Anda di halaman 1dari 38

KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN SISTEM


PADA Ny. J DENGAN DIAGNOSA ST ELEVATION MYOCARDIAL
INFRACTION (STEMI) DI RUANG ICCU RSD GUNUNG JATI
KOTA CIREBON

Disusun Oleh:
Kelompok: 4

1. Arif Wibowo R.21.04.15.009


2. Endah Ayu Lestari R.21.04.15.022
3. Gevpie Adiyuliani R.21.04.15.028
3. Intan Agus Diani R.21.04.15.033
4. Kholisiyah M. J R.21.04.15.035
5. Putri R.21.04.15.047
6. Siti Julaikha R.21.04.15.055
7. Tantowi R.21.04.15.060

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i Keperawatan maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat Sistem.
Dalam penulisan makalah ini penyusun berusaha menyajikan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya,
penyusun menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................ 3
D. Manfaat.......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi........................................................................................... 5
B. Etiologi........................................................................................... 6
C. Manfaat Klinis............................................................................... 6
D. Patofisiologi................................................................................... 6
E. Pathway.......................................................................................... 8
F. Komplikasi..................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan Medis.................................................................. 9
H. Pengkajian Fisik............................................................................. 9
I. Pemeriksaan Penunjang................................................................. 11
J. Analisa Data................................................................................... 11
K. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas............................... 13
L. Intervensi Keperawatan................................................................. 13

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 16


BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 41
B. Saran.............................................................................................. 41

ii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
STEMI adalah fase akut dari nyeri dada yang ditampilkan, terjadi peningkatan
baik frekuensi, lama nyeri dada dan tidak dapat di atasi dengan pemberian nitrat, yang
dapat terjadi saat istirahat maupun sewaktu-waktu yang disertai Infark Miokard Akut
dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari ruptur
plak aterosklerosis yang tak stabil (Pusponegoro,2015).
Menurut American Heart Association (AHA) infark miokard tetap menjadi
penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia, Setiap tahun
diperkirakan785 ribu orang Amerika Serikat mengalami infark miokard dan sekitar
470 ribu orang akan mengalami kekambuhan berulang, setiap 25 detik diperkirakan
terdapat 1 orang Amerika yang mati dikarenakan Infark Miokard (AHA,2012).
Di Indonesia menurut Kemenkes (2013) prevalensi jantung koroner
berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 %, dan
berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung
koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti
Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi
jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur
(4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi
Barat (2,6%). Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan wawancara
yang didiagnosis dokter atau gejala, meningkat seiring dengan bertambahnya umur,
tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0 % dan 3,6 % menurun sedikit
pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi penyakit jantung koroner yang
didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada
perempuan (0,5% dan 1,5%).
STEMI dapat menimbulkan nyeri dada hebat yang tidak dapat hilang dengan
istirahat, berpindah posisi, ataupun pemberian nitrat; kulit mungkin pucat, berkeringat
dan dingin saat disentuh; pada gejala awal tekanan darah dan nadi dapat naik, tetapi
juga dapat berubah menjadi turun drastis akibat dari penurunan curah jantung, jika
keadaan semakin buruk hal ini dapat mengakibatkan perfusi ginjal dan pengeluaran
urin menurun. Jika keadaan ini bertahan beberapa jam sampai beberapa hari, dapat
menunjukkan disfungsi ventrikel kiri. Pasien juga terkadang ada yang mengalami
mual muntah dan demam (Lewis, 2011).
Adapun komplikasi penyakit STEMI menurut Black & Hawks (2014) yaitu
disritmia yang meliputi supraventrikal takikardia (SVT), disosiasi atrium dan
ventrikel (blok jantung), takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel, bradikardi simtomatik;
syok kardiogenik; gagal jantung dan edema paru; emboli paru; infark miokardium
berulang; komplikasi yang disebabkan oleh nekrosis miokardium; perikarditis dan
sindrom dressler (perikarditis akhir).
Gangguan kebutuhan dasar pada pasien STEMI akan menimbulkan masalah
keperawatan, seperti gangguan kebutuhan aktivitas dan juga sesak napas yang
diakibatkan penurunan curah jantung, serta gangguan kenyamanan pasien. Sehingga
perlu dilakukan penatalaknasanaan pasien yang lebih baik seperti terapi modalitas
mencakup medikasi, penatalaksanaan cairan, perubahan diet, modifikasi gaya hidup
dan pemantauan tindak lanjut yang 3 intensif. Pendidikan pasien dan kepatuhan
merupakan aspek penting untuk hasil yang lebih baik (Marreli, 2007).
Peran perawat terhadap pasien dengan STEMI yaitu meliputi peran preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif sangat diperlukan. Terutama peran promotif
melalui edukasi dapat merubah klien dalam mengubah gaya hidup dan mengontrol
kebiasaan pribadi untuk menghindari faktor risiko. Dengan edukasi semakin banyak
klien yang mengerti bagaimana harus mengubah perilaku sehingga mereka mampu
melakukan pengobatan dan perawatan mandirinya. Perawatan yang baik hanya dapat
tercapai apabila ada kerjasama antara perawat dan klien untuk mengatasi masalah
tersebut (Perry & Potter, 2009).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam kasus ini adalah sebagai berikut : Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat Sistem Pada Ny. J Dengan Diagnosa STEMI Di Ruang ICCU RSD Gunung
Jati Kota Cirebon?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan penyakit STEMI pada Tn.E di Rumah Sakit
RSD Gunung Jati kota Cirebon.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien STEMI.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada pasien STEMI.
c. Mampu merumusan perencanaan secara tepat pada pasien STEMI.
d. Mampu melaksanakan implementasi dan evaluasi pada pasien STEMI.
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien STEMI

