IMUNOLOGI
“Antibodi”
Oleh :
Guswan Ferdiansyah
1701062
S1 VI-B
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4. Mengetahui bagaimana interaksi antara antigen dengan antibodi didalam tubuh manusia.
PEMBAHASAN
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai
disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti : malfungsi sistem
imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun,
penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem
imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi
penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas masalah antigen, antibodi, dan fungsi –
fungsi berperantara sel terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit ,
reaksi biologik yang bersifat hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing.
Antibodi adalah protein yang bersirkulasi dalam darah yang dihasilkan oleh sel B
dan sel plasma sebgai respon terhadap paparan antigen asing. Antibodi sangat bervariasi
spesifisitasnya sehingga dapat mengenal antigen asing dan menjadi mediator primer respon
imun humoral. Peran sebagai mediator berati antibodi bukanlah sebgai eksekotor membunuh
antigen tetapi memediasi eksekutpr lain (makrofag, komplemen, sel NK, sel mast) untuk
mengeleminasi antigen. Walaupun dikatakan antibodi dibuat meresponi antigen asing tapi
dalam kedaan tidak normal dapat juga berespon terhadap antigen sendiri sehingga
menimbulkan penyakit yang disebut dengan auto imun. Variasi antibodi yang dapat terbentuk
tentu tergantung pada banyaknya variasi colne sel B naif yang memiliki spesifisitas BCR
yang berbeda .
Gambar 2.1. Membrane bound antibodies dan secretoried antibodies. Membrane bound
antibodies berada pada membran sel B naif berperan sebgai reseptor antigen (BCR). Apabila
BCR menangkap antigen akan memicu aktivasi sel B menjadi sel B efektor yang aktif
mensekresikan antibodi (secretoried antibodi) yang beredar dalam cairan tubuh (soluble
antibodies.
Antibodi yang berperan sebgai BCR inilah yang sudah ada sebelum antigen asing
datang sedangkan aecretoried antibodies muncul setelah antigen asing datang. Walaupun ada
dua bentuk antibodi tetapi penggunaan kata antibodi pada umumnya yang dimkasud adalah
antibodi yang disekresikan, kalau yang melekat pada membrane sel B disebut reseptor sel B
(BCR). Antibodi berperan sebgai mediator imunitas humoral berarti antibodi hanya dapat
ditemukan didalam tubuh kita pada wilayah cair (layaknya tentara laut) seperti plasma darah,
sekresi mukosa dan cairan intestinal jaringan. Dengan demikian, antibodi bisa menyerang
semua mikroba jenis apa saja selama masih berada dlama mileu cair (termasuk mikroba
intraseluler yang belum masuk sel). Antibodi juga bisa mengikat antigen yang diekspresikan
dipermukaan sel sebgai molekul permukaan karena molekul itu tergenang dalam cairan
interstisial. Antibodi tidak bisa masuk kedalam sel, sehingga tak berdaya terhadap mikroba
yang sudah ada dalam sel (mikroba intraseluler).
Orang dewasa mengahsilkan sekitar 2-3 kg antibodi dalam sehari, dimana yang
terbanyak (hampir 2/3 dari seluruh antibodi) adalah IgA, IgA disekresika dijaringan pada
seluruh permukaan tubuh, meyebrangi sel epitel penutup permukaan tubuh untuk mencari
musuh (antigen) yangmecoba mendekati mukosa dari saluran cerna, saluran nafas, dan
saluran urogenitalia. Oleh karena mukosa ini sebenarnya adalah permukaan tubuh kita juga
sama halnya kulit, maka IgA berfungsi menyerang musuh yang belum memasuki tubuh tapi
sudah ada pada saluran saluran tersebut diatas. Berdasarkan luas permukaan tubuh dalam
bentuk mukosa saluran nafas, saluran cerna, saluran urogenital yang merupakan wilayah
kerja IgA, maka dapat dipahami mengapa IgA yang mendominasi jumlah antibodi.
Memahami struktur antibodi adalah sangat penting untuk memahami fungsi nya
dan bagaimana strukturnya itu digunakan untuk menjalankan fungsinya sebaga mediator
respon imun humoral. Sebagai perumpamaan bahwa memahami anatomi manusia
diperlukan untuk kita memahami fungsi semua organ dan bagaimana organa organ itu
menjalankan fungsinya. Pemahaman tentang struktur antibodi perlu juga untuk memahami
bagaimana pengorganisasian genetik untuk menghasilkan reseptor antigen dengan variasi
yang sangat besar.
