Kes
Mata Kuliah: Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan
KONSEP BERDUKA
OLEH :
KELOMPOK 5
ZIATUL FAUZIAH 21212003
AINI YATURROFIDAH 21212006
ELISA AWALIA RAMADANI 21212017
ST PUTRI BUNGA 21212039
XAVERIUS MARKUS KAAT 21212043
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan
Rahmat dan Ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Konsep Berduka” ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah mendorong kami untuk menyelesaikan makalah ini
baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Selanjutnya, perlu kami sampaikan bahwa dalam penyusunan makalah
ini mungkin terdapat kesalahan atau kekurangan yang datangnya dari kami
sendiri sebagai manusia, untuk itu kritik dan juga saran senantiasa akan kami
terima demi tercapainya makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi kami
sendiri selaku penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
A. Definisi Berduka...................................................................................
B. Jenis-Jenis Berduka..............................................................................
C. Teori dan Proses Berduka.....................................................................
D. Respons Berduka..................................................................................
E. Tugas Berduka......................................................................................
F. Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Rasa Berduka................................
G. Konsep Tentang Persiapan Selama Berduka........................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang sifatnya unik
bagi setiap inndividual dalam pengalaman hidup.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan
umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk di bicarakan. Hal ini
dapat di sebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari
yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan
dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang
mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bantuan kepada orang
lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang
perawat apabila menghadapi kondisi demikian. Pemahaman dan persepsi
diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif.
Perawat bekerja sama dengan klien yang mengalami berbagai jenis
tipe kehilangan. Mekanisme konsep ini mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk menghadapi dan menerima kondisi.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Pentingnya bagi perawat memahami
kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, perawat juga
mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-keluarga-perawat
berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah
apa itu konsep berduka dan bagaimana teori dari konsep berduka.
C. Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini untuk menjelaskan dan mengetahui konsep
berduka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Berduka
Dukacita adalah respon normal terhadap setiap kehilangan.
Perilaku dan perasaan yang berkaitan dengan proses berduka terjadi pada
individu yang menderita kehilangan seperti kehilangan fisisk atau
kematian teman dekat.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap
kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas,
sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka
diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan
pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun
yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini
masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan
pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,
abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
B. Jenis-Jenis Berduka
1) Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang
normal terhadap kehilangan.Misalnya, kesedihan, kemarahan,
menangis, kesepian, dan menari diri dari aktivitas untuk sementara.
2) Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yang muncul
sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya
terjadi.Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan
memulai proses perpisahan dan menyesuaikan beragai urusan didunia
sebelum ajalnya tiba.
3) Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke
tahap berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung
seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan
orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4) Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat
diakui secara terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS,
anak mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan
anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
D. Respons Berduka
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui
tahap-tahap berikut (Kubler-Ross, dalam Potter dan Perry,1997)
1) Tahap Pengingkaran. Reaksi pertama individu yang mengalami
kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau mengingkarikenyataan
bahwa kehilangan benar-benar terjadi.Reaksi fisik yang terjadi pada
tahap ini adalah letih,lemah,pucat,mual,diare,gangguan
pernafasan,detak jantung cepat,menangis,gelisah,dan sering kali
individu tidak tahu harus berbuat apa.Reaksi ini dapat berlangsung
selama beberapa menit hingga beberapa tahun.
2) Tahap Marah. Pada tahap ini individu menolak kehilangan.
Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau
dirinya sendiri.Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain,
menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak
berkompeten. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah,
denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan
seterusnya.
3) Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran
atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk
membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah
kehilangan tersebut dapat dicegah.Individu mungkin berupaya untuk
melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
4) Tahap depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap
menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat menurut, tidak mau
bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa
muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik ditunjukkan antara lain
menolak makan, susah tidur, letih, dan lain-lain.
5) Tahap Penerimaan. Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan
kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yg hilang akan
mulai berkurang atau bahkan hilang. Perhatiannya akan beralih pada
objek yg baru.Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan
menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses
kehilangan secara tuntas.Kegagalan untuk masuk ke proses ini akan
mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.
