Anda di halaman 1dari 11

OLEH:

KELOMPOK 6
ANDI IRAWAN
ASTI WINDA WATI
ELVINA DELPIANTARI
ERIKA ALMIRA
SUCI DESRIANTI
KURNIA SAFITRI KHAZ
NORA SETIA NINGSIH
YATI MAHLIGANA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang
selalu berubah-ubah. Manusia sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan
waktu, merupakan hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan.
Ketiga unsure tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam
segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu
keseluruhan (holistic) sehingga manusia disebut makhluk somato-psiko-
sosial.
Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan
menimbulkan usaha penyesuaian secara fisik atau somatic. Demikian pula
apabila terjadi gangguan pada unsure rohani, akan menimbulkan usaha
penyesuaian secara psikologis. Usaha yang dilakukan organism untuk
mengatasi stress agar terjadi keseimbangan yang terus-menerus dalam batas
tertentu dan tetap dapat mempertahankan hidup dinamakan homeostasis.
Konsep Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman
manusia yang bersifat universal dan unik secara individual. Hidup adalah
serangkaian kehilangan pencapaian. Seorang anak yang mulai belajar berjalan
mencapai kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia dengan
perubahan fisual dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan –
dirinya. Penyakit dan perawatan di rumah sakit sering melibatkan berbagai
kehilangan. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam
pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk
dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam
perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit
demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada
keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP STRES
Definisi stress Stress dapat dijadikan sebagai stimulus untuk
peruahan dan perkembangan, sehingga dalam hal ini dapat dianggap positif
atau bahkan perlu. Meskipun demikian stress yang terlalu berat dapat
mengakibatkan sakit, penilaian yang buruk , dan ketidakmampuan unuk
bertahan . stress dapat didefinisikan sebagai respon adptif, dipengaruhi oleh
karakteristik individual dan/atau proses psikologis yaitu akibat dari tindakan,
situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau
fisiologis terhadap seseorang.( Ivancevich dan Matteson, 1980 dalam kreitner
dan kinicki, 2004)
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik
mengharuskan seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan (
Selye, 1976 ). Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan
psikologis.
Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti
kehamilan, menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna
dalam suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau
tekanan dari pasangan ).

B. Konsep adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini
respon individu terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat
mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis
dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku ini dapat berupa usaha untuk
mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat kembali pada
keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam perilaku adaptip ada

2
yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang memerlukan waktu
lama tergantung dari kematangan mental orang itu tersebut.
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :
1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah
atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam
berbagai faktor yang menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang
contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia.
2. Adaptasi psikologi
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. LAS ( general adaptation syndroma)
LAS adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal
contoh: seperti ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit
tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau
pada daerah sekitar yang terkena.
b. GAS ( general adaptation syndroma)
GAS adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat
menyebabkan gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan
proses penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat.
3. Adaptasi Sosial Budaya
Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya
masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki
budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap
orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan
tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan
bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan
mengalami stress.
4. Adaptasi Spiritual
Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang
hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya
juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena

3
itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan
dalam perilaku manusia.

C. KONSEP KEHILANGAN
Kehilangan adalah penarikan sesuatu dan atau seseorang stau situasi
yang berharga / bernilai , baik sebagai pemisahan yang nyata maupun yang
diantisipasi.
Jenis-jenis Kehilangan :
1. ACTUAL LOSS
Diakui orang lain dan sama-sama dirasakan bahwa hal tsb
merupakan suatu bentuk kehilangan.misal : kehilangan anggota badan ,
kehilngan suami/ istri , kehilangan pekerjaan.
2. PERCEIVED LOSS
Dirasakan seseorang, tetapi tidak sama dirasakan orang lain. Misal:
kehilangan masa muda, keuangan, lingkungan yang berharga.
3. PHICHICAL LOSS
Kehilangan secara fisik. misal : seseorang mengalami kecelakaan
dan akibat luka yang parah tangan atau kaki harus diamputasi.
4. PSYKHOLOGIS LOSS
Kehilangan secara psykologis. Misal : orang yang cacat akibat
kecelakaan membuatnya merasa tidak percaya diri.gambaran dirinya
terganggu.
5. ANTICIPATORY LOSS
Kehilangan yang bisa dicegah. Misal : orang yang menderita
penyakit ‘ terminal’. Respon emosi yang normal terhadap suatu yang
hilang / akan hilang setelah beberapa saat disebut berduka / grief.

