DI SUSUN OLEH ;
TAHUN 2020
A.Definisi
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau congenital heart disease adalah kelainan pada struktur
dan fungsi jantung yang sudah ada sejak lahir. Kondisi ini dapat mengganggu aliran darah dari dan ke
jantung, sehingga bisa berakibat fatal. Penyakit jantung bawaan merupakan penyebab cacat lahir
yang paling sering ditemui. Meski demikian, jenis dan tingkat keparahan kondisi ini sangat
beragam. Sebagian kondisi hanya memerlukan pemantauan rutin, sebagian lainnya memerlukan
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak bayi baru lahir , jadi
kelainan tersebut sudah terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelainan ini tidak selalu memberikan
gejala yang segera setelah bayi lahir. Tidak jarang kelainan tersebut baru muncul setelah bayi
berusia beberapa bulan atau beberapa tahun . kelainan jantung bawaan merupaka kelainan yang
di sebabkan gangguan perkembangan sitem kardiovaskuler pada embrio yang di duga karena
B.Etiologi
Penyebab PJB tidak diketahui secara pasti. Sekitar 2-5 % kelainan ini erat hubungannya
dengan abnormalitas kromosom yang diduga menjadi faktor endogen.18 Berbagai jenis obat,
penyakit ibu, pajanan terhadap sinar X, diabetes mellitus, lupus eritematosus, defisiensi vitamin
khususnya vitamin D, rokok, alkohol diduga menjadi faktor eksogen PJB. Penyakit rubella yang
diderita ibu pada awal kehamilan dapat menyebabkan PJB, terutama duktus arteriosus persisten,
DSV, atau stenosis pulmonal perifer. Para ahli menduga lebih dari 90 % kasus penyebabnya
adalah multifaktorial. Dan apapun penyebabnya, harus ada sebelum akhir bulan kedua
kehamilan. Hingga saat ini, penyebab CHD belum diketahui secara pasti. Beberapa kondisi pada
ibu yang diperkirakan meningkatkan risiko terjadinya CHD pada anaknya antara lain diabetes,
penyakit infeksi (misalnya rubella, demam dan influenza) terutama pada kehamilan trimester
1.Gejala yang muncul pada pasien dengan CHD dan kapan gejala tersebut muncul sangatlah
bervariasi, tergantung dari jenis CHD yang diderita. Gejala dapat muncul sesaat setelah lahir,
2.Beberapa gejala yang dapat terlihat pada pasien dengan CHD antara lain gangguan dalam
menyusu, berkeringat saat menyusu, kebiruan terutama di lidah dan selaput lendir mulut,
gangguan pertumbuhan, gangguan aktivitas (misal pasien tampak tidak se-aktif teman-teman
sebayanya), dan sesak napas. Pasien yang sudah lebih besar dapat mengeluhkan adanya nyeri
3.Pada bayi dengan penyakit jantung bawaan umumnya mengalami gangguan saat menyusu.
Bayi tidak dapat meminum ASI dalam jumlah banyak dan waktu yang lama (tersendat-sendat
atau berhenti sejenak). Bayi banyak berkeringat terutama di bagian dahi saat meminum ASI,
kadang dapat disertai nafas yang terengah-engah atau bahkan muncul warna kebiruan di mulut,
dan ujung-ujung kaki serta tangan. Bayi sering mengalami infeksi saluran nafas berulang dan
berat badan bayi kurang dari rata-rata, tidak bertambah atau hanya bertambah sedikit setiap
bulannya.
4.Pada anak balita, gangguan pertumbuhan dan perkembangan terlihat lebih nyata. Anak dengan
PJB umumnya mudah merasa kelelahan saat beraktivitas. Pada anak yang lebih tua, dapat
mengalami sesak nafas saat tidur berbaring disertai bengkak pada wajah, perut, atau anggota
gerak. Seringkali anak juga merasa berdebar-debar, disertai nyeri dada atau bahkan pingsan.
5.Hati-hati pada anak dengan PJB sianotik dapat mengalami spell apabila anak sedang menyusu
atau menangis dalam jangka waktu lama yaitu suatu episode yang ditandai oleh nafas yang
terlihat lebih cepat dan dalam, merintih, muncul warna kebiruan atau terlihat semakin biru, dapat
disertai penurunan kesadaran ataupun kejang, bahkan dapat berakhir pada kematian. Anak yang
lebih besar umumnya akan berjongkok agar merasa lebih baik saat episode spell terjadi.