E. Tugas Berduka
Tugas 1 : menerima kenyataan akan merasa kehilangan ,tugas 1
mluibatkan proses penerimaan bahwa individu atau objek tersebut
telah pergi dan tidak akan kembali.
Tugas 2 : melewati rasa nyeri akan berduka , individu memberikan
reaksi berupa kesedihan ,kesendiriaan ,keputusasaan, atau penyesalan
dan akan bekerja melalui perasaan nyeri dengan mengguna kan
mekanisme adaptasi paling di kenal dan nyaman bagi mereka.
Tugas 3: beradaptasi dengan lingkungan , dimana orang tersebut
meninggal . seorang individu tidak menyadari sepenuhnya dampak
dari rasa kehilangan selama minimal 3 bulan . anggota keluarga atau
teman memberikan sedikit perhatian kepada individu yang merasa
kehilangngan dalam jangka waktu yang sama., sebagaimana akhir dari
rasa kehilangan menjadi kenyataan.
F. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Berduka .
1) Perkembangan manusia , usia klien dan tahap perkembangan
mempengaruhi respon terhadap berduka .sebagai contoh : anak –anak
tidak dapat memahami rasa kehilangan atau kematian, tapi sering
merasakan kecemasan akibat kehilangan objek dan terpisah dari orang
tua.
2) Hubungan personal : ketika rasa kehilangan melibatkan individu lain,
berkualitas dan arti hubungan yang hilang akan mempengaruhi respon
terhadap berduka. Dukungan sosial dalam pemulihan dar rasa
kehilangan dan berduka. Membantu perawat memahami secara lebih
baik damapak dirasa kehilangan pada prilaku kesehatan dan
kesejahteraan klien. Tekanan akbibat kematian yang tidak diharapkan
dan tiba-tiba memberikan tantangan yang berbeda dibanding dengan
kematian karena penyakit kronis.
3) Stress koping : pengalaman hidup memberikan strategi koping yang
digunakan sesorang untuk mengatasi tekanan rasa kehilangan. Ketika
strategi koping yang biasanya tidak berhasil individu memerlukan
strategi yang baru.
4) Status sosial ekonomi : status , sosial ekonomi mempengaruhi
kemampuan sesorang untuk memasukkan dukungan dan sunber daya
untuk beradaptasi dengan rasa kehilangan dan respon fisik terhadap
tekanan. Ketika individu kekurangan sumber daya financial beban
kehilangan menjadi berlipat. Sebagai contoh seorang klien dengan
keterbatasan keuangan tidak dapat mengganti mobil yang rusak akibat
kecelakaaan dan membayar tagihan pengobatanakinat kecelakaan
tersebut.
5) Budaya dan etnik : budaya seseorang dan struktur sosial lainnya
(misalnya keluarga atau keanggotaan keagamaan) mempengaruhi
interpretasi terhadp rasa kehilangan, membangun pengungkapan
berduka yang dapat diterima , serta menyelengarakan stabilitas dan
struktur di tengah kekacauan dan rasa kehilangan.
G. Konsep Tentang Persiapan Selama Berduka
1) Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga dalam Suasana Duka
Berkomunikasi dengan pasien tidaklah mudah. Pengaruh gangguan
fisik beserta penatalaksanaannya maupun kondisi emosi yang
menyertai serta terlalu banyaknya beban fikiran, kemungkinan besar
menyebabkan kurangnya fokus perhatian dalam proses mendengarkan
(sensory overload), gangguan dalam mengolah isi dan makna pesan
( inti pembicaraan) sehingga tidak jarang menimbulkan salah persepsi
dan salah interpretasi sehingga terjadi kesalahan dalam mengambil
keputusan, dan sering kali tidak tersimpan dengan baik dalam daya
ingat (memory) sehingga acapkali menjadi pencetus keretakan
hubungan interpersonal di kemudian hari.
Karena itu berkomunikasi dengan si sakit maupun keluarga harus
berhati-hati. Pertama yang harus diingat, jadilah pendengar yang baik.
Untuk menghindari salah persepsi dan salah mengambil keputusan
seringlah mengulangi isi pesan yang akan dikomunikasikan dengan
kalimat pen dek tapi jelas, dengan contoh yang konkrit dan
diulangulang. Bantuan tulisan , denah/flow chart bahkan gambar
dikertas sangat membantu. Kertas tersebut juga dapat dipakai sebagai
arsip, minimal untuk mengingat kan kembali pembahasan yang
terdahulu.
Komunikasi juga dapat dilakukan secara non-verbal, bahkan lebih
dipercaya daripada komunikasi verbal. Bahasa tubuh penderita,
misalnya perilaku sakit ( pain behavior ) akan lebih mudah dipercaya,
sebaliknya penampilan anggota tim medis yang merawat juga dapat
menimbulkan salah persepsi. Komunikasi dengan si sakit agak
berbeda dengan komunikasi antar teman sejawat ditempat
kerjamisalnya, karena menc akup riwayat sosial atau profil pasien dan
riwayat spiritual. Riwayat sosial atau profil pasien menurut Puchalski
adalah sebagai berikut :
a. Gaya hidup, situasi rumah dan ikatan keluarga (inti)
b. Ikatan dengan orang/keluarga besar/organisasi yang
penting
c. Hal yang terkait dengan keagamaan, kepercayaan
dan nilai hidup (religious & belief system)
d. Kedudukan, fungsi dan situasi pekerjaan
e. Fungsi sosial (social interest/avocation )
f. Stres kehidupan
g. Gaya hidup yang berisiko : merokok, konsumsi
alkohol/zat terlarang
Kebutuhan si sakit akan mudah dapat ditangkap , dianalisis
dan dibahas melalui komunikasi efektif, dimana terdapat persyaratan
jujur dan terbuka (genuiness ), tidak posesif (non possessive love) dan
empati.Ada persyaratan lain yang harus dipenuhi, yaitu menjaga
kerahasiaan. Banyak pasien yang menginginkan kondisi terminalnya
tidak disampaikan kepada keluarganya. Susah memang, tetapi
keinginan ini harusnya dipenuhi sebagai bagian dari etik keperawatan
Aspek medikolegal juga harus diperhitungkan dalam menjaga
kerahasiaan ini. Sebagai contoh, bilamana kematian tetap tidak dapat
dicegah dan jenis maupun kwalitas perawatannya tidak sesuai dengan
harapan keluarga ada kemungkinan ketidak puasan ini dapat menjadi
masalah dikemudian hari.
Komunikasi dua arah antara pasien dan keluarga disatu pihak
dan tim medis dip ihak lain harus dapat menyimpulkan kondisi fisik
dan emosi penderita sehingga perencanaan akhir hayat dapat
dilaksanakan dengan tepat. Agar isi pesan dapat diterima maka jangan
dilupakam kalau manus ia yang adalah mahluk biopsikososiospir itual,
memiliki 4 u nsur sehingga demensi penderita dengan keadaan
terminal adalah :
a) Demensi fisik : penyakit utama, nyeri dan gejala lain berikut
penanganannya
b) Demensi psikologis : gangguan suasana mood (cemas , depresi dan
marah)
c) Demensi sosial : kwalitas hubungan interpersonal terutama dengan
keluarga inti ,isolasi sosial dan kondisi ekonomi
d) Demensi spiritual : nilai/ tujuan hidup, ikatan dengan leluhur dan
kehidupan beragama.
B. Saran
Perawat bekerja sama dengan klien yang mengalami berbagai jenis
tipe kehilangan. Mekanisme konsep ini mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk menghadapi dan menerima kondisi.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/346779928/Makalah-KDK-Konsep-
Kehilangan
https://www.academia.edu/44367427/
KONSEP_KEHILANGAN_DAN_BERDUKA
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13356/1/
T2_752016016_BAB II.pdf