Anda di halaman 1dari 21

TRANSKULTUR DALAM KEPERAWATAN

TEORI CULTURE CARE LEININGER

OLEH:
KELOMPOK 5
Asti Winda Wati
Ardianto
Suci Desrianti
Tiara Indriyan Deslani
Reza Fahlefi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2017

2
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah Swt yang telah


memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga makalah berjudul
transkultural dalam keperawatan dapat terselesaikan dengan baik. Penulis
berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan
dengan dunia keperawatan.

Oleh karena itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang


mendukung, demi lebih sempurnanya makalah ini. Akhir kata, penulis hanya
berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak dan menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 26 November 2017

` Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
A. Pengertian Transkultural ............................................................... 3
B. Konsep Transkultural .................................................................... 4
C. Paradigma Keperawatan Transkultur ............................................
D. Teori Culture Care leininger ......................................................... 5
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi transkultur ............................. 5
BAB III PENUTUP ................................................................................. 9
A. Kesimpulan.................................................................................... 9
B. Saran .............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aplikasi teori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan
adanya kesadaran dan apresiasi terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti
perawat yang professional memiliki pengetahuan dan praktek yang
berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk praktik keperawatn.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan
sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik
adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh
kelompok laen. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma – norma
yang diyakini dan dilakukan hamper semua kultur seperti budaya minum the
dapat membuat tubuh sehat (leininger, 2002).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbadaan kultur dan universal
berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat
menjadi sumber informasi dan menentuan jenis perawatan yang diinginkan
dari pemberian peleyanan yang professional, karena kultur adalah pola
kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan.
Culture care adalah teori yang holistic karena meletakan di dalam nya ukuran
dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk social
struktur, pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa
dan etnik serta system professional.
Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan
teori yang mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan
praktik keperawatan, beberapa teori diantaranya adalah teori adaptasi dari
roy, teori komunikasi terapeutik dari peplau, teorigoal atteccment dari bety
newman dan sebagainya. Leininger’s konsep model yang dikenal dengan
sunrise modelnya merupakan salah satu teori yang diap;ikasikan dalam
praktik keperawatan.

1
Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan
untuk keperawatan. Leininger mendefinisikan “Transkultural nursing”
sebagai area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus dalam
komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan
dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic
body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan.

B. Rumusan masalah
Apa itu transkultural dalam keperawatan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan tentang transkultural dalam keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian transkultural.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep transkultural.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang paradigma keperwatan
transkultur.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori culture care
leininger.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi transkultur dalam keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Transkultural
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti :
kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan. Kepercayaan, nilai-nilai
dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan
pada generasi berikutnya, sedangkan cultural berarti: Sesuatu yang
berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil
dan adat istiadat. Dan kebudayaan berarti:
1. Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti
kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
2. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya.
3. Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu
mempengaruhi budaya yang lain.
4. Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses
interaksi sosial.
Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai
budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien), Menurut
Leininger(1991).

B. Konsep Transkultural
Kazier Barabara (1983) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals
of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep
keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari
ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu
humanistic, philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan, komunikasi

3
dan ilmu sosial. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat
seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah
bersifat bio-psycho-social-spiritual. Oleh karenanya, tindakan perawatan
harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk
interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang
berupa norma, adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam
kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama
dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya. Keberlangsungaan terus-menerus dan lama
merupakan proses internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi
pembentukan karakter, pola pikir, pola interaksi perilaku yang
kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi
keperawatan (cultural nursing approach).

C. Paradigma Keperawatan Transkultural


Paradigma keperawatan Transkultural meliputi: Manusia, sehat,
lingkungan, asuhan keperawatan.
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang
memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna
untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien
dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit.
Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara
keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas
sehari-hari.
3. Lingkungan

4
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
a. Lingkungan fisik
Lingkungan alam atau lingkungan yang diciptakan oleh
manusia. Mis: pegunungan, iklim, daerah pemukiman.
b. Lingkungan sosial
Keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan
sosialisasi keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas.
c. Lingkungan simbolik
Keseluruhan bentuk atau simbol yang membuat keluarga
atau kelompok merasa bersatu. Mis: musik, seni, riwayat
hidup, bahasa atau atribut yang digunakan.
4. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya pasien.

