Anda di halaman 1dari 26

BAB I

Pendahuluan

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan


peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid tersebut
dapat berupa kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan kadar trigliserida serta
penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai
peran yang penting dan sangat erat kaitannya satu dengan yang lain(1).
Dislipidemia dan diabetes merupakan dua kondisi yang sering didapatkan
bersama, dan sering pula meningkatkan risiko aterosklerosis pada pengidapnya. Pada
pasien- pasien diabetes yang mengalami dislipidemia didapatkan karakteristik fraksi
lipid berupa peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL.
Konsentrasi kolesterol LDL rata-rata pada penderita diabetes tidak berbeda jauh dengan
individu yang tidak menderita diabetes. Namun, mungkin terjadi perubahan kualitatif
kolesterol LDL. Secara khusus, pasien diabetes cenderung memiliki partikel LDL yang
lebih kecil dan padat, akibatnya partikel LDL tersebut lebih mudah mengalami oksidasi
dan menyebabkan meningkatnya resiko penyakit kardiovaskuler(2,3).
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dislipidemia pada penderita diabetes
melitus dua sampai tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Asdie &
Kusumo (1985) dalam suatu penelitiannya melaporkan dari 55 kasus diabetes mellitus,
hiperkolesterolemia di jumpai pada 21,83 %, hipertrigliseridemia pada 34,54% sedang
kombinasi hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia pada 18,18 % penderita(4).
The Centers for Disease Control and Prevention baru-baru ini melaporkan 70 -
97% individu dengan diabetes mengalami dislipidemia. Laporan dari dua pusat
kesehatan di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa hanya 35,5% dari pasien yang
berkunjung ke klinik diabetes memiliki kadar kolesterol LDL dibawah 100 mg/dl(5,6).
Dalam pengamatan the Multiple Risk Factor Intervention Trial mendapatkan
bahwa mortalitas akibat Penyakit Kardiovaskular diantara pasien diabetes mencapai 4
kali lebih tinggi daripada individu non DM dengan kadar kolesterol serum yang sama.
Selanjutnya, pasien- pasien diabetes dengan kadar kolesterol serum terendah,
mempunyai angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan kelompok individu non DM

1
yang mempunyai kadar kolesterol tertinggi. Meningkatnya sifat aterogenisitas ini
disebabkan karena adanya pengaruh proses glikosilasi, oksidasi dan tingginya
kandungan trigliserida didalam lipoprotein(6).
The National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III
(ATP III) menyatakan bahwa diabetes melitus merupakan suatu Cardiovascular Risk
Equivalent yaitu dianggap setara dengan non diabetes yang sudah mengalami peristiwa
kelainan kardiovaskular sehingga pengelolaan berbagai faktor risiko aterosklerosis
termasuk dislipidemia harus lebih cepat dan agresif untuk mencegah penyulit vaskular
lebih lanjut(6).
Upaya penatalaksanaan awal pada pasien dengan dislipidemia diabetik adalah
modifikasi gaya hidup yang merupakan inti dari pengobatan non farmakologik berupa
terapi nutrisi, latihan jasmani dan penurunan berat badan serta beberapa upaya lain
seperti menghentikan merokok yang terbukti dapat meningkatkan HDL. Apabila
pengobatan non farmakologik tidak berhasil mencapai target maka obat- obatan
golongan statin, fibrat dan niasin serta obat terbaru seperti ezetimibe dapat digunakan
baik secara tunggal ataupun kombinasi untuk memperbaiki kelainan-kelainan propil
lipid tersebut(7).
Reperat ini dibuat untuk lebih mengetahui target- target terapi dislipidemia pada
pasien diabetes dengan atau tanpa komplikasi kardiovaskular dan juga untuk lebih
mengetahui obat- obatan yang biasa digunakan baik secara tunggal ataupun kombinasi
dalam pengobatan dislipidemia pada pasien diabetes.

2
BAB II
Dislipidemia Diabetik

Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko mayor untuk terjadinya


penyakit- penyakit kardiovaskular. Dari berbagai penelitian epidemiologis pada
populasi, baik di Indonesia maupun dinegara lain, didapatkan bukti bahwa propil lipid
penyandang diabetes memang berbeda dengan non-diabetes. Di samping LDL yang
berbeda, tampak perbedaan adanya kadar HDL yang lebih rendah dan trigliserida yang
lebih tinggi daripada populasi non-diabetes keadaan ini dikenal juga dengan nama triad
dislipidemia.(3,8).
Pada penyandang diabetes, walaupun didapatkan kadar LDL yang sama dengan
non-diabetes, tetapi LDL pada penyandang diabetes didapatkan lebih kecil dan padat
serta lebih aterogenik. Demikian HDL penyandang diabetes, disamping lebih sedikit
juga less protective dibandingkan dengan HDL pada populasi non-diabetes. Dengan
demikian dapat dimengerti bahwa pada diabetes didapatkan risiko yang lebih besar
untuk terjadinya aterosklerosis, dan penentuan diabetes sebagai faktor setara dengan
sudah ada kelainan kardiovaskular ( cardiovascular risk equivalent ) merupakan
keputusan yang sangat tepat ditinjau dari pengelolaan untuk kelainan kardiovaskular(8).