D. Jenis PJB
Ada banyak jenis penyakit jantung bawaan. Namun, secara umum gangguan ini dapat dibagi
Kondisi ini disebabkan oleh tidak berfungsinya katup akibat kelemahan atau tertutupnya katup
jantung sejak lahir. Beberapa kelainan jantung bawaan jenis ini adalah:
• Tricuspid atresia, terjadi saat katup antara serambi kanan dan bilik kanan tidak terbentuk.
• Pulmonary atresia, terjadi karena gangguan pada katup antara bilik kanan dan paru-paru,
• Stenosis katup aorta, terjadi saat katup antara bilik kiri dan aorta tidak terbentuk sempurna dan
jantung dan berkumpulnya darah pada bagian yang tidak seharusnya. Contoh PJB jenis ini
adalah:
• Defek septum pada ventrikel atau atrium, terjadi saat ada lubang di dinding bilik atau atrium
jantung.
• Tetralogy of Fallot, terjadi saat ada kombinasi empat PJB saat lahir, seperti defek septum dan
Kelainan ini terjadi pada pembuluh darah arteri dan vena dari dan ke jantung yang menyebabkan
hambatan pada aliran darah dari dan menuju jantung. Contoh PJB jenis ini antara lain:
• Patent ductus arteriosus (PDA), terjadi saat ada celah atau lubang di pembuluh darah aorta yang
• Transposisi arteri besar (TAB), terjadi saat posisi arteri pulmonal (pembuluh darah dari jantung
• Truncus arteriosus, terjadi saat ada pemisahan tidak sempurna antara aorta dan arteri paru-paru.
E. Patofiologi
Patofisiologi penyakit jatung bawaan dimulai dari masa embrio. Jantung adalah salah satu organ
membentuk tiga lapisan, yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Dari lapisan mesoderm
terbentuk otot, jaringan ikat di kepala, badan, dan tulang, serta sistem kardiovaskular.
Pembentukan jantung primitif berlangsung pada sekitar hari ke-20 sejak terjadi konsepsi.
Jantung terbentuk dari dua tabung endokardium yang menyatu dan kemudian masuk ke regio
toraks seiring dengan terjadinya lipatan embrio. Bagian tabung yang menyatu membentuk
jantung sementara bagian yang tidak menyatu pada bagian atas dan bawahnya membentuk
F. Klasifikasi
PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung bawaan asianotik dan
sianotik. PJB asianotik ini tidak ditemukan gejala atau tanda sianosis, tetapi ditemukan pirau kiri
ke kanan atau obstruksi jalan keluar ventrikel. PJB sianotik bersifat lebih komplek dan ditandai
dengan adanya sianosis akibat adanya pirau kanan ke kiri sehingga darah dari vena sistemik yang
Pembentukan struktur
kardiovarkuler tidak sempurna
PJB
Asianotik sianotik
Aliran darah ke
Transposisi arteri besar,
DVS, DSA, DAP Koarktasio aorta, paru
total anomalous
stenosis aorta ,
pulmonary , venous
stenosis pulmonal
retum, trueus arteriosus
,hypoplastia left heart
syndom
Penanganan
Penurunan curah
Pembedahan
jantung
H. Klasifikasi
PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung bawaan asianotik dan
sianotik. PJB asianotik ini tidak ditemukan gejala atau tanda sianosis, tetapi ditemukan pirau kiri
ke kanan atau obstruksi jalan keluar ventrikel. PJB sianotik bersifat lebih komplek dan ditandai
dengan adanya sianosis akibat adanya pirau kanan ke kiri sehingga darah dari vena sistemik yang
I. Manifestasi Klinis
Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat memberikan gejala yang menggambarkan
kekerapan infeksi saluran napas berulang, dan terdengarnya bising jantung, dapat merupakan
petunjuk awal terdapatnya kelainan jantung pada seorang bayi atau anak.