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi profesi keperawatan
Memberikan kontribusi laporan kasus sebagai bentuk laporan hasil tindakan
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan ST Elevation Miocardial Infarction
(STEMI) yang akan bermanfaat dalam profesi keperawatan.
2. Bagi lahan praktik
Sebagai pedoman bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan penulis, baik dari konsep dasar penyakit maupun konsep dasar
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
ST Elevation Miocardial Infarction (STEMI).
3. Bagi masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi masyarakat yang
salah satu dari anggota keluarganya memiliki penyakit STEMI dengan ciri-ciri atau
keluhan yang terdapat pada keluarga sehingga jika terdapat anggota keluarga yang
mengalami keluhan tersebut bisa mengambil tindakan yang tepat yaitu dengan segera
memeriksakannya ke tenaga kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi

STEMI adalah sindrom klinis yang didefinisikan sebagah gejala iskemia

miokard khas yang dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi ST yang

persisten dan diikuti pelepasan biomarker nekrosis miokard (Setiati, et al. 2015).

STEMI adalah fase akut dari nyeri dada yang ditampilkan terjadi peningkatan

baik frekuensi, lama nyeri dada dan tidak dapat diatasi dengan pemberian nitrate,

yang dapat terjadi saat istirahat maupun sewaktu waktu yang disertai infark miokard

akut dengan ST Elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari

ruptur plak ateroskelrosis yang tak stabil (Pusponegoro, 2015).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa STEMI adalah keadaan yang

mengancam kehidupan dengan tanda nyeri dada yang khas diikuti dengan

gambaran EKG berupa Elevasi ST dan terjadi pembentukan jaringan nekrosis otot

yang permanen karena otot jantung kehilangan suplaia oksigen yang disebabkan

oleh aanya trombosis yang tak stabil.

B. Etiologi

Terdapat dua faktor risiko yang dapat menyebabkan pemyakit arteri kororner

yaitu faktor risikoo yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan faktor risiko yang tidak

dapat dimodifikasi (non modifiable). Faktor risiko modifiable dapat dikontrol dengan

mengubah gaya hidup dan kebiaasaan pribadi, sedangkan faktor risiko yang non
modifiable merupakan konsekuensi genetic yang tidak dapat dikontrol (Smeltxer,

2002). Menurut Muttaqin (2009) ada lima faktor risiko yang dapat diubah

(modifiable) yaitu merokok, tekanan darah tinggi, hiperglikemi, kolesterol darah

tinggi, dan pola tingkah laku.

1. Merokok

Merokok dapat memperparah dari penyakit koroner diantaranya

karbondioksida yang terdapat pada asap rokok akan lebih mudah mengikat

hemoglobin dari pada oksigen, sehingga ooksigen yang disuplai ke jantung menjadi

berkurang.

2. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi merupakan juga faktor risiko yang dapat menyebabkan

penyakit arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan dapat meningkatkan gradien

tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan darah

tinggi yang terus menerus menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung

meningkat.

3. Kolesterol darah tinggi

Tingginya kolesterol dengan penyakit arteri koroner memiliki hubungan yang

erat. Lemak yang tidak larut dalam air terikat dengan liprotein yang larut dengan air

yang memungkinkannya dapat diangkat dalam system peredaran darah.

4. Hiperglikemia
Pada penderita diabetes melitus cenderung memiliki prevalensi aterosklerosis

yang lebih tinggi, hiperglikemia menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang

dapat menyebabkan pembentukan thrombus.

5. Pola perilaku

Pola hidup yang kurang aktivitas serta stresor psikososial juga ikut berperan

dalam menimbulkan masalah pada jatung.

C. Patofisologis

Infark miokard akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih

faktor risiko seperti obesitas, merokok, hipertensi dan lain-lain. Faktor ini disertai

dengan proses kimiawi terbentuknya lipoprotein ditunika intimia yang dapat

menyebabkan infeksi fibrin dan potelet sehingga menimbulkan cedera endotel

pembuluh darah koroner. Intraksi tersebut menyebabkan infeksi dan akumulasi lipid

yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikasi

yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila rupture dapat

terjadi trombus. Trombus yang menyumbat pembuluh darah menyebabkan aliran

darah berkurang sehingga suplai oksigen yang diangkat darah kejaringan miokardium

berkurang yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam laktat yang meningkat

menyebabkan nyeri dan perubahan pH yang pada akhirnya menyebabkan perubahan

sistem konduksi jantung sehingga jantung megalami disartimia. Iskemik yang

berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang

ireversibel dan kematian otot jantung (infark). Miokardium yang mengalami


kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak lagi dapat memenuhi fungsi kontaksi dan

menyebabkan keluarnya enzim dari intrasel ke pembuluh darah yang dapat dideteksi

denngan pemeriksaan laboratorium. Otot jantung yang infark mengalami perubahan

selama penyembuhan.

Pathway

Aterisklerosis, thrombosis,kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah ke jantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nekrosis

Suplai dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seiimbang

Suplai oksigen ke miokard menurun

Metabolism Seluler Hipoksia

Penurunan
Gangguan Timbunan asam Integritas
Nyeri curah jantung
Pertukaran gas laktat meningkat membran sel

Kelemahan Kontraktilitas turun


Kecemasan

Intoleransi Aktivitas COP turun Kegagalan pompa


jantung

Gangguan perfusi Gagal Jantung


jaringan

Resiko kelebihan
volume cairan
ekstra vaskuler
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada infark miokard akut, antara lain sebagai berikut :
1. Nyeri dada sebelakah kiri menjalar ke lengan kiri, bahu, rahang kiri,
punggung kiri, dan area nyeri epigastrik. Sifat nyeri seperti ditekan, rasa tertindih
benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir, durasi ≤ 30 menit.
2. Sesak nafas
3. Gejala gastrointestinal, seperti mual, muntah, cegukan
4. Gejala lain, seperti palpitasi, rasa pusing atau sinkop dan gejala akibat
emboli arteri (Aspiani, 2015).

E. Komplikasi
1. Mati mendadak
2. Aritmia
3. Nyeri menetap
4. Angina
5. Gagal jantung
6. Pericarditis
7. Ruptur jantung
8. Emboli pulmo

F. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian oksigen
2. Morfin
3. Nitrogliserin
4. Aspilet
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Pemeriksaan EKG 12 lead
7. Pemberian obat

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi (EKG)
2. Enzim serum
3. Kimia darah

H. Pengkajian
1. Primeri survey
a. Circulation
1) Nadi lemah
2) Takikardi
3) Td meningkat/menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucet atau sianosis
8) Output urine menurun
b. Airway
1) Sumbatan atau penumpukan secret
2) Gurgling, snoring, crowing
c. Breathing
1) Sesak dengan berakativitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24x/menit
3) Ronkhi, krekels
4) Ekspansi dada tidak maksimal/penuh
5) Penggunaan otot bantu pernafasan
d. Disability
1) Penurunan kesadaran
2) Penurunan reflex

d. Eksposure
1) Nyeri dada spomtam dam menjalar
2. Secondary Survey
a. TTV
b. Pemeriksaan Fisik
c. Periksaan selanjutnya
1) Keluhan nyeri dada
2) Obat-obatan anti hipertensi
3) Makan-makanan tinggi natrium
4) Penyakit penyerta DM, Hipertensi
5) Riwayat alergi
3. Tersier
a. Pemeriksaan laboratorium
1) CPKMB, LDH, AST
2) Elekrolit, ketidakseimbangan (hipokalemi)
3) Sel darah putih (10.000-20.000)
4) GDA (Hipoksia)
b. Pemeriksaan rontgen
c. Pemeriksaan EKG T Interved, ST Elevasi, Q Patologis
d. Pemeriksaan lainnya
e. Angiografi coroner
f. Pencitraan darah jantung (MVGA)

I. Informasi Tambahan
-

J. Analisa Data
Data Senjang Etiologi Masalah
(DS & DO) Keperawatan
DS : Pasien mengeluh nyeri dada Iskemik pada
DO : jaringan miokard
- Tampak meringis
- Bersikap protektif Nekrosis
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat Suplai dan kebutuhan
- Sulit tidur oksigen ke jantung
- Tekanan darah meningkat tidak seimbang
Nyeri Akut
- Pola nafas berubah
Suplai oksigen ke
miokard menurun

Metabolism

Timbunngan asam
laktat meningkat

Nyeri akut
DS : Aterosklerosis,
- Pasien mengeluh sesak thombosis, kontraksi
- Pasien mengeluh lelah arteri koronaria
DO :
- Bradikardia/takikardia Penurunan aliran
- Gambaran EKG Aritmia darah ke jantung
atau gangguan konduksi Penurunan curah
- Edema Kekurangan oksigen
dan nutrisi jantung
- Distensi vena jugularis
- Tekanan darah
meningkat/menurun Iskemik pada
- CRT >3 detik jaringan miokard
- Oliguria
- Warna kulit pucat dan/ Nekrosis
atau sianosis
Suplai dan kebutuhan
oksigen ke jantung
tidak seimbang
Suplai oksigen ke
miokard menurun

Seluler hipoksia

Penurunan curah
jantung
DS : Suplai oksigen ke
- Mengeluh lelah miokard menurun
- Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas Metabolism
- Dipsnea saat/setelah
beraktivitas Timbunan asam
- Merasa lemah laktat meningkat
DO : Intoleransi
- Frekuensi jantung Kelelahan
Aktivitas
meningkat >20% dari
kondisi istirahat Intoleransi aktivitas
- Gambaran EKG aritmia
saat/setelah aktivitas

K. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri

ditandai dengan penurunan curah jantung.

2. Penurunan curah jantung b.d perubahan faktor-faktor listrik, penurunan

karakteristik miokard.

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard

dan kebutuhan, adanya iskemia/nekross jaringan miokard.


L. Intervensi Keperawatan

Perencanaan Keperawatan
No Dx Ttd
Tujuan Rencana Tindakan

1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tingkat nyeri O : Identifikasi lokasi,
menurun. Dengan kritria hasil karakteristik, durasi, frekuensi,
: kualitas, intensitas nyeri.
Indikator IR ER N : Berikan teknik non
Keluhan nyeri 3 5 farmakologi untuk mengurangi
Frekuensi nadi 3 5 rasa nyeri
E : Ajarkan teknik
Gelisah 3 5
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
K : Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Setelah dilkaukan tindakan Perawatan Jantung
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan ketidakadekuatan O : Identifikasi tanda/gejala
jantung memompa darah sekunder/primer penurunan curah
meningkat. Dengan kriteria jantung
hasil : N : Posisikan pasien semi fowler
Indikator IR ER dengan kaki kebawahatau posisi
Gambaran EKG 3 5 nyaman
Aritmia E : Berikan oksigen untuk
CRT 3 5 mempertahankan saturasi oksigen
>94%
K:-
3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan toleransi aktivitas O : Identifikasi gangguan fungsi
meningkat dengan kriteria
tubuh yang mengkibatkan
hasil :
Indikator IR ER kelelahan
Dipsnea saat 3 5
beraktivitas N : Lakukan latihan rentang gerak
Kemudahan 3 5
pasif dan atau aktif
dalam
melakukan E : Anjurkan tirah baring
aktivitas sehari-
hari K : Kolaborasi dengan ahli gizi

tentang cara meningkatkan asupan

makanan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan dan membahas mengenai asuhan
keperawatan pada Ny. J dengan gangguan sistem kardiovascular ST Elevation
Myocardial Infraction (STEMI) di ruang ICCU Rumah Sakit Daerah Gunung Jati
Kota Cirebon.

A. Pengkajian
Seorang wanita berusia 55 tahun di rawat di ruang ICCU Rumah Sakit Daerah
Gunung Jati Kota Cirebon dengan diagnisa medis ST Elevation Myocardial
Infraction (STEMI). Pasien mengatakan memiliki penyakit kolestrol dan darah tinggi
sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengatakan rutin melakukan pemeriksaan setiap
bulan tetapi tidak ada perubahan kolestrol tetap tinggi. Pasien mengatakan sebelum
dibawa ke Rumah Sakit suaminya membeli obat kolestrol sendiri setelah minum obat
kolestrol tersebut keadaan pasien semakin menurun, sampai dibawa ke RSMP
Majalengka dan pada tanggal 28 Januari 2022 pasien di rujuk ke RSD Gunung Jati
Kota Cirebon.
Pada tanggal 31 Januari 2022 pukul 11.45 WIB dilakukan pengkajian.
Diperoleh data pasien kesadaran kompos mentis dengan GCS 15 (E: 4 M: 6 V: 5).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, pasien mengeluh sesak napas, sesak
napas bertambah saat melakukan aktivitas, pasien terpasang O2 nasal kanul 4 liter.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: keadaan umum pasien lemah,
kesadaran kompos mentis dengan vital sign tekanan darah : 114/78 mmHg, nadi :
79x/menit, frekuensi nafas (RR) : 24x/menit, suhu : 36,2 C, SPO2 : 92% BB pasien
50 kg. Orientasi baik, bentuk dada normal, bentuk tulang belakang normal, warna
kulit sawo matang, pergerakan dinding dada simetris, terdapat cuping hidung,
terdapat retraksi dinding dada, irama napas reguler, tidak ada nyeri tekan dada, suara
napas broncial, SPO2 98%, terpasang O2 nasal kanul 4liter, konjugtiva ananemis,
sklera ikterik, mukosa bibir lembab, tidak ada sianosis, irama jantung irreguler,
terdapat bunyi jantung tambahan S3, CRT < 3 detik, akral teraba hangat, penciuman
baik, reflek pupil cepat, fungsi menelan baik, wajah simetris, genitalia normal, tidak
ada pembengkakan ginjal, tidak ada distraksi kandung kemih, terpasang kateter urine
250 cc, mulut kotor, tidak ada karies gigi, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada asites, bising usus 5x/menit, ekstremitas atas : bentuk simetris, tidak
ada piting edema, tidak ada fraktur, kekuatan tonus otot 4|4, terpasang infus Nacl
0,9% diekstremitas atas kiri, ekstremitas bawah : bentuk simetris, tidak ada fraktur,
tidak ada edema, kekuatan tonus otot 4|4, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, warna
kulit sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada kelainan kulit, tidak ada edema.
Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada tanggal 29 Januari 2022
didapatkan nilai ureum 100.1 mg/dl, kreatinin 2.73 mg/dl, HDL kolestrol 37 mg/dl,
GD2PP 146 mg/dl, asam urat 10.71 mg/dl.
Program terapi yang didapatkan pasien adalah Nacl 0,9% 10tpm, inj.
Pantoprazol 1x1 cara pemberian iv, inj. Ceftriaxon 2x1gr pemberian iv, CPG 2x1 cara
pemberian iv, aspilet 1x80 mg, nitrat 2x2,5 mg, atronastatin 1x40 mg, ISDN 5mg,
sucralfat 3x1 c, concor 1x1,25 mg, angintriz 2x1, laxadin syr 10-0 cc, alopurnol
1x100 mg.

B. Pemeriksaan Laboratorium
No Tgl Hasil Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
29/01/ Kimia Klinik
1 22 Lemak
Kolestrol total 95 <200 mg/dl Normal
Trigliserida 101 <150 mg/dl Normal
Kolestrol HDL 37 >65 mg/dl Low
LDL Cholestrol 38 <130 Normal
2 Faal Ginjal
Ureum 100.1 15-45 mg/dl High
Kreatinin 2.73 0.5-0.9 mg/dl High
Asam urat 10.71 2.4-5.7 mg/dl High
3 Gula Darah
Gula darah puasa 105 75-115 mg/dl Normal
Gula darah 2 jam PP 146 <140 mg/dl High

C. Program Pengobatan
No. Jenis Terapi Rute Dosis Waktu Ket.
1 Nacl 0,9% Infus 10 tpm
2 Inj. Pantoprazol IV 1x1
3 Ceftriaxon IV 2x1gr
4 CPG IV 2x1
5 Aspilet 1x80 mg
6 Nitrat 2x2,5 mg
7 Atronastatin 1x40 mg
8 ISDN 5mg
9 Sucrslfat 3x1
10 Concor Oral 1x1,25 mg
11 Angintriz 2x1
12 Lxadin syirup Oral 10 cc
13 Alopurnol 1x100 mg

D. Analisa Data
Tgl Data Senjang Etiologi Masalah TTD
Keperawatan
31/0 DS : Asteoklorosis, Thrombosis, Penurunan Kelo
1/20 Pasien mengatakan sesak Kontraksi Arteri Koronaria Curah Jantung mpok
22 bertambah ketika 4
beraktivitas
DO : Penurunan Aliran Darah Ke
- Hasil EKG terdapat Jantung
ST elevasi miokard
infark
- Terdapat bunyi Kekurangan oksigen
jantung tambahan S3
- RR 24x/menit
Suplai kebutuhan oksigen
- Nadi 76x/menit ke jantung tidak seimbang
- TD : 114/78 mmHg

Suplai oksigen ke miokard


menurun

Seluler hipoksi

Penurunan Curah Jantung

31/0 DS : Suplai oksigen miokard Intoleransi Kelo


1/20 Pasien mengatakan jika menurun Aktifitas mpok
22 melakukan aktivitas sesak 4
bertambah
DO : Timbunan asam laktat
- Pasien bed rest meningkat
- RR 24x/menit
- Nadi 76x/menit Kelemahan
- TD : 114/78 mmHg
- Hasil EKG terdapat
ST elevasi miokard Intoleransi Aktifitas
infark

31/0 DS : Asteoklorosis, Thrombosis, Pola Napas Kelo


1/22 Pasien mengatakn sesak Kontraksi Arteri Koronaria Tidak Efektif mpok
napas jika melakukan 4
aktivitas
DO : Penurunan Aliran Darah Ke
- SpO2 92% Jantung
- Terpasang O2 nasal
kanul 4 liter
- Terdapat retraksi
dinding dada Kekurangan oksigen

Suplai kebutuhan oksigen


ke jantung tidak seimbang

Suplai oksigen ke miokard


menurun

Seluler hipoksi

Hambatan upaya napas

Pola Napas Tidak Efektif

E. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d ketidakseimbangan suplai O2 dan kebutuhan
O2 d.d Hasil EKG terdapat ST elevasi miokard infark, terdapat bunyi jantung
tambahan S3
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d terpasang O2 nasal
kanul 4 liter, terdapat retraksi dinding dada
3. Intoleransi aktivitas b.d respon frekuensi jantung abnormal terhadap
aktvitas d.d Pasien mengatakan jika melakukan aktivitas sesak bertambah, pasien bed
rest, RR 24x/menit, Nadi 76x/menit, TD : 114/78 mmHg

F. Intervensi Keperawatan
Tgl No. Rencana keperawatan TTD
Dx Tujuan Intervensi Rasional
Kep
31/01/ 1 Setelah dilakukan O : Identifikasi tanda 1. Untuk Kel. 4
22 intervensi selama dan gejala penurunan mengetahui tanda
2x24jam diharapkan curah jantung dan gejala
penurunan curah N : Posisikan pasien penurunan curah
jantung dapat teratasi semi fowler dengan jantung
dengan kriteria hasil : kaki kebawah atau 2. Agar pasien
posisi nyaman merasa nyaman
Ir Er E : Anjurkan aktivitas 3. Pasien dapat
Gambaran 3 5 secara bertahap melakukan
EKG K : Kolaborasi pemberi aktivitas fisik
aritmia an ISDN 5 mg. 4. Untuk mencegah
Kelelahan 3 5 nyeri dada
Tekanan 4 5
Darah
31/01/ 2 Setelah dilakukan O : Monitor pola nafas 1. Untuk Kel. 4
22 intervensi selama mengetahui pola
N : Berikan oksigen
2x24jam diharapkan napas pasien
pola napas tidak E : Posisikan pasien 2. Agar O2
efektif dapat teratasi terpenuhi
semi fowler
dengan kriteria hasil : 3. Agar sesak
Ir Er K : Kolaborasi pemberi berkurang
Dipsnea 3 5 4. Untuk
an dosis O2 nasal kanul
Penggunan 3 5 mengurangi sesak
otot bantu 4 liter napas
pernapasan
Frekuensi 4 5
napas
31/01/ 3 Setelah dilakukan O : Identifikasi ganggu 1. Untuk Kel. 4
22 intervensi selama an tubuh yang mengidentifikasi
2x24jam diharapkan mengakibatkan gangguan tubuh
intoleransi aktivitas kelemahan yang
dapat teratasi dengan N : Lakukan latihan mengakibatkan
kriteria hasil : rentang gerak kelemahan
Ir Er aktif/pasif 2. Agar tidak
Dipsnea 3 5 E : Anjurkan tirah terjadi kekakuan
saat baring sendi
beraktivitas K : Kolaborasi dengan 3. Agar dapat
Kemudahan 3 5 ahli gizi tentang melakukan
dalam meningkatkan asupan aktifitas secara
melakukan makanan bertahap
aktivitas 4. Untuk
sehari-hari memenuhi
kebutuhan
energi dan
nutrisi pasien

