DISUSUN OLEH
KELOMPOK A3-APOTEK A
JURUSAN FARMASI
LOKAL 3A SEMESTER V
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyusun dan meyelesaikan Laporan Praktikum Pelayanan Farmasi IV
mengenai “Identifikasi Resep Obat Fenofibrat, Simvastatin, Meloxicam, Alpetin, dan
Lansoprazol pada Pasien Hiperkolesterolemia di Apotek Rawat Jalan A”.
1. Apt. Adin Hakim Kurniawan., S.Si., M.Farm selaku pembimbing praktikum pelayanan
farmasi IV
2. Dra. Apt. Sri Rejeki selaku pengawas praktikum pelayanan farmasi IV
Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
berkepentingan serta dapat menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.
Dalam menyususn laporan ini kami sebagai mahasiswa menyadari bahwa adanya
kekurangan dari menyusun laporan ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada seluruh
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter
hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio).
8. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
9. Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat
yang jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anief,2006).
Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi administrasi,
kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinisnya.Penyiapaan obat meliputi
peracikan, etiket, kemasan obat yang diserahkan, penyerahan obat, informasi
obat, konseling dan monitoring penggunaan obat.
2.3 Hiperkolesterolemia
seluruh tubuh melalui arteri. Bila kadarnya terlalu tinggi, LDL akan menumpuk di
dinding pembuluh darah, dan membuat pembuluh darah menjadi keras dan sempit.
LDL dikenal sebagai ‘kolesterol jahat’.
High-density lipoprotein (HDL). HDL berfungsi mengembalikan kolesterol
berlebih ke hati, untuk dikeluarkan dari tubuh. Oleh karena itu, HDL dikenal sebagai
‘kolesterol baik’.
Hiperkolesterolemia terjadi karena adanya gangguan metabolisme lemak yang
dapat menyebabkan peningkatan kadar lemak darah yang disebabkan oleh defisiensi
enzim lipoprotein, lipase,defisiensi reseptor LDL, kelainan genetika, dan penurunan
kemampuan hati dalam membersihkan kolesterol dalam darah.
Antara faktor utama yang mempengaruhi kadar kolesterol plasma selain faktor
herediter adalah peningkatan asupan diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh seperti
terkandung dalam kuning telur, lemak hewani, mentega dan lain-lain dikatakan akan
meningkatkan kadar kolesterol plasma. Sebaliknya asupan diet rendah kolesterol
dan/atau dengan rasio diet lemak tak jenuh mampu menurunkan kadar kolesterol
dalam plasma. Gaya hidup turut dapat memberi kesan terhadap kadar kolesterol.
1. Hiperkolesterolemia primer
Hiperkolesterolemia primer adalah suatu penyakit herediter yang
menyebabkan seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor
lipoprotein berdensitas rendah pada permukaan membran sel tubuh. (Guyton
dan Hall, 2007) Bila reseptor ini tidak ada, hati tidak dapat mengabsorpsi
lipoprotein berdensitas sedang atau lipoprotein berdensitas rendah. Tanpa
adanya absorpsi tersebut, mesin kolesterol di sel hati menjadi tidak terkontrol
dan terus membentuk kolesterol baru. Hati tidak lagi memberi respons
terhadap inhibisi umpan balik dari jumlah kolesterol plasma yang terlalu besar.
Akibatnya, jumlah lipoprotein berdensitas sangat rendah yang dilepaskan oleh
hati ke dalam plasma menjadi sangat meningkat.
2. Hiperkolesterolemia sekunder
Hiperkolesterolemia sekunder diakibatkan oleh adanya gangguan sistemik.
(Pricedan Wilson, 2006) Gejala hipertensi: sakit kepala, lemas, masalah dalam
penglihatan, nyeri dada, sesak napas, aritmia.
2. Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai
dikendalikan(bordelin high) adalah 200-239 mg/dl.
3. Kadar yang tinggi dan berbahaya bagi pasien (high) adalah > 240 mg/dl.
a. Indikasi
c. Efek Samping
Efek Samping Umum : Ruam, Demam, Rasa lelah atau lemas, Sembelit,
Rhinitis, Nyeri sendi, Mual, Sakit perut yang parah
Efek Samping Jarang : Rhabdomyolisis
d. Dosis
e. Farmakodinamik
a. Indikasi
c. Efek Samping
e. Farmakodinamik
a. Indikasi
c. Efek samping
d. Dosis
a. Indikasi
Kejang Parsial dan Kejang parsial dengan generalisasi sekunder yang tidak
dapat dikendalikan dengan antikonvulsan standar.
b. Kontraindikasi
Dws dan anak > 12 tahun : sehari 900-1800 mg, Hari ke-1: 300 mg 1x sehari.