Semua antibodi memiliki regio dengan struktur dasar yang relatif sama dan regio
yang memiliki variabilitas yang luar biasa antar antibodi. Regio antibodi yang memiliki
variabilitas yang luas (variable region) berada pada regio yang diberi nama regio Fab
(antigen binding region). Perbedaan pada regio Fab inilah yang membedakan antibodi dalam
spesifisitas terhadap antigen. Diperkirakan sekitar 10 juta variasi dari koleksi antibodi (BCR)
seseorang sehingga mampu berespon terhadap antigen dengan variabilitas yang luas pula
yang ada di alam ini. Struktur dasar yang relatif sama di antara berbagai tipe antibodi berada
pada regio yang diberi nama regio Fc (constant region). Non antigen binding region (Fc
region) ini hanya memiliki variasi yang sedikit saja di antara berbagai jenis antibodi, variasi
yang sedikit inilah yang dinyatakan dalam perbedaan isotypes. Perbedaan isotypes
berdampak pada perbedaan fungsi efektor antibodi dalam memediasi respon imun humoral.
Sehingga regio Fc berperan penting dalam eliminasi antigen karena di regio inilah makrofag,
sel NK, sel mast dan komplemen dapat mengikat ke antibodi untuk membunuh mikroba yang
telah diikat oleh antibodi pada regio Fab.
Gambar 2.2. Antibodi sebgai mediator mengeleminasi antigen. Antibodi yang sudah
menginkat antigen memediasi makrofag (M), sel Natural killer (NK), aktivasi komplemen
dan sel mast untuk aktif berfungsi mengeleminasi antigen.
Gambar 2.3. Struktur antibodi. A. Rantai berat (biru) dibentuk oleh suatu domain virable
region (VH) dan 3 atau 4 constant region (CH), rantai ringan (kuning) dibentuk oleh
suatudomain virable region (VL) dan satu domain Constant region (CL). B. Domain VH dan
VL bersam a-sama membentuk antigent binding site. Domain VH, CHI, VL, CL membentuk
Fab region dari rantai berat dihubungkan dengan hinge yang membuat Fab region bebas
bergerak dalam berbagai dimensi sehingga kedua antigen binding site dapat fleksibel
mennagkap antigen.
2. Sel T
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui sebagai
limfosit dan memainkan peran utama padakekebalan selular. Sel T mampu membedakan
jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan
setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi
menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk
melawan infeksi yang mungkin terulang kembali.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor sel T
(bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) danpeptida MHC pada permukaan sel sehingga
menimbulkan antarmukaantara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul co-
receptor dan co-binding.
Sel T terbagi menjadi tiga jenis, masing-masing dari ketiga jenis tersebut mempunyai
tugas / fungsi yang berbeda-beda :
Sel T sitotoksik (killer), berfungsi membunuh sel-sel yang terinfekasi, sel ini dapat
membunuh berbagai bibit penyakit, dan sel kanker.
Sel T supressor (penekan), mempunyai efek menstabilkan jumlah sel killer agar sel killer
tidak membunuh sel-sel tubuh yang sehat.
Sel T penolong (helper), berfungsi membantu zat antibodi dan sel B penghasil antibodi.
Sel ini mengatur respons, kekebalan tubuh dengan cara mengenali dan mengaktifkan
limfosit yang lain.
Kesimpulan
Sistem Imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar Biologis yang dilakukan
oleh sil dan organ khusus pada suatu organisme.
Fungsi sistem imun :
a. Penangkal benda asing yang masuk kedalam tubuh
b. Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan
komponen tubuh yang lebih tua.
Antibodi adalah protein yang bersirkulasi dalam darah yang dihasilkan oleh sel B
dan sel plasma sebgai respon terhadap paparan antigen asing.
Unsur – unsur yang berperan dalam reaksi imunoglobulin :
a. Sel B,
b. Sel T,
c. Imuno globulin G (IgG),
d. Imuno globulin A (IgA),
e. Imuno globulin M (IgM),
f. Imuno globulin D (IgD), dan
g. Imuno globulin E (IgE).
DAFTAR PUSTAKA