Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGA TETRALOGY OF FALLOT

A. Definisi Penyakit

TOF ( Tetralogy Of Fallot ) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik.


Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang
dari bagian infundibulum septum intraventrikular ( sekat antara rongga ventrikel )
dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta ( Yayan.
A.I, 2010 ). Tetralogy Of Fallot merupakan kelainan bawaan yang dapat
mempengaruhi aliran darah normal melalui jantung. Kondisi ini terjadi saat jantung
bayi tidak tebentuk dengan benar saat bayi tumbuh dan berkembang di dalam rahim
sang ibu saat ibu dalam masa kehamilan, hal inilah yang dapat menyebabkan darah
kekurangan oksigen untuk mengalir keluar jantung dan keseluruh tubuh.

Pada bayi dengan TOF, kinerja jantung tidak akan berjalan normal. Hal itu
disebabkan oleh kombinasi empat kelainan jantung bawaan. Kombinasi kelainan
tersebut menyebabkan bercampurnya darah yang kaya oksigen dari ventrikel kiri
dengan darah yang kekurangan oksigen dari ventrikel kanan sehingga dapat
menyebabkan kerja jantung semakin berat. Kombinasi kelainan jantung bawaan
tersebut adalah:

1. VSD ( Ventrikel Septum Defect )


Merupakan lubang antara sekat kedua rongga ventrikel yang memisahkan
ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Lubang ini memungkinkan darahm yang
kaya oksigen dari ventrikel kiri untuk bercampur dengan darah yang kaya
oksigen dsri ventrikel kanan.
2. Stenosis pulmonal
Hal ini terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik
kanan menuju paru - paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan. Pada stenosis pulmonal, jantung bekerja lebih keras
untuk memompa darah dan tidak cukup darah untuk mencapai paru - paru
3. Aorta overriding
Merupakan pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel mengangkang
sekat bilik, sehingga seolah - olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan. Pada
penderita TOF aorta berada di antara ventrikel kiri dan kanan, langsung di atas
VSD. Hal ini mengakibatkan darah yang miskin oksigen dari ventrikel kanan
mengalir langsung ke aorta bukan ke arteri pulmonalis kemudian ke paru - paru,
dengan kata lain bahwa aorta keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik
sehingga seolah - olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan
Kelainanan ini terjadi jika ventrikel kanan mengalami penebalan karena jantung
harus memompa lebih keras dari yang seharusnya agar darah dapat melewati
katup pulmonal yang menyempit

B. Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan belum diketahui, biasanya
melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko
terjadinya tetralogy of fallot adalah:
1. Selama hamil ibu menderita rubella ( campak jerman )
2. Gizi yang buruk selama kehamilan
3. Ibu yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol selama masa kehamilan
4. Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes selama kehamilan
6. Tetralogy of fallot lebih sering ditemukan pada anak - anak yang menderita
sindrom down. Tetralogy of Fallot dimasukan kedalam kelainan jantung sianotik
karena terjadi pemompaan darah yang sedikit oksigen ke seluruh tubuh, sehingga
terjadi sianosis ( kebiruan ) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru
timbul dikemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena
menyusu atau menangis ( Yayan A. I. 2010 )
Pada sebagian besar kasus, penyakit jantung~bawaan penyebabnya tidak
diketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen
1) Faktor endogen
a. Terdapat berbagai jenis kelainan genetik : kelainan jumlah kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu sepeti diabetes militus, hipertensi, penyakit jantung
atau kelainan bababababawaa
2) Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu
b. Sebelumnya ibu melakukan program KB seperti suntik, oral, minum obat -
obatan tanpa resep dokter
c. Ibu menderita penyakit infeksi rubella
d. Pajanan terhadap sinar X
Para ahli berpendapat bahwa faktor endogen dan eksogen jarang terpisah
sehingga menyebabkan kelainan jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90 %
kasus penyebabnya adalah multifaktor. Apapun penyebabnya, pajanan terhadap
faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena itu
pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai

C. Patofisiologi

Sirkulasi darah penderita TOF berbeda pada anak normal lainnya. Kelainan yang
memegang peranan penting yaitu stenosis pulmonal dan VSD. Tekanan ventrikel kiri
dan kanan pada penderita TOF adalah sama akibat adanya VSD. Hal ini
menyebabkan darah bebas secara bolak - balik celah ini. Tingkat keparahan hambatan
pada jalan keluar darah di ventrikel kanan dan menentukan arah aliran darah
penderita TOF. Aliran darah akan menurun akibat adanya hambatan pada jalan aliran
darah dari ventrikel kanan, hambatan yang tinggi akan menyebabkan makin
banyaknya darah yang bergerak dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri. Hal ini berarti
makin banyak darah yang kurang oksigen yang akan ikut masuk kedalam aorta
sehingga akan menurunkan saturasi oksigen darah yang beredar keseluruh tubuh yang
dapat menyebabkan sianosis. Jika terjadi hambatan yang parah, tubuh akan
bergantung pads duktus arterious dan cabang - cabang arteri pulmonalis untuk
mendapat suplai darah yang mengandung oksigen. Onset gejala atau tingkat
keparahan sianosis yang terjadi sangat bergantung pada tingkat keparahan hambatan
yang terjadi pada jalan keluar aliran darah di ventrikel kanan. Kesulitan fisiologis
utama akibat Tetralogy of Fallot adalah karena darah tidak melewati paru sehingga
tidak mengalami oksigenasi dengan baik.

Pada penderita Tetralogy Of Fallot terdapat 4 macam kelainan jantung yang


bersamaan yaitu

1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri atau dari sebuah
lubang pada septum
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis sehingga darah yang mengalir dari ventrikel
kanan menuju paru - paru lebih sedikit dari normal kemudian darah masuk ke
aorta
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum
ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke lubang aorta
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke aorta
yang bertekananan tinggi sehingga otot - otot akan berkembang dan terjadi
pembesaran ventrikel kanan ( Yayan A,I. 2010)

D. Klasifikasi

TOF memiliki beberapa derajat klasifikasi yaitu:

1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal


2. Derajat II: sianosis waktu kerja, kemampian kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat, kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis
bertambah dan dispnea
4. Derjat IV : sianosis dan dispnea istirahat, ada jari tabuh

E. Manifestasi Klinis
Anak dengan TOF umumnya mengalami keluhan:
1. Sesak yang biasanya terjadi saat anak melakukan aktivitas secara berlebihan.
2. Bayi dan anak yang mulai belajar berjalan akan mulai aktif dalam waktu singkat
kemudian duduk dan berbaring. Anak yang lebih besar mungkin dapat berjalan
hingga 1 blok kemudian kembali berhenti untuk istirahat.
3. Berat badan bayi tidak bertambah
4. Pertumbuhan bayi berlangsung lambat
5. Gangguan pertumbuhan tinggi badan terutama pada anak dengan gizi kurang dari
kebutuhan normal, pertumbuhan otot dan jaringan subkutan terlihat kendur dan
lunak serta ditandai dengan masa pubertas ya lambat dari usia normalnya
6. Jari tangan seperti tabuh gendering / gada ( clubbing fingers )
7. Sianosis / kebiruan, tanda ini akan muncul saat anak beraktivitas secara
berlebihan, makan/ menyusu, serta menangis dimana vasodilatasi sistemik
( pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh ) muncul dan menyebabkan
peningkatan shunt dari kanan ke kiri. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan
mungkin tidak berat dan bayi tersebut memiliki pintasan kiri ke kanan yang besar
bahkan mungkin dapat menyebabkan gagal jantung kongesif
8. Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan. Murmur
merupakan bunyi tambahan yang tidak biasa dan dapat didengar pada detak
jantung anak
9. Warna kulit bayi atau anak tampak pucat
10. Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya dengan
oksigen lalu dialirkan keseluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan
oksigen dan menimbulkan kebiruan. Anak biasanya akan mengurangi keluhan
dengan cara berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh
darah sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan
shunt kanan dan kiri dan lebih banyak membawa darah dari ventrikel menuju ke
paru - paru.

F. Pemeriksaan Fisik
Saat melalukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan Tetralogy Of Fallot ada
yang beberapa hal yang harus di periksa meliputi:
1. Inspeksi
a. Pada inspeksi dapat ditemukan tanda dan gejala yaitu:
b. Sianosis, terutama pada bagian bibir dan ekstremitas
c. Peningkatan laju pernafasan akibat dari sesak nafas
d. Bulging pada hemithoraks kiri anterior akibat hipertrofi ventrikel kanan
yang terjadi relative cukup lama
e. Kuku sendok atau clubbing fingers
f. Terdapat tanda bekas operasi, jika pasienbtersebut telah dioperasi
sebelumnya
2. Palpasi
Pada palpasi dapat diitemukan pulsari arteri perifer yang umumnya normal,
namun pada palpasi parasternal kiri dapat ditemukan arteri kanan dan thrill
3. Auskultasi
Pada auskultasi, biasanya dapat terdengar murmur sistolik yang terdengar kuat
dan kasar terutama pada batas sternum kiri atas dengan penjalaran yang luas.
Pada bayi penjalarannya ke punggung serta murmur bersifat holosistolik. Bunyi
murmur diastolik pada batas sternum kanan akan menandakan adanya
insufisiensi aorta. Bunyi jantung S2 bianya tunggal dan hanya berasal dari katup
aorta. Suara P2 dapat melemah bahkan menghilang akibat dari obstruksi
pulmonal
4. Tanda Gagal Jantung
Pada penderita tetralogy of fallot yang mengalami gagal jantung kanan dapat
ditemukan hepatomegali, distensi vena jugularis, asites dan edema.
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan Hemoglobin ( HB) dan Hemotokrit ( HT )
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
sekitar 16 - 18 gr/dL dan hemotokrit antara 50 - 60%. Nilai BGA menunjukan
tekanan partial karbondioksida ( PCO2 ), penurunan tekanan parsial oksigen
( PO2 ) dan penurunan pH.
2) Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung gambaran khas jantung tampak apeks, jantung terangkat
sehingga gambarannya seperti sepatu
3) Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Paada anak yang sudah besar tampak pulmonal
4) Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru - paru
5) Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui ventrikel septum
defect multiple, mendeteksi kelainan arteri koronaria, dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, mendeteksi
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

H. Diagnosis
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi -
perfusi, perubahan membran alveolus - kapiler yang dibuktikan dengan dipsnea,
PCO2 meningkat atau menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri meningkat /
menurun, bunti nafas tambahan, pusing, pengelihatan kabur, sianosis, diaphoresis,
gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas abnormal ( cepat / lambat, reguler /
irreguler, dalam / dangkal ), warna kulit abnormal ( mis. pucat, kebiruan, kesadaran
menurun )
I. Terapi Penanganan
Terapi atau penatalaksanaan dengan kemungkinan penderita Tetralogy Of Fallot
dapat dirawat jalan jika derajat termasuk derajat I, II, III tanpa sianosis dan dispneu
berat. Jika penderita memerlukan rawat inap atau perawatan lebih intensif, apabila
tetralogy of fallot termasuk derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat. Berikut
penatalaksanaan atau terapi yang dapat diberikan:
a. Terapi Rawat Inap
1. Mengatasi kegawatan yang ada
2. Berikan oksigenasi yang cukup
3. Lakukan tindakan konservatif
4. Tindakan bedah ( rujukan )
a) Operasi paliatif: modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total:
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas dan sesuai
( derajat III dan IV )
b) Koreksi total untuk anak dengan BB > 10 kg: tutup VSD dan reseksi
infudibulum
5. Tatalaksana atau terapi gagal jantung jika ada
6. Tatalaksana atau terapi radang paru jika ada
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, mencegah endokarditis

b. Terapi Rawat jalan


1) Derajat I
a) Terapi medikametosa : tidak perlu
b) Operasi ( rujukan ) perlu di motivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau BB
anak > 10 kg. Kalau sangat sianosis atau ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif
c) Kontrol: tiap bulan ( rutin )
2) Derajat II dan III
a) Terapi medikametosa: Propanolol
b) Operasi ( rujukan) perlu di motivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau BB
anak > 10 kg. Kalau sangat sianosis atau ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif
c) Kontrol : tiap bulan ( rutin)
d) Penderita dikatakan sembuh bila: tidak ads komplikasi dan tanda gejala sudah
tidak ada, kondisi penderita membaik dan tidak ada keluhan lagi

c. Pengobatan pada serangan sianosis


Pada pendrrita TOF yang mengalami sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Usahan untuk meningkatkan saturasi oksigen arteril dengan cara:
a. Membuat posisi knee chest ( posisi lutut ke dada) atau fetus agar aliran
darah ke paru - paru bertambah dan maksimal
b. Ventilasi yang adekuat
2. Menghambat pusat nafas dan mengatasi takipneu dengan morfin sulfat 0,1 - 0,2
mg/ kg secara ( IM atau SC)
3. Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/ kg secara ( IV)
untuk. mencegah terjadinya asidosis metabolik
4. Bila HB kurang dari 15 gr/dL berikan transfusi darah segar 5 ml/ kg diberikan
secara perlahan sampai HB mencapai 15 - 17 gr/dL
5. Proponolol diberikan 0,1 mg/kg ( IV) terutama untuk prolonged spell kemudian
diteruskan dosis rumatan 1 - 2 mg/ kg ( Oral)

Tujuan utama menangani penderita tetralogy Of Fallot adalah koreksi primer


yaitu penutupan ventrikel septum defect dsn pelebaran infudibulum ventrikel kanan.
Pada umumnya koreksi primer dilaksanakan saat anak berumur 1 tahun dengan
perkiraan berat anak mencapai sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi,
dapat dilakukan tindakan paliatif yaitu membuat pilau antara arteri sistemik dengan
arteri pulmonalis.
Orang tua atau anak yang menderita Tetralogy Of Fallot atau penyakit jantung
bawaan lainnya bisa diajari tentang cara - cara menghadapi hal tersebut yaitu:

1) Menyusui dan menyuapi anak makan dan minum secara perlahan


2) Memberikan porsi makan sedikit tapi sering
3) Mengurangi kecemasan anak dengan bersikap tenang
4) Menghentikan tangisan anak dengan cara memenuhi kebutuhannya
5) Membaringkan anak dengan posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama
serangan sianosis

J. Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat muncul jika TOF tida ditangani dengan segera dan
sebaik mungkin. Komplikasi tersebut berupa:
1. Kegagalan tumbuh dsn berkembang sang anak
2. Endokarditis yaitu infeksi dinding jantung akibat serangan bakteri
3. Kematian akibat gagal jantung
4. Trombosis pulmonal
5. Abses otak
6. Terjadi perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
7. Anemia relative
8. Deformitas arteri pulmonal kanan Emboli atau trombosis serebri
9. Oklusi dini pada pirau
10. Hemothoraks
11. Sianosis permanen
12. Efusi pleura

Namun pada bayi atau anak yang sudah mendapatkan tindakan operasi juga
memiliki komplikasi jangka panjang yang berbeda yaitu:

1) Aritmia ( gangguan irama jantung )


2) VSD yang kembali bocor
3) Penyakit jantung koroner
4) Pembesaran pembuluh darah aorta
5) Henti jantung secara mendadak
6) Kebocoran katup janting trikuspid
7) Kembalinya darah dsri paru - paru menuju ventrikel kanan

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
I. Identitas klien dan orang tua
II. Riwayat Penyakit ( Keluhan utama, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat
Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Keluarga )
III. Riwayat Anak ( 0 - 6 tahun ), tergantung penyakit
IV. Kebutuhan Bio-psiko-sosial-spiritual-kultural dalam kehidupan sehari - hari
V. Pengawasan Kesehatan
VI. Penyakit yang Pernah Diderita
VII. Kesehatan Lingkungan
VIII. Perkembangan Anak Usia ( 0 - 6 tahun )
IX. Pemeriksaan Fisik
X. Pemeriksaan Penunjang
XI. Hasil Observasi

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi -
perfusi, perubahan membran alveolus - kapiler dibuktikan dengan dispnea,
pusing, penglihatan kabur, POC2 meningkat/ menurun, PO2 menurun,
takikardia, pH arteri meningkat/ menurun, bunyi nafas tambahan, sianosis,
diaphoresis, gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas abnormal ( cepat/ lambat,
regular/ irregular, dalam/ dangkal ), warna kulit abnormal ( mis. pucat, kebiruan
), kesadaran menurun
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan anatara suplai dan
kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas, gaya hidup monoton
yang dibuktikan dengan mengeluh lelah, dispnea saat / setelah beraktivitas,
merasa tida nyaman setelaj beraktivitas, merasa lemah, frekuensi jantung
meningkat > 20% dari kondisi istirahat, tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukan aritmia saat / setelah aktivitas,
gambaran EKG menunjukan iskemia, Sianosis
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
penurunan 0frekuensi jantung, penurunan kontraktilitas, perubahan preload,
perubahan afterload dibuktikan dengan papitasi, bradikardia / takikardia,
gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi, edema, distensi vena jugularis,
central venous pressure ( CVP ) meningkat / menurun, hepatomegali, lelah,
dispnea, tekanan darah meningkat / menurun, nadi perifer teraba lemah,
capillary refill time > 3 detik, oliguria, warna kulit pucat dan atau sianosis,
paroxysmal nocturnal dyspnea( PND ) ortopnea, batuk, terdengar suara jantung
S3 dan S4, ejection fraction ( EF ) menurun, murmur jantung, berat badan
bertambah, pulmonary artery wedge presure ( PAWP ) menurun, pulmonary
vascular persistance ( PVR ) meningkat / menurun, systemic vaskular lresistance
( SVR ) meningkat / menurun, cardiac index ( CI ) menurun, left ventricular
stroke work index ( LVSWI ) menurun, stroke volume index ( SVI ) menurun

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


o hasil

1 Gangguan Setelah dilakukan SIKI LABEL: Terapi SIKI LABEL: Terapi


pertukara tindakan Oksigen Oksigen
n gas keperawatan a. Observasi a. Observasi
selama ... x ... 1. Monitor kecepatan 1. Untuk
diharapkan aliran oksigen mengetahui
pertukaran gas kecepatan aliran
meningkat dengan oksigen
kriteria hasil:
SLKI LABEL: 2. Monitor posisi alat 2. Untuk
Pertukaran Gas terapi oksigen mempermudah
1. Tingkat perawat saat
kesadaran bekerja dan
meningkat memberikan
2. Dispnea kenyamanan pads
menurun klien
3. Bunyi nafas
tambahan 3. Monitor aliran 3. Untuk
menurun oksigen secara memaksimslkan
4. Takikardia periodik dan oksigen yang
menurun pastikan fraksi diberikan
5. Pusing yang diberikan
menurun cukup
6. Penglihatan
kabur 4. Monitor 4. Untuk
menurun efektivitas terapi mengetahui
7. Diaforesis oksigen ( mis apakah terapi
menurun oksimetri, analisa oksigen yang
8. Gelisah gas darah ) jika diberikan efektif
menurun perlu atau tidak
9. Nafas cuping
hidung 5. Monitor 5. Untuk
menurun kemampuan memberikan
10. PCO2 melepaskan kebebasan
membaik oksigen saat kepada klien saat
11. PO2 membaik makan ingin makan
12. pH arteri
membaik 6. Monitor tanda - 6. Untuk mencegah
13. Sianosis tands hipoventilasi terjadinya
membaik hipoventilasi
14. Pola nafas 7. Monitor tanda dan 7. Untuk mencegah
membaik gejala toksikasi terjadinya
oksigen dan tolsikasi oksigen
15. Warna kulit
atelektasis dan atelektasis
membaik

8. Monitor tingkat 8. Untuk


kecemasan akibat mengetahui
terapi oksigen bagaimana
perasaan klien
saat diberikan
terapi oksigen

9. Monitor integritas 9. Untuk mencegah


mukosa hidung terjadinya lesi
akibat
pemasangan
oksigen

b. Terapeutik b. Terapeutik
10. Bersihkan sekret 10. Untuk mencegah
pada mulut, tersumbatnya
hidung dan trakea, saluran
jika perlu pernafasan
11. Pertahankan 11. Untuk mencegah
kepatenan jalan tidak masuk stau
nafas tidak efektifnya
terapi oksigen
yang diberikan
12. Siapkan dan atur 12. Untuk mencegah
peralatan terjadinya
pemberian kesalahan saat
oksigen perawat
melakukan
tindakan

13. Berikan oksigen 13. Untuk memunuhi


tambahan jika kebutuhan
perlu oksigenssi klien

14. Tetap berikan 14. Untuk


oksigen saat klien memaksimalkan
ditransportasi pemberian
oksigen

15. Gunakan 15. Agar klien tetap


perangkat oksigen merasa nyaman
ysng sesuai walaupun sedang
dengan tingkat diberikan trrapo
mobilitas pasien oksigen

c. Edukasi c. Edukasi
16. Ajarkan pasien 16. Keluarga klien
dan keluarga cara tampak
menggunakan kooperatif
oksigen di rumah

d. Kolaborasi d. Kolaborasi
17. Kolaborasi 17. Untuk mencegah
penentuan dosis kekurangan dan
oksigen kelebihan
oksigen yang
diberikan

18. Kolaborasi 18. Untuk


penggunaan memberikan
oksigen saat kenyamanan pads
aktivitas atau tidur klien saat
beraktivitss
maupun saat tidur

2 Intolerans Setelah dilakukan SIKI LABEL: SIKI LABEL:


i aktivitas tindakan Manajemen Energi Manajemen Energi
keperawatan a. Observasi a. Observasi
selama .... x ... 1. Identifikasi 1. Agar mengetahui
diharapkan gangguan fungsi bagian tubuh
toleransi aktivitas tubuh yang mana yang
meningkat dengan mengakibatkan mengakibatkan
kriteria hasil : kelelahan kelelahan
SLKI LABEL :
Toleransi Akvitas 2. Monitor kelelahan 2. Agar mengetahui
1) Frekuensi nadi fisik dan apakah klien
meningkat emosional mengalami
2) Saturasi keleahan fisik
oksigen atau emosional
meningkat
3) Kemudahan 3. Agar mengetahui
dalam 3. Monitor pola dan pola tidur klien
melakukan jam tidur 4. Agar klien
aktivitas sehari 4. Monitor lokasi dan mengetahui
- hari ketidaknyamanan lokasi yang
meningkat setelah melakukan membuat tidak
4) Kecepatan aktivitas nyaman setelah
berjalan melakukan
meningkat aktivitas
5) Jarak berjalan
meningkat b. Terapeutik
6) Kekuatan b. Terapeutik 5. Untuk
tubuh bagian 5. Sediakan memberikan
atas meningkat lingkungan kenyamanan
7) Kekuatan nyaman dsn kepada klien saat
tubuh bagian rendah stimulus istirahat
bawah ( mis. cahaya,
meningkat suara dan
8) Toleransi kunjungan )
dalam menaiki 6. Agar klien dapat
tangga 6. Lakukan latihan bergerak secara
meningkat rentang gerak aktif dan pasif
9) Keluhan lelah pasif dan aktif
menurun 7. Untuk
10) Dispnea saat 7. Berikan aktivitas memberikan
aktivitas distraksi yang kesan yang
menurun menyenangkan menyenangkan
11) Dispnea
setelah pada klien
aktivitas
menurun 8. Untuk membantu
12) Perasaan 8. Fasilitasi duduk di klien saat ingin
lemah tempat tidur, jika duduk di tempat
menurun tidak dapat tidur
13) Aritmia saat berpindah atau
aktivitas berjalan
menurun c. Edukasi
14) Aritmia c. Edukasi 9. Agar istirahat
setelah 9. Anjurkan tirah klien maksimal
aktivitas baring
menurun 10. Agar klien dapat
15) Sianosis 10. Anjurkan beraktivitas
menurun melakukan secara bertahap.
16) Warna kulit aktivitas secara
membaik bertahap
17) Tekanan darah 11. Agar dapat
membaik 11. Anjurkan diberikan
18) Frekuensi menghubungi tindakan lanjutan
nafas perawat jika tanda jika tanda dan
membaik dan gelaja tidak gejala tidak
19) EKG iskemia berkurang berkurang
membaik
12. Agar klien
12. Ajarkan strategi mampu
koping untuk mengurangi
mengurangi kelelahan yang
kelelahan dirasakan
d. Kolaborasi
d. Kolaborasi 13. Untuk
13. Kolaborasi dengan memperoleh
ahli gizi tentang energi yang
cara meningkatkan berasal dari
asupan makan asupan makanan

3 Penurun Setelah dilakukan SIKI LABEL: SIKI LABEL:


Curah tindakan Perawatan Jantung Perawatan Jantung
Jantung keperawatan a. Observasi a. Observasi
selama .... x .... 1. Identifikasi tanda/ 1. Untuk
diharapkan curah gejala primer mengetahui tanda
jantung meningkat penurunan curah dan gejala primer
dengan kriteria jantung ( meliputi penurunan curah
hasil: dispnea, kelelahan, jantung
SLKI LABEL: edema, ortopnea,
Curah Jantung paroxysmal
1) Kekuatan nadi nocturnal dyspnea,
perifer peningkatan
meningkat CPV )
2) Ejection
fraction ( EF ) 2. Identifikasi tanda / 2. Untuk.
meningkat gejala sekunder mengetahui tanda
3) Cardiac penurunan curah dan gejala
ventricular jantung ( meliputi sekunder
work index peningkatan berat penurunan curah
( LVSWI ) badan, jantung
meningkat hepatomegali,
4) Stroke volume distensi vena
index ( SVI ) jugularis,
meningkat palpitasi, ponkhi
5) Palpitasi basah, oliguria,
menurun batuk, kulit
6) Bradikardia pucat )
menurun
7) Takikardia 3. Monitor tekanan
menurun darah ( termasuk 3. Untuk
8) Gambaran tekanan darah mengetahui
EKG aritmia ortostatik, jika tekanan darah
menurun perlu ) klien
9) Lelah
menurun 4. Monitor intake
10) Edema dan output cairan 4. Untuk
menurun mengetahui
11) Distensi vena intake atau
jugularis outpun cairan
menurun yang masuk
12) Dipsnea didalam tubuh
menurun 5. Monitor berat
13) Oliguria badan setiap hari 5. Untuk
menurun pada waktu yang mengetahui
14) Pucat / sama apakah berat
sianosis badan klien
menurun bertambah atau
15) Paroxysmal berkurang
norcturnal 6. Monitor saturasi
dsypnea oksigen 6. Untuk
( PND ) mengetahui
menurun kecepatan aliran
16) Ortopnea
menurun saturasi oksigen
17) Batuk 7. Monitor keluhan
menurun nyeri dada ( mis. 7. Untuk
18) Suara jantung intensitas, lokasi, mengetahui
S3 menurun radiasi, durasi, adanya keluhan
19) Suara jantung presivitasi yang nyeri dada pada
S4 menurun mengurangii klien
20) Murmur nyeri )
jantung
menurun 8. Monitor EKG 12
21) Berat badan sadapan 8. Untuk
menurun mengetahui irama
22) Hepatomegali dan frekuensi
menurun jantung
23) Pulmonary 9. Monitor aritmia
vascular ( kelainan irama 9. Untuk
resistance dan frekuensi ) mengetahui
( PVR ) adanya aritmia
menurun pada klien
24) Systemic 10. Monitor nilai
vascular laboratorium 10. Untuk
resistance jantung ( mis. mengetahui
menurun elektrolit, enzim adanya kelainan
25) Tekanan darah jantung, BNP, jantung
membaik NTpro-BNP )
26) Capillary refill
time ( CRT ) 11. Monitor fungsi
membaik alat pacu jantung 11. Untuk
27) Pulmonary mengetahui
artery wedge fungsi alat pacu
presure jantung
( PAWP )
membaik 12. Periksa tekanan 12. Untuk
28) Central darah dan mengetahui
venous frekuensi nadi tekanan darah dan
presure sebelum dan frekuensi adi
membaik sesudah aktivitas sebelum dan
setelah aktivitas

