Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KONSEP KEHILANGAN”
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KDK

Di susun oleh :

REPPY BARKAH RAHAYU

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KOTA TASIKMALAYA
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Illahi Robbi karena atas limpahan Rahmat
dan Hidayah_Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ KONSEP
KEHILANGAN”. Untuk kepentingan mencari sumber dalam menyusun makalah ini, kami
menggunakan media elektronik serta buku tentang “KDK”.
Pada waktu penyusunan makalah ini kami mengalami beberapa hambatan
di antaranya:
1. Sulit menemukan waktu yang tepat untuk membuat makalah
2. Sulit mendapatkan sumber
3. Kurangnya kekompakan dalam tim
Tetapi semua itu dapat kami atasi dengan adanya bantuan orang-orang di dekat kami.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Tatang Kusmana, S.Kep. Ners., selaku dosen KDK
2. Orangtua yang senantiasa mendukung kami
3. Rekan-rekan yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun
bagi pembaca. Amien

Tasikmalaya, Februari 2014

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Permasalahan ................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Kehilangan ....................................................................... 3
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan................ 4
C. Tipe Kehilangan.............................................................................. 5
D. Jenis – Jenis Kehilangan................................................................. 5
E. Rentang Respon Kehilangan........................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG MASALAH


Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat
universal dan unik secar individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan pencapaian. Seorang
anak yang mulai belajar berjalan mencapai kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia
dengan perubahan fisual dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan – dirinya. Penyakit
dan perawatan di rumah sakit sering melibatkan berbagai kehilangan.
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka
merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk
dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari
yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit
demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk
mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan
persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap
(Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks
kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka
akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika

1
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian ( Potter & Perry, 2005 ).

1.2  PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang kami angkat dari masalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kehilangan.

1.3  TUJUAN
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah
a.       Tujuan Umum
-          Mengetahui konsep kehilangan
-          Mengetahui asuhan keperawatan pada kehilangan
b.      Tujuan Khusus
-          Mengetahui jenis – jenis kehilangan
-          Mengetahui factor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  DEFINISI KEHILANGAN


Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian ( Potter & Perry, 2005).
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa
kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert
dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan adalah penarikan sesuatu dan atau seseorang stau situasi yang berharga /
bernilai , baik sebagai pemisahan yang nyata maupun yang diantisipasi.
Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang membutuhkan adaptasi melalui
proses berduka. Kehilangan terjadi apabila sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi di
temui,diraba,didengan,diketahui,atau dialami. Tipe dari kehilangan mempengaruhi tingkat
distress. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distress yang sama ketika
kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Namun demikian setiap individu berespon
terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang anggota keluarga mungkin menyebabkan
distress lebih besar dibandingkan kehilangan hewan peliharaan, tetapi bagi seseorang yang hidup
sendiri kematian hewan peliharaan menyebabkan distres emosional yang lebih besar dibanding
dengan sodaranya yang sudah tidak pernah ketemu selama bertahun-tahun. Tipe kehilangan

3
penting artinya untuk proses berduka : Namun perawat harus mengenali bahwa setiap interpretasi
seseorang tentang kehilangan sangat bersifat individualistis.
Kehilangan dapat bersifat actual atau dirasakan. Kehilangan yang bersifat actual dapat
dengan mudah di identifikasikan, misalnya seorang anak yang teman sepermainnya pindah
rumah atau seorang dewasa yang kehilangan pasangan akibat bercerai. Kehilangan yang
dirasakan kurang nyata dan daapat di salah artikan, seperti kehilangan kepercayaan diri atau
prestise. Makin dalam makna kata yang hilang, maka makin besar rasa kehilangan tersebut.
Klien mungkin mengalami kehilangan maturasional ( Kehilangan yang diakibatkan oleh transisi
kehidupan normal untuk pertama kalinya ), Kehilangan situasional ( Kehilangan yang terjadi
secara tiba-tiba dalam merespon kejadian eksternal, spresifik, seperti kematian mendadak orang
yang dicintai ), atau keduanya. Anak yang mulai belajar berjalan kehilangan citra tubuh semasa
bayinya, wanita yang menopause kehilangan kemampuan untuk mengandung, dan seorang pria
yang tidak bekerja mungkin kehilangan harga dirinya.

2.2  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KEHILANGAN


a.       Perkembangan .
- Anak- anak.
* Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
* Belum menghambat perkembangan.
* Bisa mengalami regresi
- Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup,
menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
b. Keluarga.
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya menunjukan
sikap kuat, tidak menunjukan sikap sedih secara terbuka.
c. Faktor Sosial Ekonomi.
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, beraati
kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi.Dan hal ini bisa
mengganggu kelangsungan hidup.

4
d. Pengaruh Kultural.
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’ menganggap kesedihan
adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan
tidak ditunjukan pada orang lain. Kultur lain menggagap bahwa mengekspresikan kesedihan
harus dengan berteriak dan menangis keras-keras.
e. Agama.
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian
sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian.
f. Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock dan
tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa kematian akibat
kecelakaan
diasosiasikan dengan kesialan.

2.3 TIPE KEHILANGAN


Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu :
1. Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti / di cintai
2. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.

2.4 JENIS – JENIS KEHILANGAN


Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:
a.       Kehilangan Objek Eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi using,
berpindah tempat, di curi,atau rusak karena bencana alam. Bagi seorang anak benda tersebut
mungkin berupa boneka atau selimut, begi seorang dewasa mungkin berupa perhiasan atau
aksesori pakaian. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang
bergantung pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang dimilikinya, dan
kegunaan dari benda tersebut.

5
b.      Kehilangan Lingkungan Yang Telah Dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal mancakup
meninggalkan lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu atau kepindahan secara
permanen. Contohnya termasuk ke kota baru, atau perawatan di rumah sakit. Kehilangan
melalui perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal dapat terjadi melalui situasi
maturasional, misalnya ketika seorang lansia pindah keruang perawatan, atau situasi
situasional, contohnya kehilangan rumah akibat bencana alam atau mengalami cedera atau
penyakit.
c.       Kehilangan Orang Terdekat
Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung guru,pendeta,
teman, tetangga, dan rekan kerja,. Artis atau atlet yang terkenal mungkin menjadi orang
terdekat bagi orang muda. Riset telah menunjukan bahwa banyak orang menganggap hewan
peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan , pindah,
melarikan diri, promosi di tempat kerja, dan kematian.
d.      Kehilangan Aspek Diri
Kehilangan aspek diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologi, atau psikologis.
Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata, rambut, gigi, payudara.
Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan control kandung kemih atau usus,
mobilitas, kekuatan , atau fungsi sensoris. Kehilangan Fungsi psikologis termasuk kehilangan
ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri, kekuatan, respek, atau cinta. perkembangan,
atau situasi. Kehilangan seperti ini dapat menurunkuan kesejahteraan individu,. Orang
tersebut tidak hanya mengalami kedukaan,akibat kehilangan, tetapi juga dapat mengalami
perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
e.       Kehilangan Hidup
Doka ( 1993 ) menggambarkan respons terhadap penyakit yang mengancam hidupke dalam 4
fase. Fase prediagnostik terjadi ketika di ketahui ada gejala klien atau factor resiko penyakit.
Fase akut berpusat pada krisisdiagnosis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusan,
termasuk medis interpersonal, psikologis seperti halnya cara menghadapi awal krisis
penyakit. Dalam fase kronis klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya, yang
sering melibatkan serangkaian krisis yang di akibatkannnya. Akhirnya terjadi pemulihan atau
fase terminal. Kadang dalam fase akut atau kronis seseorang dapat mengalami pemulihan.

6
Klien yang mengalami fase terminal ketika kematian bukan lagi halnya kemungkinan,tetapi
itu sudah pasti terjadi. Pada setiap hal dari penyakit ini klien dan keluarga dihadapkan
dengan kehilangan yang beragam dan terus berubah.

2.5 RENTANG RESPON KEHILANGAN


Denia l—–> Anger —–> Bergaining ——> Depresi ——> Acceptance
         Fase Denial ( menyangkal )
Menyangkal adalah respons segera terhadap kehilangan baru atau kehilangan yang
mengancam.
Respon fisiologis dapat mencakup kelemahan muscular, tremor, menghela napas, ruam kulit,
atau dingin dan pucat, berkeringat banyak, anoreksia, dan ketidaknyamanan.
Implikasi Keperawatan: Dukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan.
Tawarkan diri untuk tetap bersama klien, tanpa mendiskusikan alas an perilaku atau
kebutuhan untuk mengatasi, kecuali klien mengawalinya. Tawarkan klien perawatan dasar
seperti makanan, minuman, oksigensi, kenyamanan, dan keamanan.
         Fase Anger atau Marah
Individu mengekspresikan marah dan di tunjukan kepada keluarga, staf perawta, dokter, atau
yang maha kuasa. Yang kedua dapa mengekspresikan marah yang di tunjukan pada orang
yang mati. Marah dapat mencetuskan rasa bersalah dan mengarah pada ansietas dan
menurunkan harga diri.
Implikasi Keperawatan: Berikan pedoman antisipasi tentang perasaan dan intensitasnya yang
mereka alami sebagai bagian dari kedukaan. Fokuskan terutama poada kemarahan,Jangan
mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien. Penuhi kebutuhan yang menyebabkan
respons marah. Berikan dorongan kepada klien dan keluarganya untuk mengekspresikan
perasaan mereka.
         Fase Bergaining ( Tawar Menawar )
Individu berkeinginan untuk melakukan apa saja untuk menghindari kehilangan atau
mengubah prognosis atau nasib.Individu membuat penawaran dengan yang maha kuasa.
Individu menerima bentuk terapi baru.
Implikasi Keperawatan: Beriakan informasi yang di perlukan untuk membuat keputusan.

7
         Fase Depresi
Realitas dan sifat katetapan dari kehilangan telah dikenali. Kebingungan, kurang motivasi,
tidak menunjukan minat, tidak membuat keputusan, dan menangis adalah umum. Menarik
diri dari hubungan dan aktivitas sering terjadi. Individu dapat menjadi pendiam dan tidak
komunikatif. Timbul perasaan kesepian, Mulai mengenang tentang masa lalu dan benda yang
hilang. Individu kehilangan minat dalam pena,pilan. Individu melakukan bunuh diri,atau
berperilaku tidak sehat seperti penggunaan obat secar berlebihan.
Implikasi Keperawatan: Berikan dukungan dan empati. Dukung menangis dengan
memberikan sentuhan yang mengomunikasikan kepedulian. Mendengarkan dengan penuh
perhatian, mengkaji resiko yang membahayakan diri dan rujuk ke tetangga professional
kesehatan mental jika di perluklan.
         Fase Akomodasi
Individu menerima kehilangan dan kematian dan mulai merencanakan hal tersebut. Individu
dapat berbagi perasaan tentang kehilangan. Mengenang kejadian masa lalu, Terjadi periode
depresi, waktu yang baik untuk mulai membandingkan dengan waktu buruk. Hidup mulai
menjadi stabil.
Implikasi Keperawatan: Berikan kesempatan untuk berbagi perasaan secara verbal, dalam
bentuk tulisan, bentuk seni, atau dengan rekaman. Biarkan dan dorong pengungkapan
sesering yang klien ingin lakukan, tunjukan penerimaan kelabilan perasaan klien, bantu
dalam mendiskusikan rencana masa mendatang.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori
kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang
sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan
kehilangan kehidupan/meninggal.

3.1.   Saran
Perawat harus bisa menyelami lebih dalam perasaan pasiennya guna mendapatkan data-
data yang valid nantinya, karena didalam mencari data pasien dibutuhkan kejelian dan ketepatan
oleh karena itu perawat harus benar-benar memahami konsep kehilangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Perry & Potter. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: Penerbit Kedokteran


Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan
Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman Untuk
Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3.Jakarta : EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai