Oleh:
Kelompok 10
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah Keperawatan Kritis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis pada
system Kardiovaskuler (Gagal Jantung). Kami berterimakasih kepada Bapak Tri
Cahyo Sepdianto., S.Kep.,Ns. M.Kep., Sp.KMB yang telah memberi bimbingan dan
dukungan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Kami berharap semoga tugas makalah ini bisa bermanfaat dan menambah
wawasan yang lebih banyak lagi bagi pembaca. Dan kami menyadari tugas makalah
ini jauh dari kata sempurna, tetapi kami berusaha dengan sekuat tenaga dan fikiran
untuk menyelesaikan tugas ini dengan sepenuh hati dan menggunakan bahasa
yang sederhana sehingga mudah difahami dan dimengerti.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
Daftar Bagan................................................................................................................. iv
Daftar Tabel................................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................................... 2
3.1 Pengkajian.............................................................................................................15
ii
3.3 Intervensi Keperawatan..........................................................................................21
BAB 4 PENUTUP.........................................................................................................38
4.1 Kesimpulan............................................................................................................ 38
4.2 Saran..................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................39
iii
DAFTAR BAGAN
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
adalah 10 per 1000 populasi yang berusia lebih dari 65 tahun. Tahun 2008,
mortalitas akibat gagal jantung sebesar 281.437 (124.598 laki-laki dan 156.839
Perempuan) (NHBLI,2012). Satu dari sembilan sertifikat kematian di Amerika
Serikat mencantumkan gagal jantung sebagai penyebab kematian (AHA, 2012).
Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, gagal jantung
menyebabkan 13.395 orang menjalani rawat inap, dan 16.431 orang menjalani
rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia dan presentase Case Fatality
Rate sebesar 13,42%, kedua tertinggi setelah infark miokard akut (13,49%)
(DEPKES RI, 2009). Menurut Hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal
jantung di Sumatera Barat sama dengan di Indonesia, yakni sebesar 0,3%
berdasarkan gejala, atau yang terdiagnosis dokter (Riskesdas, 2013).
Peran perawat menjadi suatu hal yang penting dan menjadi satu kesatuan
yang komprehensif dalam dalam penanganan pasien gagal jantung (Heart
Failure), terutama dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan, khususnya
penerapan 3S (SDKI, SIKI, SLKI) pada pasien dengan gagal jantung (Heart
Failure)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan Asuhan Keperawatan
pada pasien gagal jantung (Heart Failure)
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisa penyebab terjadinya gagal jantung (Heart Failur)
2. Memberikan Asuhan Keperawatan 3S (SDKI, SIKI, SLKI) pada pasien
gagal jantung (Heart Failur)
1.3 Manfaat penulisan
1. Bagi Penyusun
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas keperawatan
kritis Program Studi Ners Poltekkes Kemenkes Malang
2. Bagi profesi keperawatan
Sebagai pedoman bagi penyusun untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan penyusun, baik dari konsep dasar penyakit maupun konsep
dasar keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan 3S pada pasien
gagal jantung (Heart Failure).
3
BAB 2
KONSEP MEDIS GAGAL JANTUNG
Disfungsi Sistolik
Ventrikel Kiri
Disfungsi Diastolik
Ventrikel Kiri
Bagan 2.1 Penyebab gagal jantung kiri sistolik dan diastolic (Marya, 2013)
kiri gagal, darah mulai kembali ke paru-paru dan menjadi lebih sulit bagi
ventrikel kanan untuk memompa darah melalui paru-paru. Seiring waktu,
ventrikel kanan melemah dan mulai gagal (Konstam et al, 2018)
b. Gagal jantung kiri
Gagal jantung kiri didefinisikan sebagai gangguan pada fungsi
kontraktil ventrikel kiri sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung.