a. Gangguan pertumbuhan. Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan
pertumbuh-
an timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB sianotik, gangguan pertumbuhan timbul
akibat hipoksemia kronis. Gangguan pertumbuh-an ini juga dapat timbul akibat gagal jantung
kronis
dilihat
pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar mulut. Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis
sentral) perlu dibedakan pada sianosis perifer yang sering didapatkan pada anak yang
kedinginan.
c. Toleransi latihan. Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk
menggambarkan
status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan jantung. Pasien gagal jantung selalu
menunjukkan toleransi latihan berkurang. Gangguan toleransi latihan dapat ditanyakan pada
orangtua dengan membandingkan pasien dengan anak sebaya, apakah pasien cepat lelah, napas
menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang biasa, atau sesak napas dalam keadaan istirahat.
Pada bayi dapat ditanyakan saat bayi menetek. Apakah ia hanya mampu minum dalam jumlah
sedikit, sering beristirahat, sesak waktu mengisap, dan berkeringat banyak. Pada anak yang lebih
besar
ditanyakan kemampuannya berjalan, berlari atau naik tangga. Pada pasien tertentu seperti pada
d. Infeksi saluran napas berulang. Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke paru
sehingga
mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli jantung anak karena anak
sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak sedikit pasien PJB yang sebelum-nya
e. Bising jantung. Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam menentukan
penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini yang merupakan alasan anak dirujuk
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi bising, derajat serta penjalarannya dapat
menentu-kan jenis kelainan jantung. Namun tidak terdengarnya bising jantung pada pemeriksaan
fisis, tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga menderita
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit jantung bawaan antara lain.
1. Sindrom Eisenmenger. Komplikasi ini terjadi pada PJB non-sianotik yang menyebabkan aliran
darah
ke paru yang meningkat. Akibatnya lama kelamaan pembuluh kapiler di paru akan bereaksi
dengan
meningkat.
Jika tekanan di ventrikel kanan melebihi tekanan di ventrikel kiri maka terjadi pirau terbalik dari
kanan ke kiri sehingga anak mulai sianosis. Tindakan bedah sebaiknya dilakukan sebelum timbul
komplikasi ini.
2. Serangan sianotik. Komplikasi ini terjadi pada PJB sianotik. Pada saat serangan anak menjadi
lebih biru dari kondisi sebelumnya, tampak sesak bahkan dapat timbul kejang. Kalau tidak cepat
3. Abses otak. Abses otak biasanya terjadi pada PJB sianotik. Biasanya abses otak terjadi pada
anak
yang berusia di atas 2 tahun. Kelainan ini diakibatkan adanya hipoksia dan melambatnya
aliran darah di otak. Anak biasanya datang dengan kejang dan terdapat defisit neurologi
H. Pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan enzim jantung dapat dilakukan untuk menilai kondisi klinis pasien yang mengalami
2.Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan rontgen toraks dapat terlihat bentuk dan ukuran jantung yang normal pada
penyakit jantung bawaan yang minor dengan lesi yang kecil. Pada kelainan yang lebih mayor
Gambaran rontgen toraks yang dapat ditemukan salah satunya adalah kardiomegali dan
peningkatan corakan arteri pulmonal yang menggambarkan peningkatan aliran darah pulmonal
yang lebih tinggi dari aliran darah sistemik. Bisa juga ditemukan gambaran ventrikel kanan yang
membesar dan arteri pulmonal sentral yang besar namun sempit di perifer (tree in winter
apperance), keadaan ini biasa terlihat pada resistensi pembuluh darah pulmonal yang tinggi
ataupun pada VSD. Pada koarktasio aorta dapat ditemukan gambaran dilatasi pada aorta
asendens dan konstriksi pada area yang mengalami koarktasio (hour glass). Sedangkan pada
