Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS DENGAN GANGGUAN

KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT

Disusun oleh :

Anis Fuadiyah

116008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-

Nya yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang

berjudul “ Laporan Kasus pada Ny. S dengan Gangguan Cairan Elektrolit di Ruamg

Anggrek 1 RSUK Kalideres” dengan baik, benar, dan lancar. Laporan ini dibuat

sebagai penugasan individu untuk memenuhi tugas pada stase ketrampilan dasar

dalam keperawatan (KDDK). Dalam menyusun laporan ini tentu tidak lepas dari

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati dan tulus ikhlas perkenankan peneliti menyampaikan ucapan

terima kasih pada:

1. dr. Swanny Trikajanti Widyaatmadja, M.Kes., Ph.D, selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo Semarang

2. Ns. Ismonah, M.Kep., Sp.M.B selaku Pembantu Ketua 1 Bidang Akademik

STIKES Telogorejo Semarang .

3. Ns. Asti Nuraeni, M.kep, Sp.Kep.Kom. selaku pembimbing yang selalu

memberikan ilmu dan masukan sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

4. Ns.Suci Amalia, M.Kep., selaku Wali Kelas Prodi Ners angkatan 2020.

5. Bapak dan Ibu dosen STIKES Telogorejo Semarang yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis.

6. Kedua orang tua yang tercinta (Nurkhoyin dan Sugiyah), kakak (Wawan

Ardiyanto), yang telah memberi doa, motivasi, semangat, kasih sayang, serta

materi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan baik.

7. Sahabat saya Hesti Cahyaningtyas, Afani, Ririn Setyowati, Enggar Fitria, Hana

Oktariani, Diana Rizky yang selalu saling support dan selalu mendukung dalam

menyelesaikan laporan kasus ini.


8. Teman-teman STIKES Telogorejo Semarang angkatan 2016 yang selalu

mendukung satu sama lain, menjaga kekompakan dan kebersamaan kita.

Dengan kerendahan hati, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam

penyusunan laporan kasus ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini, dan nantinya

akan bermanfaat bagi semua pihak. Penulis mengucapkan terimakasih dan mohon

maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

selalu melimpahkan rahmat, hidayat, serta karunia-Nya kepada kita sekalian. Amin

Semarang, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................

C. Tujuan Penulisan.......................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi......................................................................................

B. Etiologi.................................................................................

C. Klasifikasi................................................................................

D. Patofisiologi............................................................................

E. Pathway..................................................................................

F. Manifestasi Klinis.....................................................................

G. Komplikasi................................................................................

H. Penatalaksanaan........................................................................

I. Konsep AsuhaN Keperawatan....................................................

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian................................................................................

B. Diagnosa Keperawatan .........................................................

C. Intervensi Keperawatan........................................................

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawwatan..........................


BAB IV PEMBAHASAN

A. Masalah Keperawatan yang muncul.....................................

B. Masalah Keperawatan yang tidak muncul...........................

BAB V PENUTUP

A. Simpulan....................................................

B. Saran.........................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari

total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh.

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme

tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk berespon terhadap stressor

fisiologi dan lingkungan(Tarwoto & Wartonah, 2010).

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat

terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel bermuatan

listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Didalam tubuh manusia,

cairan akan terdistribusi kedalam 2 kompartemen utama yaitu cairan intraselular

(ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Gangguan cairan dan elektrolit

disebabkan karena kehilangan cairan aktif melalui muntah dan diare.

(Ambarwati, 2014).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak

dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk

cair/setengah padat, dan disertai dengan frekuensi yang meningkat (lebih dari 3x

sehari). Diare terbagi menjadi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare
akut dan diare konis (Wahyuningsih, 2013). Gangguan cairan dan elektrolit

sangat umum terjadi pada pasien diare, pada pasien diare dapat terjadi gangguan

kebutuhan cairan dan elektrolit atau hipovolemia dikarenakan cairan yang keluar

saat defekasi, oleh karena itu penulis akan membahas tentang kebutuhan cairan

pada pasien diare.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Dapat memberikan gambaran pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan

pasien dengan gangguan kebutuhan cairan elektrolit.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menggambarkan pengkajian pada pasien dengan gangguan

kebutuhan cairan elektrolit.

b. Mampu menganalisis pasien dengan gangguan kebutuhan cairan elektrolit.

c. Mampu menerangkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan

kebutuhan cairan elektrolit.

d. Mampu menganalisis rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan cairan elektrolit.

e. Mampu menganalisis tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan

kebutuhan cairan elektrolit.

f. Mampu menganalisis evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan

kebutuhan cairan elektrolit.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Gangguan cairan tubuh

Gangguan volume cairan dalah suatu keadaan ketika individu beresiko

mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari cairan

intravaskuler, interstisial dan intraseluler, dimana seorang individu mengalami

atau berisiko mengalami kelebihan atau kekurangan cairan intraseluler atau

interstisial. (Anas,2009).

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dapat mempengaruhi fungsi

fisiologis tubuh, sebab cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengadung

partikel-partikel bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit

tubuh mengandung komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan

positif (kation) dan bermuatan negative (anion). Elektrolit sangat penting pada

banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam

basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting terkait

dengan transmisi impuls saraf. (Asmadi, 2008).

B. Etiologi

Beberapa penyebab dari gangguan keseimbangan kebutuhan cairan menurut

(Anas, 2009) antara lain :

1. Usia

Usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan

metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa, jumlah

cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar

dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-

anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal

mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan   

cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan

pernapasan.   Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

sering disebabkan oleh   masalah jantung atau gangguan ginjal.

2. Aktivitas

Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh, hal ini

mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan

demikian, jumlah  cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain

itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga

mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

3. Iklim

Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu

lingkungan, tingkat metabolisme, dan usia. Individu yang tinggal di

lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang

rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.

Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan  kehilangan

cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan

orang yang tidak biasa berada di lingkungan  panas dapat kehilangan cairan

hingga dua liter per jam.


4. Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika

asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein

dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini

menyebabkan penurunan kadar albumin.

5. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat

stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan

konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan

retensi air dan natrium. Stress juga menyebabkan peningkatan produksi

hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

6. Tindakan Medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan

cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat

menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

7. Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara berlebihan

dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh, akibatnya

terjadi defisit cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretik menyebabkan

kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan

kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
8. Pembedahan

Pasien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami

ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah

selama perode operasi.

9. Penyakit

Kehilangan cairan dapat terjadi karena beberapa penyakit antara lain diare,

muntah, anoreksia dan lain lain.

Sedangkan penyebab dari diare menurut Tarwoto & Wartonah (2010) ada

beberapa faktor, antara lain :

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

1. Faktor infeksi

a. Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi internal

sebagai berikut:

1) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, tersinia, dsb

2) Infeksi virus : enterovirus ( virus ECHO, poliomyelitis ), adenovirus,

rotavirus, dll.

3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, oxyuris ), jamur ( candida

albicans )

b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti

otitis media akut, tonsilitis tonsilofasingitis, bronkopneumonia, dsb.

2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida dan monosakarida

b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.

C. Jenis gangguan cairan elektrolit

1. Ketidakseimbangan cairan

Ketidakseimbangan cairan ada dua, yaitu gangguan keseimbangan isotonis

dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan

elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan

ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi

dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga

menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum.

2. Defisit Volume Cairan

Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit

ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini

disebut juga hipovolemia.

3. Dehidrasi

Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiperosmolar, terjadi akibat

kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam

jumlah proporsional, terutama natrium.


4. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)

Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan

elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang.

Kelebihan cairan tubuh disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam

serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan, gangguan mekanisme

homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.

5. Edema

Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan

dalam kompartemen ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya,

cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang

interstitial (edema).

6. Hiponatremia dan hipernatremia

Hiponatremia yaitu kekurangan sodium pada cairan extraselular,

terjadi perubahan tekanan osmotik sehingga cairan bergerak dari extraselular

ke intraselular mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hipernatremia

yaitu kelebihan sodium pada cairan extraselular sehingga tekanan osmotic

extraseluler meningkat mengakibatkan cairan intraselular keluar maka

sel mengalami dehidrasi.

