Anda di halaman 1dari 18

Proses kehilangan, berduka dan perubahan tubuh setelah kematian

serta perawatan jenazah di rumah sakit

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
1. Bunga Indah
2. Maya Oktaviani
3. Rayhani Zharapova
4. Anis Nabila
5. Nabilah Ika HP
6. Sry Mardiyah
7. Tata Nida Efresia
8. Lita Zahara
9.Renita Purwanti
10. Swiska Adelia
11. Surdayini Larasita

DOSEN PEMBIMBING :Khairunnisah, S.Kep.,M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


PRODI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya oleh
anugerah dan kekuasaan Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Proses
kehilangan, berduka dan perubahan tubuh setelah kematian serta perawatan jenazah di rumah
sakit". Adapun penyusunan tugas ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Kebutuhan Dasar Manusia dalam kegiatan pembelajaran di Poltekkes Kemenkes
Palembang Prodi D III Kebidanan Muara enim.

Dalam kesempatan ini, izinkanlah kami untuk mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen
mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia yang telah membimbing kami dalam mengerjakan tugas
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini jauh dari sempurna, Untuk itu kami
harapkan kritik dan saran dari pembaca demi kelancaran selanjutnya. Akhir kata semoga tugas
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khusunya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Muara Enim, November 2022

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB 1...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................................4
A. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................................5
B. TUJUAN................................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
A. KEHILANGAN.......................................................................................................................................6
B. Sebelum Kematian...............................................................................................................................9
C. Setelah Kematian...............................................................................................................................10
D. Asuhan pada klien yang menghadapi kematian...............................................................................11
E. Asuhan pada klien setelah kematian.................................................................................................11
F. Perubahan Tubuh Setelah Kematian.................................................................................................12
G. Perawatan Pada Jenazah...................................................................................................................12
BAB III........................................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan........................................................................................................................................14
B. Saran..................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lahir, kehilangan, menghadapai kematian maupun setelah kematian adalah kejadian yang
universal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang.Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini
lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan


berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses
ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat maupun bidan apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif Kurang memperhatikan perbedaan
persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap
(Suseno, 2004).
Perawat,maupun bidan serta tenaga medis lainya berkerja sama dengan klien yang
mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk menghadapi dan menerima kehilangan.tenaga medis membantu klien untuk memahami
dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat
berlanjut. Kehilangan,menghadapi kematian dan setelah kematian adalah realitas yang sering
terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar tenaga medis berinteraksi dengan
klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami
kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat maupun bidan juga
mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena
perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman

4
pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat maupun bidan dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep kehilangan menghadapi kematian dan Setelah kematian?

2. Bagaimana asuhan pada klien yang kehilangan menghadapi kematian dan setelah
kematian?

3. Mengetahui Perubahan Tubuh Manusia Setelah Kematian

4. Mengetahui Perawatan jenazah di rumah sakit

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui konsep kehilangan menghadapi kematian


Dan setelah kematian.
2. Untuk mengetahui asuhan pada klien yang mengalami kehilangan menghadapi
kematiandan setelah kematian?
3. Untuk mengetahui dari perubahan tubuh manusia setelah kematian
4. Untuk mengetahui perawatan jenazah di rumah sakit

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEHILANGAN
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau keseluruhan.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,
1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak
ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu
keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehilangan yaitu:

 Kehilangan seseorang yang dicintai


Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah
salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe tipe kehilangan, yang
mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian

6
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa
dan tidak dapat ditutupi.

 Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)


Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari
aspek diri mungkin sementara atau menetap sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain
yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda,
fungsi tubuh.Kehilangan objek eksternal kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan
milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka
yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan
benda tersebut.

 Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal


Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk
dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara
permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan
proses penyesuaian baru.

 Kehilangan kehidupan meninggal


Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan
dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang
berespon berbeda tentang kematian.

Dampak kehilangan:
 Masa anak anak, mengancam kemampuan untuk berkembang, merasa
takut saat ditinggalkan atau bila dibiarkan kesepian
 Masa remaja, dapat menimbulkan disintegrasi dalam keluarga
 Masa dewasa, kehilangan karena kematian pasangan hidup, dapat menjadi
pukulan yang sangat berat dan kehilangan semangat hidup individu yang ditinggalkan.

7
Fase Kehilangan:
Denial--Anger --Bergaining --Depresi -Acceptance
1. Fase Denial Pengingkaran • Reaksi pertama adalah syok. tidak mempercayai kenyataan.
Verbalisasi; "itu tidak mungkin", "saya tidak percaya itu terjadi"
Perubahan fisik;letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,detak jantung
cepat, menangis, gelisah

2. Fase Anger/ Marah


 Mulai sadar akan kenyataan
 Marah di proyeksikan pada orang lain
 Reaksi fisik,maka merah, nadi cepat, gelisah susah tidur, tangan mengepal
 Perilaku agresif

3. Fase bergaining/tawar menawar


Verbalisasi, "kenapa harus terjadi pada saya? "kalau saja yang sakit bukan saya,
scandainya saya hati-hati"

4. Fase depresi
 Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa
 Gejala:menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun

5. Fase acceptance / Menerima


 Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
 Verbalisasi."apa yang harus saya lakukan agar saya sembuh". "yeah.akhirnya saya
harus operasi.

8
Tindakan Bidan pada setiap Fase Kehilangan:
1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara :
 Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya.
 Meningkatkan kesabaran pasien, secara bertahap, tentang kenyataan dan
kehilangan apabila sudah siap secara emosional.

2. Menunjukan sikap menerima dengan ikhlas kemudian mendorong pasien untuk Berbagi
rasa dengan rasa:

 Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat mengenai apa yang dikatakan
oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa sikapnya dapat timbul pada siapapun yang
mengalami kehilangan.

3. Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit Pengobatan
dan kematian dengan cara :
 Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti,jelas, dan
tidak berbelit-belit.
 Mengamati dengan cermat respons pasien selama berbicara.
 Meningkatkan kesadaran dengan bertahap.

Tindakan pada pasien dengan tahap kemarahan:

Mengizinkan dan mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal
tanpa melawannya kembali dengan kemarahanya.Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa
sebenamya kemarahan pasien tidak di tunjukan kepada merka.

 Memberikan kesempatan atau mengizinkan pasien untuk menangis


 Mendorong pasien untuk menyampaikan rasa marahnya

B. Sebelum Kematian

Sekara (Dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.

Kematian (death) secara klinis merupakan kondisi terhentinya:

 pernapasan,

 nadi, dan tekanan darah

9
 hilangnya respons terhadap stimulus eksternal

 ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti,atau juga dapat dikatakan terhentinya fungsi
jantung dan paru secara menetap.

Dying dan death memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada tahap kehilangan
dan berduka sesuai dengan tahapan Kubler Ross, yaitu diawali dengan penolakan, kemarahan,
tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

Tanda-tanda klinis menjelang kematian

Kehilangan tonus otot di tandai:

 Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun


 Kesulitan dalam berbicara,proses menelan dan hilangnya Penurunan kegiatan traktus
gastrointestinal ditandai dengan O < :nause,muntah,perut kembung,obstipasi dsb
 Penurunal control spinkter urinaria dan rectal
 Gerakan tubuh yang terbatas

Kelambatan dalam sirkulasi, di tandai :

 Kemunduran dalam sensasi


 Cyanosis pada daerah ekstermitas
 Kulit dingin,pertama kalipada daerah kaki,kemudian tangan, telinga dan hidung

Perubahan pada tanda-tanda vital:

 Nadi lambat dan lemah Tekanan darah turun Pernapasan cepat,cepat dangkal dan tidak

Gangguan sensoria:

 Penglihatan kabur :

 Gangguan penciuaman dan perabaan

C. Setelah Kematian
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.

10
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan

berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum

terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya
dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial. hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan,

D. Asuhan pada klien yang menghadapi kematian


Menginformasikan kepada keluarga
Bidan terhadap keluarga :

 Dengarkan ekspresi keluarga


 Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenasah beberapa saat
 Siapkan ruangan khusus untuk berduka
 Bantu keluarga untuk membuat keputusan dan perencaan pada jenasah
 Beri dukungan bila terjadi disfungsi berduka

E. Asuhan pada klien setelah kematian

Tindakan Pada Pasien Menghadapi Kehilangan/Berduka :

1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya, dengan


cara Mendorong pasien untuk mengungkapkan persaan berdukanya
Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang kenyataan dan
kehilangan apabila sudah siap secara emosional.

 Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan mendorong pasien untuk


2. Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut dapat terja berbagi rasa dengan
cara:

 Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat apa yang dikatakan oleh
pasien tanpa menghukum atau menghakimi. di pada orang yang
mengalami kehilanga

11
3. Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan dan kematian dengan cara:
 Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang sudah dimengerti, jelas
dan tidak bebelitbelit.
 Mengamati dengan cermat respon pasien selama berbicara.
 Mengizinkan dan mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa marah
secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.

4. Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan cara:
 Dengan Mendengarkan ungkapan penuh perhatian Mendorong pasien
untuk membicarakan rasa takut atau rasa bersalahnya.
 Bila pasien selalu mengungkapkan kata "kalau... atau "seandainya.....
beritahu pasien, bahwa bidan hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata.
 Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa
takutnya.

Tahap Depresi:

Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut dengan cara:

 Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas Perasaannya.


 Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat resikonya

F. Perubahan Tubuh Setelah Kematian

Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya rigor mortis (kaku)
dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor mortis (dingin) suhu tubuh perlahan-lahan
turun, dan post mortem decomposition yaitu terjadi livor mortis pada daerah yang tertekan serta
jaringan melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri.

G. Perawatan Pada Jenazah :

 Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis

 Singkirkan pakaian atau alat tenun

 Lepaskan semua alat kesehatan

 Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda

 Tempatkan kedua tangan jenazah diatas abdomen dan ikat pergelangannya (tergantung
dari kepercayaan dan agama) Tempatkan satu bantal di bawah kepala
12
 Tutup kelopak mata, jika tidak ada tutup bisa dengan kapas basah

 Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat

 letakkan gulungan handuk dibawah dagu

 Letakkan alas dibawah glutea Tutup sampai sebatas bahu. kepala ditutup dengan kain
tipis

 Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga

 Beri kartu atau tanda pengenal

 Bungkus jenazah dengan kain panjang

BAB III

PENUTUP

13
A. Kesimpulan

Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika
terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian
atau keseluruhan.

Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang
enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.

Sekarat merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi kematian, yang mamiliki
berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.. Kematian (death) secara klinis merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi. dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti, atau juga dapat dikatakan
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Dying dan death memiliki proses atau
tahapan

yang sama seperti pada tahap kehilangan dan berduka sesuai dengan tahapan

Kubler Ross, yaitu diawali dengan penolakan, kemarahan, tawar-menawar.

depresi dan penerimaan.

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan

yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah

tidur, dan lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada
dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,

Hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan.


Tipe ini masih dalam batas normal.

B. Saran

14
1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan Klien

pada saat itu.

2. Dalam perumusan diagnosa asuhan, harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan maslow
ataupun kegawatan dari masalah. 3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan asuhan, baik
yang kritis

maupun yang tida

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan
Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

15
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawan Psikiatri, Pedoman Untuk
Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

stikes.fortdekock.ac.id

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

SOAL

1.Fase kehilangan yang benar adalah


a. Denial-anger-depression-bargaining
b. Denial-depression-angger
c. Denial-anger-bargaining-depression-acceptance
d. Anger-denial-acceptance

16
e. Angger-denial

2.Menurut teori rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 yaitu ?


_a. Penginderaan,konfrotasi, akomodasi _
b. Menangis,akomodasi,berduka
c. Penginderaan konfrontasi, aktualisasi
d. Akomodasi,menangis
e. Konfrontasi,akomodasi,menangis

3.Seorang laki-laki usia 34 tahun, dikunjungi oleh perawat puskesmas karena mengurung diri
dikamar sejak 1 bulan, menolak mandi dan sering bucara sendiri. Hasil pengkajian kontak
mata kurang, hanya mengangguk dan menggelengkan kepala saat ditanya Keluarga
mengatakan pasien merasa harga dirinya rendah setelah bercerai dengan istrinya.
Apakah tujuan tindakan keperawatan pada kasus diatas?
a. Pasien mampu menjaga kebersihan diri
b. Pasien mampu mengontrol halusinansinya)
c. Pasien mampu melakukan interaksi
d. Pasien tetap mampu berorientasi pada realita
e. Pasien menunjukkan perilaku meningkatnya harga diri dari reaksi berduka adalah

4,Fase-fase dari reaksi berduka adalah


a. Fase pengingkaran (denial)
b. Fase marah (anger)
c. Fase tawar-menawar (bargaining) d. Fase menerima (acceptance)
e. Semua jawaban benar

5.Kategori kehilangan dapat dikelompokkan kedalam 5 kategori dibawah ini, kecuali


a. Kehilangan hidup
b. Kehilangan aspek diri
e. Kehilangan orang terdekat
d. Kehilangan barang milik pribadi
c. Kehilangan objek eksternal

6. Perilaku yang menandakan duka cita mal adaptif dibawah ini, kecuali
a. Aktivitas berlebihan tanpa rasa kehilangan
b. Perubahan dalam hubungan dengan teman dan keluarga c. Permusuhan terhadap orang tertentu
d. Memperoleh pengalaman perasaan bersedih
e.Depresiagitasi,insomnia.perasaan tidak berharga, rasa cemas

7. Berikut adalah faktor predisposisi yang mempengaruhi reaksi kehilangan adalah, kecuali
a. Genetic
b. Kesehatan fisik
c. Kehilangan objek eksternal

17
d. Kesehatan mental jiwa
e. Pengalaman kehilangan dari masa lalu

8.Pasien mengatakan" sekarang saya sudah dapat menerima kehilangan suami saya suster,
mungkin inilah jalan terbaik buat suami saya suster."semoga suami saya mendapatkan tempat
yang terbaik di sisiNya. Ungkapan tersebut menAndakan bahwa pasien sudah mampu...

A. Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien


B. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya
C. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
D. Memanfaatkan faktor pendukung
E. Membina hubungan saling percaya

9. Pasien diajarkan untuk selalu bergaul dengan orang disekitarnya untuk membantu mengurangi
kehilangan yang dialami. Adalah cara dilakukan melalui ...
A. Verbal (mengungkapkan perasaan)
B. Fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
C. Sosial (berbagi dengan teman)
D. Spiritual (berdoa, berserah diri)
E. Non verbal

10. Keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien kehilangan ditandai dengan kemampuan
pasien untuk...
A. Mengungkapkan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang normal dan perilaku
yang berhubungan dengan tiap-tiap tahap berduka dan kehilangan
B. Mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan secara
berlebihan.
C. Menunjukkan perilaku-perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka
D. Ketidakmampuan untuk melaksanakan aktifitas aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.

18

Anda mungkin juga menyukai