G. Implementasi Keperawatan
Tgl No. Implementasi TTD Tgl Evaluasi TTD
Dx
Kep
31/01/ 1 1. Mengidentifikasi Kel. 31/01/ S : pasien mengatakan masih Kel.
22 tanda dan gejala 4 22 sesak dan bertambah saat 4
penurunan curah beraktivitas
jantung O : RR : 22x/menit, masih
R: terdengar suara jantung
- Pasien tampak tambahan S3
lemas A : Masalah belum teratasi
- Terdengar suara P : Lanjutkan intervensi
jantung
tambahan S3
- Hasil EKG
terdapat ST
elevasi miokard
infark
2. Memposisikan pasien
semi fowler dengan
kaki kebawah atau
posisi nyaman
R : Pasien tampak
nyaman
3. Menganjurkan
aktivitas secara
bertahap
R : Pasien melakukan
aktivitas miring
kanan dan kiri
4. Berkolaborasi
pemberian ISDN 5
mg
R : Telah diberikan
ISDN 5 mg
31/01/ 2 1. Memonitor pola Kel. 31/01/ S : pasien mengatakan sesak Kel.
22 4 22 berkurang dan bertambah 4
nafas
ketika beraktifitas
R : pola napas pasien O : Terpasang O2 nasal
kanul 4 liter, RR : 22x/menit
reguler
A : masalah belum teratasi
2. Memberikan oksigen P : lanjutkan intervensi
R : telah diberikan O2
3. Memposisikan pasien
semi fowler
R : Pasien tampak
nyaman dan sesak
berkurang
4. Berkolaborasi
pemberian dosis O2
nasal kanul 4 liter
R : telah diberikan O2
nasal kanul 4 liter
31/01/ 3 1. Mengidentifikasi Kel. 31/01/ S : pasien mengatakan masih Kel.
22 gangguan tubuh yang 4 22 belum bisa melakukan 4
mengakibatkan aktivitas seperti biasnaya
kelemahan karena ketika melakukan
R : Pasien mengatakan aktifitas terasa sesk dan lelah
lelah dan sesak napas O : pasien bed rest, pasien
bertambah saat posisi semi fowler
beraktifitas A : masalah belum teratasi
2. Melakukan latihan P : lanjutkan intervensi
rentang gerak
aktif/pasif
R : Pasien melakukan
miring kanan dan kiri
3. Menganjurkan tirah
baring
R : Pasien bed rest
4. Berkolaborasi dengan
ahli gizi tentang
meningkatkan asupan
makanan
R : Pasien makan 3x/hari
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. J


dengan diagnosa STEMI di ruang ICCU RSD Gunung Jati Kota Cirebon, maka
dalam bab ini kelompok kami akan membahas kesenjangan teori dan kenyataan yang
diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Dalam penyusunan asuhan
keperawatan kami merencanakan keperawatan yang meliputi pengkajian
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut: Berdasarkan
pengkajian yang penulis mengangkat 3 diagnosa keperawatan berdasarkan data – data
pendukung yang ditemukan penulis. Dalam pembahasan ini penulis membaginya
dalam 5 (lima) langkah proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi atau perencanaan, implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan

A. Analisis Pengkajian
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika alairan darah
koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik
yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok,
hipertensi, dan akumulasi lipid (Sudoyo, 2010).
Penyebab Terdapat dua faktor risiko yang dapat menyebabkan pemyakit arteri

kororner yaitu faktor risikoo yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan faktor risiko

yang tidak dapat dimodifikasi (non modifiable). Faktor risiko modifiable dapat

dikontrol dengan mengubah gaya hidup dan kebiaasaan pribadi, sedangkan faktor

risiko yang non modifiable merupakan konsekuensi genetic yang tidak dapat

dikontrol (Smeltxer, 2002). Menurut Muttaqin (2009) ada lima faktor risiko yang
dapat diubah (modifiable) yaitu merokok, tekanan darah tinggi, hiperglikemi,

kolesterol darah tinggi, dan pola tingkah laku.

Hasil pengkajian Ny. J dengan diagnosa ST Elevasi Myiocardial Infraction

(STEMI) pasien mengatakan memiliki penyakit kolestrol dan darah tinggi sejak 3

bulan yang lalu, pasien mengatakan rutin melakukan pemeriksaan setiap bulan tetapi

tidak ada perubahan kolestrol tetap tinggi.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: keadaan umum pasien lemah,


kesadaran kompos mentis dengan vital sign tekanan darah : 114/78 mmHg, nadi :
79x/menit, frekuensi nafas (RR) : 24x/menit, suhu : 36,2 C, SPO2 : 92% BB pasien
50 kg. Orientasi baik, bentuk dada normal, bentuk tulang belakang normal, warna
kulit sawo matang, pergerakan dinding dada simetris, terdapat cuping hidung,
terdapat retraksi dinding dada, irama napas reguler, tidak ada nyeri tekan dada, suara
napas broncial, SPO2 98%, terpasang O2 nasal kanul 4liter, konjugtiva ananemis,
sklera ikterik, mukosa bibir lembab, tidak ada sianosis, irama jantung irreguler,
terdapat bunyi jantung tambahan S3, CRT < 3 detik, akral teraba hangat.
Pada pemeriksaan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada tanggal
29 Januari 2022 didapatkan nilai ureum 100.1 mg/dl, kreatinin 2.73 mg/dl, HDL
kolestrol 37 mg/dl, GD2PP 146 mg/dl, asam urat 10.71 mg/dl.
Berdasarkan data yang ada secara spesifik tidak ada kesenjangan yang
signifikan anatara kasus Ny. J dengan teori yang telah dikemukakan oleh beberapa
ahli.

B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyse)


Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok.
Perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunka, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan teori yaitu Nyeri akut b.d
iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan penurunan curah
jantung. Penurunan curah jantung b.d perubahan faktor-faktor listrik, penurunan
karakteristik miokard. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekross jaringan miokard.
Semantara itu berdasarkan hasil pengkajian yang didapat, penulis menegakan
3 (tiga) diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Penurunan curah jantung b.d ketidakseimbangan suplai O2 dan kebutuhan
O2 d.d Hasil EKG terdapat ST elevasi miokard infark, terdapat bunyi jantung
tambahan S3
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), (2016).
Penurunan curah jantung adalah ketidakmampuan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Adapun batasan karakteristik dari
diagnosis penurunan curah jantung dengan diagnosa tersebut ditegakan bila ada data
mayor yang mendukung yaitu: data subjektif : palpitasi, lelah, dispnea, paroxymal
nocturnal dispnea (PND), ortopnea, dan batuk. Data objektif : bradikardi/takikardi,
gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi, edema, distensi vena jugularis,
central venous pressure (CVP) meningkat/menurun, hepatomegaly, tekanan darah
meningkat/ menurun, nadi perifer teraba lemah, CRT >3 detik, oliguria, sianosis,
terdengar suara jantung S3 dan atau S4, ejaction fraction (EF) menurun. Data minor
yang mendukung yaitu : data subjektif yaitu dispnea. data objektif gambaran EKG
aritmia atau gangguan konduksi, terdengar suara jantung S3.
Diagnosa yang pertama yang penulis ambil adalah penurunan curah jantung,
alasan penulis menegakan diagnosa ini adalah karena sangat mendukung. Menurut
SDKI (2017) dalam menegakan diagnose perlu adanya 80% data mayor agar
diagnosa dapat ditegakan. Berdasarkan data di atas yang ditemukan pada pasien data
objektif hasil EKG terdapat ST elevasi miokard infark, terdapat bunyi jantung
tambahan S3, RR 24x/menit, Nadi 76x/menit, TD : 114/78 mmHg.
Oleh karena itu kelompok kami mengambil diagnosa penurunan curah jantung
menjadi diagnosa prioritas karena jika penurunan curah jantung teratasi maka suplai
oksigen ke miokard meningkat, suplai dan kebutuhan oksigen kejantung menjadi
seimbang dan tidak terjadi hipoksia.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d terpasang O2 nasal
kanul 4 liter, terdapat retraksi dinding dada.
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), (2016). Pola
nafas tidak efektif adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat. Adapun batasan karakteristik dari diagnosis pola nafas tidak efektif dengan
data mayor yang mendukung yaitu dipsnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase
ekspirasi yang panjang dan pola napas abnormal (mis. takipnea, bradypnea,
hiperventilasi, kusmaul, cheynesyokes. Sedangkan data minor yang mendukung yaitu
ortopnea, pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun.
Diagnosa yang kedua yang penulis ambil adalah pola nafas tidak efektif
alasan penulis menegakan diagnose ini adalah karena sangat mendukung. Menurut
SDKI (2017) dalam menegakan diagnose perlu adanya 80% data mayor agar
diagnose dapat ditegakan. Diagnosa ini ditegakan karena ditemukan data subjektif
pasien mengeluh sesak. Sedangkan data objektif yaitu SpO2 92%, terdapat retraksi
dinding dada, pasien mengeluh sesak nafas, RR 24 x/menit.
Menurut Dongoes (2010) pasien dengan STEMI memiliki tanda dan gejala
seperti sesak nafas disebabkankan oleh penumpukan cairan pada rongga intertitial
dan alveoli, cairan tersebut akan menghambat pengembangan paru-paru sehingga
mengalami kesulitan bernafas. Sehingga penulis mengangkat diagnosa pola nafas
tidak efektif sebagai diagnosa kedua.
3. Intoleransi aktivitas b.d respon frekuensi jantung abnormal terhadap
aktvitas d.d Pasien mengatakan jika melakukan aktivitas sesak bertambah, pasien bed
rest, hasil EKG terdapat ST elevasi, RR 24x/menit, Nadi 76x/menit, TD : 114/78
mmHg.
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), (2016)
Intoleransi aktifitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari -
hari. Adapun batasan karakteristik dari diagnosis ada data mayor yaitu frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat. Sedangkan data minor yaitu tekanan
darah berubah > 20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukan iskemia, sianosis.
Diagnosa ini ditegakan karena sangat mendukung dengan ditemukannya
data subjektif diantaranya pasien mengatakan jika melakukan aktivitas sesak
bertambah dan data objektifnya pasien bed rest, hasil EKG terdapat ST elevasi, RR
24x/menit, Nadi 76x/menit, TD : 114/78 mmHg.
Menurut Agostoni, Dube, dan Laveneziana (2016) mengatakan keluhan
sesak nafas saat beraktivitas pada penderita jantung akan semakin memberat seiring
dengan perkembangan penyakit yang semakin memburuk, hal ini akan menggangu
fungsi dan aktivitas kehidupan sehari -hari. Intoleransi terhadap aktivitas pada
penderita gagal jantung disebabkan oleh ketidakmampuan jantung dalam memompa
darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh dalam memenuhi
kebutuhan metabolik, misalnya untuk pergerakan otot sehingga menyebabkan
kelelahan. Kebanyakan para penderita akan merasa sesak nafas dan cepat lelah
sehingga menyebabkan mereka tidak lagi beraktivitas. Sehingga penulis mengangkat
diagnosa intoleransi aktifitas sebagai diagnosa ketiga.