3. Elektrokardiografi
Gambaran sadapan elektrokardiografi (EKG) pada penyakit jantung bawaan dapat normal,
namun bisa juga ditemukan deviasi aksis QRS karena kelainan arah listrik jantung akibat struktur
4. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi pada penyakit jantung bawaan berfungsi untuk menilai ruang
jantung dan mengukur ukuran defek yang terjadi. Ekokardiografi dengan Doppler dapat menilai
arah aliran darah maupun adanya refluks. Selain itu ekokardiografi dapat menilai ukuran pangkal
aorta dan pembuluh darah besar lainnya. Pemeriksaan ekokardiografi transesofageal biasanya
Prinsip penatalaksanaan penyakit jantung bawaan adalah korektif. Koreksi dapat dilakukan
dengan tindakan bedah. Namun pada sebagian kasus minor dapat terjadi koreksi seiring
perkembangan usia. Tatalaksana dengan medikamentosa bertujuan untuk mengurangi beban
jantung dan menurunkan resistensi paru. Pada kasus sianotik seperti Transposition of Great
Arteries (TGA) atau Tetralogy of Fallot (TOF) dibutuhkan agar duktus arteriosus dipertahankan
1.Berobat Jalan
Pasien dengan penyakit jantung bawaan yang memiliki tanda vital stabil, defek minimal, dan
tanpa komplikasi, bisa berobat jalan. Namun demikian, harus diingat bahwa penatalaksanaan
2.Persiapan Rujukan
Pasien dengan penyakit jantung bawaan harus dirujuk ke ahli kardiologi atau ahli bedah jantung
untuk dilakukan tindakan korektif maupun paliatif. Prinsip penanganan penyakit jantung bawaan
3.Medikamentosa
sebagai akibat komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau akibat kelainan lain yang
menyertai. Dalam hal ini, medikamentosa diberikan untuk meringankan gejala dan
mempersiapkan operasi. Lama dan cara pemberian obat, bergantung pada penyakit
yangdihadapi. Medikamentosa yang dapat diberikan antara lain adalah oksigen, prostaglandin
5.Prostaglandin E1, diberikan untuk mempertahankan agar duktus arteriosus tetap terbuka.
Diberikan dengan dosis 0,1 mcg/kg/menit, kemudian bila sudah terjadi perbaikan dapat
diturunkan menjadi 0,05 mcg/kg/menit. Obat ini bekerja 10-30 menit setelah pemberian, dan
perbaikan klinis ditandai dengan kenaikan PaO2 15-20 mmHg dan perbaikan pH.
6.Diuretik, digunakan untuk menurunkan kongesti pada keadaan seperti gagal jantung, dapat
diberikan dengan dosis 1-2 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis per oral maupun intravena.
7.Digoksin diberikan bila terdapat tanda gagal jantung dengan dosis 30 mcg/kg. Dosis pertama
diberikan setengah dari dosis digitalisasi, kemudian dosis kedua diberikan 8 jam setelahnya
sebanyak seperempat dari dosis digitalisasi, dan dosis ketiga diberikan 8 jam setelah itu sebanyak
seperempat dosis digitalisasi. Dosis rumatan dapat diberikan 8 – 12 jam setelah dosis terakhir,
sebanyak seperempat dosis dogitalisasi. Digoksin tidak boleh diberikan pada pasien dengan
tanda perfusi sistemik yang buruk atau pasien dengan gangguan ginjal.
8.Obat inotropik isopreterenol dapat diberikan bila terjadi bradikardia pada komplikasi gagal
jantung dengan dosis 0,05 – 1 mcg/kg/menit. Apabila terdapat takikardia, dapat diberikan
9.Vasodilator yang biasa digunakan adalah ACE-inhibitor kaptopril untuk menurunkan resistensi
vaskular sistemik dan pulmonal. Dosis kaptopril yang digunakan pada penyakit jantung bawaan
Bedah Jantung
1.Operasi bedah jantung yang dapat dilakukan pada penyakit jantung bawaan antara lain adalah
banding arteri pulmonalis, shunt sirkulasi sistemik dan pulmonal, serta septosomi atrium.
2.Banding arteri pulmonalis dilakukan untuk memperkecil diameter arteri pulmonalis pada
kasus dengan aliran pulmonal berlebihan akibat pirau dari kiri ke kanan. Sedangkan shunt
sirkulasi sistemik-pulmonal dilakukan untuk mengatasi kurangnya aliran darah ke paru, misalnya
menyambungkannya ke arteri pulmonalis kiri atau kanan. Selain itu, operasi paliatif lain adalah
septostomi atrium dengan cara memasukkan kateter balon melalui arteri femoralis.
3.Kardiologi Intervensi
Kardiologi intervensi bersifat lebih kurang invasif dibandingkan dengan operasi terbuka.
Beberapa prosedur intervensi yang dapat dilakukan antara lain Ballon atrial septostomy, ballon
pulmonal valvuloplasty, dan penutupan ASD dengan Amplatzer Ductal Occluder (ADO).
4.Ballon atrial septostomy adalah prosedur rutin yang dilakukan pada pasien yang memerlukan
percampuran darah lebih baik, misalnya pada seperti Transposition of Great Arteries (TGA)
dengan septum ventrikel yang utuh. Prosedur ini dilakukan dengan membuat lubang di septum
interatrium, dan biasanya dilakukan di ruang rawat intensif dengan bimbingan ekokardiografi.
5.Ballon Pulmonal Valvuloplasty (BPV) kini merupakan prosedur standar untuk melebarkan
katup pulmonal yang menyempit, dengan keluaran yang cukup baik dan biaya yang lebih murah
dibandingkan operasi bedah terbuka. Selain itu, ada juga Balloon Mitral Valvotomy (BMV) yang
umumnya dikerjakan pada kasus stenosis katup mitral akibat demam reumatik, dan Balloon
Aortic Valvuloplasty (BAV) yang belum dilakukan rutin dan kasusnya juga jarang dijumpai.
Penyumbatan duktus arteriosus menggunakan coil Gianturco juga terkadang dilakukan namun
belum dianggap rutin karena harga coil dan peralatan untuk memasukkan coil tersebut cukup
mahal.
6.Penutupan duktus arteriosus persisten bisa dilakukan dengan menggunakan umbrella, coil dan
Amplatzer Ductal Occluder (ADO), sedangkan untuk defek septum atrium ditutup dengan
K. Diagnosa
2. intolenrasi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara pemakaian oksigen oleh
K.pengkajian data
1. keadaan umum
-lelah
-sesak
2. TTV
TTD : 100/80x/menit
Nadi : 120x/menit
Nafas : 30x/menit
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. E
Umur : 4 th
Pendidikan : TK
No. RM : 12345
Nama : Ny. M
Umur : 25 th
C. KELUHAN UTAMA
Mudah lelah dan sesak tampak lemah , makan dan minum di tempat tidur .
D. pemeriksaan fisik
Meliputi :
Dari hasil pemeriksaan fisik pada penyakit jantung congenital (CDH) adalah :bayi baru lahir
berukuran kecil dan berat badan krang ,anak terlihat pucat ,banyak keringat bercucuran ,ujung
a.Diameter dada bertambah ,sering terlihat penonjolan dada kiri tanda yang menonjol adalah
nafas pendek dan retraksi pada jugulum ,selaintrakostal dan region epigastrium
d.pusing ,tanda tanda ini lebih Nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak
terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum
e. adanya kenaikan tekanan darah .tekanan darah lebih tinggi pada lengan dari pada kaki .denyut
nadi pada lengan atas terasa kuat ,tetapi lemah pada popliteal dan femoral
A.Pengkajian
1. riwayat kehamilan
riwayat terjadinya infeksi padaa ibu selama trimester pertama .agen penyebab lain adalah
rubella ,influenza atau chicken fox.riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus
dengan ketergantungan pada insulin kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik,terutama
termasuk menjaga gizi ibu,dan tidak kecanduan obat obatan dan alcohol,tidak merokok
2. riwayat persalinan
proses kelahiran atau secara alami atau adanya factor factor yang memperlama proses
persalinan ,penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan
SC.
riwayat keturunan dengan memperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami
4.Usia
Perlu diketahui pada usia berapa gejala mulai timbul. Pada anak dengan KJB gejala tersebut
tidak selalu disertai dengan tanda-tanda yang spesifik, karena anak dapat melakukan aktivitas
secara normal. Kadang-kadang gejala muncul setelah anak remaja atau menginjak dewasa.
5. Pertumbuhan dan perkembangan
Sebagian anak yang menderita KJB dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Pada
beberapa kasus yang spesifik, seperti VSD, ASD, dan TF, pertumbuhan fisik anak terganggu
terutama berat badannya.anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena infeksi saluran
nafas. Sedangkan untuk perkembangannya, yang sering mengalami gangguan adalah aspek
motoriknya.
6.Pola aktivitas
Anak-anak yang menderita TF sering tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-harinya secara
normal. Apabila melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi, seperti berlari,
bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/minum tergesa-gesa, menangis, atau tiba-tiba duduk
jongkok (squating), anak dapat mengalami serangan sianosis. Hal ini dimaksudkan untuk
memperlancar aliran darah keotak. Kadang-kadang anak tampak pasif dan lemah, sehingga
Suhu anak yang menderita KJB adalah rekatif/normal selama tidak didapatkan tanda-tanda
infesi. Nadi pada masa bayi secara normal lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak.
Pada anak yang mengalami kesulitan nafas/sesak nafas sering didapatkan tanda-tanda retraksi
otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung, dan nafas cepat, sementara pada bayi sering ditandai
dengan minum/menetek yang sering berhenti. Sesak nafas ini sering timbul bila melakukan
mentis. Dalam keadaan yang memburuk, seperti ketika anak mengalami gagal jantung, kesadaran
8.Sianosis
Terutama terjadi pada kasus TF. Harus dibedakan antara sianosis perifer dan sianosis sentral.
Sianosis perifer terjadi karena vasokonstriksi pembuluh darah, terutama pada bagian perifer yang
dapat dilihat pada ujung-ujung ekstremitas. Sedangkan pada sianosis sentral, warna kebiruan
dapat dilihat pada membran mukosa, seperti lidah, bibir, dan konjungtiva. Sianosis sentral dapat
timbul selama melakukan aktivitas, seperti menangis atau makan tergesa-gesa. Pada diaknosis
yang berat, tanpa melakukan aktivitas apapun warna pucat kebiruan sudah tampak. Sianosis ini
tidak selalu ada pada penyakit jantung bawaan. Hal ini bergantung pada letak kelainannya.
Misalnya saja pada VSD atau ASD tanda sianosis ini tidak tampak.
9.Pemeriksaan penunjang
a. Ultra Sono Grafi (USG) dada yang digunakan untuk menentukan besar jantung, bentuk
vaskularisasi paru, sera untuk mengetahui keadaan thymus, trachea, dan osephagus
b. Elektro Cardiografi (ESG) berguna untuk mengetahui adanya aritmia atau hipertofi
d. Kateterisal dan angiografi untuk mengetahui gangguan anatomi jantung yang dilakukan
1. Program Terapy
Apabila terdapat sianosis maka diperlukan optimalisasi fisik dan mental untuk persiapan operasi.
Observasi tanda-tanda vital dan terapy suportif tetap diperlukan meskipun anak tidak mengalami
b.sianosis
Kasus : Balita laki laki usia 4 tahun di rawat di ruang anak dengan PJB hasil pengkajian ibu
mengatakan anaknya bila bermain mudah lelah dan sesak tampak lemah , makan dan minum di
tempat tidur . terdapat murmur , akral dingin, CRT > 3detik , frekuensi nadi 120x/menit ,
1. Diagnosa Kerawatan
ANALISA DATA
Nama : An. E
No RM :
di tempat tidur .
lemah.
TD : 110/80mmHg
N: 120x/menit
S: 36,7c
RR :20x/menit
INTERVENSI
Nama : An. E
No RM :
kulit . ( 4)
2. tegakkan derajat
sionisis
( sirkumoral,
membrane mukosa,
clubbing )
3. monitor tanda
tanda CHF
( gelisah , takikardi,
tachypnea, sesak ,
mudah lelah ,
periorbital edema,
oliguria, dan
hepatomegaly )
4. kolaborasi
pemberian digoxin
sesuai order,
dengan
menggunakan
teknik pencegahan
bahaya toksisits.
5. Berikan
pengobatan untuk
menurunkan
afterload
6. Berikan diuretic
sesuai indikasi
IMPLENTASI
Nama : An. E
No RM :
2. mulai berkurang
hematocrit mengatakan
menjaga aktivitas.
keseimbangan
5. berikan beraktivitas
6. mencegah mmHg
Frekuensi nafas :
30x/menit
A: Masalah
teratasi
P : lanjut
Intervensi