faktor lingkungan (seperti bahan-bahan kimia, obat-obatan dan infeksi-infeksi),
penyakit-penyakit tertentu ibu, abnormalitas chromosome, penyakit-penyakit keturunan (genetic)
dan faktor-faktor yang tidak diketahui (idiopathic). Namun pada dasarnya penyebab penyakit
jantung bawaan ini berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai
delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk.
c. Klasifikasi
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang
sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta vaskuiarisasi
paru:
1. Penyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru Terdapak detek pada
septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran)
darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian
kanan
a. Ventrikel Septum Defek (VSD)
VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari
bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole
b. Atrium Septum Defek (ASD)
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada
septum atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan pada sisi kanan
jantung meningkat
c. Persisten Duktus Arteriosus (PDA)
PDA adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri
pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal
arteri subklavikula kiri. PDA terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab
PDA bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas
2. PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a. Stenosis aorta
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri
mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah.
b. Stenosis pulmonal
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup, normal tetapi
puncaknya menyatu
c. Koarktasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara
3. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
4. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
e. Pathway
Duktus arteriosus
Pirau darah v. kiri v. kanan
Darah masuk ke aorta Defek septum ventrikel
Intoleransi
Aktifitas
Gangguan pertukaran gas
Workload
f. Prognosis
Prognosis pada bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan yang berat dan kritis
(sianotik) memiliki angka ketahanan hidup 1 tahun (1-year survival rate) sebesar 75,2%.
Sedangkan bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan yang bukan kritis, angka ketahanan
hidup 1 tahun mencapai 97,1% .
Pasien penyakit jantung bawaan yang bukan kritis yang dapat mencapai usia dewasa atau
di atas 18 tahun sebesar 95,4%, sedangkan pasien dengan penyakit jantung bawaan yang kritis
hanya 68,8%. Pasien jantung bawaan dewasa dengan tes latihan kardiopulmoner yang baik
memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi. Tes latihan kardiopulmoner dapat dijadikan
prediktor untuk prognosis penyakit jantung bawaan. Pasien dengan puncak konsumsi oksigen
yang rendah memiliki mortalitas yang lebih tinggi.
PJB yang sering ditemukan, yaitu sekitar 30 % dari seluruh kelaianan jantung kongenital.
Prognosis sangat ditentukan dengan besar kecilnya defek dan resistensi pulmonal.3,18 Hanya
sekitar 25 % pasien dengan DSV dapat bertahan hidup sampai usia 20 tahun dan kurang dari 10
% yang masih mampu mencapai usia 40 tahun.18 Pada defek yang kecil pasien tidak
memperlihatkan keluhan, tidak ada gangguan tumbuh kembang. Pada defek yang sedang dan
besar, anak biasanya mengalami sesak nafas pada waktu minum, tidak menghabiskan makanan
atau butuh waktu lama untuk menghabiskannya, aktivitas terbatas, gangguan pertumbuhan
terlihat nyata, dan sering mengalami ISPA. Pada defek yang besar, resistensi pulmonal bisa
berkembang melebihi resistensi sistemik, sehingga akan tampak sianosis dan disebut Sindrom
Eisenmenger. Dapat terjadi endokarditis infektif.
g. Pemeriksaan Penunjang
EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis iskemia dan kerusakan
pola mungkin terlihat disritmia, misal takikardia, fibrikasi atrial, mungkin sering terdapat
KVP
Sonogram (ekokardiogram, ekokardiagram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katub/area penurunan kontraktilitas ventricular
Skan jantung : Multigated Acquisition (MUGA) tindakan penyuntikan fraksi dan
memperkirakan gerakan dinding
Katerisasi jantung : tekanan abnormal merupakan indikasi membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan versus kiri dan stenosis katup / insufisiensi
Rontgen dada: dapat menunjukkan perbesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi /
hipertrofi bilik / perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan
pulmonal.