C. Analisis Intervensi Keperawatan (Nursing Intervetion Analyse)


Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi dilakukan untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan.
Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas. Pengelompokan
seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi, dan besarnya menunjukkan isi dari
aktivitas yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat di bagi menjadi dua yaitu
mandiri atau dilakukan oleh perawat dan kolaboratif atau yang dilakukan bersama
dengan pemberi perawatan lainnya. Tahap perencanaan berfokus pada
memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasil, membuat instruksi
keperawatan, dan mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan. Tujuan
dilakukannya perencanaan asuhan keperawatan adalah meningkatkan komunikasi
antara pemberi asuhan keperawatan, memberikan asuhan secara langsung dan di
dokumentasikan, catatan dapat digunakan untuk evaluasi penelitian dan aspek legal
serta sebagai dokumentasi bukti untuk layanan asuransi (Deswani, 2009).
Dalam penulisan makalah ini penulis membuat 3 intervensi sesuai dengan
diagnosa yang penulis tegakkan. Diagnosa pertama yaitu penurunan curah jantung
berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam penurunan curah jantung
dapat dalam keadaan stabil dengan kriteria hasil yaitu gambaran EKG aritmia normal,
kelelahan berkurang, tekanan darah dalam rentan stabil. Selanjutnya akan diuraikan
intervensi, yaitu identifikasi tanda dan gejala penurunan curah jantung rasionalmya
adalah untuk mengetahui tanda dan gejala penurunan curah jantung; posisikan pasien
semi fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman rasionalnya adalah agar pasien
merasa nyaman; anjurkan aktivitas secara bertahap rasionalnya adalah agar pasien
dapat melakukan aktifitas fisik; dan kolaborasi pemberian ISDN 5 mg rasionalnya
adalah untuk mencegah nyeri dada.
Diagnosa kedua yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya nafas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pola nafas
tidak efektif pasien dapat dalam keadaan stabil dengan kriteria hasil yaitu dispnea
berkurang, penggunaan oto bantu pernapasan berkurang, frekuensi nafas normal.
Selanjutnya akan diuraikan intervensi yaitu monitor pola nafas dengan rasionalnya
adalah untuk mengetahui pola nafas pasien; berikan oksigen rasionalnya adalah agar
kebutuhan oksigen dapat terpenuhi; posisikan semi fowler rasionalnya adalah adar
sesak berkurang; dan kolaborasi pemberian dosis oksigen nasal kanul 4 liter
rasionalnya adalah untuk mengurangi sesak nafas.
Diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon
frekuensi jantung abnormal terhadap aktvitas. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam masalah intoleransi aktifitas pada pasien dapat teratasi
dengan kriteria hasil yaitu dispnea saat beraktifitas berkurang, kemudahaan
melakukan aktivitas sehari-hari. Selanjutnya akan diuraikan intervensi yaitu,
identifikasi gangguan tubuh yang mengakibatkan kelemahan, lakukan latihan rentang
gerak aktif/pasif dan kolaborasi dengan ahli gizi tentang meningkatkan asupan
makanan.
Setiap tindakan dilakukan dengan tujuan intoleransi aktifitas pada pasien
mengetahui kondisi secara mengidentifikasi gangguan tubuh yang mengakibatkan
kelemahan rasionalnya adalah untuk mengidentifikasi gangguan tubuh yang
mengakibatkan kelemahan; lakukan latihan rentang gerak aktif/pasif rasionalnya
adalah agar tidak terjadi kekakuan sendi, anjurkan tirah baring rasionalnya adalah
agar pasien nyaman dan kolaborasi dengan ahli gizi tentang meningkatkan asupan
makanan rasionalnya dalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi pasien.

D. Analisis Tindakan Keperawatan (Nursing Implantation Analyse)


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatannya yang lebih baik
dengan menggambarkan kriteria hasil sesuai yang diharapkan (Potter & Perry, 2009).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis berkaloborasi dengan tim medis
lain serta melibatkan keluarga untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Implementasi
kasus ini selama 2x24 jam, selama pasien masih menjalani perawatan di ruang ICCU
RSD Gunung Jati sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakan.
Adapun tindakan keperawatan yang penulis susun berdasarkan diagnosa yang
diangkat adalah sebagai berikut :
1. Penurunan curah jantung b.d ketidakseimbangan suplai O2 dan kebutuhan
O2 d.d Hasil EKG terdapat ST elevasi miokard infark, terdapat bunyi jantung
tambahan S3
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama mengidentifikasi tanda
dan gejala penurunan curah jantung, dan pasien tampak lema, terdengar suara jantung
S3, hasil EKG terdapat ST elevasi miokard infark.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang kedua memposisikan pasien
semi fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman, dan pasien tampak nyaman.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang ketiga menganjurkan aktivitas
secara bertahap, dan pasien melakukan aktivitas miring kanan dan kiri.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang leempat berkolaborasi
pemberian ISDN 5 mg dan pasien sudah diberikan obat ISDN 5mg.
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d RR 24 x/menit,
terdapat retraksi dinding dada
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama memonitor pola nafas,
pola pasien terdengar reguler
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang kedua memberikan oksigen,
pasien diberikan oksigen untuk mengurangi sesak.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang ketiga memposisikan pasien
semi fowler dan pasien tampak nyaman dan sesak berkurang.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang keempat berkolaborasi
pemberian dosis oksigen, dan pasien diberikan oksigen nasalkanul 4 liter.
3. Intoleransi aktivitas b.d respon frekuensi jantung abnormal terhadap
aktvitas d.d pasien mengatakan jika melakukan aktivitas sesak bertambah, pasien bed
rest, hasil EKG terdapat ST elevasi, RR 24x/menit, Nadi 76x/menit, TD : 114/78
mmHg
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama mengidentifikasi
gangguan tubuh yang mengakibatkan kelemahan dan pasien mengatakan lelah dan
sesak napas bertambah saat beraktifitas
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang kedua melakukan latihan
rentang gerak aktif/pasif dan pasien melakukan miring kanan dan kiri.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang ketiga menganjurkan tirah
baring, pasien bed rest.
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang keempat berkolaborasi dengan
ahli gizi tentang meningkatkan asupan makanan, dan pasien makan 3x/hari.
S

Anda mungkin juga menyukai