Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA DENGAN MASALAH BERDUKA


KEHILANGAN

OLEH
NAMA KELOMPOK 5

KELAS :C/IV

1. ISRAEL Y. U. WANDA (163702720)


2. HENY MANGNGI (163502720)
3. JEVIANA D. ARAUJO (163802720)
4. HOLY MARKAY (163602720)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja danpuji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan klien dengan kehilangan dan
berduka.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang asuhan keperawatan klien
dengan kehilangan dan berduka ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Kupang, 09 juni 2022

Penyusun

ii
ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi ......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................2
C. Tujuan penulisan......................................................................................2
1.Tujuan umum……………………………………………………….2
2.Tujuan khusus………………………………………………………2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar kehilangan berduka .........................................................6
A. Pengertian Kehilangan dan Berduka………………………………..6
B. Rentang Respon Kehilangan dan Berduka…………………………7
C. Sifat- sifat Kehilangan………………………………………………8
D. Factor penyebab: prediposisi dan presipitasi………………………8
E. Tanda dan gejal……………………………………………………..9
F. Penataksanaan………………………………………………………9
1. Farmakologis……………………………………………………….9
2. non farmakologis............................................................................9
B. Konsep Asuhan Keperawatan ...............................................................10
1. Pengkajian……………………………………………………10
2. Diagnosa keperawatan……………………………………….14
3. Intervensi……………………………………………………..16
4. Implementasi…………………………………………………18
5. Evaluasi……………………………………………………….19
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….20
B. Saran....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau
disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka
sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada
keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno,
2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan

4
keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat
memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat
juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat
berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan
pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter &
Perry, 2005).

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh kesehatan jiwa pada orang dengan berduka
kehilangan
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pengertian Kehilangan dan Berduka
2. Untuk mengetahui Rentang Respon Kehilangan dan Berduka.
3. Untuk mengetahui Sifat- sifat Kehilangan
4. Untuk mengetahui Factor penyebab: prediposisi dan presipitasi
5. Untuk mengetahui Tanda dan gejal
6. Untuk mengetahui Penataksanaan farmakologis dan non
farmakologis.
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan berduka kehilangan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kehilangan dan Berduka


Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada , baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35).Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda
(Direja,2011).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehilangan
adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu yang berpisah akan suatu hal
yang mencakup kejadian nyata atau hanya khayalan (yang diakibatkan
persepsi seorang terhadap kejadian) dalam rentang kehidupannya.
Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respons
emosional yang normal. Berduka merupakan suatu proses untuk memecahkan
masalah, dan secara normal berhubungan erat dengan kematian. Hal ini sangat
penting dan menentukan kesehatan jiwa yang baik bagi individu karena
member kesempatan individu untuk melakukan koping dengan kehilangan
secara bertahap sehingga dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari
kehidupan nyata. Individu sebagai proses sosial dapat diselesaikan dengan
bantuan orang lain.
Penyebab dari berduka antara lain:
a. Kematian keluarga atau orang yang berarti
b. Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
c. Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh,
hubungan sosial)
Gejala dan tanda mayor subjektif berupa merasa sedih, merasa
bersalah atau menyalahkan orang lain, tidak menerima kehilangan, merasa

6
tidak ada harapan. Kemudian tanda objektifnya berupa menangis, pola tidur
berubah, dan tidak mampu berkonsentrasi.
B. Rentang Respon Kehilangan dan Berduka
Gambaran rentang respon individu terhadap kehilangan dan berduka menurut
Kublier-rose, 1969 :
1. Fase Pengingkaran (denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan
mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, “ Itu tidak
mungkin”. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal,
akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi
pada fase peenginkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, tidak tahu berbuat apa.
Reaksi tersebut cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai
beberapa tahun.
2. Fase Marah (anger)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat
yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang
orang tertentu atau ditujukan kepada dririnya sendiri. Tidak jarang
menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan
menuduh dokter dan perawat yang tidak becus. Respon fisik yang terjadi
pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan mengepal.
3. Fase Tawar Menawar (bargaining)
Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ Kalau
saja kejadian ini bisa ditunda maka saya yang akan sering berdoa” Apabila

7
proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataan sebagai berikut
sering dijumpai “Kalau saja yang sakit bukan anak saya”.
4. Fase Depresi (depression)
Individu pada fase ini sering menunujukkan sikap antara lain menarik
diri, tidak mau bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat
baik dan menurut, atau dengan ungkapan-ungkapan yang menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering
diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
menurun.
5. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
selalu terpusat kepada objek atau orang hilang akan mulai berkurang atau
hilang, individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya,
gambaran tentang objek atau irang yang hilang mulai dilepaskan dan
secara bertahap perhatian beralih pada objek yang baru. Fase menerima
biasanya dinyatakan dengan kata-kata “Saya betul-betul menyayangi baju
saya yang hilang tapi baju saya yang baru manis juga,” atau “Apa yang
dapat saya lakukan agar saya dapat cepat sembuh?”.
C. Sifat- sifat Kehilangan
Sifat-sifat kehilangan pada umumnya ada 2 yakni:
a. Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah
pada pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan,
bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.
b. Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan
menyebabkan yang ditinggalkan mengalami keletihan emosional
(Rando:1984)

8
Menurut Burgers dan Lazare tahun 1976, karakteristik kehilangan
berduka antara lain:
 Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan ketidakyakinan.
 Berduka yang menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila
teringat tentang kehilangan orang yang disayangi.
 Berduka yang menunjukkan perasaan tidak nyaman dan sering
disertai dengan menangis, serta keluhan-keluhan sesak pada dada,
rasa tercekik, napas pendek.
 Mengenang almarhum terus menerus.
 Memperoleh pengalaman perasaan berduka.
 Cenderung menjadi mudah tersinggung dan marah.
Sedangkan karakteristik dari jenis kehilangan antara lain:
 Kehilangan orang bermakna, misalnya akibat kematian atau
dipenjara.
 Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, misalnya menderita
penyakit, amputasi, kehilangan pendapatan, kehilangan perasaan
tentang diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan kedudukan dan
kehilangan kemampuan seksual.
 Kehilangan milik pribadi (misalnya uang, perhiasan).
D. Tanda dan Gejala
1. Gejala yang timbul pada pasien dengan kehilangan antara
lain;
a. Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil.
b. Depresi menyangkal yang berkempanjangan .
c. Reaksi emosional yang lambat.
d. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal.
2. Tanda yang mungkin dijumpai pada pasien
a. Isolasi social atau menarik diri

9
b. Gagal untuk mengembangkan hubungan /minat-minat
baru.
c. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah
kehilangan.
E. Penatalaksanaan

10
F. Konsep Asuhan Keperawatan dengan masalah Kehilangan Berduka.
1. Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi
duka cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan
diperhatikan melalui perilaku. Beberapa percakapan yang merupakan
bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka iagn dan rasakan
adalah :
 Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
 Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
 Perilaku koping yang adekuat selama proses
Terdapat 7 faktor yang mempengaruhi rentang respon kehilangan,
yakni:
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan
adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan
di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan
sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi
suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan
kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat,
pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan
fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan
jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang
ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu

11
dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat
peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau
perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-
kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi
perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen,
1991).
5) Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang
negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa
percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan
kehilangan. Kehilangan kasih iagno secara nyata ataupun imajinasi
individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain
meliputi:
1)   Kehilangan kesehatan
2)      Kehilangan fungsi seksualitas
3)      Kehilangan peran dalam keluarga
4)      Kehilangan posisi di masyarakat
5)      Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6)      Kehilangan kewarganegaraan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon
antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi,
Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas
stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi
sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan
patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan
dan tidak tepat.

12
d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna
e. Respon Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem iagno dan endokrin
f. Respon Emosional
1) Merasa sedih, cemas
2) Kebencian
3) Merasa bersalah
4) Perasaan mati rasa
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan
individu atau benda yang hilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan
keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya
diri
g. Respon Kognitif
1) Gangguan asumsi dan keyakinan
2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna
kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang
meninggal

13
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang
yang meninggal adalah pembimbing.
h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1) Menangis tidak terkontrol
2) Sangat gelisah; perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang
dilakukan bersama orang yang telah meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal
padahal ingin membuangnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau iagnos
7) Kemungkinan melakukan iagnos, upaya bunuh diri atau
pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase
reorganisas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian:
a) Perawat mengkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang
mengalami kehilangan untuk menentukan tingkatan berduka.
b) Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz, 1978) yang
mencangkup: sesak di dada, napas pendek, berkeluh kesah,
perasaan penuh di perut, kehilangan kekuatan otot, distress
perasaan yang hebat.
c) Enam karakteristik berduka (Burgers dan Lazare, 1976)juga
dikaji: respons fisiologis, respons tubuh terhdapa kehilangan atau
mengetahui lebih dulu kehilangan dengan suatu reaksi stress.
Perawat dapat mengkaji tanda klinis respons tersebut.
d) Factor yang memengaruhi suatu reaksi kehilangan yang bermakna
bergantung pada persepsi individu terhadap pengalaman

14
kehilangan, umur, kultur, keyakinan spiritual, peran seks, status
sosial-ekonomik.
e) Factor presdiposisi yang memengaruhi reaksi kehilangan yang
mencakup genetic, kesehatan fisik, kesehatan mental, pengalaman
kehilangan di masa lalu.
f) Factor pencetus mencakup perilaku yang ditunjukkan oleh
individu yang mengalami kehilangan, dan mekanisme koping
yang sering digunakan oleh individu.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun beberapa diagnose yang berkaitan dengan kondisi berduka
dan kehilangan, antara lain:
a) Isolasi Sosial
b) Gangguan Konsep Diri
c) Defisit Perawatan diri
3. Re
nc
an
a
ke
pe
ra
w
at
an
Tujuan keperawatan agar individu yang mengalami proses berduka
secara normal, melakukan koping terhadap kehilangan secara bertahap dan
menerima kehilangan sebagai bagian dari kehilangan yang nyata dan harus
dilalui.
1. Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan respon kehilangan.

15
a) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap penyangkalan adalah
memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaanya
Tindakan Keperawatan:
 Doronglah pasien untuk mengungkapkan perasaan dukanya.
 Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan,
kehilangan, apabila ia sudah siap secara emosional.
 Dengarkan pasien dengan penuh pengertian dan jangan
menghukum atau menghakimi.
 Jelaskan kepada pasien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada
orang yang mengalami kehilangan.
 Beri dukungan kepada pasien secara nonverbal, seperti memegang
tangan, menepuk bahu, merangkul.
 Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana, jelas dan
singkat.
 Amati dengan cermat respons pasien selama berbicara.
 Tingkatkan secara bertahap kesadaran pasien terhadap kenyataan.
b) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap marah adalah member
dorongan, member kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
rasa marahnya secara verbal,tanpa melawan dengan kemarahan.
Perawat harusmenyadari bahwa perasaan marah adalah ekspresi dari
perasaan frustasi dan ketidakberdayaan.
Tindakan keperawatan:
 Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihannya (misalnya
marah, menangis)
 Dengarkan dengan empati, jangan member respons yang mencela.
 Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.

16
c) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap tawar menawar adalah
membantu pasien mengidentifikasikan rasa bersalah dan perasaan
takutnya.
Tindakan keperawatan:
 Amati perilaku pasien.
 Diskusikan bersama pasien mengenai perasaannya.
 Tingkatkan harga diri pasien.
 Cegah tindakan merusak diri
d) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap depresi adalah
mengidentifikasi tingkat depresi, risiko merusak diri, dan membantu
pasien mengurangi rasa bersalah.
Tindakan Keperawatan:
 Amati periaku pasien.
 Diskusikan bersama pasien mengenai perasaanya.
 Cegah tindakan merusak diri.
 Hargai perasaan pasien.
 Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif yang terkait
dengan kenyataan.
 Beri kesempatan pada pasien mengungkapkan perasaannya, bila
perlu biarkan ia menangis sambil tetap didampingi.
 Bahas pikirann yang selalu timbul bersama dengan pasien.
e) Prinsip tindakan perawatan tahap penerimaan adalah membantu pasien
untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan.
Tindakan keperawatan:
 Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
4. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Isolasi sosial b.d Setelah dilakukan tindakan Promosi social
ketidakadekuatan keperawatan selama 1x24 Observasi :

17
sumber daya jam diharapkan keterlibatan 1.Identifikasi kemampuan interaksi
personal(mis. sosial meningkat dengan orang lain
Disfungsi berduka, 1.Minat interaksi (4) 2.identifikasi hambatan melakukan
pengendalian siri 2.verbalisasi sosial(4) interaksi dengan orang lain
buruk) 3.verbalisasi ketidakamanan Terapeutik:
diitempat umum(3) 1.motivasi meningkatkan
4.perilaku menarik diri (3) keterlibatan dalam suatu hubungan
2.motivasi kesabaran dalam
meningkatkan suatu hubungan
3.motivasi berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan kegiatan
kelompok

4.motivasi berinteraksi diluar


lingkungan(mis. Jalan-jalan ketoko
buku)

5.berikan umpan balik positif


dalam perawatan diri

6.berikan umpan balik positif pada


setiap peningkatan kemampuan

Edukasi:

1.anjurkan interaksi dengan orang


lain secara bertahap

2. anjurkan berbagi pengalaman


dengan orang lain

3.anjurkan meningkatkan kejujuran


diri dan menghormati Hak orang

18
lain

5.
I
m
pl
e
m
en
ta
si
da
n
ev
al
ua
si

19
ke
pe
ra
w
at
an
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang sudah
disusun.
1. Pasien mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami.
2. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan
keadaan dirinya.
3. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
4. Memanfaatkan faktor pendukung.
5. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.
6. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka
berkepanjangan.
7. Keluarga mempraktikkan cara merawat pasien berduka
disfungsional.
8. Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.

20
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan


sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada , baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35).Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda
(Direja,2011)
B.Saran

Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah


keperawatan khusunya klien dengan masalah kehilangan berduka harus memiliki
pengetahuan yang luas dan tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala
penyakit dan asuhan keperawatan hendaknya diberikan secara komprehensif,
biopsikososial cultural dan spiritual.
Kesehatan jiwa dapat didapatkan dengan jalan ada kesinkronan antara
pasien, keluarga dan tenaga medis dalam upaya proses penyembuhan. Jika salah
satu dari komponen tersebut, maka akan menghambat proses penyembuhan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC
Dalami, Ermawati,dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah
Psikososial.Jakarta :CV Trans Info Media
Direja,A.H.S.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Nuha Medika
SDKI DPP PPNI, Tim Pokja. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia’Definisi dan Indikator Diagnostik’. Edisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Suliswati, dkk, 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep I.2009.Keperawatan Jiwa. Bandung:refika Aditama.

22

Anda mungkin juga menyukai