Penggunaan obat-obatan
Beberapa contoh penyakit jantung bawaan yang dapat ditangani dengan obat
adalah patent ductus arteriosus, transposisi arteri besar, dan truncus arteriosus.
Kateterisasi jantung
Kateterisasi dilakukan untuk memperbaiki kelainan jantung tanpa perlu melakukan
operasi. Pada prosedur ini, kateter (selang tipis dan lentur) dimasukkan melalui pembuluh
darah di tungkai pasien menuju jantung dengan bantuan teknologi pemindaian gambar
(Rontgen, CT scan).
Setelah kateter berada di posisi yang tepat, sebuah alat kecil akan dimasukkan
melalui kateter untuk mengatasi kelainan atau cacat pada jantung. Katerisasi bisa
dilakukan dengan angioplasti dan valvuplasti.Beberapa contoh penyakit jantung bawaan
yang dapat ditangani dengan teknik ini adalah stenosis katup aorta, defek septum, dan
transposisi arteri besar.
Operasi jantung
Langkah ini dilakukan bila kateterisasi tidak berhasil. Operasi dilakukan untuk menambal
atau menjahit lubang di jantung, memperbaiki atau mengganti katup jantung, atau
melebarkan pembuluh darah.
CABG (coronary artery bypass grafting) adalah salah satu contoh prosedur bedah
jantung. Beberapa contoh penyakit jantung bawaan yang dapat ditangani dengan cara ini
adalah koarktasio aorta dan Tetralogy of Fallot.
Transplantasi jantung
Jika kelainan jantung tidak bisa diperbaiki, maka transplantasi jantung dapat menjadi
pilihan penanganan terakhir. Transplantasi jantung dilakukan dengan mengganti jantung
yang bermasalah dengan jantung yang sehat dari pendonor.
Setelah penanganan, pemeriksaan rutin ke dokter tetap perlu dilakukan. Hal ini
karena penyakit berpotensi muncul kembali di kemudian hari. Selain itu, fungsi jantung
juga dapat menurun seiring pertambahan usia.
Agar kondisi jantung tetap sehat, pasien disarankan untuk rajin berolahraga. Umumnya,
dokter menyarankan untuk melakukan olahraga ringan seperti berjalan dan berenang.
c. Tersier
Setelah menjalani pengobatan penyakit jantung bawaan, kondisi kesehatan anak tentu
saja akan jauh lebih baik ketimbang sebelumnya. Khususnya bayi dan anak-anak yang
mendapatkan penanganan PJB di waktu yang tepat atau sedini mungkin.Ia juga
menambahkan bahwa mengobati penyakit jantung bawaan pada anak secepat mungkin akan
membantunya perkembangannya dengan baik dan normal selama masa kanak-kanak. Meski
begitu, anak tetap membutuhkan perawatan jangka panjang sampai usianya dewasa. Anak
yang telah mendapatkan pengobatan penyakit jantung bawaan, baik operasi maupun non-
operasi PJB, harus mendapatkan gizi yang cukup untuk pemulihan lukanya. Ini bisa
dilakukan dengan menerapkan diet khusus untuk cacat jantung bawaan.
Asupan gizi yang didapatkan anak juga harus baik, karena ada luka bekas di
operasi di tubuhnya. Nah, dalam proses penyembuhan luka tersebut butuh asupan protein
yang cukup dari makanan hariannya.Dalam proses penyembuhan luka, anak butuh asupan
yang cukup dari makanan hariannya,usahakan anak mendapatkan status gizi yang baik.
Asupan susu setiap harinya juga tidak boleh terlewatkan, terutama jika pengobatan penyakit
jantung bawaan dilakukan saat masih bayi.
Meski pengobatan anak sudah selesai. perawatan anak dengan penyakit jantung bawaan
tetap dipantau secara rutin ke dokter agar tetap sehat. Terlebih pada beberapa bulan setelah
operasi, kontrol ke dokter setidaknya satu kali sebulan. Kalau sudah masuk 6 bulan pasca-
operasi, kontrol kesehatan anak bisa dilakukan setiap 6 bulan sekali. jadwal cek kesehatan
anak lama-lama juga bisa dilakukan selama beberapa kali dalam setahun sebagai perawatan
jangka panjangnya.
Ada pula pencegahan yang dapat dilakukan pada ibu hamil yaitu sebagai berikut :
Ibu hamil dapat menekan risiko bayi PJB dengan langkah-langkah:
• Melakukan vaksinasi rubella dan flu, jika belum melakukannya.
• Rajin mengonsumsi asam folat selama trimester pertama kehamilan.
• Mengkontrol gula darah sebelum dan selama kehamilan, jika menderita diabetes.
• Melakukan kontrol rutin selama kehamilan .
Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengertian
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek
keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang
berkompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruangan gawat darurat. Asuhan
keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah biologi, psikologi dan sosial klien, baik
aktual maupun potensial yang timbul secara bertahap maupun mendadak.
Kegiatan asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan sistematikan proses
keperawatan yang merupakan suatu metode ilmiah dan panduan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas dalam rangka mengatasi masalah kesehatan pasien.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi : pengkajian, diagnosa
keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi. asuhan keperawatan di ruang gawat
darurat seringkali dipengaruhi oleh karakteristik ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga
dapat menimbulkan asuhan keperawatan spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan.
Karakteristik uni dari raungan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistem asuhan
keperawatan antara lain :
Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan jumlah
klien yang datang ke ruang gawat darurat.
Keterbatasan sumber daya dan waktu
Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh usia,
seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas.
Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan kecepatan
dan ketepatan yang ting
Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang bekerja
di ruang gawat darurat.
Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum keperawatan yang diberikan oleh perawat di
ruang gawat darurat meliputi :
a. Penjaminan keamanan diri perawat dan klien terjaga : perawat harus menerapkan
prinsip universal precaution dan men cegah penyebaran infeksi.
b. Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menetapkan diagnosa
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan.
c. Tindakan keperawatan meliputi : resucitasi dan stabilisasi diberikan untuk
mengatasi masalah biologi dan psikologi klien.
d. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan untuk
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat.
e. Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
f. Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat
g. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.
A. Pengkajian
Standard : perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial di
awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam
lingkup kegawatdaruratan.
Keluaran : adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien gawat
darurat
Proses : pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian dalam dua bagian : pengkajian primer dan
pengkajian skunder.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS.
Adapun cara yang cukup jelasa dan cepat adalah:
Awake : A
Respon bicara: V
Respon nyeri : P
Tidak ada respon: U
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang,
maka imobilisasi in line harus dikerjakan.
2. Pengkajian Sekunder
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
2) Perfusi perifer tidak efektif b/d Penurunan aliran arteri dan/atau vena
3) Penurunan curah jantung b/d perubahan preload
4) Gangguan tumbuh kembang b/d efek ketidakmampuan fisik
5) Intoleransi Aktivitas b/d kelemahan
c. Rencana tindakan keperawatan dan rasional
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Gangguan Setelah dilakukan Observasi
pertukaran gas tindakan keperawatan Identifikasi Untuk
b/d selama 1 jam maka adanya mengetahui
ketidakseimban diharapkan masalah kelemahan otot adanya
gan ventilasi keperawatan bantu nafas. kelemahan
perfusi gangguan pertukaran otot bantu
gas dapat teratasi nafas
dengan kriteria hasil :
Untuk
Bunyi nafas Monitor status mengetahui
tambahan respirasi dan status
menurun (5) oksigenasi (mis.
respirasi
Pola nafas Frekuensi dan
dan
membaik (5) kedalaman nafas,
enggunaan otot oksigenasi
PO2 membaik apakan
(5) bantu nafas,
bunyi nafas masih
Sianosis bedara di
tambahan, satu
membaik (5) rasi oksigen). batas
normal atau
tidak
Edukasi Teknik
Ajarkan relaksasi
melakukan napas
teknik relaksasi dalam
nafas dalam merupakan
terapi yang
baik untuk
meringanka
n
Terapeutik
Ertahankan Agar jalan
keatenan jalan napas
nafas terhindar
dari subatan
yang
menghalang
i udara
masuk
Untuk
Berikan memenuhi
oksigenasi kebutuhan
sesuai oksigen
kebutuhan (mis. yang akan
Nasalkanul, masuk
simple mask, dalam
masker
tubuh agar
rebreathing
tidak terjadi
atau non
rebreathing). ganguan
pertukaran
gas
Kolaborasi Bronkodilat
Kolaborasi or adalah
pemberian kelompok
bronchodilator, obat yang
jika perlu digunakan
untuk
melegahkan
pernapasan.
Edukasi Asupan
Anjurkan lemak jenuh
program diet dan minyak
untuk ikan omega
memerbaiki 3 yang
sirkulasi (mis. berlebihan
Rendah lemak menyebabka
jenuh, minyak n resiko
ikan omega 3) penyebab
kardiovasku
ler
Anjurkan Untuk
program menginterve
rehabilitasi nsi faktor
vaskuler resiko dan
pengembalia
n pasien ke
kondisi
fisik,mental,
sosial
terbaiknya
Terapeutik Akan
Hindari mengakibata
pemasangan kan
infus atau penurunan
pengambilan
sirkulasi
darah diare
darah ke
keterbatasan
perifer
perfusi
Hindari Akan
pengukuran menghamba
tekanan darah t sirkulasi
pada ekternitas darah ke
dengan perifer
keterbatasan
perfusi
3. Penurunan Setalah dilakukan Observasi
curah jantung tindakan keperawatan Identifikasi Untuk
b/d perubahan selama 1 jam maka di tanda/gejala memastikan
preload harapkan masalah primer bahwa klien
keperawatan penurunan curah mengalami
penurunan curah jantung (meliuti penurunan
jantung dapat teratasi dyspnea, curah
dengan kriteria hasil : kelelahan, jantung
Dyspnea edema,
menurun (5) peningkatan CVP
Sianosis/pucat Saturasi
menurun (5) Identifikasi oksigen
Lelah menurun tanda/gejala merupakan
(5) sekunder elemen
penurunan curah paling
Edema
jantung (meliputi penting
menurun (5) peningkatan
dalam
berat badan,
pengobatan
hepatomegaly,
palpitasi, ronkhi pasien jika
basah, batuk, kekurangan
oliguria, kulit maka akan
pucat). menyebabka
n kondisi
efek
samping
yang akut
Untuk
Monitor satu rasi mengetahui
oksigen grafik
tegangan
versus
waktu
aktiitas
listrik
jantung
mengunakan
elektorda
yang
dipasang
Agar tidak
Monitor EKG 12 terjadi
sadapan kekakuan
pada otot
dan
memperlanc
ar aliran
darah
Edukasi Untuk
Anjurkan meningkatk
beraktifitas fisik an ekspansi
sesuai toleransi
paru
Terapeutik Agar tidak
Posisikan pasien menyebabka
semi fowler atau n
fowler dengan efeksamping
kaki kebawah yang akut
atau posisi
nyaman berikan
diet jantung yang
sesuai (mis.
Batasi asupan
kafein, natrium,
kolestrol, dan
makanan tinggi Kelompok
lemak). obat yang
Berikan oksigen digunakan
untuk untuk
memeertahankan menagani
satu rasi oksigen kondisi
>94% aritmia
Untuk
Kolaborasi menginterve
Kolaborasi nsi faktor
pemberian resiko dan
antiaritmia, jika pengembalia
perlu
n pasien ke
Rujuk keprogram
kondisi
rehabilitasi
fisik,mental,
jantung
sosial
terbaiknya
Daftar Pustaka