7. Hipokalemia dan hiperkalemia

Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan

extraselular sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen

dan sodium ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma.
Sedangkan hiperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan

ektraselular, hal ini jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat membahayakan

kehidupan sebabakan menghambat transmisi impuls jantung dan

menyebabkan seranganjantung.

8. Hipokalsemia dan hiperkalsemia

Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar kalsium di cairan

ekstraselular, bila berlangsung lama kondisi ini dapat manyebabkan

osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium

dengan mengambilnya dari tulang. Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar

kalsium pada cairan extraselular, kondisi ini menyebabkan penurunan

eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas.

9. Hipokloremia dan hiperkloremia

Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini

disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang

berlebihan.Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum,

kondisi ini dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi

danmasalah ginjal.

10. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia

Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini

dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan

ekskresifosfat dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hiperfosfatemia

yaitu peningkatan kadar ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul
pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. (Kozier,

Barbara, dkk, 2010)

D. Patofisiologi

Penyebab diare adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus

Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escheria coli,

Yersinia dan lainnya), parasit (Biardialambia, Cryptosporidium). Beberapa

mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel – sel, atau melekat

pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroentritis bisa melaui

fekal-oral dari satu klien keklien yang lainnya.Beberapa kasus ditemui

penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan

yang tidak dapat diserapakan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus

meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam roggausus, isi

rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan

gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan

elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang

mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri

adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan

asam basa (asisdosis) metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,

output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. (Kozier,Barbara,

dkk, 2010)
E. Pathway

Infeksi Malabsorbsi Faktor makanan

Reaksi inflamasi Gangguan motilitas usus

Peningkatan sekresi cairan-elektrolit Hipermotilitas

Isi rongga usus meningkat Sekresi cairan-elektrolit meningkat

Diare

Kerusakan mukosa usus Defekasi sering Output berlebihan

T-G :
Iritasi kulit Aborsbi berlebihan
Tampak meringis
Gelisah T-G :
Nadi meningkat, Kerusakan
TD meninngkat T-G : membran
jaringan/lapisan
kulit,Nyeri,Perdar mukosa
Sulit tidur ahan,kemerahan, kering,turgorkulit
hematoma menurun,nadi teraba
lemah,nadi
meningkat,merasa
D :Nyeri akut
D : Gangguan lemah,haus
(D.0077)
integritas D : hipovolemi
kulit/jaringan (D.0192 (D.0023)

D : Risiko syok
(D.0093)
F. Manifestasi Klinis

Tanda gejala gngguan penurunan volume cairan menurut SDKI (2017) antara

lain :

1. Tanda dan gejala mayor

Objektif :

a. Frekuensi nadi meningkat

b. Nadi teraba lemah

c. Tekanan darah menurun

d. Turgor kulit menurun

e. Membran mukosa kering

f. Volume urine menurun

g. Hematokrit meningkat

2. Tanda dan gejala minor

Subjektif :

a. Merasa lemah

b. Mengeluh haus

Objektif :

a. Pengisian vena menurun

b. Status mental berubah

c. Suhu tubuh meningkat

d. Konsentrasi urin meningkat

e. Berat badan turun secara tiba tiba


G. Komplikasi

Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal

sebagai berikut

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektrokardiogram).

4. Hipoglikemia

5. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

6. Syok hipovolemik

H. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

a. Pemberian cairan IV isotonis (NaCl, RL)

b. Pemberian cairan IV hipotonis (gulosa 2,5%, NacL 0,4 %)

c. Pemberian cairan koloid misal albumin

d. Kolaborasi pemberian produk darah

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Catat intake dan output cairan

b. Hitung balance cairan

c. Edukasi

Edukasi mengenai tanda dan gejala hipovolemia, dan pentingnya

mempertahankan intake cairan

d. Berikan asupan cairan oral ( SIKI, 2017)


I. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian fokus

a. Riwayat keperawatan

1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)

2) Tanda umum masalah elektrolit

3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan

4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan

elektrolit

5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu minus

status cairan

6) Status perkembangan seperti usia atau status sosial

7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu

pengobatan

b. Pemeriksaan klinik

1) Berat badan

Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah

keseimbangan cairan.

a) ± 2% : Ringan

b) ± 5% : Sedang

c) ± 10% : Berat

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang

sama.