Hal ini menyebabkan vasokontriksi arteri sistemik (SVR), kondisi ini disebut
afterload tinggi. Penurunan fungsi kontraktil ventrikel kiri ini akan
menyebabkan kongesti di sirkulasi paru dan edema di alveoli (Haynes, 2016)
Gagal jantung berdasarkan siklus jantung yang terkena meliputi:
a. Gagal jantung sistolik
Pada kegagalan sistolik terjadi gangguan kontraktilitas jantung yang
menyebabkan kontraksi sistolik lemah dan akhirnya menimbulkan penurunan
volume secuncup, dilatasi jantung serta kenaikan tekanan diastolik ventrikel.
b. Gagal jantung diastolik
Pada gagal jantung diastolik, kelainan utamanya berupa gangguan
relaksasi dan pengisian ventrikel yang menyebabkan kenaikan tekanan
diastolik ventrikel pada suatu volume diastolik tertentu. Kegagalan relaksasi
tersebut dapat bersifat fungsional dan sepintas (misalnya pada serangan
iskemik miokard) atau disebabkan oleh ventrikel yang kaku serta tebal
(Marya, 2013).
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kapasitas fungsional the New York Heart
Association (NYHA) ada 4 kelas yaitu:
1) Kelas I
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik. Aktifitas fisik
sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
2) Kelas II
Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istrahat
namun aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau
sesak nafas
3) Kelas III
Terdapat Batasan aktifitas bermakna. Aktifitas fisik ringan menyebabkan
kelelahan, palpitasi atau sesak. Biasanya berkurang saat istirahat
4) Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
istirahat. Keluhan meningkat saat aktifitas (Siswanto, 2015; Haynes,
2016; Januzzi & Mann, 2019)
Kontraktilitas ventrikel kiri tidak efektif Kontraktilitas ventrikel kanan tidak efektif
sehingga terjadi aliran balik darah kedalam atrium kanan dan sirkulasi perifer
akibatnya terjadi edema perifer, penambahan berat badan, asites (Marya, 2013)
Manifestasi klinik edema paru akut termasuk dipsnea, batuk (awalnya batuk
kering dan nonproduktif, namun jika bertambah berat dapat batuk disertai
sputum merah muda/ pink frothy sputum), crakle paru, penurunan saturasi
oksigen. Suara jantung tambahan S3 mungkin terdengar saat auskultasi
akibat pengisian ventrikel yang abnormal (Hinkle dan Cheever, 2014;
Haynes, 2016)
11
Gambar 2.1 Proses terjadinya edema paru pada gagal jantung (Haynes,
2016)
b. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah suatu keadaan dimana terjadi hipoperfusi jaringan
akibat gagal jantung. Keadaan hipoperfusi ini menyebabkan sel sel
melakukan metabolisme anaerob untuk menghasilkan energi. Metabolisme
12
d. Hepatomegali
Gagal jantung dapat menyebabkan hepatomegaly. Liver bisa mengalami
kongesti akibat gagal jantung kanan. Kongesti ini menyebabkan kegagalan
fungsi liver sehingga sel liver mati kemudian terjadi fibrosis dan berkemabng
menjadi sirosis ( Maxwell, 2020)
e. Disritmia
Disritmia atrium dan ventrikel sering terdapat pada gagal jantung. Perubahan
struktur jantung, pembesaran ruang jantung dapat mempengaruhi listrik
jantung sehingga terjadi disritmia. Ventikel Takikardia dan Ventrikel Fibrilasi
merupakan penyebab utama pada pasien gagal jantung (Maxwell, 2020).
f. Sindrom kardiorenal
Penurunan curah jantung pada gagal jantung menyebabkan perfusi renal
menurun sehingga laju filtrasi glomerulus juga menurun dan meningkatkan
serum kreatinin. Aktivitas neurohormonal menyebabkan retensi garam dan
air yang memperburuk kondisis gagal jantung. Gangguan pada fungsi renal
ini meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien gagal jantung (Maxwell,
2020)
g. Efusi Pleura
Peningkatan tekanan hidrostatik pada paru dapat menyebabkan kebocoran
cairan ke rongga pleura sehingga terjadi efusi pleura pada pasien gagal
jantung (Maxwell, 2020)
13
Thiazide diuretic:
Hidroclorthiazide (HCT)
c. Edukasi
1) Edukasi patofisiologi gagal jantung
2) kepatuhan terhadap pengobatan
3) Edukasi pembatasan cairan (1,5 s.d 2 L/ hari ) dan garam < 2 gr/hari
(Haynes, 2016)
4) Edukasi pengaturan aktivitas fisik
5) Edukasi pengendalian faktor resiko (Firdaus, 2016)
15
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GAGAL JANTUNG
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada pasien gagal jantung menurut Doenges et al, 2019
yaitu:
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Kelelahan, keletihan sepanjang Terdapat pembatasan terhadap
hari aktivitas
Ketidakmampuan melakukan Kelelahan
aktivitas normal sehari-hari, Kegelisahan, perubahan status
seperti merapikan tempat tidur, mental, seperti kecemasan dan
menaiki tangga, dan sebagainya kelesuan
Intoleransi aktivitas Tanda vital berubah saat
Dispnea saat istirahat atau saat aktivitas
beraktivitas
Insomnia, ketidakmampuan untuk
tidur dalam posisi datar (flat)
SIRKULASI
Riwayat Hipertensi, infark Tekanan Darah (TD) bisa
miokard akut / lama, Riwayat rendah karena jantung gagal
gagal jantung sebelumnya, memompa, bisa normal pada
penyakit katup jantung, operasi gagal jantung ringan atau
jantung, endokarditis, lupus sedang, bisa tinggi pada kondisi
eritematosus sistemik, anemia, kelebihan cairan, gagal jantung
syok septik kiri dan peningkatan resistensi
Jantung terasa berdebar-debar vaskular sistemik.
16
ektremitas
Vena leher menonjol (distensi
vena jugularis)
Hati membesar dan teraba;
refleks hepatojugular positif bisa
ada pada gagal jantung kanan
INTEGRITAS EGO
Kecemasan, ketakutan, takut pada Berbagai manifestasi perilaku,
sesuatu yang akan terjadi misalnya gelisah, marah, takut,
Depresi mudah tersinggung
Stress terkait penyakit atau Penelitian telah menunjukkan
masalah keuangan (pekerjaan, bahwa orang dewasa yang lebih
biaya perawatan) tua (terutama) dapat mengalami
depresi bersama dengan
penyakit jantung koroner dan
gagal jantung dan terkait
penurunan kemampuan
fungsional (Sin et al, 2015)
ELIMINASI
Berkemih menurun, urin berwarna Penurunan buang air kecil di
gelap siang hari dan peningkatan
Sering kencing pada malam hari buang air kecil di malam hari
(nokturia)
MAKANAN / CAIRAN
Riwayat diet tinggi garam dan Peningkatan berat badan yang
makanan olahan, lemak, gula, dan cepat dan terus menerus
kafein Distensi abdomen,
Kehilangan nafsu makan, menunjukkan asites atau
anoreksia pembengkakan hati
Mual, muntah Edema umum, termasuk
Pertambahan berat badan yang pembengkakan seluruh tubuh
signifikan (mungkin tidak atau ekstremitas bawah
18
NYERI / KETIDAKNYAMANAN
Nyeri dada Kegelisahan
Angina kronis atau akut
Nyeri perut kanan atas (gagal
jantung kanan
nyeri otot
PERNAFASAN
Dispnea saat aktivitas atau Takipnea
istirahat Pernapasan yang dangkal dan
Dispnea nokturnal yang sulit
mengganggu tidur (kadang juga Terengah-engah, sering batuk,
disebut dispnea nokturnal dan merasa ingin bangun dari
paroksismal [PND]) berkurang tempat tidur (PND)
dengan duduk atau berdiri. Gejala Menggunakan otot bantu
ini sering muncul pada pernafasan, cuping hidung
eksaserbasi gagal jantung Batuk lembab tanda gagal
(Fogoros, 2017a). jantung kiri (kongestif)
Tidur sambil duduk atau dengan Batuk kering
beberapa bantal Dahak bisa berdarah, merah
Batuk dengan atau tanpa sputum, muda, dan berbusa (tanda
khususnya saat terlentang edema paru)
Menggunakan alat bantu Suara nafas berkurang dengan
19
KEAMANAN
Perubahan mentasi dan
kebingungan
Kehilangan kekuatan atau tonus
otot
Meningkatkan risiko jatuh
Ekskoriasi kulit, ruam
INTERAKSI SOSIAL
Penurunan partisipasi dalam Banyak faktor yang
kegiatan sosial sehari-hari memengaruhi pemahaman
