Anda di halaman 1dari 38

Farmakognosi

Oleh : Erladys Melindah Rumondor, S.Si, M.Farm


Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan
bahan yang dikeringkan.
Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau
mineral.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tananian. Yang
dimaksud dengan eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara
tertentu dikeluarkan dari selnya, atau at-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya.
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa
hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telali
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat diolah dingan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
kimia mumi. murni.
Menurut MMI (Materia Medika Indonesia) :
◦ Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun, dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang
dikeringkan.
Simplisia nabati : berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat
tumbuhan.
Eksudat tumbuhan :
◦ isi sel yang spontan keluar dari tumbuhan,
◦ isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,
◦ senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa murni.
Simplisia merupakan produk hasil pertanian tumbuhan obat yang melalui
proses pascapanen dan preparasi menjadi produk farmasi yaitu:
 Siap pakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh (jamu)
 Siap pakai dalam bentuk jamu godok (infus)
 Siap diproses lebih lanjut: yaitu ekstrak, fraksi dan isolat murni.
Kandungan kimia dalam simplisia tidak dapat dijamin selalu konstan, karena
dipengaruhi oleh:
 Genetic (bibit)
 Lingkungan (tempat tumbuh, iklim)
 Rekayasa agronomi(fertilizer, perlakuan selama masa tumbuh)
 Panen (waktu dan pascapanen)
Parameter standar simplisia, 3 hal penting yang menjadi pertimbangan, yaitu:
Simplisia sebagai bahan baku farmasetika:
 kebenaran jenis (identifikasi),
 kemurnian (bebas kontaminasi kimia dan biologis)
 kestabilan (dalam wadah, selama penyimpanan dan distribusi)
Simplisia sebagai bahan baku obat yang akan dikonsumsi oleh manusia:
 Quality – Safety – Efficacy (Kualitas – Keamanan – Manfaat)
 Simplisia sebagai bahan memiliki respon biologis:
 memiliki spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya,
maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal.

Dan untuk dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada


beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:
1. Bahan baku simplisia
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan
baku simplisia.
3. Cara pengepakan dan penyirnpanan simplisia.
Bahan baku
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati. merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman
budidaya.
Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau di tempat lain, atau tanaman
yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias. tanaman pagar. tetapi bukan dengan
tujuan untuk memproduksi simplisia.
Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman budidaya
dapat diperkebunkan secara luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang
sari atau Taman Obat Keluarga.
Taman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tanaman obat.
Taman Obat Keluarga selain bertujuan untuk dijadikan tempat memperoleh bahan baku simplisia. dapat
berfungsi pula sebagai taman hias, taman gizi, taman buah-buahan, pagar pekarangan dan sebagainya.
Tumbulian liar umumnya kurang baik untuk dijadikan sumber siniplisia jika dibandingkan dengan tanaman
budidaya, karena simplisia yang dihasilkan mutunya tidak tetap.
Hal ini terutama disebabkan :
1. Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen tidak tepat dan berbeda-beda. Umur
tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen berpengaruh pada kadar senyawa aktif. Ini berarti
bahwa mutu simplisia yang dihasilkan sering tidak sama, karena umur pada saat panen tidak sama.
2. Jenis (Species) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan. sehingga simplisia yang
diperoleh tidak sama. Contoh pada Rasuk angin (Usnea sp.) bila diperhatikan dapat dipisahkan
menjadi 3 jenis Usnea. Sering juga terjadi kekeliruan dalam menetapkan suatu jenis tumbuhan,
karena dua jenis tumbuhan dalam satu marga (genus) sering mempunyai bentuk morfologi yang
sama. Untuk iu pengumpul harus seorang yang ahli atau berpengalaman dalaln mengenal jenis-jenis
tumbuhan. Perbedaan jenis tumbuhan akan memberikan perbedaan pada kandungan senyawa aktif,
yang berarti mutu simplisia yang dihasilkan akan berbeda pula.
3. Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda sering mengakibatkan perbedaan kadar kandungan
senyawa aktif . Pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi tinggi tempat, keadaan tanah dan cuaca.
Perusahaan obat tradisional yang menggunakan simplisia berasal dari tumbuhan liar. Selain mutu yang
berbeda, sering pula menyebabkan harga yang bervariasi.
Solusi
Usaha membudidayakan tanaman obat untuk memenuhi keperluan simplisia,
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Keseragaman umur pada saat panen.
lingkungan tempat tumbuh dan jenis yang benar dapat ditentukan dan diatur sesuai
dengan tujuan untuk memperoleh mutu simplisia yang seragam. Selain itu, tanaman
budidaya dapat diusahakan untuk meningkatkan mutu simplisia dengan jaIan:
1. Bibit dipilih untuk mendapatkan tanaman unggul. sehingga simplisia yang
dihasilkan memiliki kandungan senyawa aktif yang tinggi.
2. Pengolahan tanah. Pemeliharaan pemupukan dan perlindungan tanaman
dilakukan dengan saksama dan bila mungkin menggunakan teknologi tepat guna.
Beberapa Jenis Proses pembuatan
simplisia
Pembuatan simplisia dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan proses fermentasi
Pembuatan simplisia dengan proses khusus
Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air
Tahapan Pembuatan Simplisia
Pada umumnya pembuatan simplisia
melalui tahapan seperti berikut:
1. Pengumpulan bahan baku,
2. Sortasi basah,
3. Pencucian,
4. Perajangan,
5. Pengeringan,
6. Sortasi kering,
7. Pengepakan,
8. Penyimpanan
9. Pemeriksaan mutu.
Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda
antara lain tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan
2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
3. Waktu panen
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Bagian tanaman
yang digunakan
Umur Tanaman dan Waktu Panen
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian
tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut
mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal
di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu.
Sebagai contoh pada tanaman Atropa belladonna, alkaloid hiosiamina mulamula terbentuk dalam
akar. Dalam tahun pertama, pembentukan hiosiamina berpindah pada batang yang masih hijau.
Pada tahun kedua batang mulai berlignin dan kadar hiosiamina mulai menurun sedang pada daun
kadar hiosiamina makin meningkat. Kadar alkaloid hiosiamina tertinggi dicapai dalam pucuk
tanaman pada saat tanaman berbunga dan kadar alkaloid menurun pada saat tanaman berbuah
dan makin turun ketika buah makin tua.
Contoh lain, tanaman Mentha piperita muda mengandung mentol banyak dalam daunnya. Kadar
minyak atsiri dan mentol tertinggi pada daun tanaman ini dicapai pada saat tanaman tepat akan
berbunga. Pada Cinnamomun camphora, kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman yang telah
tua. Penentuan bagian tanaman yang dikumpulkan dan waktu pengumpulan secara tepat
memerlukan penelitian. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan
pula saat panen dalam sehari.
Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi hari. Dengan
demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi
dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut:
1. Tanaman yang pada saat panen diambil bjjinya yang telah tua
seperti kedawung (Parkia roxburgii), pengambilan biji ditandai
dengan telah mengeringnya buah. Sering pula pemetikan dilakukan
sebelum kering benar, yaitu sebelum buah pecah secara alami dan
biji terlempar jauh, misal jarak (Ricinus cornrnunis).
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut:
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering
dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan
pada buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal labu merah (Cucurbita
moschata). Perubahan warna, misalnya asam (Tamarindus indica), kadar air buah,
misalnya belimbing wuluh (Averrhoa belimbi), jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
perubahan bentuk buah, misalnya mentimun (Cucumis sativus), pare (Momordica
charantia)
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut:
3. Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya.
pengambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami perubahan
pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu penumpukan
senyawa aktif dalam kondisi tinggi, sehingga mempunyai mutu yang
terbaik. Contoh tanaman yang diambil daun pucuk ialah kumis kucing
(Orthosiphon stamineus).
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut:
4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun
yang diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di
bagian cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna.
Pada daun tersebut terjadi kegiatan asimilasi yang sempurna. Contoh
panenan ini misal sembung (Blumea balsamifera)
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut:
5. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan
dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur. Agar pada saat
pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan
pada musim yang menguntungkan pertumbuhan antara lain
menjelang musim kemarau.
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut:
6. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan
dilakukan pada saat umbi mencapai besar maksimum dan
pertumbuhan pada bagian di atas tanah berhenti misalnya bawang
merah (Allium cepa).
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut:
7. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan
dilakukan pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya
bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan
besar maksimum.
Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau
menggunakan mesin.
Dalam hal ini ketrampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh
simplisia yang benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak
merusak tanaman induk. Alat atau mesin yang digunakan untuk
memetik perlu dipilih yang sesuai.
Alat yang terbuat dari logam sebaiknya tidak digunakan bila
diperkirakan akan merusak senyawa aktif simplisia seperti fenol,
glikosida dan sebagainya.
Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada
simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan
asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah
rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena
itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi
jumlah mikroba awal.
Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin.
Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal; jika
dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal.
Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya
mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba
awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan
bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat
pertumbuhan mikroba.
Bakteri yang umuln terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, ,micrococcus, Bacillus, Streptococcus,
Enterobacter dan Escherichia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luamya
untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan
bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya
dilakukan dengan tepat dan bersih.
Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia
dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman
yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh
irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat
waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya
atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. sehingga mempengaruhi komposisi bau dan
rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur
dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya
kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah.
Penjemuran sebeluln perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara
bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,sehingga dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang
dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat
setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan
yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya
keseimbangan antara proses-proses metabolisme. yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.
Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan
dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan
etanol 70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi
enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%. Dengan demikian proses
pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai
kurang dari 10%.
Pengeringan
Untuk pembuatan simplisia tertentu proses enzimatik ini justru dikehendaki setelah pemetikan
(pengumpulan). Dalam hal ini, sebelum proses pengeringan bagian tanaman dibiarkan dalam suhu dan
kelembaban tertentu agar reaksi enzimatik dapat berlangsung. Cara lain dapat pula dilakukan dengan
pengeringan perlahan-lahan agar reaksi enzimatik masih berlangsung selama proses pengeringan.
Proses enzimatik disini masih diperlukan karena senyawa aktif yang dikehendaki masih dalam ikatan
kompleks dan baru dipecah dari ikatan kompleksnya serta dibebaskan oleh enzim tertentu dalam
suatu reaksi enzimatik setelah tanaman itu mati. Contoh simplisia ini ialah vanili, buah kola dan
sebagainya. Pada jenis bahan simplisia tertentu, setelah panen langsung dikeringkan. Proses ini
dilakukan pada bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang mudah menguap. Penundaan
proses pengeringan untuk bahan simplisia ini akan maenurunkan kadar senyawa aktif tersebut dan
berarti menurunkan mutu simplisia. Meskipun banyak bahan simplisia yang masih dapat ditunda
pengeringannya, akan tetapi prinsipnya pengeringan sebaiknya dilakukan segera setelah pengumpulan
kecuali kalau dikehendaki lain seperti diperlukannya tahap fermentasi seperti di atas
Pengeringan
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat
pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan
bahan simplisia tidak dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik.
Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga
diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara
pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan
sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan
simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang
menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke
permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan
selanjutnya. "Face hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn
bahan yang dikeringkan
Pengeringan
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan
simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30" sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak
melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau
mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30" sampai 45" C,
atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang
atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mmHg. Kelembaban juga tergantung
pada bahan simplisia, cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban
akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan
Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang, pada dasarnya dikenal dua cara
pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.
Pengeringan alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara
pengeringan :
a. Dengan panas sinar matahari langsung.
Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bafian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan
mengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia
merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah dipotongpotong
di udara terbuka di atas tampah-tampah. tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara.
Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di
daerah yang irdaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat
memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh
sebelum simplisia tersebut kering
b. Dengan diangin-angin dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung.
Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan
mengandung senyawa aktif mudah menguap.
Pada kedua cara tersebut, tempat pengeringan mempunyai dasar berlubang-lubang seperti anyaman bambu, kain kasa. dan
sebagainya. Umumnya dasar tempat pengeringan tersebut bukan dari logam karena logam akan bereaksi dan merusak
senyawa aktif tertentu. Letak pengering juga diatur sehingga memungkinkan terjadinya aliran udara dari atas ke bawah atau
sebaliknya. Ini berarti bahwa bahan simplisia yang dikeringkan harus dihamparkan setipis mungkin di atas tempat
pengeringan dan di bawah tempat pengering diberi jarak tertentu dengan lantai atau dengan pengering di bawahnya
sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi udara.
Pengeringan buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan
pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban,
tekanan dan aliran udara nya dapat diatur.
Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai besikut: udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu,
kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi
bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini dapat
diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah. dengan hasil yang cukup baik. Cara yang
lain misalnya dengan menempatkan bahan-bahan yang akan dikeringkan di atas pita atau ban berjalan dan
nlelewatkannya melalui suatu lorong atau ruangan yang berisi udara yang telah dipanaskan dan diatur
alirannya.
Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena
pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan
cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar
matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10 sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat
pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam. Daya tahan suatu
simplisia selama pepyimpanan sangat tergantung pada jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya.
Beberapa simplisia yang dapat tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 870,
sedangkan simplisia lainnya mungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.
Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill
ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelunl sirnplisia
dibungkus untitk kernudian disinlpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi
disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk
rimpang. sering jumlah akar yang rnelekat pada rimpang terlampau besar dan
harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda
tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
Pengepakan dan Penyimpanan
Simplisia dapat rusak, atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam, antara lain :
1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan perubahan kimia pada simplisia,
misalnya isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya.
2. Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh
oksigen udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya,
yang semula cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya.
3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat disebabkan oleh reaksi kimia
intern, misalnya oleh enzim, polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya.
4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka simplisia secara perlahan-lahan
akan kehilangan sebagian airnya sehingga makin lama makin mengecil (kisut).
5. Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agaragar, bila disimpan dalam wadah yang
terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal, basah atau mencair (lumer).
6. Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai sumber, misalnya debu atau
pasir. ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah). dan fragmen wadah
(karung goni).
Pengepakan dan Penyimpanan
7. Serangga: Serangga dapat menimbulkan kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baik
oleh bentuk ulatnya maupun oleh bentuk dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa
kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur, bekas
kepompong, anyaman benang bungkus kepompong. bekas kulit serangga dan sebagainya.
8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia dapat berkapang.
Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak
susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari kapangnya dapat mengeluarkan toksin
yang dapat nlengganggu kesehatan.
pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat rnengakibatkan
kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan
gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya. Penyebab
kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Untuk dapat disimpan dalam
waktu lama simplisia harus dikeringkan dulu sampai kering, sehingga kandungan airnya tidak
lagi dapat menyebabkan kerusakan yang merugikan.
PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA KHUSUS
a. Jamur, lumut kerak dan spora paku-pakuan. Bahan simplisia cukup dijemur di bawah sinar matahari,
sebab materialnya kecil dan tipis. Diwadahi dalam kantong plastik atau kaleng, bila perlu diberi
bahan penyerap air dan penyerap oksigen.
b. Akar. Akar dicuci bersih, diiris tipis-tipis atau dipotong pendekpendek sesuai dengan ukuran akar,
kemudian dijemur. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari atau pengering buatan.
c. Buah. Buah yang kecil atau yang sudah agak kering sewaktu dipanen misalnya lada dan adas,
langsung dikeringkan. Buah yang agak besar dan masih basah misalnya cabe merah, sebaiknya
dibelah jadi dua atau beberapa bagian kemudian dijemur. Beberapa buah ada yang perlu diperam
sebelum dijemur.
d. Bunga. Bunga dikeringkan dengan sinar matahari, diangin-anginkan, atau dikeringkan dengan
pengering buatan.
e. Biji. Bila biji hanya tercemar oleh bahan organik asing, langsung dijemur. Selama proses pengeringan
biji yang pecah langsung dibuang hal ini untuk menghindari pencemaran oleh kapang penghasil
aflatoksin. Pengerjaan selanjutnya seperti pada kayu.
f. Daun Pengerjaan seperti bunga.
g. Kayu Diiris tipis-tipis atau dalam bongkah-bongkah. Pengeringan dengan sinar matahari.
Pengeringan dengan pengering buatan harus memperhatikan segi ekonominya.
PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA KHUSUS
h. Herba. Pengerjaan seperti kayu.
i. Kulit Pengerjaan seperti kayu:
j. Rimpang Rimpang dicuci bersih; rimpang dengan ukuran kecil dibiarkan utuh sedang rimpang besar
diiris-iris tipis memanjang atau melintang, tergantung pada permintaan pasaran. Pada beberapa rimpang
tertentu perlu direndam air kapur atau dicelupkan air mendidih. Pengeringan dengan sinar matahari atau
pengering buatan.
k. Umbi. Umbi dicuci bersih, diiris tipis-tipis, jika perlu irisan tipis yang bergaris tengah besar dipotong
menjadi dua atau beberapa bagian. Selanjutnya pengerjaan seperti pada kayu.
l. Umbi lapis Bila umbi lapis dalam keadaan utuh, misalnya bawang merah, maka setelah dicuci lalu
dijemur.
m. Balsam, Malam, Getah dan Gom Biasanya tidak memerlukan proses pengeringan. Tetapi bila
diperlukan berbagai jenis gom dapat dijemur agar lebih kering.
n. Hasil pengolahan Misalnya agar-agar, jadam, kolofonium dan sebagainya. Disimpan seperti apa adanya,
wadah disesuaikan dengan bentuk dan konsistensi simplisia. Hasil pengolahan yang berupa bahan padat
cukup disimpan dengan disertai penyerap air.
PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA KHUSUS

0. Hewan
1.Tubuh hewan atau bagiannya. Dikeringkan dengan penjemuran atau pengering buatan.
2.Minyak lemak. Pengolahan tergantung kepada bahan bakunya. Penyimpanan dalam wadah
terisi penuh dan tertutup baik.
3.Lemak dan lilin hewan. Pengolahan tergantung kepada bahan bakunya. Penyimpanan dalam
wadah yang tertutup baik.
4.Hasil olah cair. Contoh madu. Penyimpanan dalam wadah terisi penuh dan tertutup baik.

p. Minyak mineral , Biasanya pengolahan dilakukan oleh industri minyak bumi, penyimpanan
dalam wadah yang tertutup baik.
q. Minyak atsiri Cara pengolahan diuraikan tersendiri. Penyimpanan dalam wadah terisi penuh,
tertutup baik dan terlindung dari cahaya, pada suhu kamar.
r. Minyak nabati padat Misalnya lemak coklat dan lemak pala. Penyimpanan dalam wadah
tertutup baik.
TUGAS MANDIRI
Buat Soal 10 Pilihan Ganda, 10 Mengisi dan 10 Essay dari Materi Simplisia Ini
Dicatat dengan tulisan tangan dan ditulis pada kertas double folio
Setelah dicatat discan dan di upload pada folder drive ini
https://drive.google.com/drive/folders/1eoc1Dh8kvxnO-e6mHWhbBx9uSUSR47Ol?usp=sharing
Batas Upload : 4 Maret 2021 Jam 23.59

Anda mungkin juga menyukai