Hari ke-2 300 mg 2x sehari. Hari ke-3 300 mg 3x sehari. Selanjutnya, dosis
dapat ditingkatkan s/d 1200 mg/hr diberikan dalam 3 dosis terbagi.
e. Farmakodinamika
Meningkatkan produksi neurotransmitter Gamma-aminobutyric acid
(GABA). Neurotransmitter GABA berperan dalam pengiriman pesan antar
sel otak dan juga sistem saraf. GABA dianggap sebagai neurotransmitter
yang bentindak menenangkan saraf. Neurotransmitter GABA dapat
membantu menjaga aktivitas saraf di otak seimbang.
5. LANSOPRAZOL (ISO VOL 51 HAL 403)
Komposisi : lansoprazole 30 mg
a. Indikasi
Pengobatan jangka pendek tukak usus, tukak lambung, dan refluks esofagus.
b. Kontraindikasi
c. Efek samping
Sakit kepala, diare, nyeri perut, dispepsia, mulut kering, susah buang air besar,
urtikaria, pruritus, mual, muntah, kembung, pusing dan lelah.
d. Dosis
e. Farmakodinamika
PEMBAHASAN
3.3 Pembahasan
1. Skrining resep obat
Kelengkapan resep nomor 10.2 dengan pasien bernama Napon kurang lengkap
karena nomor SIP dokter yang tidak terbaca begitu jelas dan subscriptio (tanda tangan
atau paraf dokter) tidak termuat pada lembar resep. Dari unsur-unsur yang harus tertera
didalam resep, nama dokter dan alamat tempat praktek dokter tercantum dengan jelas
pada resep tersebut. Resep untuk pasien bernama Napon terbaca cukup jelas.
Diagnosa berdasarkan resep yang diberikan oleh dokter, pasien Napon diduga
mengalami kadar kolesterol tinggi karena diberikan obat antihiperlipidemia berupa obat
Simvastatin. Selain kadar kolesterol pasien yang tinggi, kadar trigliserida pasien juga
tinggi. Oleh karena itu dokter mengkombinasikan obat Simvastatin dengan obat
antihiperlipidemia, yaitu obat Fenofibrat. Untuk mengatasi gejala yang muncul akibat
kada kolesterol yang tinggi pada tubuh, dokter meresepkan obat Meloxicam untuk
mengobati gejala nyeri sendi dan Alpentin untuk mengobati gejala nyeri saraf. Selain
itu, untuk mencegah efek samping tukak usus/tukak lambung/penyakit GERD yang
mungkin dapat timbul karena pemberian OAINS dalam jangka waktu yang lama (obat
Meloxicam), dokter mersepkan obat Lansoprazol untuk pasien.
Obat yang diresepkan kepada pasien Napon berupa tablet. Semua obat diminum
sebanyak 1x sehari dengan waktu pemakaian yang berbeda. Seperti untuk obat
Meloxicam dikonsumsi tiap pagi hari pada jam yang sama setiap harinya (misalnya tiap
jam 7 pagi), obat Alpentin dikonsumsi tiap malam pada jam yang sama setiap harinya
(misalnya tiap jam 8 malam), obat Lansoprazol dikonsumsi 1x setiap hari sebelum
makan pada jam yang sama setiap harinya dan obat Fenofibrat dan Simvastatin yang
dikonsumsi 1x sehari, dapat sebelum atau sesudah makan pada jam yang sama setiap
harinya. Walaupun pada resep diatas tidak tertera kapan dan bagaimana aturan pakai
pada obat Fenofibrat dan Simvastatin, tetapi dianjurkan mengkonsumsi obat Fenofibrat
untuk dikonsumsi bersama dengan makanan karena untuk menghindari efek samping
gangguan pencernaan yang mungkin terjadi. Lalu dianjurkan mengkonsumsi obat
Simvastatin untuk dikonsumsi pada malam hari karena Simvastatin merupakan obat
antihiperlipidemia golongan statin, yaitu obat yang bekerja dengan menghambat enzim
pembentuk kolesterol, dimana enzim yang membuat kolesterol tersebut lebih aktif pada
malam hari. Karena sebab itulah obat Simvastatin lebih efektif dikonsumsi pada malam
hari.
b. Simvastatin
Obat ini merupakan obat untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah,
dikonsumsi 1x sehari 1 tablet tiap malam. Diajurkan untuk mengkonsumsinya pada
jam yang sama setiap harinya agar tidak lupa. Efek samping yang mungkin dapat
terjadi ketika penggunaan obat ini diantaranya nyeri perut, nyeri otot, sakit kepala,
sembelit, lemas, sering buang gas. Jika efek samping timbul kemudian semakin
memburuk, segera hubungi atau kunjungi dokter.
c. Meloxicam
obat ini merupakan obat untuk mengurangi gejala nyeri, dikonsumsi 1x sehari 1
tablet tiap pagi. Diajurkan untuk mengkonsumsinya pada jam yang sama setiap
harinya agar tidak lupa. Efek samping yang mungkin dapat terjadi ketika
penggunaan obat ini diantaranya gangguan saluran cerna, kurang darah, gatal,
kemerahan pada kulit, sakit kepala, bengkak, pusing. Jika efek samping timbul
kemudian semakin memburuk, segera hubungi atau kunjungi dokter.
d. Alpentin
obat ini merupakan obat untuk mengurangi gejala nyeri, dikonsumsi 1x sehari 1
tablet tiap malam. Diajurkan untuk mengkonsumsinya pada jam yang sama setiap
harinya agar tidak lupa. Efek samping yang mungkin dapat terjadi ketika
penggunaan obat ini diantaranya penurunan kesadaran, pusing, gangguang gerakan
tubuh, lelah, gangguan penglihatan, sakit kepala, mual, muntah, pilek/hidung
tersumbat. Jika efek samping timbul kemudian semakin memburuk, segera hubungi
atau kunjungi dokter.
e. Lansoprazol
obat ini merupakan obat untuk mengurangi gejala mual muntah, dikonsumsi 1x
sehari 1 tablet sebelum makan. Diajurkan untuk mengkonsumsinya pada jam yang
sama setiap harinya agar tidak lupa. Efek samping yang mungkin dapat terjadi
ketika penggunaan obat ini diantaranya sakit kepala, diare, nyeri perut, gangguan
pencernaan, mult kering, susah BAB, ruam kulit, pusing, lelah, gatal. Jika efek
samping timbul kemudian semakin memburuk, segera hubungi atau kunjungi
dokter.
3. Interaksi obat
Penggunaan antara fenofibrat dengan simvastatin secara bersamaan memicu terjadinya
rhabdomyolisis atau miopati, kematian jaringan otot rangka yang bisa berakhir pada
gangguan ginjal. Gejala yang dialami oleh pasien dapat diringkas dalam trias klasik,
yaitu: nyeri otot, kelemahan dan warna urin yang gelap seperti teh. Gejala yang lebih
spesifik dapat timbul antara lain pembengkakkan, kram, kekakuan dan kehilangan
fungsi dari otot.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan resep nomor 10.2, kami telah menganalisis resep atas nama
Napon dapat disimpulkan pasien menderita penyakit hiperkolesterolemia. Obat di
dalam resep tersebut berisikan sebagai berikut:
1. Fenofibrat memiliki khasiat sebagai antikolesterolemia untuk mengurangi kadar
kolesterol dalam darah. Simvastatin digunakan sebagai antikolesterol yang bekerja
dengan menghambat enzim penghasil kolesterol. Meloxicam digunakan untuk
meredakan nyeri otot sebagai akibat dari kombinasi antara Fenofibrate dan
Simvastatin. Alpentin digunakan untuk mengurangi kejang pada otot rangka. Dan
Lansoprazol digunakan untuk mencegah terjadinya efek samping dari Meloxicam
yaitu sebagai anti tukak lambung.
2. Penggunaan fenofibrat dengan simvastatin dapat memnculkan terjadinya
rhabdomyolisis atau miopati. Gejala yang dialami berupa nyeri otot, kelemahan dan
warna urin yang gelap seperti teh. Gejala yang lebih spesifik dapat timbul antara
lain pembengkakkan, kram, kekakuan dan kehilangan fungsi dari otot. Penggunaan
kombinasi kedua obat ini harus diperhatikan dan di monitoring efek samping yang
terjadi.
3. Fenofibrat (Dosis : 100 mg tiga kali sehari atau 300 mg sekali sehari. Dosis pada
resep : 1x sehari 1 tab 300 mg). Simvastatin (Dosis awal 5-10 mg, maksimal 40
mg/hari diminum pada malam hari. Dosis pada resep : 1x sehari 1 tab 20 mg).
Meloxicam (Dosis : 15 mg sekali sehari. Dosis pada resep : 1x sehari 1 tab 15 mg).
Alpentin (Dosis : 200-300 mg sekali sehari. Dosis pada resep : 1x sehari 1 tab 300
mg). Lansoprazole (Dosis : sehari sekali 30 mg sebelum makan. Dosis pada resep
: 1x sehari 1 tab 30 mg)
4. Fenofibrate Rp 88.500 ; Simvastatin Rp 21.500 ; Meloxicam Rp 21.500 ;
Alpentin Rp 145.500 ; Lansoprazole Rp 30.500.
4.2 Saran
Sebaiknya dokter melengkapi semua yang tercangkup pada lembar resep
tersebut. Pada resep tersebut kurang lengkap karena tidak ada tanda tangan/paraf dokter
yang termuat dalam lembar resep.
DAFTAR PUSTAKA