2) Keadaan Umum

Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan,

dan tingkat kesadaran.


3) Pengukuran pemasukan cairan

a) Cairan oral : NGT dan oral

b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV

c) Makanan yang cenderung mengandung air

d) Irigasi kateter atau NGT

4) Pengukuran pengeluaran cairan

a) Urine : volume, kejernihan/kepekatan

b) Feses: jumlah dan konsentrasi

c) Muntah

d) Tube drainase

e) IWL

5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar ±

200cc.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:

1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,

tetani, dan sensasi rasa.

2) Kardiovaskuler : detensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin,

dan bunyi jantung.

3) Mata : cekung, air mata kering

4) Neurologi : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.

5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-

muntah, dan bising usus.


d. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini meliputi jumlah sel

darah, hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).

a) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok

b) Ht turun : adanya pendarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik

c) Hb naik : adanya hemokonsentrasi

d) Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik

2) Pemeriksaan elektrolit serum : pemeriksaan ini dilakukan untuk

mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.

3) pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal

untuk mengatur konsentrasi urine, normalnya pH urine adalah 4,5-8

dan berat jenisnya 1,003-1,030.

4) Analisa gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO,

HCO, PCO, dan saturasi O2.

a) PCO2 normal : 35-40 mmHg

b) PO2 normal : 80-100 Hg

c) HCO3 normal : 25-29 mEq/l

d) Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan

jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di

arteri (95%-98%) dan vena (60%-85%) (Tarwoto & Wartonah,

2010)

e. Aspek psikologis

Pada aspek psikologis ini , perlu dikaji adanya masalah- masalah perilaku

atau emosional yang dapat meningkatkan resiko gagguan cairan dan

elektrolit.
f. Aspek sosiokultural

Pada aspek ini perlu adanya faktor sosial, budaya, finansial, atau

pendidikan yang mempengaruhi terhadap terjadinya gangguan

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

g. Aspek spiritual

Perlu dikaji apakah klien mempunyai keyakina , nilai nilai yag dapat

mempegaruhi kebutuhan cairan elektrolit. Misalnya, apakah klien

mempunyai pantangan untuk tidak menerima transfusi darah manusia?.

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (D.0077)

b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D.0022)

c. Risiko syok (D.0039)

3. Intervensi keperawatan

N
SDKI SLKI SIKI
o
1 Nyeri akut Luaran utama: Intervensi Utama: Manajemen Nyeri
. berhubungan dengan Tingkat Nyeri (I.08238)
agen cidera biologis (L.08066) Tindakan
(D.0077) Tujuan : O:
Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas,
1x30menit , tingkat intensitas nyeri
nyeri menurun dengan - Identifikasi faktor yang
KH: memperberat dan meringkan
- Keluhan nyeri dari nyeri
sedang 3 menjadi - Identifikasi pengaruh nyeri pada
menurun kualitas hidup
- Meringis dari T:
sedang 3 menjadi - Berikan teknik non farmakologis
menurun 5 (Hipnosis, akupresure,
biofeedback, kompres hangat,
Luaran pendukug : dingin )
kontrol nyeri - Fasilitas istirahat dan tidur
E:
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
K: Kolaborasi pemberian analgesik

2 hipovolemi Luaran utama : Status Intervensi utama : Manajemen


. berhubungan dengan cairan (L.03028) hipovolemia (I.03116)
kehilangan cairan Setelah dilakukan Tindakan :
aktif (D.0022) tindakan keperawatan Observasi
selama 1x 30 menit
diharapkan status cairan -Periksa tanda dan gejala hipovolemi
membaik dengan ( ftrekuensi nadi meningkat, nadi teraba
KH : lemah, TD menurun, turgor kulit
- kekuatan nadi dari 2 menurun, membran mukosa kering,
menjadi 5 lemah)
- Turgor kulit dari 1
menjadi 5 Terapeutik :
- Frekuensi nadi -Hitung kebutuhan cairan
dari 2 menjadi 5 -Berikan asupan cairan oral
- Tekanan darah
dari 2 menjadi 5 Edukasi :
-Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
-Anjurkan menghindari perunahan posisi
mendadak

Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
-Kolaborasi pemberian produk darah
Intervensi pendukung :
-Pemantauan tanda tanda vital
-Terapi intravena
3 Risiko syok (D.0039) Luaran utama: tingkat Utama : pencegahan syok (I.02068)
. syok (L.030320 Tindakan
Tujuan O:
Setelah dilakukan -monitor status kardio pulmonal
tindakan keperawatan -monitor status cairan
selama 1x30 menit T:
diharapkan tinngkat -pasang jalur IV
syok menurun dengan -pasang kateter urine untuk menilai
KH : produksi urine
- Kekuatan nadi dari E:
menurun 1 menjadi -jelaskan penyebab faktor resiko
meningkat 5 -jelaskan tanda gejala awal syok
- Frekuensi nadi -anjurkan memperbanyak asupan cairan
dari memburuk 1 oral
menjadi membaik 5 K:
- Tekanan darah -kolaborasi pemberian IV
sistol dari memburuk 1
menjadi membaik 5 Pendukung : Edukasi dehidrasi (I.12367)
- Tekanan darah
diastol dari memburuk
1 menjadi membaik 5

Tambahan : status
cairan ( L.03028)
-Turgor kulit dari merurun
1 menjadi cukup
meningkat 5
BAB III

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

Pada bab ini akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny. S dengan

gangguan cairan elektrolit pada tanggal 25 April 2017 sampai tanggal 27 April 2017.

A. Identitas Pasien

Pasien bernama Ny. S berumur 50 tahun, jenis kelamin perempuan, bertempat

tinggal di pegadungan dan didiagnosa medis gastroenteritis.

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama : pasien mengatakan diare 2 hari.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan sudah diare ± 2 hari yang lalu sejak tanggal 25 April

2017, BAB encer,dengan frekuensi 6-7x setiap harinya ( ± 300cc),warna dan

bau khas feses. Pasien mengatakan sebelumnya mengkonsumsi makanan

peda, pasien juga mengatakan badannya panas. Hasil pengkajian keadaan

pasien lemah TD : 110/70 mmHg, N: 84x/ menit, RR: 20x/ menit, Suhu: 38 º

C,mukosa bibir kering, dan turgor kulit tiak elastis. Tidak ada nyeri tekan

pada abdomen, bising usus 14x/menit,perut tampak datar. Kemudian pasien

diberikan terapi intravena RL 30tpm dan di pindahkan ke ruang rawat inap.

Diruang rawat inap ditegakkan dua diagnosa keperawatan yaitu hipovolemia

dan hipertermi. Pasien dipantau input dan output serta dianjurkan untuk

minum sedikit tapi sering, selain itu perawat menganjurkan untuk kompres

dan memakai baju yang tipis agar suhu badan pasien turun atau normal.
Perawat berkolabosasi degan dokter untuk pemberian obat agar masalah diare

dapat teratasi. Dari implementasi yang diakukan dari tanggal 25 April 2017,

Pada tanggal 27 April 2017 masalah hipovolemi dan hipertermi sudah dapat

teratasi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab IV penulis akan membahas tentang kesenjangan kasus dengan teori, pada

kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan cairan

A. Masalah Keperawatan yang muncul

1. Pengkajian

Saat dilakukan pengkajian ada beberapa masalah yang terkaji yaitu pada

keluhan utama pasien mengatakan diare sudah 2 hari. Saat dikaji lebih lanjut

pasien mengatakan BAB encer dengan frekuensi 6-7x/hari, cair tidak ada

ampas.

Pembahasan : Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi

lebih lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam

24 jam disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau

tanpa darah.( Bruner & Suddart, 2013)

2. Diagnosa Keperawatan

Pada kasus tersebut muncul dua diagnosa keperawatan yaitu defisit cairan dan

hipertermi dengan data sebagai berikut.