D. KONSEP KEMATIAN
Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang berarti
keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah
terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara menetap, atau terhentinya

4
kerja otak secara permanen. Kastenbaum (2009) setiap budaya memiliki
sistem kematian yang melibatkan komponen orang, tempat, waktu, objek dan
simbol. Sebagian besar budaya memandang kematian bukan akhir dari
keberadaan seseorang, kehidupan spiritual terus berlangsung
1. Isu-isu dalam menentukan kematian
Secara umum, jelang ajal berlangsung dalam tiga fase:
a. Fase agonal (agonal phase), fase rusaknya denyut jantung teratur
b. Kematian klinis (clinical death), jeda singkat bagi masih mungkinnya
dilakukan penyelamatan
c. Kematian (mortality), atau kematian permanen

Di negara industri, kematian otak (brain death) diakui sebagai


penentu kematian, tapi tidak selalu bisa memecahkan dilema kapan
pengobatan harus dihentikan untuk pasien tidak terobati yang tetap dalam
keadaan vegetatif tetap (presistent vegetative state)

Mati otak adalah definisi neurologis tentang kematian, di mana


seseorang dikatakan mati otak ketika semua aktivitas elektris otak telah
berhenti selama beberapa waktu tertentu.

2. Keputusan hidup, mati dan perawatan kesehatan


a. Advance directives
Prosedur yang dapat mempertahankan hidup boleh dilepas apabila
kematian akan terjadi tidak lama lagi (imminent)
b. Euthanasia (kematian yang mudah atau membunuh karena kasih)
Tindakan mengakhiri hidup tanpa rasa sakit atas seseorang
penderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau cacat yang parah.
1) Euthanasia pasif
Menghentikan penanganan-penanganan yang dulunya
diberikan.
2) Euthanasia aktif
Kematian disebabkan dengan sengaja, seperti menginjeksi
obat dengan dosis mematikan.

5
c. Meninggal dengan indah
Kenyamanan fisik, dukungan dari orang dicintai, perawatan
kesehatan yang memadai, menerima datangnya kematian dan tidak
menjadi beban bagi orang lain.
d. Hospice
Program yang berkomitmen untuk mengusahakan berakhirnya
hidup tanpa rasa sakit, cemas, dan depresi yangmenekankan pada
perawatan untuk meredakan (palliative care) bukan untuk
memperpanjang hidup.
e. Palliative care
Usaha mengurangi rasa sakit dan penderitaan, serta membantu
individu meninggal secara bermartabat.

3. Penyebab kematian
Kematian dapat terjadi kapan saja di sepanjang kehidupan manusia
a. Kanak-kanak : kecelakaan,penyakit
b. Remaja : kecelakaan, bunuh diri, dibunuh
c. Orang-orang muda : kecelakaan
d. Orang dewasa : kanker, disusul penyakit jantung
e. Usia 75-85 tahun keatas : penyakit jantung

E. Konsep berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua
kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu
berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah
suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

6
Berduka merupakan respons terhadap kehilangan. Berduka
dikarakteristikkan sebagai berikut.
1. Berduka menunjukkan suatu reaksi syok dan ketidakyakinan.
2. Berduka menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila mengingat kembali
kejadian kehilangan.
3. Berduka menunjukkan perasaan tidak nyaman, sering disertai dengan
menangis, keluhan sesak pada dada, tercekik, dan nafas pendek.
4. Mengenang orang yang telah pergi secara terus-menerus.
5. Mengalami perasaan berduka.
6. Mudah tersinggung dan marah.

F. PROSES BERDUKA TERHADAP KEHILANGAN


Adapun proses berduka terhadap kehilangan ada beberapa tahap-tahap
yaitu sebagai berikut:
1. Tahap : Denial (Mengikari kenyataan)
Reaksi respon: menolak mempercayai bahwa kehilangan terjadi secara
nyata dan mengisolasi diri. Reaksi fisik: letih, lemah, diare, gelisah, sesak
nafas dan nadi cepat. Contoh: "tidak mungkin, berita kematian itu tidak
benar. Saya tidak percaya suami saya pasti nanti kembali".
2. Tahap : Anger (Marah)
Reaksi respon: timbul kesadaran akan kenyataan kehilangan.
kemarahan meningkat kadang diproyeksi ke orang lain, tim kesehatan atau
lingkungan. Reaksi fisik: nadi cepat, tangan mengepal, susah tidur, muka
merah, bicara kasar, dan agresif. Contoh: "Saya benci dengan dia
karena......, "Ini terjadi karena dokter tidak sungguh-sungguh dalam
pengobatannnya".
3. Tahap : Bergaining (Tawar menawar, Penundaan realita kehilangan).
Reaksi respon: klien berunding dengan cara halus untuk mencegah
kehilangan dan perasaan bersalah. Memohon pada Tuhan. Klien juga
mempunyai keinginan untuk melakukan apa saja untuk mengubah apa
yang sudah terjadi. Contoh: "Kalau saja saya sakit, bukan anak saya....",

