“ANEMIA”
KELAS 3C
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pemcipta atas segala
kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas Keprawatan Medikal Bedah I yang berjudul “Anemia”.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu kami mengharapkan
semoga makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam tubuh. Hemoglobin
yaitu metaloprotein di dalam sel darah merah yang mengandung zat besi yang fungsinya
sebagai pengangkut oksigen dari paru - paru ke seluruh tubuh(Malikussaleh, 2019 ). Menurut
(Yustisia et al., 2020) Anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan gejala awal suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Gejala yang sering
dialami antara lain: lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat. Anemia
merupakan suatu penyakit yang tidak bisa diabaikan, jika tidak ditangani dengan baik akan
mengakibatkan dampak negative bagi kesehatan tubuh. Salah satu dampaknya antara lain jika
hemoglobin ( Hb ) dan sel darah merah sangat rendah dapat mengakibatkan kinerja
pengangkutan oksigen menjadi berkurang. Kondisi ini yang dapat mengakibatkan kerja organ-
organ penting , salah satunya otak (Yustisia et al., 2020).
B. Tujuan
1. Apa saja anatomis fisiologis pada anemia?
2. Apa defenisi anemia?
3. Apa etiologi anemia?
4. Apa klasifikasi anemia?
5. Apa tanda & gejala anemia?
6. Apa pemeriksaan penunjang untuk anemia?
7. Apa saja proses asuhan keperawatan pada pasien anemia?
8. Apa integrasi hasil penelitian tentang penatalaksanaan (IBN)? 9. Sebutkan peran dan
fungsi perawat dalam sistem hematologi? C. Manfaat
1. Untuk mengetahui anatomis fisiologis pada anemia.
2. Untuk mengetahui defenisi anemia.
3. Untuk mengetahui etiologi anemia.
4. Untuk mengetahui klasifikasi anemia.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada anemia.
7. Untuk mengetahui proses askep pada pasien anemia
8. Untuk mengetahui integrasi hasil penelitian tentang penatalaksanaan
9. Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat dalam sistem hematologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologis
Anatomi Darah
a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen)
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium,
kalsium dan zat besi)
d. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam
amino)
Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 8 mikron, tebalnya 2 mikron
dan ditengah tebalnya 1 mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang memberinya warna
merah.
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen. Cairan yang
tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah.
Fisiologi darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen
yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan
nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon- hormon
dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua
apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah
tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung.
Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa
karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan
oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis, lalu dibawa lagi ke jantung melalui vena
pulmonalis. Darah juga mengangkut bahanbahan sisa metabolisme obat-obatan dan bahan
kimia asing kehati untuk dibuang sebagai urine.
Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah eritrosit, leukosit, dan
trombosit.
Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 7-8 mikrometer. Eritrosit
mengandung hemoglobin, yang memberinya warna merah. Hemoglobin (Hb) adalah protein
kompleks terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem (besi). Jadi besi penting untuk Hb. Besi
ditimbun di jaringan sebagai ferritin dan hemosiderin. Eritrosit dibentuk di sumsum tulang
merah, dari proeritroblas, kemudian normoblas. Keduanya masih memiliki inti. Normoblas
kehilangan intinya dan masuk peredaran darah sebagai eritrosit dewasa (Tambayong, 2001).
Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentransfer hemoglobin, yang selanjutnya
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sel darah merah merupakan cakram biconkav
yang mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8 mikron, tebalnya 2 mikron dan di tengahnya
mempunyai tebal 1 mikron atau kurang, bentuk sel normal adalah suatu ”kantong” yang dapat
berubah menjadi hampir semua bentuk karena sel normal mempunyai membran, dan
akibatnya tidak merobek sel seperti yang akan terjadi pada selsel lainnya. Pada laki-laki
normal, jumlah rata-rata sel darah permili liter kubik adalah 5.200.000 dan pada wanita
normal 4.700.000.
Jumlah hemoglobin dalam sel transforoksigen, bila hematokrit (prosentase darah yang berupa
sel darah merah norma) darah mengandung rata-rata 15 gram hemoglobin. Tiap gram
hemoglobin mampu mengikat kira-kira 1.39 ml oksigen. Oleh karena itu, pada orang normal
lebih dari 20 ml oksigen dapat diangkut dalam ikatan dengan hemoglobin dalam tiaptiap 100
ml darah. Faktor utama yang dapat merangsang produksi sel-sel darah merah adalah hormon
di dalam sirkulasi yang disebut sebagai eritropoetin, yang merupakan suatu glikoprotein. Pada
orang normal 90 sampai 95 persen dari seluruh eritropoietin di bentuk di dalam ginjal. Namun
sampai sekarang belum pasti di bagian ginjal yang mana. Jumlah yang dapat diekstraksikan
dari bagian korteks ginjal ternyata jauh lebih banyak dari pada yang bagian medula (Guyton,
1997).
Leukosit (sel darah putih)
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah. Fungsi utama dari sel
tersebut adalah untuk fagosit (pemakan) bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh.
Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya radang paru-paru.
Leukopenia berkurangnya jumlah leukosit sampai dibawah 6000 sel/cc darah. Leukositosis
bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah). Faktor fagosit sel
darah tersebut kadang harus mencapai benda asing atau kuman jauh diluar pembuluh darah.
Kemampuan leukosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai
daerah tertentu disebut diapedesis. Gerakan leukosit mirip dengan amoeba disebut gerak
amuboid.
Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula).
Jenisnya adalah eosinofil, basofil, dan netrofil.
Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula, jenisnya adalah
limfosit dan monosit.
Eosinofil mengandung granula berwarna merah (warna eosin) disebut juga asidofil
berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing).
Basofil mengandung granula berwarna biru (warna basa) berfungsi pada reaksi alergi.
Netrofil ada 2 jenis sel yaitu netrofil batang dan netrofil segmen disebut juga sebagai
sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear) berfungsi sebagai fagosit.
Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B) keduanya berfungsi untuk
menyelenggarakan imunitas (kekebalan tubuh). Sel T adalah imunitas seluler dan sel
B adalah imunitas humoral.
Monosit merupakan leukosit dengan ukuran paling besar.
Trombosit (keping darah)
Disebut juga sel darah pembeku, sel darah pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000
sel/cc. Didalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (hemostasis) antara lain
adalah faktor VIII (anti haemophilic factor), jika seseorang secara genetis trombositnya tidak
mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita hemofili.Proses pembekuan
darah yaitu jika trombosit menyentuh permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan
enzim trombokinase (tromboplastin). Pada masa embrio selsel darah dibuat di limpa dan hati
(extra medullarry haemopoesis) setelah embrio sudah cukup usia , fungsi itu diambil alih oleh
sumsung tulang.
Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen, cairan yang tidak
mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah. Protein dalam serum inilah yang
berfungsi sebagai antibodi terhadap adanya benda asing (antigen).
Zat antibodi adalah senyawa gama yang disebut globulin. Tiap antibodi bersifat spesifik
terhadap antigen dan reaksimya bermacam-macam.
Myelodysplastic Syndrome ( MDS ) adalah suatu gangguan kolonal sel system hematopoietic
dengan ditandai adanya dysplasia, sitopenia yang cenderung bertransformasi ke leukemia
myeloid akut ( Acute Myeloblasttic leukemia / AML ). Diplasia dapat terjadi pada > 1 seri sel
myeloid yang dapat menyebabkan hematopoiesis infeksi di darah tepi dan di sumsum tulang
dengan jumlah sel blast <20 %(Neli Agustin & Maani, 2019).
Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam tubuh. Hemoglobin
yaitu metaloprotein di dalam sel darah merah yang mengandung zat besi yang fungsinya
sebagai pengangkut oksigen dari paru - paru ke seluruh tubuh( Malikussaleh, 2019).
Anemia adalah suatu gangguan kekurangan sel darah merah, sedangkan sel darah merah
berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh organ tubuh.Dan apabila sel darah merah dalam
tubuh rendah, maka jumlah oksigen dalam tubuh juga rendah. Gejala anemia disebabkan oleh
kurangnya kadar oksigen yang mengalir ke jaringan dan organ tubuh. Sel darah merah diukur
berdasarkan jumlah hemoglobin dalam tubuh. Sebab, hemoglobin sendiri suatu protein kaya
zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru- paru keseluruh tubuh,
selain itu , hemoglobin juga membawa sel darah merah yang jenuh dengan karbondioksida
kembali ke paru- paru yang dikeluarkan(Yamada et al., 2017).
Etiologi
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar hemoglobin dalam darah
adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah merah berjalan dengan lancar apabila
kebutuhan zat gizi yang berguna dalam pembentukan hemoglobin terpenuhi (Almatsier et al.,
2011). Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin adalah zat besi,
sedangkan vitamin C dan protein membantu penyerapan hemoglobin. Zat besi merupakan
salah satu komponen heme, yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin
(Proverati, 2011).
Sedangkan menurut WHO, Penyebab paling umum dari anemia termasuk kekurangan
nutrisi,terutama kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat, vitamin B12 dan A juga
merupakan penyebab penting, hemoglobinopati, dan penyakit menular, seperti malaria,
tuberkulosis, HIV dan infeksi parasit. Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan
oleh barbagai faktor misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria,
mengalami perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap
penyakit kronis, dan kehilangan darah akibat menstruasi dan infeksi parasite (cacing).
Menurut hasil Riskesdas 2018, konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia masih
dibawah jumlah yang dianjurkan
Klasifikasi
Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni, dikatakan anemia ringan
apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar
hemoglobin dalam darah berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin
dalam darah kurang dari 7 gr % .
Secara morfologis (menurut ukuran sel darah merah dan hemoglobin yang dikandungnya),
anemia dapat dikelompok kan menjadi :
Makrositik
Ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana jumlah hemoglobin di setiap sel
yang juga bertambah. Anemia makrositik dibagi menjadi dua yakni megaloblastik yang
dikarenakan kekurangan vitamin B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia
non megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis yang dipercepat dan peningkatan luas
permukaan membran.
Mikrositik
Yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh defisiensi
zat besi, gangguan sintesis globin, profirin dan heme serta gangguan metabolisme besi
lainnya.Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi kehilangan
darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih, penyakit hemolitik dan
gangguan endokrin, hati dan ginjal.
Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut : 1)
Anemia defisiensi zat besi
Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya zat besi sehingga terjadi
penurunan sel darah merah. 2) Anemia pada penyakit kronik
Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi zat besi dan
biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
3) Anemia pernisius
Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat dari kekurangan vitamin
B12. Penyakit ini bisa diturunkan. 4) Anemia hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang lebih cepat dari
proses pembentukannya dimana usia sel darah merah normalnya adalah 120 hari. 5) Anemia
defisiensi asam folat
Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa kehamilan, kebutuhan asam
folat lebih besar dari biasanya. 6) Anemia aplastic
Adalah anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang dalam
membentuk sel darah merah.
Tanda dan Gejala
Tanda- tanda anemia itu disebabkan karena jumlah sel darah merah rendah akibatnya
berkurangnya pengiriminan oksigen ke setiap jaringan pada tubuh.Anemia bisa
memeperburuk kondisi medis lainya yang mendasari (Poerwati, 2011).
bibir pucat
kering,
Pasientampak
kurus, turgor kulit
kurang elastis, dan
keriput, ada luka
dikaki kanannya
bekas kena
knalpot motor 1
bulan yang lalu
masih
mengeluarkan
darah. Tanda-
Tanda Vital TD:
165/ 86 mmHg, N:
98 x/m, S : 36,2,
RR : 20 x/m, HB :
7,0 gr% ( nilai
normal 13 – 18 gr
%)
Pasien
mengatakan tidak Pasien tampak Kelemahan Intoleransi
lemah dan aktivitas
bisa berjalan dan
sebagian kegiatan
melakukan dibantu keluarga.
kegiatan
sehari-
hari
Pasien Tampak ada Resiko infeksi Ketidakadekuat
an pertahanan
mengatakan nyeri balutan luka di
pada kaki kaki kanannya,
kanannya luka tampak
karena rembes di balutan
terkenal
knalpot
motor 1
bulan
yang lalu
3) Diagnosa keperawatan
• Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan
• penurunan konsentrasi hemoglobin
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
• Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
( penurunan hemoglobin ).
4) Intervensi Keperawatan
Pada tanggal 04 Februari 2021 jam 10.30 ditetapkan intervensi keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan:
Diagnosa utama berupa Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin penurunan suplay oksigen dibuktikan dengan keletihan,
kelemahan, pusing, gemetaran, kemampuan beraktivitas menurun, wajah dan kulit pucat dan
nyeri pada luka di kaki. Tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan yaitu, setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam, diharapkan perfusi jaringan perifer pasien efektif,
kemampuan beraktivitas meningkatkan, mempercepat penyembuhan luka.
Dengan intervensi keperawatan berupa : monitor tanda-tanda vital ( misalnya data awal,
selama dan setelah tranfusi),edukasi pasien rencana pemberian tranfuse darah, lakukan
tranfusi darah, monitor adanya reaksi transfuse darah, kolaborasi pemberian terapi obat.
Diagnosa kedua berupa Intoleransi aktivitas berhubungan denga kelemahan dibuktikan
dengan tidak bisa bekerja dan melakukan kegiatan sehari-hari, pasien tampak lemah dan
semua ADL’s sebagian dibantu keluarga dan perawat.Tujuan dan kriteria hasil yang
ditetapkan yaitu, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam,
diharapkankemudahan dalam melakukan aktivitas atau ambulasi, melakukan kegiatan
seharihari secara mandiri.
Dengan intervensi keperawatan berupa : monitor Tanda Vital, monitor intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui sumber energi yang adekuat, edukasi aktivitas/ istirahat, pengaturan posisi
senyaman mungkin.
Diagnosa ketiga berupa Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder ( penurunan hemoglobin ). dibuktikan dengannyeri pada kaki kanannya
karena terkenal knalpot motor 1 bulan yang lalu, ada balutan luka di kaki kanannya, luka
tampak rembes di balutan. Tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan yaitu, setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam, diharapkan mencegah infeksi dengan kontrol risiko,
mempercepat penyembuhan luka.
Dengan intervensi keperawatan berupa : monitor tanda vital, perawatan luka, pemantauan
nutrisi, manajemen lingkungan, pengatur posisi nyaman, kolaborasi pemberian terapi obat.
5) Implementasi
Pada tanggal 04 Februari 2021 jam 12.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 1
berupa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Pada impelementasi pertama dengan ttv didapatkan data subyektif pasien mengatakan
tekanan darah, suhu naik turun, dan data obyektif berupa pasien tampak lemah, gemetaran,
pucat pada wajah.
Implementasi kedua mengedukasi pasien rencana pemberian tranfusi darahdidapatkan data
subyektif pasien mengatakan faham atas apa yang sudah dijelaskan dan ditemukan data
obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
Implementasi ketiga melakukan tranfusi darah didapatkan data subyektif pasien
mengatakanpasien mengatakan setuju dan bersedia dalam tindakan transfuse data obyektif
pasien tampak kooperatif dengan tindakanyang diberikan.
Implementasi keempat memonitor adanya reaksi transfuse darah dan data obyektif pasien
tampak pasrah saat melakukan transfusi dan tidak merasakan reaksi dari transfuse darah yang
diberikan data obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
Implementasi kelima mengkolaborasi pemberian terapi obat(memberikan obat sandimun 3
x1, metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A ) dengan data obyektif pasien tampak yakin
tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang terbaik untuknya, data
obyektif pasien tampak kooperatif.
Prosedur perawatan luka :
• Mencuci tangan
• Menyiapkan alat ( medikasi steril dalam bak steril : pinset anatomis & sirgugis,
kom steril 2 buah, gunting jaringan, hipavix/verban, gunting perban, kassa steril
secukupnya, NaCl 0,9 %, bengkok )
• Mengkomunikasikan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
• Menutup privasi
• Membaca basmalah
• Membuka balutan secara berlahan – lahan perhatikan kenyaman pasien
• Masukkan balutan kotor ke bengkok
• Membersihkan luka dengan NaCl 0,9 % sampai bersih
• Memperhatikan tanda-tanda infeksi sekunder seperti kemerahan, bengkak, panas,
atau pus disekitar luka
• Menutup luka dengan menggunakan sufratul secukupnya
• Membalut luka menggunakan kasa steril
• Menutup balutan menggunakan hepavix secara rapat
• Membereskan alat
• Merapikan pasien
• Mencuci tangan dan mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan
(KUSNIYAH, 2019).
Pada tanggal 04 Februari 2021 jam 12.30 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 2
berupa intoleransi aktivitas.
Pada implementasi pertama dengan ttv dengan data sabjektif dari klien setuju untuk
dilakukan pengukuran tanda vital dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi kedua dengan memonitor intake makanan untuk sumber energi dengan data
subjektif pasien mengatakan akan menghabiskan satu porsi makanannya dan data objektif
pasien tampak sedikit demi sedikit memakan makanannya.
Implementasi ketiga dengan mengedukasi aktivitas/ istirahat dengan data subjektif pasien
mengatakan akan tidur siang dan tidur mulai jam 21.00-04.00 pagi, dan data objektif pasien
tampak istirahat dengan nyaman,implementasi keempat mengatur posisi senyaman mungkin
dengan data subjektif pasien mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi nyaman dan
data objektif pasien tampak lebih rileks.dan pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang
diberikan.
Pada tanggal 04 Februari 2021 jam 13.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 3
berupa dukungan tidur dengan.
Implementasi pertama monitor Tanda Vital dihasilkan data Sabjektif dari klien setuju
dilaksanakan pengukuran ttv dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi kedua merawatan lukadihasilkan data subyektif pasien mengatakan bersedia
dalam tindakan ganti balut ( merawat luka ) dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi ketiga manajemen lingkungan didapatkan data subyektif pasien mengatakan
senang apabila tempat tidurnya bersih dan sering diganti sprai dan data obyektif pasien lebih
rileks.
Implementasi keempat mengatur posisi nyamandidapatkan dengan data subjektif pasien
mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi nyaman dan data objektif pasien tampak
lebih rileks.
Implementasi kelima melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(pengaturan posisi) sehingga didapatkan data subyektif pasien mengatakan lebih nyaman
tidur dengan posisi miring kekirdan data obyektif yang didapat pasien tampak rileks.
Implementasi keenam mengkolaborasi pemberian terapi obat ( memberikan obat sandimun 3
x1, metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A) didapatkan data sujektif pasien mengatakan
pasien tampak yakin tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang
terbaik untuknya, data obyektif pasien tampak kooperatif.
Pada tanggal 05 Februari 2021 jam 12.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 1
berupa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Pada impelementasi pertama dengan memonitor tanda-tanda vital ( misalnya data awal,
selama dan setelah tranfusi) didapatkan data subyektif pasien mengatakan tekanan darah,
suhu naik turun, dan data obyektif berupa pasien tampak lemah, gemetaran, pucat pada
wajah.
Implementasi kedua mengedukasi pasien rencana pemberian tranfusi darah didapatkan data
subyektif pasien mengatakan faham atas apa yang sudah dijelaskan dan ditemukan data
obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan. Implementasi ketiga
melakukan tranfusi darah didapatkan data subyektif pasien mengatakanpasien mengatakan
setuju dan bersedia dalam tindakan transfuse data obyektif pasien tampak kooperatif dengan
tindakan yang diberikan.
Implementasi keempat memonitor adanya reaksi transfuse darah dan data obyektif pasien
tampak pasrah saat melakukan transfusi dan tidak merasakan reaksi dari transfuse darah yang
diberikan data obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
Implementasi kelima mengkolaborasi pemberian terapi obat(memberikan obat sandimun 3
x1, metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A ) dengan data obyektif pasien tampak yakin
tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang terbaik untuknya, data
obyektif pasien tampak kooperatif.
Pada tanggal 05 Februari 2021 jam 12.30 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 2
berupa intoleransi aktivitas.
Pada implementasi pertama dengan memonitor tanda vital dengan data subjektif pasien
mengatakan setuju untuk dilakukan pengukuran tanda vital dan data objektipasien tampak
kooepratif.
Implementasi kedua dengan memonitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber
energi yang adekuat dengan data subjektif pasien mengatakan akan menghabiskan satu porsi
makanannya dan data objektif pasien tampak sedikit demi sedikit memakan makanannya.
Implementasi ketiga dengan mengedukasi aktivitas/ istirahat dengan data subjektif pasien
mengatakan akan tidur siang dan tidur mulai jam 21.00-04.00 pagi, dan data objektif pasien
tampak istirahat dengan nyaman. I mplementasi keempat mengatur posisi senyaman
mungkin dengan data subjektif pasien mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi
nyaman dan data objektif pasien tampak lebih rileks dan pasien tampak kooperatif dengan
tindakan yang diberikan.
Pada tanggal 05 Februari 2021 jam 13.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 3
berupa dukungan tidur dengan.
Implementasi pertama monitor Tanda Vital dihasilkan data subyektif pasien
mengatakan setuju untuk dilakukan pengukuran tanda vital dan data objektif pasien tampak
kooepratif.
Implementasi kedua merawatan lukadihasilkan data subyektif pasien mengatakan bersedia
dalam tindakan ganti balut ( merawat luka ) dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi ketiga manajemen lingkungan didapatkan data subyektif pasien mengatakan
senang apabila tempat tidurnya bersih dan sering diganti sprai dan data obyektif pasien lebih
rileks.
Implementasi keempat mengatur posisi nyamandidapatkan dengan data subjektif pasien
mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi nyaman dan data objektif pasien tampak
lebih rileks.
Implementasi kelima melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (pengaturan
posisi) sehingga didapatkan data subyektif pasien mengatakan lebih nyaman tidur dengan
posisi miring kekiri dan data obyektif yang didapat pasien tampak rileks Implementasi
keenammengkolaborasi pemberian terapi obat ( memberikan obat sandimun 3 x1,
metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A) didapatkan data sujektif pasien mengatakan
pasien tampak yakin tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang
terbaik untuknya, data obyektif pasien tampak kooperatif.
Pada tanggal 06 Februari 2021 jam 09.30 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 1
berupa Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Pada impelementasi pertama dengan melanjutkan intervensi yang belum tercapai memonitor
tanda-tanda vital ( misalnya data awal, selama dan setelah tranfusi) didapatkan data subyektif
pasien mengatakan tekanan darah, suhu naik turun, dan data obyektif berupa pasien tampak
lemah, gemetaran, pucat pada wajah.
Implementasi kedua mengedukasi pasien rencana pemberian tranfuse darah didapatkan data
subyektif pasien mengatakan faham atas apa yang sudah dijelaskan dan ditemukan data
obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan. Implementasi ketiga
melakukan tranfuse darah didapatkan data subyektif pasien mengatakanpasien mengatakan
setuju dan bersedia dalam tindakan transfusi data obyektif pasien tampak kooperatif dengan
tindakan yang diberikan.
Implementasi keempat memonitor adanya reaksi transfuse darah dan data obyektif pasien
tampak pasrah saat melakukan transfuse dan tidak merasakan reaksi dari transfuse darah yang
diberikan data obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
Implementasi kelima mengkolaborasi pemberian terapi obat (memberikan obat
sandimun 3 x1, metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A) dengan data obyektif pasien
tampak yakin tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang terbaik
untuknya, data obyektif pasien tampak kooperatif.
Pada tanggal 06 Februari 2021 jam 10.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 2
berupa intoleransi aktivitas.
Pada implementasi pertama dengan melanjutkan intervensi yang belum tercapai, memonitor
tanda vital dengan data subjektif pasien mengatakan setuju untuk dilakukan pengukuran
tanda vital dan data objektif pasien tampak kooepratif
Implementasi kedua dengan memonitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber
energi yang adekuat dengan data subjektif pasien mengatakan akan menghabiskan satu porsi
makanannya dan data objektif pasien tampak sedikit demi sedikit memakan makanannya
Implementasi ketiga dengan mengedukasi aktivitas/ istirahat dengan data subjektif pasien
mengatakan akan tidur siang dan tidur mulai jam 21.00-04.00 pagi, dan data objektif pasien
tampak istirahat dengan nyaman
Implementasi keempat mengatur posisi senyaman mungkin dengan data subjektif pasien
mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi nyaman dan data objektif pasien tampak
lebih rileks. dan pasien tampaak kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
Pada tanggal 06 Februari 2021 jam 11.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 3
berupa dukungan tidur dengan.
Implementasi pertama dengan melanjutkan intervensi yang belum tercapai, monitor Tanda
Vital dihasilkan data subyektif pasien mengatakan setuju untuk dilakukan pengukuran tanda
vital dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi kedua merawatan luka dihasilkan data subyektif pasien mengatakan bersedia
dalam tindakan ganti balut ( merawat luka ) dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi ketiga manajemen lingkungan didapatkan data subyektif pasien mengatakan
senang apabila tempat tidurnya bersih dan sering diganti sprai dan data obyektif pasien lebih
rileks.
Implementasi keempat mengatur posisi nyaman didapatkan dengan data subjektif pasien
mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi nyaman dan data objektif pasien tampak
lebih rileks.
Implementasi kelima melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (pengaturan
posisi) sehingga didapatkan data subyektif pasien mengatakan lebih nyaman tidur dengan
posisi miring kekiri dan data obyektif yang didapat pasien tampak rileks. Implementasi
keenam mengkolaborasi pemberian terapi obat (memberikan obat sandimun 3 x1,
metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A ) didapatkan data sujektif pasien mengatakan
pasien tampak yakin tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang
terbaik untuknya, data obyektif pasien tampak kooperatif. 6) Evaluasi
Evaluasi hari pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2021. Diagnosa keperawatan:
Ketidakefektifan jaringan perifer yang berhubungan dengan penurunan Hb. Jam
13.30, S : Pasien mengatakan badan lemah, pusing, dan gemetaran.
O : tampak keadaan umum lemah, konjungtiva anemis, bibir pucat dan kering, ada
luka dikaki kanannya bekas kena knalpotmotor 1 bulan yang lalu masih
mengeluarkan darah. Pasien tampak kurus, turgor kulit kurang elastic, dan keriput.
Tanda – tanda vital TD : 140/70 mmHg, N : 98 kali/menit, RR : 20 kali/menit dan
S : 36 OC, Hb : 7,0 gr% ( nilai rentang normal 13 – 18 gr% ).
A : Masalah Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1-9.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Jam 13.50
S : pasien mengatakan tidak bisa bekerja dan melakukan kegiatan sehari- hari.
O : pasien tampak lemah, semua ADLs dibantu keluarga dan perawat.
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1- 4
Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
( penurunan hemoglobin ). Jam 13.00
S: pasien mengatakan nyeri pada kaki kanannya karena terkena knalpot motor 1
bulan yang lalu.
O : tampak ada balutan luka di kaki kanannya, luka tampak rembes di balutan.
A : Masalah resiko infeksi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1 – 5.
Evaluasi hari ketiga dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2021 Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb. jam 13.30
S : pasien mengatakan badan lemah, pusing, dan gemetaran.
O : tampak keadaan umum lemah, konjungtiva anemis, bibir pucat, dan kering, ada
luka dikaki kanannya bekas kena knalpot motor 1 bulan yng lalu masih
mengeluarkan darah. Pasien tampak kurus, turgor kulit kurang elastic, dan keriput.
Tanda – tanda vital Td : 140/70 mmHg, N : 96 kali/menit, RR : 19 kali/menit dan
S:
36 OC, HB : 7,0 gr % ( nilai normal 13 – 18 gr% ).
A : masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1 – 9.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Jam 13.50
S : pasien mengatakan tidak bisa bekerja dan melakukan kegiatan sehari- hari.
O : pasien tampak lemah, semua ADLs dibantu keluarga dan perawat.
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi nomor 1- 4.
Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
( penurunan hemoglobin ) Jam 13.00
S : pasien mengatakan nyeri pada kaki kanannya karena terkena knalpot motor 1
bulan yang lalu.
O : tampak ada balutan luka di kaki kanannya, luka tampak rembes di balutan.
A : Masalah resiko infeksi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1 – 5.
Evaluasi hari ketiga dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2021 Diagnosa keperawatan :
PENUTUP
1. Kesimpulan
Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia selama kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu untuk menghadapi
kehilangan darah dan membuatnya rentan terhadap infeksi. Anemia juga dapat menimbulkan
hipoksia fetal dan persalinan prematur. Bahaya terhadap janin, sekalipun tampaknya janin
mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya Anemia kemampuan
metabolisme tubuh akan berkurang sehinga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim akan terganggu.
2. Saran
Bagi Penulis
• Tugas Makalah ini masih menggunakan sumber nasional saja sehingga perlu lebih
memperluas sumber penelitian sehingga dapat mengembangkan lebih lagi
penelitiannya.
• Tugas Makalah masih banyak kekurangan sehingga menajdi acuan untuk penulis
menyempurnakan kedepannya hasil karya tulis sehingga menjadi lebih sempurna
lagi.
Bagi Pembaca
Tugas Makalah ini masih bayak kurang dan salahnya maka Kritik dan saran sangat
membangun bagi penulis
DAFTAR PUSTAKA
Schwart E. Iron deficiency anemia. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB
SB, editors. Nelson Textbook of Pediatrics (18th ed). Philadelphia: Saunders,
2007; p. 1469-71.
Amalia A, Tjiptaningrum A. Diagnosis dan tata- laksana anemia defisiensi besi
diagnosis and management of iron deficiency anemia. Majority. 2016;5:166-9.
Raspati H, Reniarti LSS. Anemia defisiensi besi. In: Permono HB, Sutaryo,
Ugra- sena IDG, Windiastuti EA, Salam M, editors. Buku Ajar Hematologi
Onko- logi Anak. Jakarta: BPIDAI, 2005; p. 30-43.