Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“ANEMIA”

Dosen Pengampu: Ns. Hidayatul Rahmi, M. Kep

1. Narlis maharani 2114201135


2. Fatmawarni 2114201124
3. Lutfi dwi acpa
4. Angelica 2114201109
5. briliana pratiwi 2114201116
6. Shelly yonira agustin 2114201151
7. Elsa marta julita 21142021
8. Erfika syinta zahra 2114201122
9. Angelica 2114201109
10. 8. hamalatul qur’ani 21124201125
11. Veronica Oliva 2214201244
12. Oka Saputra 2114201138
13. Holydea Gina Triana Zebua 2114201127
14. Ayu tania 2114201115
15. Anggun fitri cania 21142021111
16. Anyel rahmadani 2114201114
17. Dewi rahmawati 2114201119
18. Falensia 2114201123

KELAS 3C
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pemcipta atas segala
kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas Keprawatan Medikal Bedah I yang berjudul “Anemia”.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu kami mengharapkan
semoga makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca.

Solok, 26 November 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................

A. Latar Belakang ....................................................................................................


B. Rumusan Masalah ...............................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Anemia ...............................................................................................................
1. Anatomi fisiologi .....................................................................................
2.
Defenisi ...................................................................................................
3.Etiologi ....................................................................................................
4.Klasifikasi ................................................................................................
5.Tanda &
gejala .........................................................................................
6.Pemeriksaanpenunjang ............................................................................
B. Proses Asuhan Keperawatan ...............................................................................
1. Pengkajian ...............................................................................................
2. Analisadata .............................................................................................
3. Diagnosa keperawatan .............................................................................
4. Intervensi ................................................................................................
5. Implementasi ...........................................................................................
6. Evaluasi ..................................................................................................
C. Integrasi hasil penelitian tentang penatalaksanaan (IBN)......................................
D. Peran dan fungsi perawat pada sistem hematologi ...............................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam tubuh. Hemoglobin
yaitu metaloprotein di dalam sel darah merah yang mengandung zat besi yang fungsinya
sebagai pengangkut oksigen dari paru - paru ke seluruh tubuh(Malikussaleh, 2019 ). Menurut
(Yustisia et al., 2020) Anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan gejala awal suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Gejala yang sering
dialami antara lain: lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat. Anemia
merupakan suatu penyakit yang tidak bisa diabaikan, jika tidak ditangani dengan baik akan
mengakibatkan dampak negative bagi kesehatan tubuh. Salah satu dampaknya antara lain jika
hemoglobin ( Hb ) dan sel darah merah sangat rendah dapat mengakibatkan kinerja
pengangkutan oksigen menjadi berkurang. Kondisi ini yang dapat mengakibatkan kerja organ-
organ penting , salah satunya otak (Yustisia et al., 2020).

Masalah kesehatan dunia terutama negara berkembang diperkirakan 30 % penduduk dunia


mengalami anemia. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut
World Health Organization ( WHO ) ( 2013 ), pravelensi anemia dunia sekitar 40 – 88 %.
Jumlah penduduk Remaja ( 10 – 19 ) di Indonesia sebesar 26, 2 % yang terdiri dari 50 % lali-
laki dan 49,1 % perempuan(Neli Agustin & Maani, 2019). Anemia dapat dialami pada
masyarakat dari berbagai umur dan jenis kelamin. Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar (
Riskesdas) tahun 2013, prevelensi anemia di Indonesia adalah 21,7 % dengan penderita pada
anak- anak sebesar 26,4 % dan 18,4 pada dewasa (Yustisia et al., 2020). Ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan anemia antara lain adalah status gizi, menstruasi, dan sosial
ekonomi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013 menunjukkan
pravelensi anemia pada usia 5-14 tahun sebesar 26,4% (DeLoughery, 2014).Indonesia
merupakan salah satu dari 45 negara yang banyak mengalami anemia. Pada tahun 2014,
Negara yang tergolong tengah berkembang ini baru menempati peringkat ke 30, dengan
jumlah penduduk yang pernah menderita anemia sebanyak 3,2 juta jiwa
(Banjarnahor, 2019).
Peran perawat pada kasus anemia adalah memberikan informasi ataupun pendidikan
kesehatan kepada pasien mengenai factor penyebab, penanggulangan dan pencegahan dari
Anemia. Lingkungan tempat pasien di rawat juga harus dipelihara senyaman mungkin untuk
mengurangi resiko jatuh pada pasien anemia disamping itu juga sangat diperlukan juga
perhatian perawat pada cara penanganan pasien anemia.

B. Tujuan
1. Apa saja anatomis fisiologis pada anemia?
2. Apa defenisi anemia?
3. Apa etiologi anemia?
4. Apa klasifikasi anemia?
5. Apa tanda & gejala anemia?
6. Apa pemeriksaan penunjang untuk anemia?
7. Apa saja proses asuhan keperawatan pada pasien anemia?
8. Apa integrasi hasil penelitian tentang penatalaksanaan (IBN)? 9. Sebutkan peran dan
fungsi perawat dalam sistem hematologi? C. Manfaat
1. Untuk mengetahui anatomis fisiologis pada anemia.
2. Untuk mengetahui defenisi anemia.
3. Untuk mengetahui etiologi anemia.
4. Untuk mengetahui klasifikasi anemia.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada anemia.
7. Untuk mengetahui proses askep pada pasien anemia
8. Untuk mengetahui integrasi hasil penelitian tentang penatalaksanaan
9. Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat dalam sistem hematologi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologis
 Anatomi Darah

Bagian-bagian darah menurut Syarifuddin (1997) adalah:

a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen)
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium,
kalsium dan zat besi)
d. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam
amino)
Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:

a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu :


 Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 8 mikron, tebalnya 2 mikron
dan ditengah tebalnya 1 mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang memberinya warna
merah.

 Leukosit (sel darah putih) Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu :


a) Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar
(granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil, dan netrofil.
b) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula, jenisnya
adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit
c) Trombosit/platelet (sel pembeku darah)
b. Plasma darah

Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen. Cairan yang
tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah.

 Fisiologi darah

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen
yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan
nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon- hormon
dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua
apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah
tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung.
Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa
karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan
oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis, lalu dibawa lagi ke jantung melalui vena
pulmonalis. Darah juga mengangkut bahanbahan sisa metabolisme obat-obatan dan bahan
kimia asing kehati untuk dibuang sebagai urine.

Komponen darah manusia terdiri dari dua komponen :

Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah eritrosit, leukosit, dan
trombosit.

 Eritrosit (sel darah merah)

Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 7-8 mikrometer. Eritrosit
mengandung hemoglobin, yang memberinya warna merah. Hemoglobin (Hb) adalah protein
kompleks terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem (besi). Jadi besi penting untuk Hb. Besi
ditimbun di jaringan sebagai ferritin dan hemosiderin. Eritrosit dibentuk di sumsum tulang
merah, dari proeritroblas, kemudian normoblas. Keduanya masih memiliki inti. Normoblas
kehilangan intinya dan masuk peredaran darah sebagai eritrosit dewasa (Tambayong, 2001).

Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentransfer hemoglobin, yang selanjutnya
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sel darah merah merupakan cakram biconkav
yang mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8 mikron, tebalnya 2 mikron dan di tengahnya
mempunyai tebal 1 mikron atau kurang, bentuk sel normal adalah suatu ”kantong” yang dapat
berubah menjadi hampir semua bentuk karena sel normal mempunyai membran, dan
akibatnya tidak merobek sel seperti yang akan terjadi pada selsel lainnya. Pada laki-laki
normal, jumlah rata-rata sel darah permili liter kubik adalah 5.200.000 dan pada wanita
normal 4.700.000.

Jumlah hemoglobin dalam sel transforoksigen, bila hematokrit (prosentase darah yang berupa
sel darah merah norma) darah mengandung rata-rata 15 gram hemoglobin. Tiap gram
hemoglobin mampu mengikat kira-kira 1.39 ml oksigen. Oleh karena itu, pada orang normal
lebih dari 20 ml oksigen dapat diangkut dalam ikatan dengan hemoglobin dalam tiaptiap 100
ml darah. Faktor utama yang dapat merangsang produksi sel-sel darah merah adalah hormon
di dalam sirkulasi yang disebut sebagai eritropoetin, yang merupakan suatu glikoprotein. Pada
orang normal 90 sampai 95 persen dari seluruh eritropoietin di bentuk di dalam ginjal. Namun
sampai sekarang belum pasti di bagian ginjal yang mana. Jumlah yang dapat diekstraksikan
dari bagian korteks ginjal ternyata jauh lebih banyak dari pada yang bagian medula (Guyton,
1997).
 Leukosit (sel darah putih)
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah. Fungsi utama dari sel
tersebut adalah untuk fagosit (pemakan) bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh.
Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya radang paru-paru.
Leukopenia berkurangnya jumlah leukosit sampai dibawah 6000 sel/cc darah. Leukositosis
bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah). Faktor fagosit sel
darah tersebut kadang harus mencapai benda asing atau kuman jauh diluar pembuluh darah.
Kemampuan leukosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai
daerah tertentu disebut diapedesis. Gerakan leukosit mirip dengan amoeba disebut gerak
amuboid.

Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula).
Jenisnya adalah eosinofil, basofil, dan netrofil.

Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula, jenisnya adalah
limfosit dan monosit.

 Eosinofil mengandung granula berwarna merah (warna eosin) disebut juga asidofil
berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing).
 Basofil mengandung granula berwarna biru (warna basa) berfungsi pada reaksi alergi.
 Netrofil ada 2 jenis sel yaitu netrofil batang dan netrofil segmen disebut juga sebagai
sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear) berfungsi sebagai fagosit.
 Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B) keduanya berfungsi untuk
menyelenggarakan imunitas (kekebalan tubuh). Sel T adalah imunitas seluler dan sel
B adalah imunitas humoral.
 Monosit merupakan leukosit dengan ukuran paling besar.
 Trombosit (keping darah)

Disebut juga sel darah pembeku, sel darah pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000
sel/cc. Didalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (hemostasis) antara lain
adalah faktor VIII (anti haemophilic factor), jika seseorang secara genetis trombositnya tidak
mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita hemofili.Proses pembekuan
darah yaitu jika trombosit menyentuh permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan
enzim trombokinase (tromboplastin). Pada masa embrio selsel darah dibuat di limpa dan hati
(extra medullarry haemopoesis) setelah embrio sudah cukup usia , fungsi itu diambil alih oleh
sumsung tulang.
 Plasma darah

Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen, cairan yang tidak
mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah. Protein dalam serum inilah yang
berfungsi sebagai antibodi terhadap adanya benda asing (antigen).

Zat antibodi adalah senyawa gama yang disebut globulin. Tiap antibodi bersifat spesifik
terhadap antigen dan reaksimya bermacam-macam.

- Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen disebut presipitin.


- Antibodi yang dapat menguraikan antigen adalah lisin.
- Antibodi yang dapat menawarkan racun adalah antitoksin.  Defenisi

Myelodysplastic Syndrome ( MDS ) adalah suatu gangguan kolonal sel system hematopoietic
dengan ditandai adanya dysplasia, sitopenia yang cenderung bertransformasi ke leukemia
myeloid akut ( Acute Myeloblasttic leukemia / AML ). Diplasia dapat terjadi pada > 1 seri sel
myeloid yang dapat menyebabkan hematopoiesis infeksi di darah tepi dan di sumsum tulang
dengan jumlah sel blast <20 %(Neli Agustin & Maani, 2019).

Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam tubuh. Hemoglobin
yaitu metaloprotein di dalam sel darah merah yang mengandung zat besi yang fungsinya
sebagai pengangkut oksigen dari paru - paru ke seluruh tubuh( Malikussaleh, 2019).

Anemia adalah suatu gangguan kekurangan sel darah merah, sedangkan sel darah merah
berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh organ tubuh.Dan apabila sel darah merah dalam
tubuh rendah, maka jumlah oksigen dalam tubuh juga rendah. Gejala anemia disebabkan oleh
kurangnya kadar oksigen yang mengalir ke jaringan dan organ tubuh. Sel darah merah diukur
berdasarkan jumlah hemoglobin dalam tubuh. Sebab, hemoglobin sendiri suatu protein kaya
zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru- paru keseluruh tubuh,
selain itu , hemoglobin juga membawa sel darah merah yang jenuh dengan karbondioksida
kembali ke paru- paru yang dikeluarkan(Yamada et al., 2017).

 Etiologi
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar hemoglobin dalam darah
adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah merah berjalan dengan lancar apabila
kebutuhan zat gizi yang berguna dalam pembentukan hemoglobin terpenuhi (Almatsier et al.,
2011). Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin adalah zat besi,
sedangkan vitamin C dan protein membantu penyerapan hemoglobin. Zat besi merupakan
salah satu komponen heme, yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin
(Proverati, 2011).

Sedangkan menurut WHO, Penyebab paling umum dari anemia termasuk kekurangan
nutrisi,terutama kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat, vitamin B12 dan A juga
merupakan penyebab penting, hemoglobinopati, dan penyakit menular, seperti malaria,
tuberkulosis, HIV dan infeksi parasit. Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan
oleh barbagai faktor misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria,
mengalami perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap
penyakit kronis, dan kehilangan darah akibat menstruasi dan infeksi parasite (cacing).
Menurut hasil Riskesdas 2018, konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia masih
dibawah jumlah yang dianjurkan

 Klasifikasi

Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni, dikatakan anemia ringan
apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar
hemoglobin dalam darah berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin
dalam darah kurang dari 7 gr % .

Secara morfologis (menurut ukuran sel darah merah dan hemoglobin yang dikandungnya),
anemia dapat dikelompok kan menjadi :

 Makrositik

Ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana jumlah hemoglobin di setiap sel
yang juga bertambah. Anemia makrositik dibagi menjadi dua yakni megaloblastik yang
dikarenakan kekurangan vitamin B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia
non megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis yang dipercepat dan peningkatan luas
permukaan membran.

 Mikrositik
Yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh defisiensi
zat besi, gangguan sintesis globin, profirin dan heme serta gangguan metabolisme besi
lainnya.Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi kehilangan
darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih, penyakit hemolitik dan
gangguan endokrin, hati dan ginjal.
Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut : 1)
Anemia defisiensi zat besi
Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya zat besi sehingga terjadi
penurunan sel darah merah. 2) Anemia pada penyakit kronik
Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi zat besi dan
biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
3) Anemia pernisius
Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat dari kekurangan vitamin
B12. Penyakit ini bisa diturunkan. 4) Anemia hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang lebih cepat dari
proses pembentukannya dimana usia sel darah merah normalnya adalah 120 hari. 5) Anemia
defisiensi asam folat
Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa kehamilan, kebutuhan asam
folat lebih besar dari biasanya. 6) Anemia aplastic
Adalah anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang dalam
membentuk sel darah merah.
 Tanda dan Gejala
Tanda- tanda anemia itu disebabkan karena jumlah sel darah merah rendah akibatnya
berkurangnya pengiriminan oksigen ke setiap jaringan pada tubuh.Anemia bisa
memeperburuk kondisi medis lainya yang mendasari (Poerwati, 2011).

Tanda – tanda anemia sebagai berikut :


- Lesu, lemah, letih, lalai dan lelah
- Sering mengeluh pusing dan mata berkunang- kunang
- Terlihat pucat kelopak mata, bibir, lidah, ringan, kulit, telapak tangan
- Nafsu makan menurun
- Sesak nafas
- Adanya keluhan seputar infeksi, seperti demam, nyeri badan - Riwayat terjadinya
perdarahan (Amirudin Ali et al., 2012).
 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doengoes (2000) pemeriksaan diagnostik untuk diagnosa anemia antara lain :
• Jumlah darah lengkap (JDL) : Hemoglobin dan hematokrit menurun
• Jumlah eritrosit : Menurun (A /aplastik), menurun berat
• MCV (mean corpuskuler volum) dan MCH (mean corpuskuler hemoglobin) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB/ defisiensi besi), peningkatan (AP)
pansitopenia (aplastik).
• Jumlah retikulosit : Bervariasi misal menurun (AP) meningkat (respon sumsum tulang
terkadang kehilangan darah (hemolisis).
• Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengidentifikasi tipe
khusus anemia.
• LED : Peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi.
• Masa hidup SDM : Berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek,
• Jumlah trombosit : Menurun (aplastik), meningkat (DB) normal atau tinggi (hemolitik) 
Hemoglobin elektroforesis : Mengidentifikasi tipe struktur Hb.
• Bilirubin serum (tak terkonjugasi) : Meningkat (AP Hemolitik)
• Folat serum dan vitamin B12 : Membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
diferensi masukan/absorbsi.
• Besi serum : Tak ada (DB), tinggi (hemolitik).
• TIBC serum : Meningkat (DB).
• Feritin serum : Menurun (DB).
• Masa perdarahan : Memanjang (aplastik).
• LDH serum : Mungkin meningkat (AP).
• Tes schilling : Penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP).
• Gualak : Mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukan
perdarahan akut/kronis (DB).
• Analisa gaster : Penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP)
• Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan biopsi : Sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe anemia, misalnya :
peningkatan megaloblas (AP) lemak sumsum dengan penurunan sel darah (Aplastik).
Sedangkan pemeriksaan penunjang menurut Soeparman (2001) di dasarkan pada jenis anemia,
yaitu :
 Anemia aplastik
Pemeriksaan laboratorium :
• Sel darah merah
• Laju endapan darah
• Sumsum tulang  Anemia hemolitik
Pemeriksaan laboratorium
• Peningkatan jumlah retikulasi
• Peningkatan kerapuhan sel darah merah
• Pemendekan masa hidup eritrosit
• Peningkatan bilirubin  Anemia megaloblastik
• Anemia absorbsi vitamin B12
• Endoscopi
 Anemia defisiensi zat besi
• Morfologi sel darah merah
• Jumlah besi dalam serum dan ferritin dalam serum berkurang 
Penatalaksanaan
Penatalaksanaa Anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
a) Anemia aplastik
- Tranplantasi sumsum tulang
- Peberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG )
b) Anemia pada penyakit ginjal
- Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
- Ketersediaan eritropeotin rekombinan
c) Anemia pada penyakit kronis
Pada anemia tidak menunjukan gejala dan memerlukan penanganan khusus.
Besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
d) Anemia pada defiensi besi
- Penyebab dari defisiensi besi
- Menggunakan preparat besi oral
e) Anemia megaloblastik
- Difisiensi vitamin B12 dengan pemberian vitamin B12 yang dapat diberikan
dengan injeksi B12.
- Terapi Vitamin B12 diberikan pada pasien selama hidup untuk mencegah
kekambuhan anemia.
f) Anemia defisiensi asam folat penangananya dengan diet dan penambahan asam folat
1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorsi(Safira, 2019).
B. Proses Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Februari 2021 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang di ruang Baitul Izza 1 dengan data- data sebagai berikut :  Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 56 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Diagnosa Medis : Anemia
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Ngrebo Rt.06/Rw.01 Kedungrejo, Grobogan, Purwodadi, No. RM : 01-38-
26-60
Tgl MRS : 3 Februari 2021.
 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Ngrebo Rt.06/Rw.01 Kedungrejo, Grobogan, Purwodadi, pekerjaan: swasta,
hubungan dengan klien : anak kandung.
 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Pusing, badan lemas, gemeteran, ada luka di kaki kanannya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Keluhan saat dikaji : pasien mengatakan badan
lemah, pusing, gemeteran, tidak bisa melakukan pekerjaan sehari- hari karena
lemas.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya: Pasien sebelumnya punya riwayat sakit MDS