2.1 Metabolisme Lipoprotein


Untuk lebih mengetahui patogenesis dislipidemia diabetik, sebelumnya akan
dibahas mengenai metabolism lipoprotein.
Metabolism lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur utama yaitu:
A. Jalur metabolisme eksogen
B. Jalur metabolisme endogen
C. Jalur reverse cholesterol transport.
Kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserid,
sedang jalur yang ketiga khusus mengenai metabolisme kolesterol-HDL(9,10).

3
A.Jalur metabolisme eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolesterol. Selain
kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang
diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari
makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserid dan
kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus.
Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol.
Di dalam usus halus asam lemak bebas akan dirubah lagi menjadi trigliserid, sedang
kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama
dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan
kilomikron(9,10).
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus
torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron akan
mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi
asam lemak bebas (free fatty acid ). Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai
trigliserid kembali di jaringan lemak, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak
sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigliserid hati.
Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliserid akan menjadi kilomikron
remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati(9,10).

4
.

Gambar 1. Jalur metabolisme eksogen.(kutip 10)


B.Jalur metabolisme endogen.
Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi
sebagai lipoprotein VLDL. Apoliproprotein yang terkandung dalam VLDL adalah
apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid di VLDL akan mengalami hidrolisis
oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan
mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL
akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling
banyak mengandung kolesterol. Sebagian kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan
jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang
mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lain dari kolesterol-LDL akan
mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A ) di makrofag dan
akan menjadi sel busa ( foam cell ). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma
makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah
kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di
LDL. Beberapa keadaaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti(9,10) :

5
- Meningkatnya jumlah LDL kecil padat seperti pada diabetes melitus dan
sindroma metabolik.
- Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol-HDL akan bersifat
protektif terhadap oksidasi LDL.

Gambar 2. Jalur metabolism endogen.(kutip 10)

C.Jalur reverse cholesterol transport


HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung
apolipoprotein (apo ) A,C,E dan disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus
halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1. HDL
nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di
makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari makrofag, HDL nascent berubah menjadi
HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol
( kolesterol bebas ) di bagian dalam dari makrofag harus dibawa ke permukaan membran
sel makrofag oleh suatu tranporter yang disebut adenosin triphosphate-binding cassate
tranporter-1 atau disingkat ABC-1(9,10).
Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas akan
diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lechitin cholesterol acyotranferase
(LCAT ). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil
dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger reseptor class B type
1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua adalah kolesterol ester dalam HDL akan

6
dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan IDL dengan bantuan kolesterol ester
transfer protein ( CETP ). Dengan demikian fungsi HDL sebagai “ penyerap “ kolesterol
dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung
melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati(9,10).

Gambar 3. Jalur reverse cholesterol transport. (kuti 10)

Gambar 4. Jalur metabolisme lipoprotein.(kutip 10)

2.2 Metabolisme lipoprotein pada penderita diabetes melitus


Trigliserida dalam jaringan lemak (adiposa) maupun dalam darah (VLDL dan
IDL ) akan mengalami hidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Proses hidrolis
ini terjadi oleh karena adanya enzim trigliserid lipase. Terdapat tiga jenis enzim
trigliserid lipase yaitu lipoprotein lipase (LPL) yang terdapat pada endothelium vascular,

7
hormone sensitive lipase (HSL) di sel adipose, dan hepatic lipase (HL) di hati. Kerja
enzim lipase tersebut sangat tergantung dari jumlah insulin. Dijaringan adiposa insulin
menekan kerja enzim hormone sensitive lipase, makin rendah kadar insulin makin aktif
kerja hormon tersebut(9,10).
Dalam keadaan normal tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber energi.
Pada keadaan resistensi insulin, hormon sensitive lipase akan menjadi aktif sehingga
lipolisis trigliserid dijaringan adiposa semakin meningkat. Keadaan ini akan
menghasilkan asam lemak bebas yang berlebihan. Asam lemak bebas akan memasuki
aliran darah, sebagian akan digunakan sebagai sumber energy dan sebagian akan dibawa
kehati sebagai bahan baku pembentukan trigliserid. Di hati asam lemak bebas akan
menjadi trigliserid kembali dan menjadi bagian dari VLDL. Oleh karena itu VLDL yang
dihasilkan pada keadaaan resistensi insulin akan sangat kaya trigliserid, disebut VLDL
kaya trigliserid atau VLDL besar(9,10).
Dalam sirkulasi trigliserid yang banyak di VLDL akan bertukar dengan
kolesterol ester dari kolesterol-LDL. Hal ini akan menghasilkan LDL yang kaya
trigliserid tetapi kurang kolesterol ester. Trigliserid yang dikandung oleh LDL akan
dihidrolisis oleh enzim hepatic lipase ( yang biasanya meningkat pada resistensi insulin )
sehingga menghasilkan LDL yang kecil padat, yang dikenal dengan LDL kecil padat.
Partikel LDL kecil padat ini sifatnya mudah teroksidasi, oleh karena itu sangat
aterogenik(9,10).
Trigliserid VLDL besar juga dipertukarkan denan kolesterol ester dari HDL dan
dihasilkan HDL miskin kolesterol ester tapi kaya trigliserid. HDL yang bentuk demikian
menjadi lebih mudah dikatabolisme oleh ginjal sehingga jumlah HDL serum menurun.
Oleh karena itu pada pasien- pasien dengan diabetes terjadi kelainan propil lipid serum
yang khas yaitu kadar trigliserid yang tinggi, kolesterol –HDL rendah dan meningkatnya
subfraksi LDL kecil padat, dikenal dengan nama fenotipe lipoprotein aterogenik atau
lipid triad(9,10).