7
"Kenapa saya ijinkan pergi. Kalau saja dia dirumah ia tidak akan kena
musibah ini"., "Seandainya saya hati-hati, pasti hal ini tidak akan terjadi".
4. Tahap : Depresi
Reaksi respon: sikap menarik diri, perasaan kesepian, tidak mau
bicara dan putus asa. Individu bisa melakukan percobaan bunuh diri atau
penggunaan obat berlebihan. Reaksi fisik: susah tidur, letih, menolak
makan, dorongan libido menurun. Contoh: "Biarkan saya sendiri"., "Tidak
usah bawa ke rumah sakit, sudah nasib saya".
5. Tahap : Acceptance (Menerima)
Reaksi respon: reorganisasi perasaan kehilangan, mulai menerima
kehilangan. Pikiran tentang kehilangan mulai menurun. Mulai tidak
tergantung dengan orang lain. Mulai membuat perencanaan. Contoh: "Ya
sudah, saya iklaskan dia pergi.", "Apa yang harus saya lakukan supaya
saya cepat sembuh". "Ya pasti dibalik bencana ini ada hikmah yang
tersembunyi"

PENGKAJIAN
Data yang dapat dikumpulkan adalah:a. Perasaan sedih, menangis.b. Perasaan
putus asa, kesepianc. Mengingkari kehilangand. Kesulitan mengekspresikan
perasaane. Konsentrasi menurunf. Kemarahan yang berlebihang. Tidak berminat
dalam berinteraksi dengan orang lain.h. Merenungkan perasaan bersalah secara
berlebihan.i. Reaksi emosional yang lambatj. Adanya perubahan dalam kebiasaan
makan, pola tidur, tingkat aktivitas.Dari data yang diperoleh dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan:Gangguan hubungan interpersonal berhubungan dengan
berduka disfungsional.
F. INTERVENSI :
Tujuan Umum; Klien mampu melakukan hubungan interpersonal tanpa
hambatan.ØTujuan khusus;Klien mampu;a. Mengungkapkan perasaan berdukab.
Menjelaskan makna dari kehilanganc. Menerima kenyataan kehilangan dengan
perasaan damai.d. Membina hubungan baru yang bermakna.e. Mendapatkan
dukungan keluarga dalam mengatasi kehilangan.Tindakan keperawatan ;1.1.

8
lakukan pendekatan dengan prinsip hubungan perawat – klien yang terapiutik•
Empati dan perhatian• Jujur dan tepati janji• Terima klien apa adanya1.2. Beri
dorongan klien mengungkapkan perasaan berdukanya1.3. Dengarkan dengan
penuh perhatian ungkapan klien, jangan menghukum / menghakimi.2.1.
Tingkatkan kesadaran klien terhadap kenyataan kehilangan.2.2. Diskusikan
dengan klien respon marah, sedih, perasaan bersalah merupakan hal yang wajar
bila seseorang mengalami kehilangan.2.3. beri dukungan secara non verbal
seperti; memegang tangan , menepuk bahu.2.4. Amati perilaku verbal dan non
verbal selama klien bicara.3.1. sediakan waktu untuk kontak dengan klien secara
teratur3.2. ajarkan pada klien tentang tahap-tahap berduka yang normal dan
perilaku yang berhubungan dengan setiap tahapan.3.3. dorong klien untuk berbagi
rasa dengan sumber-sumber yang tersedia untuk saling berbagi.Bantu klien dalam
berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.Bantu mengidentifikasi aktifitas
yang disukai dan dorong klien untuk melaksanakannyaLibatkan klien dalam
aktivitas motorikBeri umpan balik positip atas keterlibatan klien dalam
aktivitas.5.1. Diskusikan dengan keluarga tentang proses berduka yang dialami
klien dan ajarkan pada keluarga tahapan berduka serta cara untuk
mengatasinya.5.2. Anjurkan keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien,
mendengarkan ungkapan klien berkaitan dengan pengalaman kehilangan.
G. EVALUASIRespon klien dinilai berdasarkan pertanyaan dibawah ini :1.
Apakah klien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan ?2.
Apakah klien dapat menjelaskan makna kehilangan terhadap hidupnya ?3. Apakah
klien mempunyai system pendukung untuk mengungkapkan perasaannya?4.
Apakah klien menunjukan tanda-tanda penerimaan terhadap kenyataan kehilangan
?5. Apakah klien sudah dapat membina hubungan baru yang bermakna dengan
orang lain ?6. Apakah klien sudah mempunyai kemampuan menyelesaikan
masalah yang dihadapi akibat kehilangan

9
DAFTAR PUSTAKA

Dadang, Hawari. 2006. Manajemen, Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: UI


Press
Hidayat, K. (2013). Psikologi kematian. Jakarta: Noura Books.
Kastenbaum, Robert. 2006. The psychology of Deatht, 3d ed. New York:
Springer Publishing Company

10

Anda mungkin juga menyukai