pasien dan implementasi
manajemen diri, termasuk
literasi kesehatan (rata-rata
pasien HF memiliki literasi
kesehatan rendah), gangguan
kognitif, kemampuan belajar,
hambatan bahasa, kesiapan
untuk belajar / rasa prioritas,
pengaruh penyakit, perlu
mempelajari sejumlah besar
informasi dalam waktu singkat,
dan pelatihan pendidikan
penyedia layanan kesehatan
MENGAJAR /BELAJAR
Riwayat keluarga menderita gagal
jantung pada usia muda
Faktor resiko seperti hipertensi,
penyakit jantung, diabetes
20
mungkin perlu tidur di atas bantal atau duduk di kursi), dispnea nokturnal
paroksismal, mengi, batuk, sianosis, nadi tidak teratur atau cepat,
penambahan berat badan mendadak karena retensi cairan, edema
ekstremitas bawah, distensi abdomen, mual, cepat kenyang, dan nokturia.
Nyeri dada / anginal, palpitasi, hampir sinkop, dan sinkop. Gejala output
rendah termasuk pusing karena perubahan posisional, kelemahan
perubahan status mental, dan penurunan produksi urin (Swearingen,
2016).
c. Pemeriksaan fisik
Tekanan darah menurun atau meningkat (TD), disritmia, takikardia, takipnea,
peningkatan pulsasi vena, pulsus alternans (kuat dan lemah bergantian
denyut jantung), peningkatan tekanan vena sentral (CVP), distensi vena
jugularis, ronki (rales), mengi, bunyi nafas menurun, derap jantung dan /
atau murmur, hepatomegali, asites, dan edema pitting di daerah dependen
(ekstremitas bawah, tulang kelangkang), waktu pengisian kapiler (Hales,
2017).
Kontraktilitas
Kontraktilitas
Aritmia yang ventrikel kanan
ventrikel kiri tidak
mengancam nyawa efektif tidak efektif
Gangguan Penurunan
Sirkulasi Spontan
kemampuan
memompa Penurunan
ventrikel kiri kemampuan
memompa ventrikel
kanan
Penurunan
curah jantung Aliran balik darah
ke atrium kanan &
Kelemahan sirkulasi perifer
Aliran balik darah
Intoleransi ke dalam paru
aktivitas
Tekanan hidrostatik Kongesti hepar
Kongesti di
lebih besar dari tekanan Nausea perifer
osmotik
Edema perifer
Perembesan cairan ke Disfungsi ventrikel
alveoli kanan
(Kongesti paru) Hipervolemia
Sesak nafas, Peningkatan tekanan
Ronki, takipneau paru
Abnormalitas Hasil
Analisa Gas Darah
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Gangguan
Perukaran Gas
oksigen
3.2 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Bersihan jalan napas tidak Tujuan: Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif (I.01006)
efektif berhubungan dengan tindakan keperawatan jalan 1. Observasi
berhubungan dengan sekresi napas tetap paten. ▪ Identifikasi kemampuan batuk
yang tertahan Kriteria hasil: ▪ Monitor adanya retensi sputum
Indikator Awal Target ▪ Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
Produksi 2 5 ▪ Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan
sputum karakteristik)
(menurun) 2. Terapeutik
Pola nafas 2 5
▪ Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
(membaik)
Frekuensi 2 5 ▪ Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
napas 16- ▪ Buang sekret pada tempat sputum
20x/m 3. Edukasi
Ortopnea 2 5 ▪ Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
(menurun) ▪ Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
▪ Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
▪ Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
24
napas dalam yang ke-3
4.Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu
Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
1. Observasi
▪ Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
▪ Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi kering)
▪ Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
▪ Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
▪ Posisikan semi-Fowler atau Fowler
▪ Berikan minum hangat
▪ Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
▪ Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
▪ Lakukan hiperoksigenasi sebelum
▪ Penghisapan endotrakeal
▪ Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
25
▪ Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
▪ Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
▪ Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Pemantauan Respirasi (I.01014)
1. Observasi
▪ Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
napas
▪ Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
▪ Monitor kemampuan batuk efektif