Pasien mengatakan diare 2 hari, BAB pasien encer dengan frekuensi 6 – 7 x /

hari,feses berbau dan , berwarna khas feses, cair tidak ada ampas sebelumnya

mengkonsumsi makanan pedas, badan lemas, turgor kulit tidak elastis,

mukosa bibir kering.


Masalah keperawatan yang muncul : hipovolemia

Pembahasan : Hipovolemia adalah penurunan volume cairan

intravaskuler,intersisial, dan intraselular yang disebabkan karena kehilangan

cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi, kekurangan intake cairan, dan

evaporasi. Tanda dan gejalanya antara lain frekuensi nadi meningkat, nadi

teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membran

mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat (SDKI,2017).

3. Pasien mengatakan badan panas, S : 38OC, N : 84 X/menit, TD : 110/70

mmHg, RR  : 20 X/menit

Masalah keperawatan yang muncul : Hipertermia

Pembahasan : Hipertermia adalah suhu tubuh meningkat diatas rentang

normal (36-37,5ºC). Penyebab naiknya suhu tubuh antara lain karena

dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit (infeksi,kanker),

peningkatan laju metabolisme, respon trauma dll. Tanda gejala dari

hipertermia adalah suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang,

takikardi,takipnea, kulit terasa hangat. (SDKI,2017)

B. Masalah keperawatan yang tidak muncul

1. Risiko syok

Pembahasan : Risiko syok adalah dimana berisiko mengalami

ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan

disfungsi seluler yang mengancam jiwa. Faktor resiko karena beberapa

penyebab diantaranya kekurangan volume cairan. (SDKI,2017)


2. Nyeri akut

Dalam kasus tersebut pasien tidak mengalami nyeri perut, pada bebesaba

sumber mengatakan bahwa pada pasien diare mengalami nyeri pada

abdomen.

Pembahasan : Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan. Penyebab dari nyeri akut antara lain agen

pencedera fisiologis, kimiawi, fisik. Tanda gejalanya yaitu mengeluh nyeri,

tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.

(SDKI,2017)
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah skebutuhan fisiologis manusia yang

sangat penting karena menyangkut kehidupan manusia. Apabila kebutuhan

cairan elektrolit tidak terpenuhi maka akan terjadi gangguan cairan dan elektrolit

dalam tubuh. Pada pasien diare sangat umum terjadi gangguan cairan elektrolit,

hal ini terjadi karena pasien mengalami kehilangan cairan aktif yang keluar

melalui feses.

Diare merupakan dimana seseorang BAB lebih dari 3x sehari dan biasanya cair,

berlendir atau bisa disertai darah. Diare terjadi akibat beberaba faktor yaitu

faktor malabsorbsi, faktor makanan dan infeksi. Dari ketiga faktor tersebut akan

mengakibatkan peningkatan peristaltik usus dan sekresi cairan yang meningkat

akibatnya frekuensi BAB seseorang biasanyaa lebih dari 3x sehari dan cair.

Salah satu intervensi utama yang dapat dilakukan pada pasien diare adalah

rehidrasi. Rehidrasi ini bertujuan untuk mengganti cairan pasien yang keluar,

rehidrasi diberikan melalui intravebna,biasanya menggunakan cairan yang

bersifat isotonik. Cairan isotonik dapat mencegah dehidrasi pada pasien diare

dan dapat mencegah terjadinya syok hipovolemik.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, fitri. (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Prama


Ilmu

Anik, Maryunani. (2010). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV TransIinfo Media

Asmadi.(2008).Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien.Jakarta:Salemba Medika

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC

Kozier, Barbara, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan


Praktik volume 2 edisi 7. Jakarta: EGC

Tamsuri, Anas (2009). Seri Asuhan Keperawatan “ Klien Gangguan Keseimbangan


Cairan & Elektrolit. Jakarta :ECG.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan
Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standart Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Wahyuningsih, Retno. (2013). Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Edisi 1.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai