Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA

“KONSEP KEMATIAN KEHILANGAN DAN BERDUKA”

DISUSUN OLEH:
1. Siska Lniza (2114201153)
2. Sucia Agresti (18101050122)
3. Dewi Rahmawati (2114201120)
4. Jara Azrina (2114201129)
5. Falensia (2114201123)
6. Harummia Qorizah (2114201126
7. Elsa Marta Julita (2114201121)
8. Mutiara Geni (2114201134)
9. Nofra Atesa Lilvouza (2114201136)
10. Anisa Nabila Putri (2114201112)

DOSEN PEMBINGBING :
Ns. Weni Mailita,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT,karna berkat rahmat dan karuni-
anya yang telah diberikan,saya dapat menyusun makalah mengenai “Konsep kematian kehi-
langan dan berduka”.makalah yang saya susun bertujuan agar para pembaca dapat lebih
memahami mengenai konsep kematian kehilangan dan berduka. Semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses belajar dan dalam kehidupan se-
hari-hari khususnya dibidang keperawatan.
Dari lubuk hati yang paling dalam,saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sem-
purna.Oleh sebab itu,kritik dan saran membangun sangat kami harapkan.tak lupa saya ucap-
kan terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan masukan dalam membuat
makalah ini,serta semua yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini.
Amin.                                                                                   

Padang, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar belakang................................................................................................................3
B. Rumusan masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan penulisan............................................................................................................4
D. Manfaat..........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
A. KEMATIAN....................................................................................................................4
B.KEHILANGAN..................................................................................................................5
C.BERDUKA.........................................................................................................................7
BAB III......................................................................................................................................9
PENUTUP.................................................................................................................................9
A. Kesimpulan........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan
berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu yang kurang enak
atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan atau disekitarnya. Pandangan-pandangan
tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menju-
rus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno,
2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan, perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam kon-
teks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur barat, ketika
klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan ke-
matian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian
besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan duka
cita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan duka cita. Ketika merawat klien dan
keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga perawat
berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, ni-
lai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan Konsep Kematian, Kehilangan Dan Berduka?

C. Tujuan penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui arti kehilangan, kematian dan berduka

D. Manfaat
 Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta memahami konsep kematian, kehi-
langan dan berduka
 Bagi Instansi Kesehatan
Penyusunan makalah ini dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pengetahuan
terhadap konsep kematian, kehilangan dan berduka
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi kematian

Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dialami manusia, yang dimana pema-
haman akan kematian mempengaruhi sikap dan tingkah laku secara tiba-tiba. Sekarat (Dy-
ing) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi kematian, yang memiliki
berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Kematian (death) secara klinis merupakan kondisi terhentinya:
 Pernapasan,
 Nadi, dan tekanan darah
 Hilangnya respons terhadap stimulus eksternal
 Ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti, atau juga dapat dikatakan terhentinya
fungsi jantung dan paru secara menetap.
Dying dan death memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada tahap kehilan-
gan dan berduka sesuai dengan tahapan Kubler Ross, yaitu diawali dengan penolakan, ke-
marahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan (Fitriani, 2016).
- Tanda-tanda klinis menjelang kematian
1. Kehilangan tonus otot di tandai:
 Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun
 Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya refleks menelan
 Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal ditandai dengan :nausea, muntah, perut
kembung,obstipasi dsb
 Penurunal control spinkter urinaria dan rectal • Gerakan tubuh yang terbatas (Fitri-
ani, 2016)
2. Kelambatan dalam sirkulasi, di tandai :
 Kemunduran dalam sensasi
 Cyanosis pada daerah ekstermitas
 Kulit dingin,pertama kalipada daerah kaki,kemudian tangan,telinga dan hidung (Fitri-
ani, 2016)
3. Perubahan pada tanda-tanda vital :
 Nadi lambat dan lemah
 Tekanan darah turun
 Pernapasan cepat ,cepat dangkal dan tidak
4. Gangguan sensoria :
 Penglihatan kabur
 Gangguan penciuaman dan perabaan (Fitriani, 2016)
B. Definisi Kehilanga
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
baik sebagian atau keseluruhan. Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cen-
derung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda (Fitriani, 2016).
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan meru-
pakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak
ada, baik sebagian atau seluruhnya (Fitriani, 2016).
- Factor-faktor yang mempengaruhi kehilangan
1. Kehilangan seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti
adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan,
yang mana harus ditanggung oleh seseorang (Fitriani, 2016).
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keinti-
man, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan
suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat
ditutupi (Fitriani, 2016).
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseo-
rang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik
dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin se-
mentara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari
seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh (Fitriani,
2016).
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, per-
hiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda
yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut (Fitriani, 2016).
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk
dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara per-
manen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru (Fitriani, 2016).
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang
berespon berbeda tentang kematian (Fitriani, 2016).
- Jenis-jenis kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
a) Kehilangan seseorang yang dicintai ( ACTUAL LOSS ) Kehilangan seseorang yang
dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling
membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditang-
gung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang
dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang
ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional
yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi. Contoh : kehilangan anggota badan , ke-
hilngan suami/ istri , kehilangan pekerjaan.
b) Kehilangan yang ada pada diri sendiri ( LOSS OF SELF ) Bentuk lain dari kehilangan
adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini
meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental,
peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin semen-
tara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari
seseorang. Contoh : misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi
tubuh.
c) Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik
sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan
benda tersebut.
d) Kehilangan lingkungan yang dikenal Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari
lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga
dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Contoh : pindah kekota
lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
e) Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik secara
perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada ke-
matian yang sesungguhnya.
- Dampak kehilangan
1. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang,
kadang akan timbul regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan ke-
sepian.“Lahir sampai usia 2 tahun” Tidak punya konsep tentang kematian. dapat men-
galami rasa kehilangan dan dukacita. Pengalaman ini menjadi dasar untuk berkem-
bangnya konsep tentang kehilangan dan dukacita.”2 sampai 5 tahun”Menyangkal ke-
matian sebagai suatu proses yang normal. Melihat kematian sebagai sesuatu dapat
hidup kembali. Mempunyai kepercayaan tidak terbatas dalam kemampuannya untuk
membuat suatu hal terjadi.“5 sampai 8 tahun”Melihat kematian sebagai akhir, tidak
melihat bahwa kematian akan terjadi pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang
menakutkan. Mencari penyebab kematian. “8 sampai 12 tahun”Memandang kematian
sebagai akhir hayat dan tidak dapat dihindari. Mungkin tak mampu menerima sifat
akhir dari kehilangan. Dapat mengalami rasa takut akan kematian sendiri.
2. Pada masa remaja atau dewas muda, kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi
dalam keluarga.Remaja Memahami seputar kematian, serupa dengan orang dewasa.
Harus menghadapi implikasi personel tentang kematian. Menunjukkan perilaku
berisiko. Dengan serius mencari makna tentang hidup lebih sadar dan tentang masa
depan.
3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi
pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang diting-
galkan.

C. Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifes-
tasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka di-
antisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilan-
gan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidak-
mampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang respon-
nya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, ob-
jek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan. (Fitriani, 2016)
- Jenis-jenis berduka dalam kematian
 Berduka Normal, terdiri atas perasaan, perilaku dan reaksi yang normal terhadap kehi-
langan, misalnya kesedihan, kemarahan, menangis dan menarik diri dari aktifitas un-
tuk sementara.
 Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri dari muncul sebelum kehilangan
atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya ketika menerima diagnosa termi-
nal.
 Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,
yaitu tahap keduaan normal.
 Berduka tertutup, yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak dapat diakui secara
terbuka. Misalnya, kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian
orang tua (Fitriani, 2016)
- Respon berduka seseorang terhadap kehilangan
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap
berikut(Kubler-Ross, dalam Potter dan Perry,1997) Penerimaan depresi tawar menawar
marah pengingkaran. Tahap tersebut Antara lain :
a) Tahap Pengingkaran. Reaksi individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya, ataua mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar- benar terjadi.Reaksi
fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan per-
nafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak tahu
harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beber-
apa tahun.
b) Tahap Marah. Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul
sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri .Orang yang mengalami
kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, meny-
erang orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak
berkompeten. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, denyut nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya.
c) Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan
terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus
atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat dicegah.Individu mungkin
berupaya untuk melakukan tawarmenawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
d) Tahap depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-
kadang bersikap sangat menurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak
berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik ditunjukkan antara
lain menolak makan, susah tidur, letih, dan lain-lain.
e) Tahap Penerimaan. Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
Pikiran yang selalu berpusat pada objek yg hilang akan mulai berkurang atau bahkan
hilang. Perhatiannya akan beralih pada objek yg baru.Apabila individu dapat memulai
tahap tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri
proses kehilangan secara tuntas.Kegagalan untuk masuk ke proses ini akan mempen-
garuhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
- Tindakan pada pasien menghadapi kehilangan
1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya, dengan cara
 Mendorong pasien untuk mengungkapkan persaan berdukanya
 Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang kenyataan dan kehilangan
apabila sudah siap secara emosional.
 Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi
rasa dengan cara:
a) Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat apa yang dikatakan oleh pasien
tanpa menghukum atau menghakimi.
b) Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut dapat terjadi pada orang yang men-
galami kehilangan
c) Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan
dan kematian dengan cara:
d) Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang sudah dimengerti, jelas dan tidak
bebelit belit. .
e) Mengamati dengan cermat respon pasien selama berbicara
f) Meningkatkan kesadaran secara bertahap tahap marah mengizinkan dan mendorong
pasien untuk mengungkapkan rasa marah secara verbal tanpa melawan dengan ke-
marahan (Fitriani, 2016)
2. Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan taku dengan cara:
 dengan Mendengarkan ungkapan penuh perhatian
 Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa bersalahnya
 Bila pasien selalu mengungkapkan kata ”kalau......” atau ”seandainya....., beritahu
pasien, bahwa bidan hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata
 Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa takutnya. (Fi-
triani, 2016)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan meru-
pakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak
ada, baik sebagian atau seluruhnya. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/
kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini
masih dalam batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pen-
galaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual
maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan Kehilangan dibagi dalam 2 tipe
yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan sese-
orang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek
eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/
meninggal. Elizabeth Kubler- rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase,
yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
B. Saran
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pem-
baca untuk perbaikan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, W. O. (2016). Academia.edu. Diambil kembali dari


https://wwww.academia.edu/12142409/suhan_Kehilangan_dan_Kematian

Gloria M.Bulechek, H. K. (2013). Nursing Interventions Clasification. Jakarta: ELSEVIER.

Putri, R. (2013). ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL. analisis praktik .

Anda mungkin juga menyukai