DISUSUN OLEH
KELOMPOK 12 PBL
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan
tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Aamiin.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan tutorial ini, karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan guna memacu kami menciptakan karya-
karya yang lebih bagus.
Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dalam penyusunan karya tulis ini, terutama kepada:
1. Dr. Sri Julyani selaku Sekretaris Blok Imunologi
2. Dr. Zulfitriani Murfat selaku tutor
3. Teman-teman yang telah mendukung dan turut memberikan motivasi dalam
menyelesaikan laporan tutorial ini.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan setimpal atas segala kebaikan dan pengorbanan
dengan limpahan rahmat dari-Nya. Aamiin yaa Robbal A’lamiin.
Kelompok 12
SKENARIO 2 :
Seorang wanita umur 38 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan batuk sejak 3 bulan yang
lalu, pasien sudah sering berobat ke puskesmas tapi batuknya tidak sembuh. Saat ini pasien
mengeluh batuknya susah keluar dan mengganggu terutama pada malam hari. Sebelumnya
pasien sering demam sejak 5 bulan yang lalu, kadang disertai menggigil tetapi demamnya tidak
terus menerus. Nafsu makan berkurang sejak sakit, kadang mual tetapi tidak muntah, pusing dan
lemas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan pada daerah leher sebelah kiri, yang tidak
sakit pada penekanan. Riwayat penyakit sebelumnya dengan gejala yang sama tidak ada tetapi
ada riwayat penyakit sering flu disertai batuk dan sulit bernapas dialami pada umur 3 tahun
sampai SMP. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak diketahui.
KATA SULIT:
Tidak ada
KALIMAT SULIT:
PEMBAHASAN
1. Imunologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ”Immunis” yang berarti ”charges” atau
”taxes” yang harus dibayar untuk memperoleh sesuatu, sehingga imunitas diartikan
bahwa agar tahan terhadap serangan penyakit infeksi perlu melakukan sesuatu yaitu
imunisasi. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari respon imun dalam arti luas dan
peristiwa seluler dan molekuler yang terjadi akibat masuknya benda asing dalam tubuh
manusia.
Imunologi merukapan cabang ilmu biomedikal, yang mempelajari semua aspek sistem
imunitas (kekebalan tubuh) pada semua organisme. Di dunia kedokteran terutama sangat
fokus pada status imunologis karena penyakit dan vaksinasi. Hal tersebut mengingatkan
akan penemuan vaksin oleh Jenner pada tahun 1796. Banyak vaksin yang telah
ditemukan seperti vaksin terhadap tetanus, tuberkulosis, polio, hepatitis, rabies, dan
brusellosis.
Imunologi klinik mempelajari tentang penyakit yang disebabkan adanya gangguan
kekebalan tubuh, seperti defisiensi imunologi,alergi, transplantasi, penyakit autoimun.
Perkembangan imunologi, menempatkan sistem kekebalan sebagai alat diagnosis dan
terapi.
2. Bagaimana peran antigen,antibodi,dan mekanisme imun?
Antigen bisa merupakan molekul biologik apa saja termasuk produk molekul
intermediat, karbohidrat, lipid, autocoids, hormon, dan makro molekul seperti
karbohidrat, fosfolipid, asam nukleik, dan protein yang dapat berikatan dengan antibodi
atau berupa peptida yang dapat berikatan dengan reseptor sel T. Kemampuan antibodi
mengikat antigen dimanfaatkan untuk mengambangkan teknik pemeriksaan dalam
menghitung jumlah satu antigen secara kuantitatif pada cairan biologis misalnya dalam
darah seperti ELISA (enzyme linkage immunosorbent assay) dan RIA
(Radioimmunoassay), serta untuk menilai keberadaan antigen secara kualitatif dan
semikuantitatif dalam jaringan seperti teknik imunohistokimia.
Antibodi adalah protein yang bersirkulasi dalam darah yang dihasilkan oleh
sel B dan sel plasma sebagai respon terhadap paparan antigen asing. Antibodi sangat
bervariasi dan spesifitasnya sehingga dapat mengenal antigen asing dan menjadi
mediator berarti antibodi bukanlah eksekutor membunuh antigen tapi memediasi
eksekutor lain (makrofag, komplemen, sel NK, sel mast) untuk eliminasi antigen.
Walaupun dikatakan antibodi dibuat meresponi antigen asing tapi dalam keadaan tidak
normal dapat juga berespon terhadap antigen sendiri sehigga menimbulkan penyakit
autoimun. Variasi antibodi yang dapat berbentuk tentu tergantung pada banyaknya
variasi clone sel B naif yang memiliki spesifisitas BCR yang berbeda yang diperikiran
sekitar 10 juta.
Sistim Imunitas terbagi 2 :
sistim imun alamiah / non spesifik / innate / native
fisik (kulit, silia, lendir, batuk)
zat terlarut (enzim, asam lambung, keringat, komplemen, interferon)
selular (sel fagosit, sel Mast, sel NK, basofil)
Kekebalan bawaan / alamiah
Komponen normal tubuh dan terdapat pada individu sehat
Tersedia dan dapat berfungsi sejak lahir
Pertahanan awal terhadap mikroba (bukan untuk jenis mikroba tertentu)
Terdiri dari mekanisme pertahanan seluler dan biokimia
Tersedia sebelum terjadi infeksi dan siap merespon dengan cepat terhadap adanya
infeksi.
Jumlah pertahanan meningkat oleh adanya infeksi
Respon dengan cara yang sama pada infeksi berulang
Pertahanan fisik dan mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk, bersin
Pertahanan tubuh terdepan
Dalam kondisi sehat dan utuh, tidak dapat ditembus banyak jenis mikroba
Kerusakan kulit atau selaput lendir akan meningkatkan resiko infeksi
Pertahanan Biokimia
Mikroba dapat masuk melalui kelenjar sebaseus dan follikel rambut
pH asam keringat, sekresi sebaseus, asam lemak
denaturasi protein membran sel untuk mencegah infeksi
Enzim Lisozim (keringat, ludah, air mata, ASI) efektif terhadap kuman gram positif
Enzim Laktooksidase (ASI, ludah) merusak dinding sel mikroba
Asam hidroklorida lambung, enzim proteolitik, empedu dalam usus halus
pH asam vagina, spermin semen, enzim mukosa saluran napas mukus epitel mukosa
dan silia
Pertahanan Humoral
Komplemen ; protein untuk proteksi thd infeksi dan berperan dalam respon inflamasi
C-reaktive protein ;
Untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi
Kolectin
Pertahanan Selular
Fagosit ;
Sel MN (monosit dan magrofag) dan sel PMN (granulosit)
Fungsi ; menangkap antigen, mengolah dan mempresentasikan ke sel T
Berinteraksi dgn komplemen dan sistim imun spesifik
Fagositosis yg efektif dpt mencegah terjadinya infeksi
Fase penghancuran kuman ;
1. Kemotaktis
2. Menangkap
3. Memakan
4. Fagositosis
5. Memusnahkan dan mencerna
Makrofag
Monosit dlm sirkulasi bermigrasi ke jaringan dan berdiferensiasi menjadi
makrofag ;
sel Kupffer hati, Histiosit jaringan ikat, makrofag alveolar paru, sel Glia otak, sel
Langerhans kulit
Berperan dalam respon imun nonspesifik dan spesifik
Sel Natural Killer
Golongan limfosit dengan granul besar dgn banyak sitoplasma
berfungsi dlm imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor
Sel Mast
Berperan dalam reaksi alergi, pertahanan pejamu, parasit dalam usus
dan invasi bakteri
Faktor non imun dpt mengaktifkan dan degranulasi sel mast
Jaringan atau organ limfoid secara kolektif adalah jaringan yang memproduksi,
menyimpan, atau memproses limfosit. Jaringan-jaringan ini mencakup sumsum tulang,
kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil, adenoid, apendiks, dan agregat jaringan limfoid di
lapisan dalam saluran cerna yang dinamai bercak Peyer atau gut-associated lymphoid
tissue (GALT, jaringan limfoid terkait usus). Jaringan limfoid berada di tempat-tempat
strategis untuk menghambat masuknya mikroorganisme sebelum mikroorganisme
tersebut memiliki kesempatan untuk berespons terhadap mikroba yang terhirup,
sementara mikroorganisme yang masuk melalui saluran cerna segera dihadapi oleh
limfosit di apendiks dan GALT.
Organ Limfoid
Primer
a. Sumsum tulang
Fungsi Sumsum tulang:
Asal semua sel darah
Tempat proses pematangan untuk limfosit B
b. Timus
Fungsi timus:
c. Bursa of fabricus
Sekunder
A. Limfonodus
Fungsi limfonodus:
Menyaring limfe
Membentuk antibodi
Membentuk limfosit
Membatasi penyebaran sel tumor
C. Tonsila palatina
D. Malt (Mucosa Associated Lymphoid Tissue).
Tersebar pada beberapa tempat antara lain:
Saluran gastroenterohepatika
Saluran respiratorius
Saluran urogenitalia
Berdasarkan kasus, organ yang terkait adalah:
Malt
Tersebar pada beberapa tempat seperti pada saluran respirasi. Berdasarkan skenario,
keluhan yang ada yaitu batuk.
Kelenjar getah bening/ kelenjar limfe
Gejala yang ditemukan adalah pembengkakan pada leher sebelah kiri
Adanya TNF
Menimbulkan gejala demam yang disekresikan oleh kelenjar hypothalamus
5. Bagaimana patomekanisme inflamasi?
Inflamasi adalah respon pertahanan tubuh untuk mengeleminasi penyebab jejas pada jaringan
atau sel (cell injury), membersihkan jaringan dari sisa-sisa kerusakan, dan membangun jaringan
baru. Penyebab inflamasi adalah agen infeksi (yang banyak dibicarakan dalam respon imum),
benda asing, jejas sel misalnya trauma fisik, suhu, dan kimiawi serta iskemia yang menimbulkan
kerusakan jaringan. Respon inflamasi dengan tiga tujuan tersebut dapat berlangsung oleh karena
peranan berbagai faktor sel-sel inflamasi, pembuluh darah, dan mediator inflamasi.
Pembangunan jaringan baru dimaksudkan untuk menggantikan jaringan rusak tetapi bisa terjadi
sel yang mati tidak diganti dengan sel atau jaringan yang fungsional sama sehingga
kemungkinan bekas jaringan rusak terganti oleh jaringan fibrous maka terbentuklah scar
(jaringan parut).
Inflamasi digambarkan pertama kali 2000 tahun yang lalu (Abad I) oleh dr. Celcus (romawi)
yang menerangkan tentang reaksi lokal terhadap jejas pada jaringan, yang terkenal dengan istilah
cardinal sign yaitu rubor (merah), tumor (bengkak), calor(hangat), dan dolor (nyeri). Seabad
kemudian dr. Galen (Yunani) menambahkan functio laesa (gangguan fungsi) sebagai cardinal
sign yang kelima. Rubor dan calor terjadi akibat vasolidatasi kapiler yang menyebabkan banyak
darah ke daerah inflamasi sehingga memberi warna merah dan rasa hangat. Hal ini merupakan
bukti partisipasi pembuluh darah untuk mendatangkan sel-sel dan protein yang berperan dalam
respon inflamasi ke jaringan diman dibutuhkan kehadirannya. ”Tumor” (bengkak) terjadi akibat
banyaknya cairan plasma yang keluar dari pembuluh darah, membawa sel-sel inflamsi, mediator
inflamasi dan kebutuhan lain masuk ke dalam jaringan. Terjadilah peninggian jumlah cairan
intertisial yang disebur edema yang menyebabkan pembengkakan pada daerah inflamasi. Jadi
”tumor” yang dilihat oleh dr. Celcus sebenarnya adalah pembengkakan jaringan oleh karena
edema. Dolor terjadi akibat adanya rangsangan pada ujung-ujung saraf oleh mediator inflamasi
misalnya bradikinin yang memicu terjadinya nyeri dan penekanan ujung-ujung saraf oleh edema.
Pembengkakan dan rasa nyeri ini selanjutnya menimbulkan gangguan fungsi.
6. Apa mekanisme imunologi dari tanda dan gejala batuk?
Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga jalan napas
tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir yang menumpuk
pada jalan napas. Tidak hanya lendir yang akan disingkirkan oleh refleks batuk tetapi
juga gumpalan darah dan benda asing. Namun, sering terdapat batuk yang tidak bertujuan
untuk untuk mengeluarkan lendir maupun benda asing, seperti batuk yang disebabkan
oleh iritasi jalan napas. Jalan napas dapat terjadi hiperreaktif sehingga hanya dengan
iritasi sedikit saja sudah dapat menyebabkan refleks batuk. Batuk merupakan gejala yang
paling sering ditemukan pada infeksi jalan napas atas. Jika batuk tidak hilang selama tiga
minggu sebaliknya dilakukan pemeriksaan foto toraks untuk menentukan kemungkinan
adanya tuberkulosis, karsinoma bronkus atau penyakit paru lain. Batuk termasuk elemen
utama untuk membersihkan saluran napas dari dahak, dan dahak merupakan stimulus
untuk terjadinya batuk.
Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi
sampai 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi
selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena
otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap
terbuka.
Berdasarkan skenario, gejala batuk sering ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi
pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar dari
saluran napas bawah. Karen terlibatnya bronkus setiap penyakit tidak sama,mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit TB berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan berubah menjadi
produktif (menghasilkan dahak). Keadaan lebih lanjut dapat berupa betuk darah karena
terdapat pembuluh darah kecil yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada TB terjadi pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada dinding bronkus. Batuk ini sering sulit dibedakan
dengan batuk karena sakit: pneumonia,asma,bronkitis,alergi,penyakit paru obstruksi
kronik,dll.
7. Apa penyebab bengkak pada leher?
Infeksi pada kasus disebabkan oleh bakteri yang masuk saluran pernapasan menuju alveoli,
sehingga terjadilah infeksi primer.Dari infeksi primer ini, akan timbul peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah
bening hilus (limfangitis regional).
Peradangan pada saluran getah bening akan memengaruhi permeabilitas membran. Permeabilitas
membran akan meningkat dan akhirnya menimbulkan akumulasi cairan dalan rongga pleura.
Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang
robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga diakibatkan dari robeknya
perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna
vertebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosis paru adalah eksudat yang berisi protein dan
terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya
serosa, namun kadang-kadang bisa juga hemarogi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Dr. Syarifuddin Wahid, PhD, SpPA (K), SpF . 2016 . IMUNOLOGI LEBIH
MUDAH DIPAHAMI .Surabaya:Brilian Internasional.
2. Muwarni, Sri . 2015 . DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI VETERINER . Malang: UB
press.
3. http://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patodiagklas.pdf
4. Setiati, Siti. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing.
5. (Guyton. 2008)
6. Dr. R. Darmanto Djojodibroto, SpP. FCCP . 2009 . RESPIROLOGI (RESPIRATORY
MEDICINE). Jakarta: EGC
7. Muttaqin,Arif. Buku Ajar Asuhan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Salemba
Medika