D. Teori Culture Care Leininger


Leininger (1991) mengatakan bahwa transcultural nursing
merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan
maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda ras, yang
mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien.
Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya
yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional).
Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan

5
dengan kesehatan.Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan
pentingknya pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan. Perawatan
Transkultural merupakan bidang yang relative baru, ia berfokus pada studi
perbandingan nilai-nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan
hubungannya dengan perawatannya.
Teori Leininger berasal dari bidang antropologi dan
keperawatan. Dia mendefinisikan transcultural nursing sebagai area
mayor dari keperawatan yang berfokus pada studi perbandingan dan
analisis bermacam-macam budaya dan subkultur di seluruh dunia dengan
mempertimbangkan nilai, ucapan, dan keyakinan sehat-sakit, dan pola
kebiasaan. Tujuan teori ini adalah menemukan bermacam-macam cara
dalam merawat klien dan universal dalam hubungan world view (sudut
pandang dunia), struktur sosial, dimensi lain, kemudian menemukan jalan
yang sesuai untuk orang yang berbeda dengan tujuan memelihara
kesehatan, atau menghadapi kematian dengan pendekatan budaya.
Leininger mengembangkan teorinya (care culture diversity and
universality), yang berbasis keyakinan seseorang terhadap budaya yang
berbeda, sebagai informasi dan panduan perawat profesional dalam
memberikan asuhan. Budaya adalah pola dan nilai kehidupan seseorang
yang mempengaruhi keputusan dan tindakan, oleh karena itu teori ini
mengarahkan perawat untuk menemukan dan mendokumentasikan klien di
seluruh dunia dan menggunakan sudut pandang pribumi, pengetahuan, dan
praktik dengan pendekatan etik, sebagai dasar profesional untuk
mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas
tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Dengan
mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya (kultur), baik
di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan-
persamaan. Lininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola
praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan

6
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan
berbagai kultur.
1) Definisi dan Konsep Mayor
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan
yang berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan
budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto, 2007). Keperawatan
transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan
pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit
secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger,
1984 dalam Sudiharto, 2007).
Teori ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan
yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan kematian manusia
sebagai upaya untuk meningkatkan dan memajukan praktek
keperawatan. Tujuan paling utama dari teori ini adalah memberikan
asuhan yang sesuai dengan budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai
yang dipercaya oleh klien (Parker, 2001).
Leininger telah mengembangkan beberapa istilah terkait dengan
teorinya, yaitu:
a) Perawatan manusia dan keperawatan
Manusia adalah induvidu atau kelompok yang memiliki nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini berguna untuk menetapkan
pilihan dan melakukan tindakan. Menurut Leininger, manusia
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya
setiap saat dan dimanapun dia berada.
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang diberikan kepada
klien dengan landasan budaya (Andrew, 1995). Keperawatan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu,

7
keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Konsep perawatan manusia dan keperawatan adalah
ringkasan dan penjelasan dari pendampingan, dukungan,
kemungkinan, dan cara yang memudahkan untuk membantu diri
sendiri atau orang lain yang kekurangan atau sebagai upaya
pencegahan untuk meningkatkan kesehatan, memperbaiki cara
hidup, atau untuk menghadapi ketidakmampuan atau kematian.

b) Budaya
Budaya menggambarkan pola kehidupan, nilai, keyakinan,
norma, simbol dan kebiasaan individu, kelompok atau institusi
yang dipelajari, dibagikan, dan biasanya diturunkan dari satu
generasi ke generasi lainnya.
Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga
tidak ada budaya yang sama persis; budaya bersifat stabil, tetapi
juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi
berikutnya sehingga mengalami perubahan; dan budaya diisi dan
ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
c) Perawatan budaya
Cultural care didefinisikan sebagai nilai, kepercayaan,
pengungkapan yang terpola yang membantu, mendukung dan
memungkinkan individu lain atau kelompok untuk memelihara
kesehatannya, meningkatkan kondisi manusia/kehidupan atau
menghadapi kematian dan kecatatan.
Berdasarkan asumsi bahwa cultural care adalah pengertian
yang luas untuk mengetahui, menjelaskan, menjumlahkan, dan
memprediksi fenomena asuhan keperawatan dan untuk
mengarahkan praktik asuhan keperawatan.
d) Culture care diversity

8
Cultural care diversity adalah variasi makna, pola, nilai atau
simbol asuhan yang secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk
kesejahteraannya atau untuk meningkatkan kondisi manusia dan
kehidupan menghadapi
e) Culture care universality
Culture care universality serupa atau seragam makna, pola,
nilai atau simbol asuhan yang secara budaya dibawa oleh
masyarakat untuk kesejahteraan atau meningkatkan kondisi
manusia dan kehidupan atau menghadapi kematian. Perawatan
dapat diperlihatkan dengan bermacam – macam ekspresi,
tindakan, pola, gaya hidup dan arti.
f) Worldview
Worldview adalah cara seseorang atau kelompok untuk
mencari tahu dan memahami dunia mereka sebagai nilai,
pendirian, dan gambaran tentang kehidupan dan dunia.
g) Dimensi struktur kebudayaan dan sosial
Menggambarkan dinamis, holistik, dan keterkaitan pola dari
struktur budaya (subculture), meliputi aspek spiritual, sosial,
politik (legal), ekonomi, pendidikan, tehnologi, nilai budaya,
filosofi, sejarah, dan bahasa.
h) Konteks lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, keyakinan, dan prilaku
klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan
klien dengan budayanya. Lingkungan meliputi lingkungan itu
sendiri (fisik, geografis, sosial budaya), situasi, atau
peristiwa/pengalaman yang memberikan intepretasi terhadap arti
sebagai petunjuk untuk berekspresi dan mengambil keputusan.
i) Ethnohistori

9
Ethnohistori adalah rangkaian fakta, peristiwa, atau
perkembangan yang terjadi, atau catatan tentang budaya yang
dipilih.
j) Emic
Emic berarti lokal, pribumi.
k) Etnic
Etnic berarti orang luar.
l) Kesehatan
Suatu keadaan sehat yang secara budaya didefinisikan,
dinilai, dan dipraktekkan, yang merefleksikan kemampuan
individu/kelompok untuk melakukan peran aktivitas sehari – hari
secara mandiri. Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang
dimiliki klien dengan mengisi kehidupannya, yang terletak pada
rentang sehat-sakit
m) Keperawatan transkultural
Keperawatan transkultural adalah formal area dari humanistik
dan ilmu pengetahuan dan praktik yang berfokus pada perawatan
budaya secara holistik dan kompetensi atau kemampuan individu
atau kelompok untuk mempertahankan/menjaga kesehatannya
dan untuk menerima kekurangan atau kecacatan, dan menghadapi
kematian.
Keperawatan transkultural adalah cabang dari keperawatan
yang memfokuskan pada studi komparatif dan analisis. Budaya
yang berkenaan dengan keperawatan, praktik asuhan sehat sakit,
keyakinan dan nilai – nilai dengan tujuan profesionalisme
pelayanan asuhan keperawatan untuk individu sesuai dengan
budaya pasien.Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan
keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi pebandingan
tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto,
2007).

10
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang
humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok,
serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku
sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
n) Pemeliharaan perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas,
kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil
keputusan yang dapat membantu klien sebagai bagian dari budaya
untuk memelihara/menjaga makna nilai dan kehidupan, untuk
kesembuhan, atau menghadapi kematian. Mempertahankan
budaya dilakukan bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien
dapat meningkatkan dan mempertahankan status kesehatannya,
misalnya budaya olahraga setiap pagi.
o) Akomodasi/negosiasi perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas,
kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil
keputusan yang dapat membantu bagian budaya tertentu
(subculture) untuk beradaptasi atau bernegosiasi dengan orang
lain untuk menghasilkan kesehatan yang bermakna.
Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi
keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan
p) Perbaikan perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas,
kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil

11
keputusan yang dapat membantu klien menangkap, merubah, atau
memodifikasi cara hidup mereka untuk memperoleh hasil
kesehatan yang lebih baik. Restrukturisasi budaya klien
dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatannnya. Perawat berupaya merekonstruksi gaya hidup
klien yang biasanya tidak baik menjadi baik.
q) Kemampuan perawatan secara budaya
Merupakan sebuah penegasan perawatan berbasis budaya
dan ilmu pengetahuan yang menggunakan perasaan, kreativitas,
kehati-hatian untuk memenuhi kebutuhan individu atau kelompok
dengan tujuan mencapai kesehatan yang bermakna, atau untuk
menghadapi kesakitan, kecacatan dan kematian.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transkultural


1. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji lebih dalam tentang persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara
pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

12
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social
factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,
dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji
pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisisakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran
untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan (educational factors)

13
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-
bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiritentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali.
Empat prinsip atau ajaran utama dari teori keperawatan
transkultural adalah sebagai berikut (Alligood, 2006):
a) Ekspresi, arti, pola dan perilaku asuhan budaya bermacam-macam
namun masih ada nilai-nilai yang bersifat umum dan universal.
b) Pandangan dunia terdiri dari berbagai faktor struktur sosial seperti
agama, ekonomi, nilai budaya, sejarah bangsa, konteks
lingkungan, bahasa, asuhan umum dan professional yang
mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pola asuhan budaya
untuk memprediksi kesehatan, kesejahteraan manusia, penyakit,
penyembuhan dan cara orang dalam menghadapi kecacatan
maupun kematian.
c) Nilai generik dan nilai professional dalam konteks lingkungan
yang berbeda akan berpengaruh besar terhadap pencapaian
derajad kesehatan dan kesakitan.
d) Dari penjelasan ketiga prinsip diatas, maka diperlukan cara untuk
memberikan asuhan yang sesuai dengan budaya, aman dan
bermanfaat. Ada 3 model keputusan dan intervensi yang
didasarkan pada budaya yaitu:
1) preservasi asuhan budaya atau mempertahankan,
2) akomodasi asuhan budaya atau negosiasi, dan
3) Restrukturisasi asuhan budaya atau merubah pola. Model
keputusan dan intervensi yang didasarkan pada budaya

14
dianggap sebagai kunci keberhasilan dari asuhan yang aman,
bermanfaat dan sesuai dengan budaya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan
keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk
mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang
budaya. Hal ini dipelajarai mulai dari kehidupan biologis sebelumnya,
kehidupan psikologis, kehidupan sosial dan spiritualnya.
Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak
dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar
belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai
dengan budaya klien. Penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi
keperawatan transkultural.

B. Saran
Walaupun dalam kenyataanya mungkin konsep keperawatan
transkultural efektif digunakan pada klien, namun pengkajian lebih lanjut
juga sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses
penyembuhan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kozier. 2004. Fundamentals of nursing: Concepts, process and practice.


New Jersey: Pearson Education Inc.
Parker. 2001. Nursing Theories and Nursing Practice. Philadelphia: FA
Davis Company.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4. Alih bahasa oleh yasmin Asih. Jakarta:
EGC.
Sudiharto. 2007. Asuhan keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. cetakan 1.Penerbit buku Kedokteran
EGC

17

Anda mungkin juga menyukai