8
Gambar 5. Metabolisme lipoprotein pada pasien diabetes. (kutip 10)

2.3 Diagnosis
Kapan disebut lipid normal, sebenarnya sulit untuk dipatok satu angka, oleh
karena normal untuk seseorang belum tentu normal untuk orang lain yang disertai faktor
risiko koroner multipel. Walaupun demikian National Cholesterol Education Program
Adult Treatment Panel III ( NCEP-ATP III ) telah membuat satu batasan yang dapat
dipakai secara umum untuk diagnostik dislipidemia tanpa melihat faktor risiko koroner
seseorang(10). Dibawah ini dapat dilihat beberapa nilai untuk mengukur kadar
dislipidemia menurut NCEP-ATP III.

Tabel 1. Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol LDL, dan trigliserida menurut
NCEP-APT III 2001(kuti 10)

9
Pemeriksaan untuk kadar lipid setidaknya dilakukan setahun sekali dan harus
dilakukan lebih sering jika ada target tertentu. Pada pasien dengan kadar lipid beresiko
rendah (LDL < 100 mg/dl, HDL > 50 mg/dl, dan trigliserida < 150 mg/dl), pemeriksaan
kadar lipid dapat dilakukan tiap 2 tahun(2).

BAB III
Penatalaksanaan Dislipidemia Diabetik

Penatalaksanaan dislipidemia diabetik ditentukan atas dasar derajat risiko yang


ditunjukkan oleh tingginya kadar masing-masing lipoprotein seperti diperlihatkan pada 
tabel 1. Sasaran kadar lipid bagi pasien DM dewasa adalah kadar lipid yang termasuk
kategori risiko rendah. Bagi semua pasien yang termasuk kategori risiko tinggi dan
sedang, direkomendasikan untuk  mendapat terapi obat-obat penurun lipid disamping
perubahan gaya hidup dan obat-obat penurun kadar glukosa darah(6).

Tabel 2.Kategori risiko berdasarkan kadar lipoprotein pada pasien diabetes (kutip 6)

10
Walaupun kelainan lipid pada dislipidemia diabetik disifati oleh
hipertrigliseridemi, dan kadar kolesterol-HDL rendah sedang kolesterol-LDL umumnya
normal, sasaran yang harus dicapai pada dislipidemia diabetik adalah kolesterol-LDL(9).
Dari berbagai penelitian seperti misalya UKPDS, didapatkan bahwa penentu
utama keberhasilan pengelolaan lipid dalam mencegah kelainan kardiovaskular adalah
kadar kolesterol-LDL karena mempunyai peran yang sangat nyata dan kuat dalam proses
aterosklerosis, melebihi peran fraksi lipid yang lain ( Trigliserida dan HDL-kolesterol )
(8)
. Menurut
National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III pada tahun 2001,
kadar kolesterol LDL pasien dengan diabetes haruslah < 100 mg/dl, bahkan pada pasien-
pasien diabetes dengan penyakit kardiovaskular di harapkan kadar kolesterol LDL harus
lebih rendah lagi yaitu < 70 mg/dl ( kol-total < 175 mg/dl )(11).

Penatalaksanaan dislipidemia diabetik terdiri atas(6,10):


1. Penatalaksanaan non farmakologik
2. Penatalaksanaan farmakologik dengan menggunakan obat-obatan penurun lipid.

3.1. Penatalaksanaan non farmakologik


Meliputi terapi nutrisi medik, aktivitas fisik serta beberapa upaya lain seperti
berhenti merokok, menurunkan berat badan bagi yang gemuk dan mengurangi asupan
alkohol. Penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas fisik dapat menurunkan kadar
trigliserida dan meningkatkan kadar HDL kolesterol serta sedikit menurunkan kadar
LDL kolesterol(6,10,11).

A. Terapi nutrisi medik

11
Selalu merupakan tahap awal  penatalaksanaan dislipidemi, oleh karena itu
disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi. Pada dasarnya adalah pembatasan
jumlah kalori dan jumlah lemak. Pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol
total yang tinggi dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak jenuh dan meningkatkan
asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal dan ganda ( mono unsaturated fatty acid =
MUFA dan poly unsaturated fatty acid = PUFA). Pada pasien dengan kadar trigliserida
yang tinggi perlu dikurangi asupan karbohidrat, alkohol dan lemak(6,10).

Tabel 3. Komposisi makanan untuk hiperkolesterolemia(kutip 6)

B. Aktivitas fisik
Pada prinsipnya pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai
dengan kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat, seperti jalan
kaki, naik sepeda, berenang dll. Penting sekali diperhatikan agar jenis olahraga
disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan pasien, selain itu agar dilakukan secara
terus menerus. Pasien DM yang mempunyai BB berlebih sebaiknya mendapat Terapi
Nutrisi Medik dan meningkatkan aktivitas fisik. The American Heart Association
merekomendasikan untuk pasien DM dengan Penyakit Kardiovaskular bahwa Terapi
Nutrisi Medik maksimal dapat menurunkan kadar LDL kolesterol sebesar 15 sampai 25
mg/dl. Jadi, bila kadar LDL kolesterol mengalami peningkatan lebih dari 25 mg/dl diatas
kadar sasaran terapi, hendaklah diputuskan untuk menambahkan terapi farmakologik

12
terutama terhadap pasien2 dengan risiko tinggi (pasien DM dgn riwayat infark miokard
sebelumnya atau dengan kadar LDL kolesterol tinggi (diatas 130 mg/dl)(6,10).

3.2. Penatalaksanaan farmakologi


Berbagai studi klinis menunjukkan bahwa terapi farmakologik dengan obat-obat
penurun lipid memberi manfaat perbaikan profil lipid dan menurunkan komplikasi
Kardiovaskular pada pasien-pasien diabetes. Pada saat ini dikenal sedikitnya 6 jenis obat
yang dapat memperbaiki propil lipid serum yaitu(6,10):
A. HMG-CoA reduktase inhibitor
B. Derivat asam fibrat
C. Sekuestran asam empedu
D. Asam nikotinat
E. Ezetimibe
F. Asam lemak omega-3.

A. HMG-CoA reduktase inhibitor


Dalam 10 tahun terakhir ini di seluruh dunia, HMG-CoA reduktase inhibitor
yang biasa disebut sebagai statin menjadi obat yang paling banyak diresepkan sebagai
obat penurun kadar lipid. Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat kerja
enzim HMG-CoA reduktase yaitu suatu enzim di hati yang berperan dalam
pembentukan kolesterol. Dengan menurunnya sintesis kolesterol maka hati akan
mengkompensasi dengan meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati. Dengan
demikian kadar kolesterol LDL di dalam darah akan ditarik ke hati, sehingga akan
menurunkan kadar kolesterol LDL dan juga VLDL(10,13).

13
Gambar 6. Mekanisme kerja HMG-CoA reductase inhibitor (kutip 10)

Mengenai dosis obat sangat individual sekali, tergantung pada karakteristik


pasien seperti target terapi dan respon terhadap terapi yang diberikan. Dibawah ini dapat
dilihat dosis beberapa obat golongan statin.

Tabel 4. Dosis-dosis obat golongan statin(14)

Popularitas statin dipengaruhi oleh banyaknya data uji klinik yang


mengkonfirmasi bahwa penurunan kadar lipid pada pasien yang diterapi akan berakibat
juga pada turunnya risiko penyakit kardiovaskuler terutama pada penyakit jantung,
infark miokard, prosedur revaskularisasi dan menurunnya angka kematian(13,14).
Heart Protection Study melakukan penelitian yang berskala besar melibatkan

14
5963 pasien penderita diabetes berusia > 40 tahun dengan kadar total kolesterol > 135
mg/dl. Pada penelitian ini, pasien diabetes yang diberikan simvastatin mengalami
penurunan risiko hingga 22% terhadap terjadinya penyakit CVD (Cardio Vascular
Disease). Penurunan resiko ini terjadi pada semua subkategori LDL yang diperiksa,
termasuk pasien dengan kadar kolesterol LDL yang lebih rendah sebelum terapi (<116
mg/dl)(14).
Collaborative Atorvastatin Diabetes Study (CARDS) meneliti sebanyak 2838
penderita diabetes melitus yang tidak menderita penyakit kardiovaskular atau
revaskularisasi koroner sebelumnya. Secara acak diberikan atorvastatin 10 mg/hari dan
plasebo selama 4 tahun. Kadar kolesterol LDL pada awal penelitian adalah sekitar 116
mg/dl. Pada akhir penelitian, sebanyak 75 % dari penderita kadar kolesterol LDL
menurun mencapai 96 mg/dl dan 25 % menurun sampai < 64 mg/dl. Seiring dengan
penurunan kadar kolesterol LDL, terdapat penurunan risiko kejadian penyakit
kardiovaskular sebesar 37 %(16).
Sedangkan Anglo Scandinavian Cardiac Outcomes Trials-lipid lowering arm
( ASCOTT-LLA) melakukan penelitian dengan mengikutsertakan 10.305 penderita
hipertensi tanpa riwayat penyakit kardiovaskuler sebelumnya tetapi sedikitnya
mempunyai tiga faktor risiko kardiovaskular, yang secara acak diberikan atorvastatin 10
mg dan plasebo. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2532 orang adalah penderita diabetes.
Tujuan penelitian ini adalah ingin melihat manfaat penurunan kolesterol pada penderita
diabetes dimana tekanan darah terkendali baik sedang kadar kolesterol sedikit tinggi atau
normal yaitu total kolesterol < 250 mg/dl. Setelah 3,3 tahun kadar kolesterol pada
penderita diabetes mellitus yang mendapat atorvastain 38,6 mg/dl lebih rendah
dibandingkan penderita yang mendapat plasebo. Jumlah penderita yang mengalami
penyakit kardiovaskuler jauh lebih sedikit pada mereka yang mendapat atorvastain
dibandingkan plasebo masing masing 9,2 % dan 11,9 %(17).
Efek samping pemakaian statin biasanya terjadi peningkatan yang sifatnya minor
pada kadar enzim hati sering dijumpai pada 5 bulan pertama terapi statin yang biasanya
akan normal kembali dengan sendirinya. Peningkatan yang bermakna terjadi pada 2%
pasien pada awal terapi tergantung pada dosis statin yang digunakan, dan akan normal
kembali jika dosis statin diturunkan atau dihentikan. Pemantauan enzim hati secara

15
teratur selama penggunaan statin, yaitu pada 1‐bulan, 3 bulan dan 6 bulan setelah terapi
statin dimulai, dan kemudian sekali setiap tahun. Walaupun ada pembatasan penggunaan
statin, hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa statin berbahaya untuk pasien
dengan penyakit hati kronik seperti hepattis B dan C atau kholestasis(10,13,14).
Efek samping lain yang dijumpai pada 5% pasien adalah miopati , muncul
sebagai gejala nyeri pada otot dan persendian tanpa adanya perubahan kadar kreatin
kinase (CK). Miopati yang parah (rhaddomiolisis fatal) dialami oleh 0,2% pasien,
disertai dengan peningkatan CK (10 kali batas atas kadar normal, CK normal adalah 10‐
150 IU/L), dan dalam hal ini penggunaan statin harus segera dihentikan. Jika CK
berkisar antara 3‐10 kali batas atas normal, statin tetap dilanjutkan tetapi CK harus terus
dipantau sampai diketahui apakah keadaan membaik atau memburuk (sehingga
memerlukan penghentian statin). Jika perlu dosis statin diturunkan untuk meredakan
efek samping tersebut. Gejala efek samping pada otot ini bisanya lebih banyak terjadi
pada pasien yang menggunakan kombinasi obat penurun kadar lipid, misalnya
kombinasi statin dan fibrat atau asam nikotinat(10,13,14).

B. Derivat asam fibrat


Obat antihiperlipidemik yang termasuk golongan asam fibrat adalah:
Gemfibrozil, Fenofibrate, Ciprofibrate dan Bezafibrate. Obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan oksidasi asam lemak bebas di hati ataupun otot dan mengurangi
lipogenesis dihati sehingga sekresi dari VLDL dan trigliserid hati menjadi menurun.
Fibrat juga mempunyai efek merubah struktur lipid melalui aktivasi dari Peroxisome
Proliferator Activated receptor Type Alpha (PPARα). Aktivasi dari PPARα
meningkatkan lipolisis dan eliminasi aterogenik yang banyak mengandung partikel
trigliserida dari plasma dengan mengaktifkan Lipoprotein lipase dan mengurangi
produksi apoprotein CIII (suatu inhibitor dari aktivitas lipoprotein lipase). Aktivasi
PPARα juga memicu peningkatan sintesa apoprotein AI and AII, yang dapat
menimbulkan berkurangnya kolesterol VLDL dan kolesterol LDL yang berisi
apoprotein B dan peningkatan kolesterol HDL yang mengandung apoprotein AI dan AII.
Mengenai mekanisme kerja obat fibrat untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini (13,18,19)

16
Gambar 7. Mekanisme kerja fibrat(19)

Fibrat di absorpsi dengan baik di saluran cerna, kadar puncaknya di plasma dapat
ditemukan 6 sampai 8 jam setelah di konsumsi. Setelah diabsorpsi fibrat dieksresikan
melalui urine dalam bentuk metabolitnya, asam fibrat terkonjugasi. Rata-rata 60% dosis
di eksresikan melalui urine dan 25 % nya di eksresikan melalui feses. Asam fibrat di
eliminasi dengan waktu paruh sekitar 20 jam, sehingga di berikan dengan dosis sekali
sehari . Fibrat meningkatkan kadar statin. Karena itu dosis statin seharusnya lebih
rendah jika di berikan bersamaan dengan fibrat. Dosis fibrat harusnya juga di kurangi
pada pasien dengan gagal ginjal sedang dan berat. Para ahli merekomendasikan
pemberian di pagi hari, sedangkan statin di malam hari(13,18).
Efek samping yang paling sering dijumpai adalah gangguan saluran cerna pada
5% pasien. Seperti juga pada statin, peningkatan enzim hati juga terjadi pada awal terapi
tapi tidak berlanjut. Miopati jarang dilaporkan jika fibrat digunakan sebagai terapi
tunggal. Harus dipertimbangkan risiko dan manfaatnya sebelum memberikan fibrat
sebagai terapi kombinasi. Fibrat di kontraindikaskan pada pasien – pasien yang
hipersensitif terhadap fibrat, pasien dengan kerusakan ginjal yang berat, sirhosis bilier,
dan pasien dengan kerusakan fungsi hepar yang persisten, serta penyakit kandung
empedu(13,18).

17
Fenofibrate Intervention and Event Lowering in Diabetes( FIELD study ) tahun
2009 dalam suatu penelitiannya mendapatkan bahwa fenofibrat 200 mg/hari secara
signifikan mengurangi kejadian penyakit kardiovaskuler pada pasien-pasien dengan
kolesterol LDL yang rendah dan hipertensi. Efek terbesar dari fenofibrat adalah
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular yang diobservasi pada pasien dengan
dislipidemia ( trigliserida yang tinggi yaitu diatas 2,3 mmol/L dan kolesterol LDL yang
rendah ) sebanyak 27 %(20).
Veterans Affairs High-Density Lipoprotein Cholesterol InterventionTrial (VA-
HIT) mendapatkan bahwa gemfibrozil 1200 mg/hari dihubungkan dengan penurunan
cardiovascular events sebesar 24% pada penderita diabetes yang sebelumnya telah
menderita penyakit kardiovaskuler dengan HDL rendah (<40 mg/dl) dan peningkatan
trigliserida(2).

C. Sekuestran asam empedu (Penangkap asam empedu)


Terdapat tiga jenis Sekuestran asam empedu yaitu cholestyramin, colestipol dan
Colesevelam dengan dosis masing-masing adalah 8-16 g/hari, 10-20 g/hari dan 6,5
g/hari. Mekanisme kerjanya ada dua yaitu meningkatkan bersihan (klirens) kolesterol
dan menurunkan resirkulasi asam empedu. Mula‐mula obat ini mengikat asam empedu
pada usus halus sehingga mencegah resirkulasinya ke dalam sistem entrohepatik.
Dengan demikian ekskresi asam empedu meningkat hingga 10 kali lipat, dan karena
asam empedu berkurang, hati berespon meningkatkan produksi asam empedu dengan
cara memecah kolesterol. Selain itu reseptor LDL juga meningkat untuk mengikat
kolesterol, sehingga kadar kolesterol yang ada dalam sirkulasi darah makin menurun.
(10,13)

18
Gambar 8. Mekanisme kerja sekuestran asam empedu (kutip 10)

Sekuestran asam empedu menurunkan kolesterol LDL 15‐30%, dan


meningkatkan HDL sampai 5%. Pada beberapa pasien sekuestran asam empedu
meningkatkan kadar trigliserida, sehingga penggunaannya dihindari untuk pasien
hipertrigliseridemia atau hiperlipidemia campuran dengan peningkatan kadar trigliserida
yang signifikan. Sekuestran asam empedu dapat menurunkan kejadian gangguan fungsi
jantung dan progresi aterosklerosis. Obat ini terutama berguna untuk mengobati pasien
yang mengalami peningkatan kolesterol LDL saja atau sebagai obat tambahan jika
monoterapi gagal mencai target terapi(10,13).
Masalah utama pada terapi sekuestran asam empedu ini adalah penerimaan
pasien karena rasa obat yang tidak enak. Biasanya obat diminum 4 kali sehari, dalam
bentuk serbuk yang dicampurkan ke dalam sejumlah besar air.Pada dosis maksimum,
golongan obat ini sering menimbulkan rasa tidak nyaman pada abdomen, refluks
esofagus dan konstipasi. Obat ini juga dapat mengikat obat lain, misalnya digoksin,
levotiroksin, atau warfarin, sehingga harus diperhatikan agar penggunaan antar obat‐obat
tersebut dengan sekuestran asam empedu ini terpisah paling sedikit 4‐6 jam(10,13).

D.Asam nikotinik
Asam nikotinik merupakan obat penurun lipid yang pertama kali diperkenalkan.
Oleh karena bentuk yang lama yaitu asam nikotinik serap cepat mempunyai efek
samping cukup banyak, maka obat ini tidak banyak dipakai. Dengan diperkenalkannya

19
asam nikotinik yang lepas lambat ( niaspan ) sehingga absorpsi di usus berjalan lambat,
maka efek samping menjadi lebih kurang(10,13).
Obat ini diduga menghambat enzim hormone sensitive lipase di jaringan adiposa,
dengan demikian akan mengurangai asam lemak bebas. Diketahui bahwa asam lemak
bebas yang ada dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber
pembentukan VLDL. Dengan menurunnya sintesis VLDL dihati, akan mengakibatkan
penurunan kadar trigliserida dan juga kolesterol LDL plasma. Pemberian asam nikotinik
ternyata juga meningkatkan kadar kolesterol HDL bahkan merupakan obat yang terbaik
untuk meningkatkan kolesterol HDL. Oleh karena menurunkan trigliserida, menurunkan
LDL dan meningkatkan kolesterol HDL maka disebut juga sebagai broad spectrum lipid
lowering agent(10,13).

Gambar 9. Mekanisme kerja asam nikotinik(19)

Efek samping yang paling sering terjadi adalah flushing yaitu perasaan panas
pada muka bahkan di badan. Untuk mencegah hal tersebut, pada penggunaan asam
nikotinik sebaiknya dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan, misalnya
selama satu minggu 375 mg/hari kemudian ditingkatkan secara bertahap sampai dosis
maksimal sekitar 1500- 2000 mg/hari. Dengan asam nikotinik yang baru yaitu lepas
lambat, efek samping sangat berkurang. Hasil yang sangat baik didapatkan bila
dikombinasikan dengan golongan HMG-CoA reductase inhibitor(10,13)

20
E.Ezetimibe
Ezetimibe tergolong obat penurun lipid yang baru, diperkenalkan di pasaran
sejak tahun 2003. Obat ini bekerja sebagai Karena jumlah kolesterol yang masuk melalui
usus halus turun, maka hati meningkatkan asupan kolesterolnya dari sirkulasi darah,
sehingga kadar kolesterol serum akan turun. Ezetimibe 10 mg/hari digunakan untuk
hiperkolesterolemia primer.(10,13,21).
Sebagai terapi tunggal, efek utama ezetimibe adalah menurunkan kadar
kolesterol LDL sampai 18%,dengan sedikit efek pada trigliserida dan HDL.Jika
dikombinasi dengan statin, bisa menghasilkan penurunan kadar LDL serum 20% lagi
dibanding statin saja, penurunan kadar trigliserida 9%, dan peningkatan kolesterol HDL
3%.Saat ini ezetimibe digunakan jika terapi tunggal statin gagal mencapai target
terapi,atau sebagai alternatif monoterapi jika pasien tidak tahan statin. Efek samping
yang yang sering muncul pada pemakaian ezetimibe adalah gangguan intestinal,sakit
kepala dan mialgia(10,13).

F.Asam lemak omega-3.


Bukti epidemiologi sejak lama menunjukkan bahwa diet kaya asam lemak
omega‐3 yang diperoleh dari minyak ikan menurunkan resiko kardiovaskuler. Asam
lemak omega‐3,terutama asam eikosapentanoat(EPA) dan asam dokosaheksanoat(DHA)
mempunyai beberapa efek pada lipid dan metabolism lipid.
Asam lemak omega‐3 menurunkan kadar lipid dengan cara menekan produksi
trigliserida dan VLDL di hati dan meningkatkan konversi VLDL menjadi LDL. Kadar
trigliserida menurun hingga 30% disertai sedikit peningkatan HDL.Suplemetasi asam
lemak omega‐3 4‐6g/hari digunakan untuk hiperkolestrolemia. Juga dapat ditambahkan
pada terapi statin atau fibrat untuk meningkatkan efektivitas penurunan lipidnya. Dosis
rendah 1g/hari digunakan untuk menurunkan risiko kardiovaskular dengan hasil
penurunan mortalitas infark miokard dan stroke 10%, dan kematian jantung mendadak
44%. Efek samping utama adalah pada saluran cerna, berupa diare.

21
3.3 Terapi kombinasi

Pengobatan kombinasi untuk dislipidemia diabetik adalah satu cara


penatalaksanaan lipid yang oftimal dengan menggunakan dua macam obat lipid yang
mekanisme kerjanya berbeda, bersifat efektif dan ditoleransi baik dan aman terhadap
pasien. Kombinasi yang digunakan sebaiknya menggunakan kombinasi jalur endogen
dengan eksogen sintesa kolesterol, kombinasi tersebut adalah statin-niacin, statin-fibrat,
statin-bile acid sequestrant, statin-ezetimibe, dan niacin-bile acid sequestrant.
Penggunaan kombinasi dua obat juga terbukti efektif untuk yang gagal dengan
monoterapi, karena kombinasi dengan dosis kecil mempunyai efek penurun lipid lebih
besar dibandingkan terapi dosis yang ditingkatkan. Secara umum menurunkan dosis dari
tiap obat yang digunakan akan memperkecil risiko efek samping(6,22).
Studi-studi membuktikan bahwa terapi kombinasi antara statin dan berbagai obat
lain seperti bile acid resin, fibrat dan niacin memberikan manfaat yang lebih baik dalam
hal penurunan kadar LDL kolesterol. Kombinasi ezetimibe dengan statin merupakan
strategi baru dalam memperbaiki profil lipid pada pasien DM tipe 2.  Studi terbaru
menunjukkan bahwa kombinasi ezetimibe dengan simvastatin pada dosis 10/10, 10/20,
10/40 dan 10/80 mg menghasilkan penurunan kadar LDL kolesterol, total kolesterol,
trigliserida, non HDL cholesterol dan apolipoprotein (Apo) B yang lebih besar
dibandingkan simvastatin monoterapi serta ditoleransi dengan baik. Berikut ini adalah
daftar prioritas pilihan obat- obatan dalam penatalaksanaan dislipidemia diabetik
menurut American Diabetes Association(6,22).

22
Tabel 5. Prioritas pilihan penatalaksanaan dislipidemia diabetik (kutip2)

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Dislipidemia diabetik yang dikenal dengan triad dislipidemia dicirikan dengan
peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar kolesterol HDL dan adanya
kolesterol LDL yang kecil dan padat.
2. Triad dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya aterosklerosis
sehingga diperlukan penatalaksaan yang baik dan tepat.
3. Penatalaksanaan dislipidemia diabetik terdiri atas penatalaksanaan non
farmakologik dan penatalaksanaan farmakologik dengan menggunakan obat-
obatan penurun lipid terutama golongan fibrat.
4. Sasaran terapi yang utama untuk dislipidemia diabetik adalah menurunkan kadar
kolesterol LDL< 100 mg/dl disamping penurunan kadar trigliserida dan
peningkatan kadar HDL kolesterol.
5. Apabila sasaran terapi tidak tercapai dengan pengobatan monofarmaka maka
diperlukan terapi kombinasi dalam penanganan dislipidemia diabeik.

23
4.2 Saran
1. Pemeriksaan untuk kadar lipid pada pasien diabetes setidaknya dilakukan
setahun sekali dan harus dilakukan lebih sering jika ada target tertentu. Pada
pasien dengan kadar lipid beresiko rendah (LDL < 100 mg/dl, HDL > 50 mg/dl,
dan trigliserida < 150 mg/dl), pemeriksaan kadar lipid dapat dilakukan tiap 2
tahun.
2. Terapi kombinasi dapat digunakan untuk mencapai sasaran terapi tetapi harus
diperhatikan efek samping yang mungkin akan muncul.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar TB. Dislipidemia sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara,2004.
2. American Diabetes Association. Manajement of dyslipidemia in adult with
diabetes ( position statement ). Diabetes care 2004;27(suppl 1):S68-71.
3. Mooradian AD. Dyslipidemia in type 2 diabetes mellitus. Endocrinology &
Metabolism 2009;5(3):150-9.
4. Adiwijono dan Asdie AH. Dislipidemia pada diabetes melitus tipe II.
Patofisiologi dan pendekatan terapi. Berkala ilmu kedokteran jilid XXV, no 4
desember 1993.
5. American Diabetes Association & American College of Cardiology. Diabetic
Dyslipidemia. Diakses dari http://www.ihs.gov/ADACardioReview_3.pdf.
6. Alwi Shahab. Penatalaksanaan dislipidemia pada diabetes melitus tipe 2,
Subbagian Endokrinologi Metabolisme Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri/
RSMH Palembang, 2006

24
7. Syahbuddin S. Perkembangan mutakhir dislipidemia aterogenik pada diabetes
mellitus tipe-2 dan sindroma metabolik. Dalam: Naskah Lengkap Pertemuan
Ilmiah Berkala VI Ilmu Penyakit Dalam. Padang 2005:117-23.
8. Waspadji S. Update: Pengobatan Dislipidemia Diabetik. Dalam: Surabaya
Diabetes Update-XVII. Surabaya 2008:95-9.
9. Adam JMF. Dislipidemia diabetes dan Risiko Kardiovaskuler Peran Statin
Sebagai Pencegahan. Dalam: Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Berkala X Ilmu
Penyakit Dalam. Padang 2010:254-73.
10. Adam JMF. Dislipidemia. Dalam Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor
Sudoyo AW dkk. Jilid III Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jakarta.2006:1948-54.
11. Canadian Diabetes Association. Dyslipidemia in adult with diabetes. Canadian
journal of diabetes 2006;30(3):230-40.
12. Grundy RM et al. Implication of Recent Clinical Trials for the National
Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III Guidelines.
Circulation 2004;110:227-239.
13. Lyrawati D. Dislipidemia terapi obat. Diakses dari http://dislipidemia obat
hosppharm.pdf
14. Wikipedia. Statin. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/statin
15. Heart Protections Study Collaboration Group. Life-table plot of effect of
simvastatin allocation on percentage of diabetic participant having major
vascular event. The Lancet 2003;361:2005-16.17.
16. Colhoun HM, Betteridge DJ, Durrington PN et al. LDL-C level in atorvastatin-
treated patients. The Lancet 2004;364:685-96.19.
17. Sever PS et l. Effect of atorvastatin and placebo on cardiovascular and coronary
end point by diabetic status in ASCOTT-LLA. Diabetes care 2005;28:1151-
57.20.
18. Wikipedia. Fenofibrat. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/fenofibrat
19. Knopp RH. Drug treatment of lipid disorders. The new England of medicine
1999;341(7):498-511.

25
20. Russell Scott, et al. Effects of fenofibrate treatment on cardiovascular disease
risk in 9,795 individuals with type 2 diabetes and various components of the
metabolic synndrome: the FIELD study. Diabetes Care 2009; 32: 493-498.
21. Shen GX. Lipid disorder in diabetes mellitus and current management. Current
Pharmaceutical Analysis 2007;3(1):17-24.
22. Lindarto D. Pengobatan kombinasi dislipidemia, Divisi Endokrin Metabolik
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan,
2006.

26

Anda mungkin juga menyukai