Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP KEHILANGAN, KEMATIAN DAN BERDUKA

OLEH:
KELOMPOK 5
ARDIANTO
ASTI WINDA WATI
SUCI DESRIANTI
REZA FAHLEFI
TIARA INDRIAN DESLANI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah Swt, yang


memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesehatan dan
kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul konsep
kehilangan, kematian dan berduka. Makalah ini tidak tersusun dengan sempurna
dan masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisannya. Maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan benar, bahkan bisa tersusun dengan sempurna.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
pengetahuannya. Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini bisa dipahami bagi
siapapun yang membacanya, dengan pemahaman yang di dapatkan pembaca dari
makalah ini tentunya penulis akan memperbanyak ilmu pengetahuan agar bisa
menyelesaikan makalah berikutnya dengan sempurna tanpa ada kesalahan,demi
peningkatan mutu pendidikan kita bersama. Akhirnya penulis mengucapkan
terima kasih atas perhatian, kritik, serta saran yang akan pembaca berikan kepada
penulis nantinya.

Pekanbaru, 29 Oktober 2017

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
A. Konsep Kehilangan ....................................................................... 3
B. Konsep Kematian ........................................................................... 3
C. Konsep Berduka ............................................................................ 4
D. Peroses Berduka Terhadap Kehiangan........................................... 5
BAB III PENUTUP .................................................................................. 14
A. Simpulan ....................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 1

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman
manusia yang bersifat universal dan unik secara individual. Hidup adalah
serangkaian kehilangan pencapaian. Seorang anak yang mulai belajar berjalan
mencapai kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia dengan
perubahan fisual dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan –
dirinya. Penyakit dan perawatan di rumah sakit sering melibatkan berbagai
kehilangan.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan
umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini
dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini,
proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana
individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan
kepada orang lain. Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan
selalu berubah-ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi,
pikiran maupun perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang
ditandai dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai
beberapa tujuan, yaitu : menolak (denial), marah (anger), tawar-menawar
(bargaining), depresi (depression), dan menerima (acceptance). Pekerjaan
duka cita terdiri dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika
seseorang melewati dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah
dialaminya. Duka cita berpotensi untuk berlangsung tanpa batas waktu.
B. Rumusan masalah
Apa itu maksut dari kehilangan, kematian dan berduka dalam psikososial
dan budaya?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

1
a. Untuk mengetahui tentang kehilangan, kematian,dan berduka
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kehilangan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kematian
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jkonsep beerduka
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang rentan respon kehilangan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang devinisi berduka

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP KEHILANGAN
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert 1985). Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.
Kehilangan adalah penarikan sesuatu dan atau seseorang stau situasi
yang berharga / bernilai , baik sebagai pemisahan yang nyata maupun yang
diantisipasi.
Jenis-jenis Kehilangan :
1. ACTUAL LOSS
Diakui orang lain dan sama-sama dirasakan bahwa hal tsb
merupakan suatu bentuk kehilangan.misal : kehilangan anggota badan ,
kehilngan suami/ istri , kehilangan pekerjaan.
2. PERCEIVED LOSS
Dirasakan seseorang, tetapi tidak sama dirasakan orang lain. Misal:
kehilangan masa muda, keuangan, lingkungan yang berharga.
3. PHICHICAL LOSS
Kehilangan secara fisik. misal : seseorang mengalami kecelakaan
dan akibat luka yang parah tangan atau kaki harus diamputasi.
4. PSYKHOLOGIS LOSS
Kehilangan secara psykologis. Misal : orang yang cacat akibat
kecelakaan membuatnya merasa tidak percaya diri.gambaran dirinya
terganggu.
5. ANTICIPATORY LOSS

3
Kehilangan yang bisa dicegah. Misal : orang yang menderita
penyakit ‘ terminal’. Respon emosi yang normal terhadap suatu yang
hilang / akan hilang setelah beberapa saat disebut berduka / grief.
1. Tipe kehilangan
a. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau di identifikasi oleh orang lain, misalnya
amputasi, kematian orang yang sangat berarti atau di cintai.
b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,
misalnya; seseorang yang berhenti bekerja atau PHK,
menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi
menurun.

B. KONSEP KEMATIAN
Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang berarti
keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah
terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara menetap, atau terhentinya
kerja otak secara permanen. Kastenbaum (2009) setiap budaya memiliki
sistem kematian yang melibatkan komponen orang, tempat, waktu, objek dan
simbol. Sebagian besar budaya memandang kematian bukan akhir dari
keberadaan seseorang, kehidupan spiritual terus berlangsung
1. Isu-isu dalam menentukan kematian
Secara umum, jelang ajal berlangsung dalam tiga fase:
a. Fase agonal (agonal phase), fase rusaknya denyut jantung teratur
b. Kematian klinis (clinical death), jeda singkat bagi masih mungkinnya
dilakukan penyelamatan
c. Kematian (mortality), atau kematian permanen

Di negara industri, kematian otak (brain death) diakui sebagai


penentu kematian, tapi tidak selalu bisa memecahkan dilema kapan

4
pengobatan harus dihentikan untuk pasien tidak terobati yang tetap dalam
keadaan vegetatif tetap (presistent vegetative state)

Mati otak adalah definisi neurologis tentang kematian, di mana


seseorang dikatakan mati otak ketika semua aktivitas elektris otak telah
berhenti selama beberapa waktu tertentu.

2. Keputusan hidup, mati dan perawatan kesehatan


a. Advance directives
Prosedur yang dapat mempertahankan hidup boleh dilepas apabila
kematian akan terjadi tidak lama lagi (imminent)
b. Euthanasia (kematian yang mudah atau membunuh karena kasih)
Tindakan mengakhiri hidup tanpa rasa sakit atas seseorang
penderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau cacat yang parah.
1) Euthanasia pasif
Menghentikan penanganan-penanganan yang dulunya
diberikan.
2) Euthanasia aktif
Kematian disebabkan dengan sengaja, seperti menginjeksi
obat dengan dosis mematikan.
c. Meninggal dengan indah
Kenyamanan fisik, dukungan dari orang dicintai, perawatan
kesehatan yang memadai, menerima datangnya kematian dan tidak
menjadi beban bagi orang lain.
d. Hospice
Program yang berkomitmen untuk mengusahakan berakhirnya
hidup tanpa rasa sakit, cemas, dan depresi yangmenekankan pada
perawatan untuk meredakan (palliative care) bukan untuk
memperpanjang hidup.
e. Palliative care
Usaha mengurangi rasa sakit dan penderitaan, serta membantu
individu meninggal secara bermartabat.

5
3. Penyebab kematian
Kematian dapat terjadi kapan saja di sepanjang kehidupan manusia
a. Kanak-kanak : kecelakaan,penyakit
b. Remaja : kecelakaan, bunuh diri, dibunuh
c. Orang-orang muda : kecelakaan
d. Orang dewasa : kanker, disusul penyakit jantung
e. Usia 75-85 tahun keatas : penyakit jantung
4. konsep tentang kematian
Beberapa konsep kematian yaitu :
a. Mati sebagai berhentinya darah mengalir
Konsep ini bertolak dari criteria mati berupa berhentinya jantung.
Dalam PP No. 18 tahun 1981 dinyatakan bahwa mati adalah
berhentinya fungsi jantung dan paru-paru. Namun criteria ini sudah
ketinggalan zaman. Dalam pengalaman kedokteran, teknologi
resusitasi telah memungkinkan jatung dan paru-paru yang semula
terhenti dapat dipulihkan kembali.
b. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh
Konsep ini menimbulkan keraguan karena, misalnya, pada
tindakan resusitasi yang berhasil, keadaan demikian menimbulkan
kesan seakan-akan nyawa dapat ditarik kembali.
c. Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen
Konsep inipun dipertanyakan karena organ-organ berfungsi
sendiri-sendiri tanpa terkendali karena otak telah mati. Untuk
kepentingan transplantasi, konsep ini menguntungkan. Namun, secara
moral tidak dapat diterima karena kenyataannya organ-organ masih
berfungsi meskipun tidak terpadu lagi.
d. Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan
melakukan interaksi social.
Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk social, yaitu
individu yang mempunyai kepribadian, menyadari kehidupannya,

6
kemampuan mengingat, mengambil keputusan, dan sebagainya, maka
penggerak dari otak, baik secara fisik maupun sosial, makin banyak
dipergunakan. Pusat pengendali ini terletak dalam batang otak. Olah
karena itu, jika batang otak telah mati, dapat diyakini bahwa manusia
itu secara fisik dan social telah mati. Dalam keadaan seperti ini,
kalangan medis sering menempuh pilihan tidak meneruskan resusitasi,
DNR (do not resuscitation).
Bila fungsi jantung dan paru berhenti, kematian sistemik atau
kematian sistem tubuh lainnya terjadi dalam beberapa menit, dan otak
merupakan organ besar pertama yang menderita kehilangan fungsi
yang ireversibel, karena alasan yang belum jelas. Organ-organ lain
akan mati kemudian.
5. Macam-macam kematian
a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna


atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress
dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus
ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang


yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari
ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak
biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak
dapat ditutupi.

b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau


anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan
terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran
dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri
mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa

7
aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan
pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

c. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri


atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman
berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang
tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan


yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga
dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya
pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan
proses penyesuaian baru.

e. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan,


pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada
kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda
tentang kematian.

C. Konsep berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua
kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu
berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah
suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,

8
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka merupakan respons terhadap kehilangan. Berduka
dikarakteristikkan sebagai berikut.
1. Berduka menunjukkan suatu reaksi syok dan ketidakyakinan.
2. Berduka menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila mengingat kembali
kejadian kehilangan.
3. Berduka menunjukkan perasaan tidak nyaman, sering disertai dengan
menangis, keluhan sesak pada dada, tercekik, dan nafas pendek.
4. Mengenang orang yang telah pergi secara terus-menerus.
5. Mengalami perasaan berduka.
6. Mudah tersinggung dan marah.
Tanda dan gejala berduka

Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan mengenai tanda dan


gejala yang sering terlihat pada individu yang sedang mengalami berduka.
Gejala kesedihan melibatkan empat jenis reaksi, yaitu reaksi perasaan, fisik,
kognisi, dan perilaku. Reaksi perasaan, misalnya kesedihan, kemarahan, rasa
bersalah, kecemasan, menyalahkan diri sendiri, ketidakberdayaan, mati rasa,
kerinduan. Reaksi fisik, misalnya sesak, mual, hipersensitivitas terhadap
suara dan cahaya, mulut kering, kelemahan. Reaksi kognisi, misalnya
ketidakpercayaan, kebingungan, mudah lupa, tidak sabar, ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi, ketidaktegasan. Reaksi perilaku, misalnya, gangguan
tidur, penurunan nafsu makan, penarikan sosial, mimpi buruk, hiperaktif,
menangis (Videbeck 2008).

D. PROSES BERDUKA TERHADAP KEHILANGAN


Adapun proses berduka terhadap kehilangan ada beberapa tahap-tahap
yaitu sebagai berikut:
1. Tahap : Denial (Mengikari kenyataan)

9
Reaksi respon: menolak mempercayai bahwa kehilangan terjadi secara
nyata dan mengisolasi diri. Reaksi fisik: letih, lemah, diare, gelisah, sesak
nafas dan nadi cepat. Contoh: "tidak mungkin, berita kematian itu tidak
benar. Saya tidak percaya suami saya pasti nanti kembali".
2. Tahap : Anger (Marah)
Reaksi respon: timbul kesadaran akan kenyataan kehilangan.
kemarahan meningkat kadang diproyeksi ke orang lain, tim kesehatan atau
lingkungan. Reaksi fisik: nadi cepat, tangan mengepal, susah tidur, muka
merah, bicara kasar, dan agresif. Contoh: "Saya benci dengan dia
karena......, "Ini terjadi karena dokter tidak sungguh-sungguh dalam
pengobatannnya".
3. Tahap : Bergaining (Tawar menawar, Penundaan realita kehilangan).
Reaksi respon: klien berunding dengan cara halus untuk mencegah
kehilangan dan perasaan bersalah. Memohon pada Tuhan. Klien juga
mempunyai keinginan untuk melakukan apa saja untuk mengubah apa
yang sudah terjadi. Contoh: "Kalau saja saya sakit, bukan anak saya....",
"Kenapa saya ijinkan pergi. Kalau saja dia dirumah ia tidak akan kena
musibah ini"., "Seandainya saya hati-hati, pasti hal ini tidak akan terjadi".
4. Tahap : Depresi
Reaksi respon: sikap menarik diri, perasaan kesepian, tidak mau
bicara dan putus asa. Individu bisa melakukan percobaan bunuh diri atau
penggunaan obat berlebihan. Reaksi fisik: susah tidur, letih, menolak
makan, dorongan libido menurun. Contoh: "Biarkan saya sendiri"., "Tidak
usah bawa ke rumah sakit, sudah nasib saya".
5. Tahap : Acceptance (Menerima)
Reaksi respon: reorganisasi perasaan kehilangan, mulai menerima
kehilangan. Pikiran tentang kehilangan mulai menurun. Mulai tidak
tergantung dengan orang lain. Mulai membuat perencanaan. Contoh: "Ya
sudah, saya iklaskan dia pergi.", "Apa yang harus saya lakukan supaya
saya cepat sembuh". "Ya pasti dibalik bencana ini ada hikmah yang
tersembunyi"

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehilangan adalah penarikan sesuatu dan atau seseorang stau
situasi yang berharga / bernilai , baik sebagai pemisahan yang nyata
maupun yang diantisipasi. Secara etimologi death berasal dari kata death
atau deth yang berarti keadaan mati atau kematian.
B. SARAN
Dengan mempelajari materi tentang konsep kematian, kehilangan
dan berduka diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mempelajari
dengan baik dan benar, dan bisa diterapkan didunia keperawatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, K. (2013). Psikologi kematian. Jakarta: Noura Books.


Kastenbaum, Robert. 2006. The psychology of Deatht, 3d ed. New York:
Springer Publishing Company

12

Anda mungkin juga menyukai