( Sindrom Mielodiplasia ) ketika sumsum tulang mengalami gangguan akibat
penurunan sel darah putih, sel darah merah dan trombosit didalam tubuh, yang
dialami pasien sejak sekitar setahuan ini. Dan sering merasakan gejala anemia
pusing, lemes, gemetaran ) pada saat kerja di sawah tapi kadang masih dipakai
bekerja yang ringan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga: Pasien mengatakan keluarga tidak punya riwayat
penyakit seperti yang dialami pasien, dan juga tidak ada riwayat darah tinggi,
Diabetes maupun penyakit lainnya.
 Pola pengkajian fungsional
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan:
• Tn.S mengatakan bahwa kesehatan itu penting dan mahal harganya, namun Tn.S
kurang mengerti mengenai penyakit yang dialami sehingga tindakan yang
dilakukan ketika sakit yaitu dengan pergi kedokter dan minum obat. Tn.S juga
mengatakan bahwa upaya yang dilakukan dalam mempertahankan kesehatan yaitu
berupa melakukan pergerakan dan mengkonsumsi sayur beserta buah- buahan.
• Tn.S dalam mengontrol kesehatan yaitu dengan istirahat atau kontrol kesehatan ke
klinik terdekat serta minum obat apabila sedang merasa tidak enak badan, apabila
sakit yang dirasakan.Tn.S tidak kunjung mebaik maka langsung dilarikan ke RS
terdekat.
• Tn.S memiliki kebiasaan berupa mengkonsumsi susu dan energen setiap pagi.
Pada sisi ekonomi yang berhubungan dengan
kesehatan  Tn.S memiliki asuransi kesehatan berupa BPJS.
 Pola nutrisi dan metabolik
• Sebelum sakit Tn.S mengatakan bahwa makan 2-3 x sehari dengan porsi dan nafsu
makan normal, serta jenis makanan yang dikonsumsi berupa sayur dan tempe tapi
kadang tidak habis satu porsi.
• Tn.S mengatakan bahwa tidak menyukai telur dan jarang makan daging, serta
tidak mengkonsumsi vitamin penambah nafsu makan.
• Tn.S banyak minum air putih.
 Pola eliminasi

Sebelum sakit Tn.S BAB 1 tahun terakhir dengan feses lembek, BAB sehari sekali
sampai dua kali dengan konsistensi lembek,.
• Pola BAK normal, tidak terpasang kateter maupun kolostomi.  Pola aktivitas
dan latihan
• Sebelum sakit Tn.S mengatakan terdapat keluhan dalam melakukan aktivitas dan
setiap hari berjalan kaki untuk pergi bekerja di sawah.
• Setelah dirawat Tn.S mengatakan mudah lelah dan hanya berbaring serta berjalan
kaki menuju kamar mandi jika ingin BAK, dan kebutuhan sehari- hari dibantu
keluarga dan perawat.  Pola istirahat dan tidur
• Sebelum dirawat Tn.S mengatakan sulit tidur dan mudah terbangun apabila
terdapat cahaya terlalu terang serta mendengar suara bising.
• Tn.S tidur pada jam 21.00 – 04.00 pagi, waktu tidur tidak menentu antara 5-6 jam
perhari.
• Setelah dirawat Tn.S mengatakan sulit tidur, sulit untuk memulai tidur, dan
mudah terkejut dalam tidur ketika mendengar suara serta cahaya yang terlalu
terang.
Waktu tidur antara jam 22.30 – 04.00 pagi. 
Pola kognitif-perseptual sensor
• Sebelum sakit Tn.S mengatakan bahwa pendengaran normal, kemampuan kognitif
normal, namun sering merasakan sakit kepala.
• Dan setelah Tn.S mengatakan kondisi mata, pendengaran, kognitif, dan sakit
kepala masih sama dengan sebelum sakit Tn.S juga merasakan sakit dibagian
seluruh dan nyeri dibagian kaki karena ada luka.  Pola persepsi diri dan konsep
diri
• Sebelum sakit Tn.S mengatakan bahwa perannya sebagai bapak dan kakek selalu
merasa bersyukur karena dikelilingi anak yang selalu membantu, Tn.S berharap
selalu diberikan kesehatan dan bersyukur dengan kondisi fisik yang dimiliki.
• Dan setelah dirawat Tn.S mengatakan bahwa penyakitnya segera sembuh dan
dapat menjalani hidup dengan baik, serta sabar dalam menjalani cobaan berupa
penyakit yang diderita.
 Pola mekanisme koping

Sebelum sakit Tn.S mengatakan bahwa kekuatan diri diperoleh dari cucu, anak,
dan istri. Pengambilan keutusan terkadang dibantu oleh anak, akan tetapi lebih
banyak diam apabila mendapatkan sebuah masalah.
• Setelah dirawat Tn.S mengatakan bahwa kekuatan diri masih sama seperti
sebelum sakit ditambah dengan perawat dan dokter, pengambilan keputusan
masih sama seperti sebelum sakit, serta upaya Tn.S dalam menghadapi masalah
saat ini yaitu dengan bersabar, berdoa, dan patuh dengan program penyembuhan
yang diberikan meskipun terdapat kegelisahan didalam diri.  Pola seksual
reproduksi
• Tn.S mengatakan ketika sebelum sakit jarang sekali dan hampir tidak pernah
melakukan aktivitas seksual karena sudah memiliki umur yang cukup tua. Setelah
dirawat Tn.S mengatakan bahwa pola seksual reproduksi masih sama dengan
sebelum sakit.
 Pola peran-berhubungan dengan orang lain
• Sebelum sakit Tn.S mengatakan bahwa hubungan dengan orang lain serta
kemampuan berkomunikasi baik, menurut Tn.S orang terdekat adalah anak
perempuan dan istri dimana sebagai bala bantuan ketika sedang mengalami
kesusahan. Setelah dirawat pola peran berhubungan dengan orang lain masih sama
dengan sebelum sakit, akan tetapi perawat sangat dibutuhkan oleh Tn.Sketika
meminta bantuan.  Pola nilai dan kepercayaan
• Sebelum sakit Tn.S mengatakan sering menjalankan ibadah dirumah, dan tidak
terdapat keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan atau pengobatan yang
dijalani.
• Setelah dirawata Tn. mengatakan tidak dapat melakukan ibadah seperti biasa, dan
tidak terdapat keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan atau pengobatan
yang dijalani saat ini.
 Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu :
• Tingkat kesadaran: compos mentis, GCS 15 ( E4 V5 M6 ). Tampak keadaan
umum lemah, sclera mata putih, konjungtiva anemis, bibir pucat dan kering,
Pasien tampak kurus, turgor kulit kurang elastis, dan keriput.

Tanda-Tanda Vital TD : 165/ 86 mmHg, N : 102 kali/menit, RR : 20 kali/menit,
Suhu : 36,2 C, Tinggi Badan : 163 cm, Berat Badan : 56 Kg.
 Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pada tanggal 3 Februari 2021 sebagai berikut :
• Pemeriksaan Darah
• Hemoglobin 7,0 gr/dL ( nilai normal 12 – 16 gr/dL )
• Hematokrit 23.4 % ( nilai normal 33.0 – 45.0 % )
• Leukosit 3.38 ribu/ML ( nilai normal 3.80 – 10.60 ribu/ML )
• Trombosit 52 ribu/ML ( nilai normal 150 – 440 ribu/ML )
• Terapi
• NaCl 20 TPM/IV, Furosemide 1 ampul/4 kolf, sandinum 3x1, metil pred 4 mg
3x1, extra dexa lA, donor darah 4 kolf ( gol O+ ).
2) Analisa Data
Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah
Keperawatan
Pasien Tampak keadaan Penurunan Ketidak
mengatakan badan konsentrasi HB efektifan perfusi
umum lemah,
pusing, lemah, dan dan darah. Suplay jaringan perifer.
gemeteran. konjungtiva oksigen
anemis, berkurang.

bibir pucat
kering,
Pasientampak
kurus, turgor kulit
kurang elastis, dan
keriput, ada luka
dikaki kanannya
bekas kena
knalpot motor 1
bulan yang lalu
masih
mengeluarkan
darah. Tanda-
Tanda Vital TD:
165/ 86 mmHg, N:
98 x/m, S : 36,2,
RR : 20 x/m, HB :
7,0 gr% ( nilai
normal 13 – 18 gr
%)

Pasien
mengatakan tidak Pasien tampak Kelemahan Intoleransi
lemah dan aktivitas
bisa berjalan dan
sebagian kegiatan
melakukan dibantu keluarga.
kegiatan
sehari-
hari
Pasien Tampak ada Resiko infeksi Ketidakadekuat
an pertahanan
mengatakan nyeri balutan luka di
pada kaki kaki kanannya,
kanannya luka tampak
karena rembes di balutan
terkenal
knalpot
motor 1
bulan
yang lalu
3) Diagnosa keperawatan
• Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan
• penurunan konsentrasi hemoglobin
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
• Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
( penurunan hemoglobin ).
4) Intervensi Keperawatan
Pada tanggal 04 Februari 2021 jam 10.30 ditetapkan intervensi keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan:
Diagnosa utama berupa Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin penurunan suplay oksigen dibuktikan dengan keletihan,
kelemahan, pusing, gemetaran, kemampuan beraktivitas menurun, wajah dan kulit pucat dan
nyeri pada luka di kaki. Tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan yaitu, setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam, diharapkan perfusi jaringan perifer pasien efektif,
kemampuan beraktivitas meningkatkan, mempercepat penyembuhan luka.
Dengan intervensi keperawatan berupa : monitor tanda-tanda vital ( misalnya data awal,
selama dan setelah tranfusi),edukasi pasien rencana pemberian tranfuse darah, lakukan
tranfusi darah, monitor adanya reaksi transfuse darah, kolaborasi pemberian terapi obat.
Diagnosa kedua berupa Intoleransi aktivitas berhubungan denga kelemahan dibuktikan
dengan tidak bisa bekerja dan melakukan kegiatan sehari-hari, pasien tampak lemah dan
semua ADL’s sebagian dibantu keluarga dan perawat.Tujuan dan kriteria hasil yang
ditetapkan yaitu, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam,
diharapkankemudahan dalam melakukan aktivitas atau ambulasi, melakukan kegiatan
seharihari secara mandiri.
Dengan intervensi keperawatan berupa : monitor Tanda Vital, monitor intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui sumber energi yang adekuat, edukasi aktivitas/ istirahat, pengaturan posisi
senyaman mungkin.
Diagnosa ketiga berupa Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder ( penurunan hemoglobin ). dibuktikan dengannyeri pada kaki kanannya
karena terkenal knalpot motor 1 bulan yang lalu, ada balutan luka di kaki kanannya, luka
tampak rembes di balutan. Tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan yaitu, setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam, diharapkan mencegah infeksi dengan kontrol risiko,
mempercepat penyembuhan luka.
Dengan intervensi keperawatan berupa : monitor tanda vital, perawatan luka, pemantauan
nutrisi, manajemen lingkungan, pengatur posisi nyaman, kolaborasi pemberian terapi obat.
5) Implementasi
Pada tanggal 04 Februari 2021 jam 12.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 1
berupa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Pada impelementasi pertama dengan ttv didapatkan data subyektif pasien mengatakan
tekanan darah, suhu naik turun, dan data obyektif berupa pasien tampak lemah, gemetaran,
pucat pada wajah.
Implementasi kedua mengedukasi pasien rencana pemberian tranfusi darahdidapatkan data
subyektif pasien mengatakan faham atas apa yang sudah dijelaskan dan ditemukan data
obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
Implementasi ketiga melakukan tranfusi darah didapatkan data subyektif pasien
mengatakanpasien mengatakan setuju dan bersedia dalam tindakan transfuse data obyektif
pasien tampak kooperatif dengan tindakanyang diberikan.
Implementasi keempat memonitor adanya reaksi transfuse darah dan data obyektif pasien
tampak pasrah saat melakukan transfusi dan tidak merasakan reaksi dari transfuse darah yang
diberikan data obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
Implementasi kelima mengkolaborasi pemberian terapi obat(memberikan obat sandimun 3
x1, metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A ) dengan data obyektif pasien tampak yakin
tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang terbaik untuknya, data
obyektif pasien tampak kooperatif.
 Prosedur perawatan luka :
• Mencuci tangan
• Menyiapkan alat ( medikasi steril dalam bak steril : pinset anatomis & sirgugis,
kom steril 2 buah, gunting jaringan, hipavix/verban, gunting perban, kassa steril
secukupnya, NaCl 0,9 %, bengkok )
• Mengkomunikasikan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
• Menutup privasi
• Membaca basmalah
• Membuka balutan secara berlahan – lahan perhatikan kenyaman pasien
• Masukkan balutan kotor ke bengkok
• Membersihkan luka dengan NaCl 0,9 % sampai bersih
• Memperhatikan tanda-tanda infeksi sekunder seperti kemerahan, bengkak, panas,
atau pus disekitar luka
• Menutup luka dengan menggunakan sufratul secukupnya
• Membalut luka menggunakan kasa steril
• Menutup balutan menggunakan hepavix secara rapat
• Membereskan alat
• Merapikan pasien
• Mencuci tangan dan mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan
(KUSNIYAH, 2019).
Pada tanggal 04 Februari 2021 jam 12.30 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 2
berupa intoleransi aktivitas.
Pada implementasi pertama dengan ttv dengan data sabjektif dari klien setuju untuk
dilakukan pengukuran tanda vital dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi kedua dengan memonitor intake makanan untuk sumber energi dengan data
subjektif pasien mengatakan akan menghabiskan satu porsi makanannya dan data objektif
pasien tampak sedikit demi sedikit memakan makanannya.
Implementasi ketiga dengan mengedukasi aktivitas/ istirahat dengan data subjektif pasien
mengatakan akan tidur siang dan tidur mulai jam 21.00-04.00 pagi, dan data objektif pasien
tampak istirahat dengan nyaman,implementasi keempat mengatur posisi senyaman mungkin
dengan data subjektif pasien mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi nyaman dan
data objektif pasien tampak lebih rileks.dan pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang
diberikan.
Pada tanggal 04 Februari 2021 jam 13.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 3
berupa dukungan tidur dengan.
Implementasi pertama monitor Tanda Vital dihasilkan data Sabjektif dari klien setuju
dilaksanakan pengukuran ttv dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi kedua merawatan lukadihasilkan data subyektif pasien mengatakan bersedia
dalam tindakan ganti balut ( merawat luka ) dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi ketiga manajemen lingkungan didapatkan data subyektif pasien mengatakan
senang apabila tempat tidurnya bersih dan sering diganti sprai dan data obyektif pasien lebih
rileks.
Implementasi keempat mengatur posisi nyamandidapatkan dengan data subjektif pasien
mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi nyaman dan data objektif pasien tampak
lebih rileks.
Implementasi kelima melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(pengaturan posisi) sehingga didapatkan data subyektif pasien mengatakan lebih nyaman
tidur dengan posisi miring kekirdan data obyektif yang didapat pasien tampak rileks.
Implementasi keenam mengkolaborasi pemberian terapi obat ( memberikan obat sandimun 3
x1, metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A) didapatkan data sujektif pasien mengatakan
pasien tampak yakin tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang
terbaik untuknya, data obyektif pasien tampak kooperatif.
Pada tanggal 05 Februari 2021 jam 12.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 1
berupa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Pada impelementasi pertama dengan memonitor tanda-tanda vital ( misalnya data awal,
selama dan setelah tranfusi) didapatkan data subyektif pasien mengatakan tekanan darah,
suhu naik turun, dan data obyektif berupa pasien tampak lemah, gemetaran, pucat pada
wajah.
Implementasi kedua mengedukasi pasien rencana pemberian tranfusi darah didapatkan data
subyektif pasien mengatakan faham atas apa yang sudah dijelaskan dan ditemukan data
obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan. Implementasi ketiga
melakukan tranfusi darah didapatkan data subyektif pasien mengatakanpasien mengatakan
setuju dan bersedia dalam tindakan transfuse data obyektif pasien tampak kooperatif dengan
tindakan yang diberikan.
Implementasi keempat memonitor adanya reaksi transfuse darah dan data obyektif pasien
tampak pasrah saat melakukan transfusi dan tidak merasakan reaksi dari transfuse darah yang
diberikan data obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
Implementasi kelima mengkolaborasi pemberian terapi obat(memberikan obat sandimun 3
x1, metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A ) dengan data obyektif pasien tampak yakin
tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang terbaik untuknya, data
obyektif pasien tampak kooperatif.
Pada tanggal 05 Februari 2021 jam 12.30 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 2
berupa intoleransi aktivitas.
Pada implementasi pertama dengan memonitor tanda vital dengan data subjektif pasien
mengatakan setuju untuk dilakukan pengukuran tanda vital dan data objektipasien tampak
kooepratif.
Implementasi kedua dengan memonitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber
energi yang adekuat dengan data subjektif pasien mengatakan akan menghabiskan satu porsi
makanannya dan data objektif pasien tampak sedikit demi sedikit memakan makanannya.
Implementasi ketiga dengan mengedukasi aktivitas/ istirahat dengan data subjektif pasien
mengatakan akan tidur siang dan tidur mulai jam 21.00-04.00 pagi, dan data objektif pasien
tampak istirahat dengan nyaman. I mplementasi keempat mengatur posisi senyaman
mungkin dengan data subjektif pasien mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi
nyaman dan data objektif pasien tampak lebih rileks dan pasien tampak kooperatif dengan
tindakan yang diberikan.
Pada tanggal 05 Februari 2021 jam 13.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 3
berupa dukungan tidur dengan.
Implementasi pertama monitor Tanda Vital dihasilkan data subyektif pasien
mengatakan setuju untuk dilakukan pengukuran tanda vital dan data objektif pasien tampak
kooepratif.
Implementasi kedua merawatan lukadihasilkan data subyektif pasien mengatakan bersedia
dalam tindakan ganti balut ( merawat luka ) dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi ketiga manajemen lingkungan didapatkan data subyektif pasien mengatakan
senang apabila tempat tidurnya bersih dan sering diganti sprai dan data obyektif pasien lebih
rileks.
Implementasi keempat mengatur posisi nyamandidapatkan dengan data subjektif pasien
mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi nyaman dan data objektif pasien tampak
lebih rileks.
Implementasi kelima melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (pengaturan
posisi) sehingga didapatkan data subyektif pasien mengatakan lebih nyaman tidur dengan
posisi miring kekiri dan data obyektif yang didapat pasien tampak rileks Implementasi
keenammengkolaborasi pemberian terapi obat ( memberikan obat sandimun 3 x1,
metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A) didapatkan data sujektif pasien mengatakan
pasien tampak yakin tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang
terbaik untuknya, data obyektif pasien tampak kooperatif.
Pada tanggal 06 Februari 2021 jam 09.30 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 1
berupa Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Pada impelementasi pertama dengan melanjutkan intervensi yang belum tercapai memonitor
tanda-tanda vital ( misalnya data awal, selama dan setelah tranfusi) didapatkan data subyektif
pasien mengatakan tekanan darah, suhu naik turun, dan data obyektif berupa pasien tampak
lemah, gemetaran, pucat pada wajah.
Implementasi kedua mengedukasi pasien rencana pemberian tranfuse darah didapatkan data
subyektif pasien mengatakan faham atas apa yang sudah dijelaskan dan ditemukan data
obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan. Implementasi ketiga
melakukan tranfuse darah didapatkan data subyektif pasien mengatakanpasien mengatakan
setuju dan bersedia dalam tindakan transfusi data obyektif pasien tampak kooperatif dengan
tindakan yang diberikan.
Implementasi keempat memonitor adanya reaksi transfuse darah dan data obyektif pasien
tampak pasrah saat melakukan transfuse dan tidak merasakan reaksi dari transfuse darah yang
diberikan data obyektif pasien tampak kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
Implementasi kelima mengkolaborasi pemberian terapi obat (memberikan obat
sandimun 3 x1, metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A) dengan data obyektif pasien
tampak yakin tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang terbaik
untuknya, data obyektif pasien tampak kooperatif.
Pada tanggal 06 Februari 2021 jam 10.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 2
berupa intoleransi aktivitas.
Pada implementasi pertama dengan melanjutkan intervensi yang belum tercapai, memonitor
tanda vital dengan data subjektif pasien mengatakan setuju untuk dilakukan pengukuran
tanda vital dan data objektif pasien tampak kooepratif
Implementasi kedua dengan memonitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber
energi yang adekuat dengan data subjektif pasien mengatakan akan menghabiskan satu porsi
makanannya dan data objektif pasien tampak sedikit demi sedikit memakan makanannya
Implementasi ketiga dengan mengedukasi aktivitas/ istirahat dengan data subjektif pasien
mengatakan akan tidur siang dan tidur mulai jam 21.00-04.00 pagi, dan data objektif pasien
tampak istirahat dengan nyaman
Implementasi keempat mengatur posisi senyaman mungkin dengan data subjektif pasien
mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi nyaman dan data objektif pasien tampak
lebih rileks. dan pasien tampaak kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
Pada tanggal 06 Februari 2021 jam 11.00 melakukan implementasi keperawatan diagnosa 3
berupa dukungan tidur dengan.
Implementasi pertama dengan melanjutkan intervensi yang belum tercapai, monitor Tanda
Vital dihasilkan data subyektif pasien mengatakan setuju untuk dilakukan pengukuran tanda
vital dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi kedua merawatan luka dihasilkan data subyektif pasien mengatakan bersedia
dalam tindakan ganti balut ( merawat luka ) dan data objektif pasien tampak kooepratif.
Implementasi ketiga manajemen lingkungan didapatkan data subyektif pasien mengatakan
senang apabila tempat tidurnya bersih dan sering diganti sprai dan data obyektif pasien lebih
rileks.
Implementasi keempat mengatur posisi nyaman didapatkan dengan data subjektif pasien
mengatakan bersedia untuk dibantu dalam posisi nyaman dan data objektif pasien tampak
lebih rileks.
Implementasi kelima melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (pengaturan
posisi) sehingga didapatkan data subyektif pasien mengatakan lebih nyaman tidur dengan
posisi miring kekiri dan data obyektif yang didapat pasien tampak rileks. Implementasi
keenam mengkolaborasi pemberian terapi obat (memberikan obat sandimun 3 x1,
metilpredinosolon 4 mg 3 x 1, extra dexa 1A ) didapatkan data sujektif pasien mengatakan
pasien tampak yakin tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien adalah yang
terbaik untuknya, data obyektif pasien tampak kooperatif. 6) Evaluasi
Evaluasi hari pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2021. Diagnosa keperawatan:
 Ketidakefektifan jaringan perifer yang berhubungan dengan penurunan Hb. Jam
13.30, S : Pasien mengatakan badan lemah, pusing, dan gemetaran.
O : tampak keadaan umum lemah, konjungtiva anemis, bibir pucat dan kering, ada
luka dikaki kanannya bekas kena knalpotmotor 1 bulan yang lalu masih
mengeluarkan darah. Pasien tampak kurus, turgor kulit kurang elastic, dan keriput.
Tanda – tanda vital TD : 140/70 mmHg, N : 98 kali/menit, RR : 20 kali/menit dan
S : 36 OC, Hb : 7,0 gr% ( nilai rentang normal 13 – 18 gr% ).
A : Masalah Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1-9.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Jam 13.50
S : pasien mengatakan tidak bisa bekerja dan melakukan kegiatan sehari- hari.
O : pasien tampak lemah, semua ADLs dibantu keluarga dan perawat.
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1- 4
 Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
( penurunan hemoglobin ). Jam 13.00
S: pasien mengatakan nyeri pada kaki kanannya karena terkena knalpot motor 1
bulan yang lalu.
O : tampak ada balutan luka di kaki kanannya, luka tampak rembes di balutan.
A : Masalah resiko infeksi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1 – 5.
Evaluasi hari ketiga dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2021 Diagnosa keperawatan
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb. jam 13.30
S : pasien mengatakan badan lemah, pusing, dan gemetaran.
O : tampak keadaan umum lemah, konjungtiva anemis, bibir pucat, dan kering, ada
luka dikaki kanannya bekas kena knalpot motor 1 bulan yng lalu masih
mengeluarkan darah. Pasien tampak kurus, turgor kulit kurang elastic, dan keriput.
Tanda – tanda vital Td : 140/70 mmHg, N : 96 kali/menit, RR : 19 kali/menit dan
S:
36 OC, HB : 7,0 gr % ( nilai normal 13 – 18 gr% ).
A : masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1 – 9.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Jam 13.50
S : pasien mengatakan tidak bisa bekerja dan melakukan kegiatan sehari- hari.
O : pasien tampak lemah, semua ADLs dibantu keluarga dan perawat.
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi nomor 1- 4.
 Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
( penurunan hemoglobin ) Jam 13.00
S : pasien mengatakan nyeri pada kaki kanannya karena terkena knalpot motor 1
bulan yang lalu.
O : tampak ada balutan luka di kaki kanannya, luka tampak rembes di balutan.
A : Masalah resiko infeksi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1 – 5.

Evaluasi hari ketiga dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2021 Diagnosa keperawatan :

 ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan penurunan


konsentrasi Hb. jam 13.30
S : pasien mengatakan badan lemah, pusing, dan gemetaran.
O : tampak keadaan umum lemah, konjungtiva anemis, bibir pucat, dan kering, ada
luka dikaki kanannya bekas kena knalpot motor 1 bulan yang lalu masih
mengeluarkan darah. Pasien tampak kurus, turgor kulit kurang elastic, dan keriput.
Tanda – tanda vital Td : 140/70 mmHg, N : 96 kali/menit, RR : 19 kali/menit dan
S:
36 OC, HB : 7,0 gr % ( nilai normal 13 – 18 gr% ).
A : masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 4.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Jam 13.50,
S : pasien mengatakan sudah bisa ke kamar mandi sendiri tapi masih di awasi
keluarga.
O : pasien tampak baikan, ADLs sudah bisa dilakukan mandiri.
A : Masalah intoleransi aktivitas teratasi .
P : hentikan intervensi
 Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
( penurunan hemoglobin ). Jam 13.00
S : pasien mengatakan nyeri pada kaki kanannya berkurangdikarenakan terkena
knalpot motor 1 bulan yang lalu.
O : tampak ada balutan luka di kaki kanannya, rembesan darah dibalutan berkurang.
A : Masalah resiko infeksi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi nomor 1 – 5.
C. Integrasi Hasil Penelitian Tentang Penatalaksanaan (IBN)

Berdasarkan pencarian literatur melalui Pubmed, ClinicalKey, dan Google Scholar


didapatkan artikel sebanyak 9.356 menggunakan Pubmed, 5.425 menggunakan ClinicalKey,
dan 250.000 menggunakan Google Scholar (n = 264.781). Kata kunci yang digunakan dalam
pencarian artikel yaitu Iron Deficiency Anemia AND Iron Therapy. Hasil pencarian yang
telah diper- oleh kemudian dilakukan skrining berdasar- kan kriteria inklusi dan eksklusi.
Dari hasil telaah literatur didapatkan 10 artikel yang dipergunakan dalam penelitian ini.Tabel
1 memperlihatkan hasil kajian literatur penelitian ini yang mencakup biografi jurnal (judul,
penulis, dan tahun publikasi), populasi penelitian, intervensi yang dilakukan, luaran, dan
desain studi.
Biografi Jurnal Population Interventio Comperator Outcome Study
n design

Oral versus 100 pasien Peserta Satu Hasil Peneltian


kelompok dilakukan
intravenous iron terdaftar menjalani penelitian
mene- rima secara
therapy in iron dalam pemeriksaa dosis besi ini observasi
intravena IV onal
deficiency penelitian n menunjuk-
masing-
kan bahwa
anemia: An ini, 37
hemoglobi
observational diantaranya klinis
secara
menyeluru
study Penulis: Das laki- laki h, masing 5 mL n dasar dan
SN, Devi A, dan 63 pemeriksaa yang serum
Mohanta B, adalah n darah mengandun ferritin
Choudhury A, perempuan Lama g 100 mg untuk kedua
pelaksanaa
Swain A, Thatoi n: 1 bulan unsur besi. kelompok
PK, 202012 Kelom- pok sebanding.
lainnya Setelah
menerima memulai
100 mg terapi,
tablet sulfat hemoglobi
besi oral dua
kali sehari n
selama satu kelompok
bulan.
zat besi
oral dan
kelompok
intravena
meningkat
. Namun
pada
kelompok
besi oral,
terjadi
efek
samping
utama
yang
diikuti
dengan
rasa
terbakar
pada
jantung
dan mual.
Simpulan
ialah
terapi zat
besi IV
secara
intervena
efektif dan
aman untuk
manajemen
anemia
defisiensi
besi

Efficacy of 179 Pasien Peserta Peserta Hasil Let's be


wanita
iron- menjalani intervensi penelitian Well Red
penderita
supplement bars anemia skrining, me- nerima ini menun-
to reduce usia 18-35
kamp 1 batang jukkan
tahun
anemia in pendidikan supple- men bahwa
urban Indian dan zat besi hemoglobin
women: a pengujian, (mengandun dan
clusterrandomize terapi g 14 mg hematokrit
d controlled trial Lama Fe)/hari meningkat
Penulis:Mehta, pelaksanaa selama setelah 90
n: 5 bulan
R, Platt AC, Sun 90 hari lebih
X, Desai hari, besar untuk
M, sedangkan inter- vensi
Clements D, subjek dibandingka
Turner EL, kontrol n untuk
2017.13 tidak peserta
kontrol
menerima
apa-apa.
Efficacy and 80 Ferrous pasien Terapi Peneltian
tolerability of wanita sulfate dibagi sulfat besi
dila-
ferrous sulfate – hamil 200 mg menjadi secara
kukan
oral iron therapy dengan dengan dua ber- secara
makna observasi
in the diagnosi asam kelompo
onal
management of s anemia folat k: meningkat prosfektif
Iron deficiency defisien 500 kelompo kan hemo-
anemia during si zat tablet k A = globin
pregnancy –a besi dua kali Kepatuha pada 58%
prospective study sehari n pasien
Penulis: itu kelom pok
Mirunalini S, diberika obat patuh
Afreen RM, n selama yang buruk terapi.
12
2020.14 minggu. dan 80%
kelompo k pasien
B= mengalam
pemenuhan i

Obat yang intoleransi


GI. 42%
baik
dari
populasi
penelitian
menjadi
kelompok
non-patuh
dengan
terapi obat
dan
menunjuk
kan
respon yang
buruk
terhadap
terapi.

D. Peran dan fungsi perawat dalam sistem hematologi


Peran Perawat pada kasus gangguan sistem hematologi pada klien dewasa:
Perawat memiliki peran yaitu mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang diberikan
secara langsung dan komprehensif kepada klien dewasa dengan gangguan sistem hematologi.
Dalam memberikan asuhan keperawaatan, perawat memperhatikan beberapa aspek, yaitu
meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Beberapa aspek tersebut harus
perawat perhatikan ketika perawat menjalankan proses keperawatan, yaitu melakukan
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kepada pasien
dewasa gangguan hematologi.
Pasien dewasa dengan gangguan sistem hematologi dapat diatasi dengan peran seorang
perawat, dengan catatan seorang perawat diharapkan mempertahankan serta meningkatkan
kerjasama yang baik dengan klien dan keluarga maupun petugas kesehatan yang lainnya, agar
asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan optimal dan masalah keperawatan dapat teratasi.
Melakukan pendidikan kesehatan, advokasi, dan melakukan intervensi keperawatan juga
merupakan peran perawat untuk pasien dewasa pada kasus gangguan hematologi, dalam hal
ini perawat juga harus memperhatikan aspek legal dan etis. Peran perawat pada kasus dengan
gangguan sistem hematologi pada klien dewasa yaitu dengan cara melakukan asuhan
keperawatan terhadap klien.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mengumpulkan data
melalui wawancara, rekam medik dan pemeriksaan fisik pasien contoh pada pasien
DBD menanyakan keluhan pasien, melakukan TTV dan melakukan pemeriksaan
darah pada pasein apakah mengalami penurunan atau tidak.
2. Diagnosa
Menentukan Diagnosa keperawatan seperti hipertermi berhubungan dengan resiko
defisit volume cairan, perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat sesuai hasil dari pemeriksaan pasien.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah perencanaan tindakan yang harus dilakukan perawat setelah
mengetahui diagnose keperawatan yang tepat seperti memantau keadaan umum
pasienkhususnya memantau suhu, berikan kompres air biasa untuk membantu
menurunkan demam, anjurkan pasienuntuk menggunakan pakaian yang tipis dan
mudah menyerap keringat untuk meningkatkan penguapan panas, anjurkan
pasienuntuk banyak minum 1500-2000 cc/hari untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang akibat penguapan dari peningkatan suhu tubuh dan lain-lain.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang harus dilakukan pada pasien sudah sesuai dengan
perencanaan, pada diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi virus dengue(viremia), resiko defisit volumecairan berhubungan dengan
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler trombositopenia. dan resiko
perdarahan berhubungan dengan.
5. Evaluasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam dari ketiga
masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien telah teratasi. Atau beberapa
asuhan keperawatan belum teratasi dan muncul masalah keperawtan baru.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia selama kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu untuk menghadapi
kehilangan darah dan membuatnya rentan terhadap infeksi. Anemia juga dapat menimbulkan
hipoksia fetal dan persalinan prematur. Bahaya terhadap janin, sekalipun tampaknya janin
mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya Anemia kemampuan
metabolisme tubuh akan berkurang sehinga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim akan terganggu.
2. Saran
 Bagi Penulis
• Tugas Makalah ini masih menggunakan sumber nasional saja sehingga perlu lebih
memperluas sumber penelitian sehingga dapat mengembangkan lebih lagi
penelitiannya.
• Tugas Makalah masih banyak kekurangan sehingga menajdi acuan untuk penulis
menyempurnakan kedepannya hasil karya tulis sehingga menjadi lebih sempurna
lagi.
 Bagi Pembaca
Tugas Makalah ini masih bayak kurang dan salahnya maka Kritik dan saran sangat
membangun bagi penulis
DAFTAR PUSTAKA
Schwart E. Iron deficiency anemia. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB
SB, editors. Nelson Textbook of Pediatrics (18th ed). Philadelphia: Saunders,
2007; p. 1469-71.
Amalia A, Tjiptaningrum A. Diagnosis dan tata- laksana anemia defisiensi besi
diagnosis and management of iron deficiency anemia. Majority. 2016;5:166-9.
Raspati H, Reniarti LSS. Anemia defisiensi besi. In: Permono HB, Sutaryo,
Ugra- sena IDG, Windiastuti EA, Salam M, editors. Buku Ajar Hematologi
Onko- logi Anak. Jakarta: BPIDAI, 2005; p. 30-43.

Anda mungkin juga menyukai