▪ Monitor adanya produksi sputum
▪ Monitor adanya sumbatan jalan napas
▪ Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
▪ Auskultasi bunyi napas
▪ Monitor saturasi oksigen
▪ Monitor nilai AGD
26
▪ Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
▪ Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
▪ Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
▪ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
▪ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Pola napas tidak efektif Tujuan: Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
berhubungan dengan tindakan keperawatan pola 1. Observasi
hambatan upaya nafas napas membaik. ▪ Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
Kriteria hasil: napas
Indikator Awal Target ▪ Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
Dispnea 3 5 hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
(Menurun) ataksik0
Penggunaa 3 5
▪ Monitor kemampuan batuk efektif
n otot bantu
▪ Monitor adanya produksi sputum
napas
▪ Monitor adanya sumbatan jalan napas
(Tidak ada)
Pernapasan 3 5 ▪ Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
cuping ▪ Auskultasi bunyi napas
hidung ▪ Monitor saturasi oksigen
(Tidak ada) ▪ Monitor nilai AGD
27
Frekuensi 3 5 ▪ Monitor hasil x-ray toraks
napas 16- 2. Terapeutik
20x/m ▪ Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
▪ Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
▪ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
▪ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Manajemen Jalan Napas (I. 01011)
1. Observasi
▪ Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
▪ Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi kering)
▪ Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
▪ Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma
cervical)
▪ Posisikan semi-Fowler atau Fowler
▪ Berikan minum hangat
28
▪ Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
▪ Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
▪ Lakukan hiperoksigenasi sebelum
▪ Penghisapan endotrakeal
▪ Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
▪ Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
▪ Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
▪ Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
3. Gangguan pertukaran gas Tujuan: Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (1.01014)
berhubungan dengan tindakan keperawatan gangguan 1. Observasi
ketidakseimbangan ventilasi pertukaran gas membaik. Monitor frekuensi,irama,kedalaman dan upaya
perfusi Kriteria hasil: napas
Indikator Awal Target Monitor pola napas (seperti
Tingkat 2 5 bradipnea,takipnea,hiperventilasi,kussmaul,
kesadaran
(meningkat) cheyne-stokes,biot,ataksik)
Monitor kemampuan batuk efektif
29
Dispnea 2 5 Monitor adanya produksi sputum
(menurun)
Monitor adanya sumbatan jalan napas
Bunyi nafas 2 5
tambahan Palpasi kesimestrian ekspansi paru
(menurun) Auskultasi bunyi napas
Nafas cuping 2 5
hidung Monitor saturasi oksigen
(menurun) Monitor nilai AG D
PCO2 2 5
(membaik) Monitor hasil x-ray toraks
PO2 2 5 2. Terapeutik
(membaik)
pH arteri 2 5 Atur interval pemantuan respirasi sesuai
(membaik) kondisi pasien
Pola nafas 2 5
(membaik) Dokumentasikan hasil pemantauan
Sianosis 2 5 3. Edukasi
(membaik)
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Terapi Oksigen (1.01026)
1. Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
Monitor efektivitas terapi oksigen (misal
oksimetri, analisa gas darah), jika perlu
30
Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan
Monitor tanda tanda hipoventilasi
Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
dan atelectasis
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
Monitor intergitas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
2. Terapeutik
Bersihkan secret pada mulut, hidung,dan
trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas
Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
Berikan oksigen tambahan , jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien
ditranportasi
Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
3. Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
31
4. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan tidur
32
(menurun) Monitor keluhan nyeri dada (misal.
Tekanan 2 5 Intensitas,lokasi,radiasi,duarasi,presivitasi
darah
(membaik) yang mengurangi nyeri)
Pengisian 2 5 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
kapiler
(membaik) Monitor EKG 12 Sadapan
2. Terapeutik
Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
Berikan diet jantung yang sesuai(misal batasi
asupan kaferin,natrium,kolesterol,dan
makanan tinggi lemak)
Gunakan stocking elastis atau pneumatic
intermiten,sesuai indikasi
Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stress,jika perlu
Berikan dukungan emosional dan spiritual
Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
3. Edukasi
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
33
Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake
dan output cairan harian kolaborasi
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia,jika perlu
Rujuk ke progam rehabilitasi jantung
34
Monitor enzim jantung (misal CK,CK-
MB,Troponin T, Troponin I)
Monitor saturasi oksigen
Identifikasi stratifikasi pada sindrom coroner
akut (misal skor TIMI,Killip,Crusade)
2. Terapeutik
Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
Pasang akses intervena
Puasakan hingga bebas nyeri
Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stress
Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
Siapakan menjalani intervensi koroner
perkutan,jika perlu
Berikan dukungan emosional dan spiritual
3. Edukasi
Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
Anjurkan menghidari maneuver valsava
(misal mengedan saat baba tau batuk)
Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
Ajarkan teknik menurunkan kecemaskan dan
35
ketakutan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiplatelet,jika perlu
Kolaborasi pemberian antiangina (misal
nitrogliserin,beta blocker,calcium channel
blocker)
Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
Kolaborasi pemberian inotropic, jika perlu
Kolaborasi pemberian obat maneuver valsava
(misal pelunak tinja,antjemetik)
Kolaborasi pencegahan thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu
Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu
36
Frekuensi 2 5 Monitor pola dan jam tidur
nadi
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
(membaik)
60-100x/mnt melakukan aktivitas
2. Terapeutik
Warna kulit 2 5
(membaik) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Tekanan 2 5 stimulus (misal cahaya,suara,kunjungan)
darah
(membaik) Lakukan latikan rentang gerak pasif dan aktif
Saturasi 2 5 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
oksigen
(membaik) Fasilitas duduk disisi tempat tidur jika tidak
95-100% dapat berpindah atau berjalan
Frekuensi
nafas 3. Edukasi
(membaik) Anjurkan tirah baring
Keluhan 2 5
Lelah Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
(menurun) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
Dispnea saat 2 5
aktivitas gejala kelelahan tidak berkurang
(menurun) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Aritmia 2 5
(menurun) 4. Kolaborasi
Sianosis 2 5
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
(menurun)
meningkatkan asypan makanan
Terapi Aktivitas (1.05186)
1. Observasi
37
Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
Identifikasi makna aktivitas rutin
Monitor respons emosional fisik, social, dan
spiritual terhadap aktivitas
2. Terapeutik
Fasilitasi fokus pada kemampuan,bukan deficit
yang dialami
Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan
fisik,psikologis,dan sosial
Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
Fasilitasi makna aktivitas yang dipiluh
Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
38
Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
Fasilitasi aktivitas fisik rutin (misal
ambulasi,mobilisasi,dan perawatan diri) sesuai
kebutuhan
3. Edukasi
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari,
jika perlu
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
Anjurkan melakukan aktivitas fisik,sosial,
spiritual, dan kognitif dalam menjaga
fungsidari kesehatan
Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan
aktivitas partisipasi dalam aktivitas
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor progam
aktivitas,jika sesuai
Rujuk pada pusat atau progam aktivitas
39
komunitas, jika perlu
Tabel 3.1 Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Gagal Jantung (Heart Failure)
40
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana kelainan fungsi jantung
menjadi penyebab ketidakmampuan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh (forward failure) atau ketidakmampuan ini dapat terjadi
karena volume diastolic ventrikel yang bertambah secara abnormal (backward
failure) (Marya, 2013).
Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat lagi
memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,
walaupun darah balik masih dalam keadaan normal. Dengan kata lain, gagal jantung
merupakan suatu ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah dalam jumlah
yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (forward failure) atau
kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang
tinggi (backward failure) atau keduanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya gagal jantung adalah kontraktilitas miokard, denyut jantung (irama dan
kecepatan/ menit) beban awal dan beban akhir.
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala-gejala
atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau
tanpa adanya sakit jantung sebelumnya. Gagal jantung kronis didefinisikan sebagai
sindroma klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak,
fatique baik dalam keadaan istirahat maupun beraktifitas. Pada gagal jantung terjadi
suatu kelainan multisistem dimana terjadi gangguan pada jantung (disfungsi sistolik
dan diastolik).
4.2 Saran
Dalam penyusunan makalah dan konsep askep (asuhan keperawatan) ini belum
begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi
kawan-kawan semua bias memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan
membangun sehingga, makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat.
41
DAFTAR PUSTAKA
Buss, JS dan Labus, Diane. 2015. Buku Saku Patofisiologi menjadi sangat mudah.
Jakarta. EGC
Chaudry,H & Kokkirala, AR. 2020. Ferri’s Clinical Advisor 2020. Elsevier diakses
pada tgl 11 Agustus 2020 dari
https://eresources.perpusnas.go.id:2141/nursing/#!/content/book/3-s2.0-
B9780323672542003880?scrollTo=%23hl0001714
Doenges, Marilynn E; Moorhouse, Mary Frances; Murr, Alice C. 2019. Nursing Care
Plans Guidelines For Individualizing Client Care Across the Life Span 10th
Edition. F.A Davis Company
Firdaus, I., Rahajoe,AU., Yahya, AF., et al. 2016. Panduan Praktik Klinis & Clinical
Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, edisi pertama. Jakarta.
PERKI
Foley, A., & Sweet, V. (2020). Sheehy"s Emergency Nursing: Principle and Practice .
In Cardiovascular Emergencies (7 ed., pp. 227-248). St. Louis, Missouri :
Elseiver. diakses pada tanggal 11 Agustus, 2020, from
https://eresources.perpusnas.go.id:2141/nursing/#!/content/book/3-s2.0-
B9780323485463000230
Gardner. RS; McDonagh TA; Walker, NL. 2014. Oxford Specialist Handbooks in
Cardiology Heart failure. Oxford University Press. China
Hales, Majella. 2017. Nursing Care of People with Cardiac Disorders dalam LeMone,
Priscilla. Medical Surgical Nursing. Volume 1-3 \; Critical thinking for person-
centered Care. Pearson Australia Group Pty Ltd. Malaysia
Haugen, N., & Galura, S. J. (2020). Ulrich and Canale's Nursing Care Planning
Guides: Prioritization, Delegation, and Clinical Reasoning. In The client with
alterations in cardiovascular function (8 ed., pp. 217-339.e10). Elsevier.
diakses pada tanggal 11 agustus, 2020, from http://e-
resources.perpusnas.go.id/library.php?id=00066
Haynes, Annette. 2016. Cardiovascular Disorders dalam Urden, LD., Stacy KM.,
Lough ME: Priorities In Critical Care Nursing Seventh Edition. Elsevier.
Canada
42
Hinkle, JL & Cheever, KH. 2014. Brunner & Suddarth’s textbook of medical-surgical
nursing– Thirteenth edition. Wolters Kluwer Health. China
Januzzi, JL& Mann DL, 2019. Approach to the Patient with Heart Failure dalam
Zipes, Douglas P., Libby, Peter., Bonow, Robert O. et al. Braunwald Heart
Disease A Textbook Of Cardiovascular Medicine Eleventh Edition. Elsevier.
USA
Maxwell, Vb. 2020. Heart Failure Dalam Mariann M. Harding Lewis’s Medical-
Surgical Nursing, Eleventh. Elsevier, Inc. Canada
43