13. Periksa tekanan 13. Untuk


darah dan menghindari efek
frekuensi nadi samping pada
sebelum obat
pemberian obat
( mis. beta
blocker, ACE
inhibitor, calcium
channel blocker,
digoksin )

b. Terapeutik b. Terapeutik
14. Posisikan pasien 14. Untuk
semi fowler - atau memberikan
fowler dengan posisi nyaman
kaki kebawah atau pada klien
posisi nyaman

15. Berikan diet 15. Untuk mencegah


jantung yang kelainan jantung
sesuai ( mis.
batasi asupan semakin parah
kafein, natrium,
kolesterol, dan
makanan tinggi
lemak )
16. Gunakan stocking
elastis atau 16. Untuk menjaga
pneumatik, anak saat
intermiten, sesuai ambulasi
indikasi

17. Fasilitasi pasien


dan keluarga 17. Agar klien dapat
untuk meningkatkan
memodifikasi gaya dan menerapkan
hidup sehat gaya hidup sehat

18. Berikan terapi


relaksasi untuk 18. Untuk mencegah
mengurangi stress, klien mengalami
jika perlu stress

19. Berikan dukungan


emosional dan 19. Untuk
spiritual memberikan
kesempatan
kepada klien
untuk
memperdalam
kebutuhan
emosinal dan
spiritual
20. Berikan oksigen 20. Untuk mencegah
untuk kekurangan
mempertahankan kebutuhan
saturasi oksigen > oksigen pada
94% klien

c. Edukasi c. Edukasi
21. Anjurkan 21. Agar klien dapat
beraktivitas fisik beraktivitas
sesuai toleransi sesuai dengan
kemampuannya

22. Anjurkan 22. Agar klien


beraktivitas fisik mampu
secara bertahap beraktivitas
secara bertahap

23. Anjurkan berhenti 23. Untuk mencegah


merokok keparahan
kelainan jantung

24. Ajarkan pasien 24. Agar klien dan


dan keluarga keluarga dapat
mengukur berat mengukur berat
badan harian bsdan harian
secara mandiri

25. Ajarkan pasien 25. Agar klien dan


dan keluarga keluarga dapat
mengukur intake menghitung input
dan output cairan dan output cairan
harian yang masuk dan
keluar
d. Kolaborasi d. Kolaborasi
26. Kolaborasi 26. Untuk
pemberian memaksimalkan
antiaritmia, jika pengobatan pada
perlu klien dengan
kelainan jantung
27. Rujuk ke program
jantung 27. Untuk mengatasi
masalah jantung
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. L DENGAN TETRALOGY OF
FALLOT DI RSUP SANGLAH

A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Anak
1) Nama : An. L
2) Anak ke : pertama
3) Tgl lahir/ Umur : 1 februari 2018/ 2 tahun
4) Jenis Kelamin : Laki - laki
5) Agama : Hindu
6) Tgl Pengkajian: 3 Februari 2020
b. Orang tua
1. Ayah
1) Nama : Tn. G
2) Umur: 32 tahun
3) Pekerjaan: Karyawan Swasta
4) Pendidikan : D-III Pariwisata
5) Agama : Hindu
6) Alamat : Jalan Merak XII
2. Ibu
1) Nama : Ny. T
2) Umur : 30 tahun
3) Pekerjaan : Karyawan Swasta
4) Pendidikan : SMA
5) Agama : Hindu
6) Alamat : Jalan Merak XII

II. ALASAN DIRAWAT


1. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya sesak nafas dan kebiruan
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu klien mengatakan anaknya pertama kali di diagnosis mengalami sakit
tetralogy Of Fallot saat menginjak usia 6 bulan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien datang ke RSUP sanglah pada tanggal 3 Februari 2020 mengatakan
anaknya mengalami sesak nafas, mudah lelah, kebiruan dan tidak ada nafsu
makan. Saat dilakukan pemeriksaan anak tampak gelisah, tampak pucat,
kebiruan pada bibir dan ekstremitas, terdapat bunyi nafas tambahan ( murmur )
serta didapatkan hasil tanda - tanda vital yaitu: S: 36,80 C, N: 130x / menit, RR:
40x / menit, TD: -
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
seperti anaknya dan penyakit keturunan lainnya

III. RIWAYAT ANAK ( 0 - 6 TAHUN ), TERGANTUNG PENYAKIT

a. Perawatan dalam masa kandungan

1. Dilakukan pemeriksaan kehamilan ya atau tidak : Ya


2. Berapa kali: 4 kali
3. Kapan: saat kehamilan usia 1, 3, 5, dan 8 bulan
4. Tempat: Poliklinik Kebidanan
5. Kesan pemeriksaan saat kehamilan : Janin dalam keadaan baik
6. Imunisasi : Lengkap
7. Pemeriksaan lain: USG dan Pemeriksaan Laboratorium
8. Penyakit yang pernah di derita : Tidak ada
9. Penyakit dalam keluarga: Tidak ada

b. Perawatan pada waktu kelahiran


1. Umur kehamilan: 38 minggu lahir di bidan
2. Ditolong oleh : Bidan
3. Berlangsungnya kelahiran: Normal
4. Keadaan bayi setelah lahir : Sehat
5. BB lahir: 2600 gram, PB: 60 cm, LK/LD: 35 cm

IV. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL-KULTURAL DALAM


KEHIDUPAN SEHARI - HARI

a. Bernafas
1. Kesulitan bernafas: Ada
2. Kesulitan yang dirasakan: Saat menarik dan menghembuskan nafas
3. Keluhan yang dirasa : sesak nafas
4. Suara nafas : Terdapat bunyi nafas tambahan ( murmur )
b. Makan dan Minum
1. Jenis makanan: Bubur
2. Pola makan: 2 x sehari dengan porsi sedikit
c. Eliminasi ( BAB/BAK )
1. BAB
 Frekuensi : 2 kali sehari
 Konsistensi feces : agak lembek
 Warna : Kuning kecoklatan
2. BAK
 Frekuensi : 4 - 6 kali sehari
 Warna : kuning cerah
d. Aktivitas
1. Suka bermain : Iya
2. Teman bermain: Keluarga
e. Rekreasi
1. Jenis rekreasi: Rekreasi dengan keluarga
f. Istirahat dan Tidur
1. Pola tidur : Biasanya pasien tidur 8 jam pada malam hari namun ibu klien
mengatakan anaknya masih sering terbangun karena measa seak
2. Kebiasaan tidur: Ibu klien mengatakan anaknnya memiliki kebaiasaan tidur
siang 1 - jam
g. Kebersihan Diri
1. Mandi: Pasien mandi dibantu oleh ibunya
2. Gosok gigi : Pasien sudah bisa menggosok giginya sendiri sebanyak 2 kali
sehari
h. Pengaturan Suhu Tubuh
Ibu klien mengatakan anaknya sedang tidak mengalami demam
i. Rasa Nyaman
Ibu klien mengatakan saat malam hari anaknya tidak mau tidur sendiri dan ingin
ditemani
j. Rasa Aman
Ibu klien mengatakan anaknya tidak akan rewel jika ditemani oleh orang tuanya
k. Belajar
1. Orang tua
Orang tua sering mencari tentang penyakit yang diderita oleh anaknya untuk
mengetahui tumbuh kembang si anak
2. Anak
Anak belum tau mengenai penyakit yang diderita
l. Prestasi
Ibu klien memgatakan anaknya belum bersekolah sehingga tidak memiliki
prestasi akademik maupun non akademik
m. Hubungan sosial anak
Ibu mengatakan anak mampu memahami tetapi tidak bisa mengungkapkan
n. Melaksanakan ibadah
Ibu mengatakan mulai mengajarkan anaknya bersembahyang
V. Pengawasan Kesehatan

1. Bila sehat tidak diawasi di puskesmas, dokter, dll


2. Bila sakit minta pertolongan kepada: bidan, perawat dan dokter
3. Kunjungan ke posyandu: Ya, satu bulan sekali
4. Pengawasan anak dirumah : Baik
5. Imunisasi ( 0 - 5 tahun )

Imunisasi Umur Tgl diberikan Reaksi Tempat


pemberian

Hepatitis B 0 bulan 1 Februari 2018 Demam ringan Poli Anak

BCG 1 bulan 2 Maret 2018 Demam ringan Poli anak

DPT/Hib I, II, 2 bulan 2 April 2018 Demam ringan Poli anak

III 3 bulan 2 Mei 2018

4 bulan 3 Juni 2018

1 bulan

Polio I, II, III, 2 bulan 2 Maret 2018 Demam Ringan Poli Anak

IV 3 bulan 2 April 2018

4 bulan 2 Mei 2018

3 Juni 2018

Campak 9 bulan 4 Nov 2018 Demam ringan Poli Anak


Anjuran lainnya - - - -

VI. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

No Jenis Akut/ kronis/ Umur saat Lamanya Pertolongan


penyakit menular/ tidak sakit

1 TOF Kronis tidak Umur pertama 1 tahun 6 Terapi Rawat Jalan


menular kali sakit yaitu bulan
- Pemberian obat
6 bulan
proponolol

- Kontrol tiap bulan

- Operasi ( jika perlu


)

VII. KESEHATAN LINGKUNGAN

Lingkungan rumah klien bersih, terdapat banyak jendela ventilasi dan memiliki
toilet atau jamban keluarga

VIII. PERKEMBANGAN ANAK ( 0 - 6 TAHUN )

Pada saat ini An. L menggunakan KPSP Pada Anak Umur 24 bulan

IX. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kesadaran: Apatis
2. TB/BB: 85cm / 10 kg
3. Kepala
a. Lingkar kepala : 47 cm
b. Rambut
 Kebersihan: Bersih
 Warna : Hitam
 Tekstur: Kasar
 Distribusi rambut: Merata
 Kuat / mudah rontok: Kuat
4. Mata
a. Sklera: Normal
b. Konjungtiva: Normal
5. Telinga
a. Simetris: Ya
b. Serumen : Ada
c. Pendengaran : Baik
6. Hidung
a. Septum simetris : Ya
b. Sekret : Tidak
c. Polip : Tidak
7. Mulut
a. Kebersihan : Berih
b. Kelembaban : Agak kering
c. Gusi : Baik
d. Lidah: Normal
e. Gigi : Terdapat ompok
f. Bibir : Tampak kebiruan
8. Leher
a. Kelenjar tiroid: Tidak ada pembengkakan
9. Dada
a. Inspeksi : Normal
b. Palpasi : Normal
10. Jantung
a. Inspeksi : -
b. Auskultasi : Denyut jantung terdengar lemah
c. Palpasi : -
11. Paru - paru
a. Inspeksi: Pasien tampak sesak nafas dan pernafasan cepat
b. Palpasi: -
c. Perkusi: -
d. Auskultasi: Terdengar suara murmur
12. Abdomen
Tidak ada masalah
13. Punggung
a. Bentuk: normal
14. Ekstremitas
a. Kekuatan tonus otot: Baik
b. Tangan: Terdapat clubbing fingers
c. Kaki: Tampak kebiruan pada jari - jari kaki
15. Genetalia : Laki - Laki
16. Kulit
a. Warna: Sawo Matang
b. Turgor : Baik, kembali < dari 2 detik
c. Elastisitas: Elastis
17. Pemeriksaan Neurologis
An. L dalam kondisi sadar dan bersikap Apatis
18. Pemeriksaan Antropometri
a. BB: 10 kg
b. TB: 85 cm
c. Lingkar Kepala: 47 cm
d. Lingkar Dada: 52 cm
e. Lingkar Lengan: 16, 25 cm
f. Nadi: 130x / menit
g. Suhu: 36,80 C
h. Respirasi: 40x / menit
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada pemeriksaan penunjang

XI. HASIL OBSERVASI

1. Interaksi dengan orang tua : Baik


2. Bentuk arah / komunikasi : 2 arah
3. Ambivalensi / kontraindikasi perilaku: Tidak ada
4. Rasa aman anak: Anak merasa aman dan nyaman saat berada didekat orang
tuanya

ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Problem

1 DS: Gagal Jantung Kongestif Gangguan


Pertukaran Gas
- Ibu klien mengatakan
anaknya sesak nafas dan
kebiruan
Ketidakseimbangan
DO:
ventilasi - perfusi
- Takikardia

- Terdapat bunyi nafas


tambahan
Gangguan Pertukaran Gas
- Sianosis

- Gelisah

- Pola nafas cepat


- Warna kulit pucat dan
bibir kebiruan
Dispnea Sinosis

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Tanggal Muncul Diagnosis Keperawatan Tanggak Teratasi Paraf

1 3 Februari 2020 Gangguan pertukaran gas 3 Februari 2020


berhubuangan dengan
ketidakseimbangan ventilasi -
perfusi yang dibuktikan
dengan Ibu klien mengatakan
anaknya mengeluh sesak,
takikardia, terdapat bunyi
nafas tambahan ( mur mur),
sianosis, tampak gelisah, pola
nafas cepat, wajah pucat dsn
bibir kebiruan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Tangg Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional Nam


o al Kriteria Hasil a/
TTD

1 3- 02 Ganggua Setelah SIKI LABEL: SIKI LABEL:


-2020 n dilakukan Terapi Oksigen terapi Oksigen
pertukara tindakan a. Observasi a. Observasi
n gas keperawatan 1. Monitor 1. Untuk
selama 1 x 8 kecepatan mengetahui
jam diharapkan kecepatan
pertukaran gas aliran oksigen aliran oksigen
membaik
dengan kriteria 2. Untuk
hasil: 2. Monitor aliran memastikan
SLKI LABEL: oksigen secara oksigen yang
Pertukaran periodik dan diberikan
Gas pastikan fraksi cukup
1. Dispnea yang
menurun diberikan
2. Bunyi cukup
nafas 3. Untuk
tambahan 3. Monitor tanda mencegah
menurun tanda terjadinua
3. Gelisah hipoventilasi hipoventilasi
menurun
4. Takikardia 4. Agar dapat
membaik 4. Monitor mengetahui
5. Sianosis tingkat apakah klien
membaik kecemasan merasa cemas
6. Pola nafas akibat terapi dengan terapi
membaik oksigen oksigen yang
7. Warna diberikan
kulit
membaik 5. Mencegah
5. Monitor terjadinya lesi
integritas
mukosa
hidung akibat
pemasangan
oksigen
b. Terapeutik b. Terapeutik
6. Pertahankan 6. Untuk
kepatenan memberikan
jalan nafas oksigen
secara
maksimal

7. Siapkan dan 7. Untuk


atur peralatan mecegah
pemberian terjadinya
oksigen kesalahan
saat
pemberian
oksigen

8. Berikan 8. Untuk
oksigen memenuhi
tambahan jika kebutuhan
perlu oksigenasi
klien

9. Tetap berikan 9. Untuk


oksigen saat memaksimalk
pasien an pemberian
ditransformasi oksigen

10. Gunakan 10. Agar klien


perangkat tetap merasa
oksigen yang nyaman
sesuai dengan walaupun
tingkat sedang
mobilitas diberikan
pasien oksigen

c. Edukasi c. Edukasi
11. Ajarkan 11. Keluarga
pasien dan tampak
keluarga cara kooperatif
menggunakan
oksigen
dirumah

d. Kolaborasi d. Kolaborasi
12. Kolaborasi 12. Untuk
penentuan mencegah
dosis oksigen kekurangan
dan kelebihan
pemberian
oksigen

13. Kolaborasi 13. Untuk


penggunaan memberikan
oksigen saat kenyamanan
aktivitas atau pada klien
tidur saat
beraktivitas
maupun saat
tidur
D. CATATAN PERKEMBANGAN

NO Tgl No. Jam Implementasi Evaluasi Nama/


Dx TTD

1 03- 02 1 09. 15 1. Memonitor DS: -


- 2020 kecepatan aliran DO: pasien diberikan
oksigen oksigen sebanyak 2 L
secara nasal kanula

10.00 2. Memonitor tanda DS: -


- tanda DO: Tidak ada tanda
hipoventilasi - tanda hipoventilasi

10.15 3. Memonitor DS: -


integritas DO: Mukosa hidung
mukosa hidung, lembab
akibat
pemasangan
oksigen

10.45 4. Mempertahankan DS: -


kepatenan jalan DO: Saat ini oksigen
nafas yang diberikan masih
2 L secara nasal
kanul

11.00 5. Memberikan DS: Ibu klien


oksigen mengatakan anaknya
tambahan jika masih sesak
perlu DO: Pemberian
oksigen tambahan
menajdi 3 L secara
nasal kanula

11.15 6. Mengajarkan DS: Ibu klien


pasien dan mengatakan mengerti
keluarga cara DO: Keluarga
menggunakan tampak kooperatif
oksigen dirumah

13.15 7. Mengkolaborasik DS: -


an dosis DO: Oksigen yang
penentuan diberikan saat ini
oksigen sebanyak 3 L secara
nasal kanula

13.45 8. Mengkolaborasik DS: Ibu klien


an penggunaan mengatakan anaknya
oksigen saat sudah tenang
aktivitas atau DO: Klien tampak
tidur nyaman
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai