Anda di halaman 1dari 21

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TOKSOPLASMOSIS

KELOMPOK
III
Toksoplasmosis adalah penyakit
infeksi pada manusia dan hewan
yang disebabkan oleh Toxoplasma
gondii.

Pengertian Toxsoplasma adalah parasit


protozoa dengan sifat alami
dengan perjalanannya dapat akut
atau menahun, juga dapat
menimbulkan gejala simtomatik
maupun asimtomatik.
Ensefalitis toksoplasma disebabkan
oleh parasit Toxoplasma gondii,
yang dibawa oleh kucing, burung
dan hewan lain yang dapat
ditemukan pada tanah yang
tercemar oleh tinja kucing dan
Etiologi kadang pada daging mentah atau
kurang matang. Begitu parasit
masuk ke dalam sistem kekebalan,
parasit tersebut menetap di sana,
sistem kekebalan pada orang yang
sehat dapat melawan parasit
tersebut hingga tuntas, dan dapat
mencegah terjadinya suatu
penyakit.
Daur Hidup Toxoplasma gondii

Toxoplasma gondii hidup dalam 3 bentuk yaitu thachyzoite,


tissue cyst (yang mengandung bradyzoites) dan oocyst (yang
mengandung sporozoites). Bentuk akhir dari parasit diproduksi
selama siklus seksual pada usus halus dari kucing. Kucing
merupakan pejamu definitif dari Toxoplasma gondii. Siklus
hidup aseksual terjadi pada pejamu perantara (termasuk
manusia). Dimulai dengan tertelannya tissue cyst atau oocyst
diikuti oleh terinfeksinya sel epitel usus halus oleh bradyzoites
atau sporozoites secara berturut-turut. Setelah bertransformasi
menjadi tachyzoite, organisme ini menyebar ke seluruh tubuh
lewat peredaran darah atau limfatik.
Patofisiologi
1. Patofisiologi HIV/AIDS
HIV secara signifikan berdampak pada kapasitas
fungsional dan kualitas kekebalan tubuh. HIV mempunyai
target sel utama yaitu sel limfosit T4, yang mempunyai
reseptor CD4.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) masuk ke dalam
tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di
dalam sel limfosit.
2. Patofisiologi Toxoplasmosis sebagai komplikasi HIV/AIDS
Infeksi oportunistik dapat terjadi akibat penurunan
kekebalan tubuh pada penderita HIV/AIDS. Infeksi
tersebut dapat menyerang sistem saraf yang
membahayakan fungsi dan kesehatan sel saraf.
Pathway •Makan makanan mentah
•Makanan yang terkontaminasi
•Kontak langsung dengan feses kucing

Infeksi protozoa Toxoplasma Gondii

TOKSOPLASMOSIS

Bradizoit/ookistmem bentuk kista


jaringan di dalam tubuh (menginvasi
taraktus gastrointestinal)
Saat menyebar ke
SSP dapat Menyebar keberbagai organ
menyebabkan (jaringanlimfatik, ototlurik,
Ensefalitis miokardium, retina, plasenta, dan SSP)

Tekanan intrakranial
Parasit terus menginfeksi sel pejamu,
bereplikasi, dan menginvasi sel sekitar
Nyeri kepala

Kematian sel dan nekrosis fokal serta


NYERI AKUT diiringi proses inflamasi akut

Instabil termoregulasi

Suhu tubuh meningkat

HIPERTERMIA
Manifestasi Klinis
Gejala termasuk ensefalitis, demam, sakit
kepala berat yang tidak respon
terhadap pengobatan, lemah pada satu sisi
tubuh, kejang, kelesuan, kebingungan yang
meningkat, masalah penglihatan, pusing,
masalah berbicara dan berjalan, muntah dan
perubahan kepribadian. Tidak semua pasien
menunjukkan tanda infeksi.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Serologi
2. Pemeriksaan cairan serebrospinal
3. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction
(PCR)
4. CT scan
5. Biopsi otak 
Penatalaksanaan
1. Toksoplasmosis otak diobati dengan kombinasi pirimetamin
dan sulfadiazin.
2. Toxoplasma gondii, membutuhkan vitamin B untuk hidup.
3. Kombinasi pirimetamin 50-100mg perhari yang
dikombinasikan dengan sulfadiazin1-2 g tiap 6 jam.
4. Pasien yang alergi terhadap sulfa dapat diberikan kombinasi
pirimetamin 50-100 mg perhari dengan clindamicin 450-600
mg tiap 6 jam.
5. Pemberian asam folinic 5-10 mg perhari untuk mencegah
depresi sumsum tulang.
6. Terapi anti retro viral (ARV)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan toksoplasmosis, antara lain :
1. Kebutaan : kondisi ini terjadi pada penderita
toksoplasmosis yang mengalami infeksi mata, yang tidak
di obati dengan sempurna.
2. Esefalitis : infeksi otak serius dapat terjadi pada
penderita toksoplasmosis dengan system imunitas
rendah karena penyakit HIV/AIDS.
3. Gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
retardasi mental. Komplikasi ini dapat menimpa
penderita toksoplasmosis bayi baru lahir.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat,
penanggung jawab, tanggal pengkajian, dan diagnose medis.
a. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri
panggul
b. Riwayat Kesehatan
c. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluhkan
diare,demam berkepanjangan,dan batuk berkepanjangan.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/istirahat
 Gejala : Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktifitas, kelelahan.
 Tanda : Kelemahan otot, nyeri otot, menurunnya massa
otot, respon fisiologi terhadap aktifitas.
2. Sirkulasi
 Gejala : Demam, proses penyembuhan luka yang
lambat, perdarahan lama bila cedera
 Tanda : Suhu tubuh meningkat, berkeringat, takikardia,
mata cekung, anemis, perubahan tekanan darah
postural, volume nadi perifer menurun, pengisian
kapiler memanjang.
3. Integritas ego
 Gejala : Merasa tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, kehilangan kontrol
diri, dan depresi.
 Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis,
kontak mata kurang.
4. Eliminasi
 Gejala : Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih.
 Tanda : Feces encer disertai mucus atau darah, nyeri tekan abdominal, lesi
pada rectal, ikterus, perubahan dalam jumlah warna urin.
5. Makanan/cairan
a. Gejala : Tidak ada nafsu makan, mual, muntah, sakit tenggorokan.
b. Tanda : Penurunan BB yang cepat, bising usus yang hiperaktif, turgor kulit
jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mukosa
mulut
6. Hygiene
 Tanda : Tidak dapat menyelesaikan ADL, mempeliahtkan penampilan yang
tidak rapi.
7. Neurosensorik
 Gejala : Pusing, sakit kepala, photofobia.
 Tanda : Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan
sensasi, kelemahan  otot, tremor, penurunan visus, bebal,
kesemutan pada ekstrimitas.
8. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : Nyeri umum atau lokal, sakit, nyeri otot, sakit
tenggorokan, sakit kepala, nyeri dada pleuritis, nyeri abdomen.
 Tanda : Pembengkakan pada sendi, hepatomegali, nyeri tekan,
penurunan ROM, pincang.
9. Pernapasan
 Tanda : Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk
produktif/non, sesak pada dada, takipneu, bunyi napas
tambahan, sputum kuning.
10. Keamanan
 Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka
lambat proses penyembuhan.
 Tanda : Demam berulang
11. Seksualitas
 Tanda : Riwayat perilaku seksual resiko tinggi,
penurunan libido, penggunaan kondom yang tdk
konsisten, lesi pada genitalia, keputihan.
12. Interaksi social
 Tanda : Isolasi, kesepian, perubahan interaksi
keluarga, aktifitas yang tidak terorganisir.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
ditandai dengan frekuensi nadi meningkat
2. Hipertermia b/d Terpapar suhu lingkungan
rendah dibuktikan dengan suhu tubuh
dibawah nilai normal
Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri (L.485)
3x24 jam diharapkan tingkat nyeri dengan
kriteria hasil: Observasi:

a. Mengenali kapan nyeri terjadi.  Monitor Lakukan pengkajian nyeri


b. Menggambarkan faktor penyebab nyeri. secara komprehensif termasuk lokasi,
c. Menggunakan tindakan pengurangan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri tanpa analgesic. dan faktor presipitasi.
d. Menggunakan analgesic yang
direkomendasikan.  Observasi reaksi nonverbal dari
e. Tidak ada kehilangan nafsu makan atau ketidaknyamanan
nafsu makan meningkat.
Terapeutik:
 Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan.
 Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri.
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi.
Edukasi:
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
Kolaborasi:
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali.
Kolaborasi:
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah
pemberian analgesik pertama kali.
2. Hipertermia Setelah dilakukan asuhsn keperawatan Manajemen Hipertermia (L.468)
selama 3x24 jam diharapkan
Observasi:
Termoregulasi, yang dibuktikan oleh
indikator dengan Kriteria hasil :  Monitor suhu dan tanda-tanda vital
1. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh  Monitor warna kulit dan suhu
2. Tidak terjadi hipertermia Terapeutik:
3. Tidak sakit kepala  Beriobat atau cairan IV (misalnya
4. Tidak merasakan sakit pada otot. antipiuretik, agen antibakteri, dan
4.Melaporkan kenyamanan suhu agen anti menggigil).
Kolaborasi:

 Tutup pasien dengan selimut atau


pakaian ringan, tergantung pada fase
demam.

Edukasi:

 Edukasi demam serta tanda dan


gejala kondisi penyebab demam
(misalnya kejang, penurunan. tingkat
kesadaran.
Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan
Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan dalam menilai Tindakan keperawatan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan dan untuk
menentukan masalah teratasi atu tidak. Penentuan masalah teratasi atau
tidak dengan cara membandingkan antara SOAP atau SOAPIE dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah di tetapkan.
 S (subjective): adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan di berikan
 O (Objective) : adalah informasi yang didapatkan berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah
Tindakan dilakukan
 A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi atau tidak.
 P (Planing) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
beradasarkan hasil analisa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai