Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PELAYANAN FARMASI IV

Identifikasi Resep Obat Fenofibrat, Simvastatin, Meloxicam, Alpetin, dan


Lansoprazol pada Pasien Hiperkolesterolemia di Apotek Rawat Jalan A

DISUSUN OLEH

KELOMPOK A3-APOTEK A

Muhammad Jaelani Andika Putra (P24840119047)

Muhammad Rizky Arafah (P24840119049)

Narmada Tirta Anggiri (P24840119052)

Nurul Hidayah (P24840119055)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

JURUSAN FARMASI

LOKAL 3A SEMESTER V
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyusun dan meyelesaikan Laporan Praktikum Pelayanan Farmasi IV
mengenai “Identifikasi Resep Obat Fenofibrat, Simvastatin, Meloxicam, Alpetin, dan
Lansoprazol pada Pasien Hiperkolesterolemia di Apotek Rawat Jalan A”.

Laporan Praktikum Pelayanan Farmasi IV disusun berdasarkan hasil yang diperoleh


selama praktikum pelayanan farmasi IV yang telah dilaksanakan pada tanggal 23 November
2021 bertempat di Laboratorium Farmasetika (sistem offline).

Dengan tersusunnya Laporan Praktikum Pelayanan Farmasi IV ini kami mengucapkan


terima kasih kepada para dosen pembimbing praktikum pelayanan farmasi IV yang telah
membimbing dalam melaksanakan Laporan Praktikum Pelayanan Farmasi IV ini hingga
selesai, khususnya kepada:

1. Apt. Adin Hakim Kurniawan., S.Si., M.Farm selaku pembimbing praktikum pelayanan
farmasi IV
2. Dra. Apt. Sri Rejeki selaku pengawas praktikum pelayanan farmasi IV

Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
berkepentingan serta dapat menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.

Dalam menyususn laporan ini kami sebagai mahasiswa menyadari bahwa adanya
kekurangan dari menyusun laporan ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada seluruh
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Jakarta, 28 November 2021

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hiperkolesterolemia atau kolesterol tinggi merupakan kondisi dimana kadar
kolesterol total 190 mg/dL atau lebih. Saat ini prevalensi hiperkolesterolemia masih
tinggi. Prevalensi hiperkolesterolemia di dunia sekitar 45%, di Asia Tenggara sekitar
30% dan di Indonesia persentase kolesterol tinggi yang tercatat di Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM dan Puskesmas yang sudah menggunakan sistem informasi
surveilans PTM menurut jenis kelamin, pada laki-laki sebesar 48% sedangkan pada
perempuan 54,3%.
Peningkatan kadar kolesterol diperkirakan menyebabkan 2,6 juta kematian dan
29,7 juta kecacatan per tahun. Hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko berbagai
macam penyakit. Kadar kolesterol tinggi telah terbukti berhubungan dengan
peningkatan risiko penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan obesitas.
Hiperkolesterolemia tidak menimbulkan gejala spesifik dan hanya dapat dideteksi
dengan pemeriksaan darah. Bila kadar kolesterol >200 mg/dL, maka dikatakan
menderita hiperkolesterolemia.
Faktor risiko yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah dibedakan
menjadi 3 yaitu, faktor risiko langsung meliputi genetik, radikal bebas, dan asupan
makanan tinggi lemak jenuh. Faktor risiko tidak langsung meliputi obesitas, kurang
aktivitas fisik, dan stress. Faktor lain yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah
yakni jenis kelamin, faktor usia, konsumsi alkohol berlebihan, kebiasaan minum kopi
berlebihan, dan merokok.
Pada resep yang diterima pasien mengalami hiperkolesterolemia dan diberikan
obat fenofibrat dan simvastatin sebagai obat antikolesterol. Meloxicam sebagai obat
antiinflamasi atau peradangan. Alpentin sebagai obat antikonvulsan atau kejang dan
Lansoprazole sebagai obat untuk mengatasi gangguan lambung. Pada laporan kali ini,
tim penulis akan mengurai tentang lima obat tersebut dan kelengkapan resep.
1.2 Tujuan praktikum
Dalam pelaksanaan praktikum pelayanan farmasi ini tentunya memiliki tujuan,
yaitu sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui obat fenofibrate, simvastatin, meloxicam, alpentin dan
lansoprazole pada penyakit kolesterolemia berdasarkan khasiat/kegunaannya.
2. Ingin mengetahui obat fenofibrate, simvastatin, meloxicam, alpentin dan
lansoprazol pada penyakit kolesterolemia berdasarkan perhitungan dosis lazim.
3. Ingin mengetahui obat fenofibrate, simvastatin, meloxicam, alpentin dan
lansoprazol pada penyakit kolesterolemia berdasarkan cara pemberian obat.
4. Ingin mengetahui obat fenofibrate, simvastatin, meloxicam, alpentin dan
lansoprazol pada penyakit kolesterolemia berdasarkan harga obat resep.

1.3 Manfaat praktikum


Dalam proses pelaksanaan praktikum, tentunya yang diharapkan adalah adanya
manfaat dari setiap kegiatan yang dilakukan. Manfaat yang didapat dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai khasiat/kegunaan dari obat
fenofibrate, simvastatin, meloxicam, alpentin dan lansoprazole.
2. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai perhitungan dosislazim dan
dosis dari obat fenofibrate, simvastatin, meloxicam, alpentin dan lansoprazole.
3. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai cara pemberian obat
fenofibrate, simvastatin, meloxicam, alpentin dan lansoprazole.
4. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai harga obat fenofibrate,
simvastatin, meloxicam, alpentin dan lansoprazole.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek

Menurut Keputusan Menkes RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek


adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan
farmasiyang dimaksudkan adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Tugas dan fungsi apotek menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun
2009 adalah sebagai berikut :
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpahjabatan.
2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
3. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002, personil apotek terdiri dari :
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki
SuratIzin Apotek (SIA).
b. Apoteker Pendamping, adalah Apoteker yang bekerja di Apotek disamping APA
dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek.
c. Apoteker Pengganti, adalah Apoteker yang menggantikan APA selama APA
tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus , telah
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di Apotek lain.
d. Asisten Apoteker, adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai
asisten apoteker.
Sedangkan tenaga lain yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di Apotek
antara lain :
1) Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.
2) Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan
dan pengeluaran uang.
3) Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek
dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan
keuangan apotek.

2.2 Pengertian Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter


hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan
atau membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien
(Syamsuni,2007).
Resep harus ditulis jelas dan lengkap. Apabila resep tidak dapat
dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada
dokter penulis resep.
Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter
hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio).

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).

4. Nama setiap obat dan komposisi (praescription/ordonatio).

5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature).

6. Tanda tangan atau paraf dokter penulisan resep sesuai dengan


peraturanperundang-undangan yang berlaku (subcriotio).
7. Nama pasien, umur serta alamat (Pro).

8. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.

9. Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat
yang jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anief,2006).
Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi administrasi,
kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinisnya.Penyiapaan obat meliputi
peracikan, etiket, kemasan obat yang diserahkan, penyerahan obat, informasi
obat, konseling dan monitoring penggunaan obat.

2.3 Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol dalam darah


melebihi di atas normal. Keadaan ini bukanlah suatu penyakit tetapi gangguan
metabolik yang bisa menyumbang dalam terjadinya berbagai penyakit terutama
penyakit kardiovaskuler. Kolesterol di dalam darah terikat pada protein. Kombinasi
protein dan kolesterol ini disebut dengan lipoprotein. Jenis lipoprotein meliputi:
 Low-density lipoprotein (LDL). LDL berfungsi membawa kolesterol ke

seluruh tubuh melalui arteri. Bila kadarnya terlalu tinggi, LDL akan menumpuk di
dinding pembuluh darah, dan membuat pembuluh darah menjadi keras dan sempit.
LDL dikenal sebagai ‘kolesterol jahat’.
 High-density lipoprotein (HDL). HDL berfungsi mengembalikan kolesterol

berlebih ke hati, untuk dikeluarkan dari tubuh. Oleh karena itu, HDL dikenal sebagai
‘kolesterol baik’.
Hiperkolesterolemia terjadi karena adanya gangguan metabolisme lemak yang
dapat menyebabkan peningkatan kadar lemak darah yang disebabkan oleh defisiensi
enzim lipoprotein, lipase,defisiensi reseptor LDL, kelainan genetika, dan penurunan
kemampuan hati dalam membersihkan kolesterol dalam darah.
Antara faktor utama yang mempengaruhi kadar kolesterol plasma selain faktor
herediter adalah peningkatan asupan diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh seperti
terkandung dalam kuning telur, lemak hewani, mentega dan lain-lain dikatakan akan
meningkatkan kadar kolesterol plasma. Sebaliknya asupan diet rendah kolesterol
dan/atau dengan rasio diet lemak tak jenuh mampu menurunkan kadar kolesterol
dalam plasma. Gaya hidup turut dapat memberi kesan terhadap kadar kolesterol.

 Hiperkolesterolemia dibagi dua, antara lain adalah :

1. Hiperkolesterolemia primer
Hiperkolesterolemia primer adalah suatu penyakit herediter yang
menyebabkan seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor
lipoprotein berdensitas rendah pada permukaan membran sel tubuh. (Guyton
dan Hall, 2007) Bila reseptor ini tidak ada, hati tidak dapat mengabsorpsi
lipoprotein berdensitas sedang atau lipoprotein berdensitas rendah. Tanpa
adanya absorpsi tersebut, mesin kolesterol di sel hati menjadi tidak terkontrol
dan terus membentuk kolesterol baru. Hati tidak lagi memberi respons
terhadap inhibisi umpan balik dari jumlah kolesterol plasma yang terlalu besar.
Akibatnya, jumlah lipoprotein berdensitas sangat rendah yang dilepaskan oleh
hati ke dalam plasma menjadi sangat meningkat.
2. Hiperkolesterolemia sekunder
Hiperkolesterolemia sekunder diakibatkan oleh adanya gangguan sistemik.
(Pricedan Wilson, 2006) Gejala hipertensi: sakit kepala, lemas, masalah dalam
penglihatan, nyeri dada, sesak napas, aritmia.

2.2 Diagnosis Hiperkolesterolemia

Diagnosis hiperkolesterolemia dilakukan melalui penetapan kadar kolesterol total


plasma. Menurut Anwar (2004), patokan kadar kolesterol total dalam mendiagnosis
hiperkolesterolemia adalah:
1. Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman adalah < 200 mg/dl.

2. Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai
dikendalikan(bordelin high) adalah 200-239 mg/dl.

3. Kadar yang tinggi dan berbahaya bagi pasien (high) adalah > 240 mg/dl.

2.5 Farmakologi Obat

1. FENOFIBRAT (ISO VOL 51 HAL 311)

Komposisi : Fenofibrate 300 mg

a. Indikasi

Hiperkolesterolemia (Tipe IIa) dan hipergliseridemia endogen murni (Tipe


IV)atau kombinasi (Tipe IIb dan III)
b. Kontraindikasi

Hipersensitif, Penderia dengan penyakit kandung empedu

c. Efek Samping
Efek Samping Umum : Ruam, Demam, Rasa lelah atau lemas, Sembelit,
Rhinitis, Nyeri sendi, Mual, Sakit perut yang parah
Efek Samping Jarang : Rhabdomyolisis

d. Dosis

Dewasa : Sehari 3x 100mg atau sehari 1x 300mg. Anak : 5 mg/KgBB/hari

e. Farmakodinamik

Fenofibrate adalah sebuah prodrug yang dikonversi secara farmakologis


menjadi metabolit aktifnya, yaitu asam fenofibrik. Efek modifikasi lipid
dimediasi oleh aktivasi factor transkripsi peroxisome proliferator-activated
receptor α (PPAR α). PPAR α yang telah teraktivasi ini akan membentuk
ikatan heterodimer dengan reseptor retinoid X dan kemudian memodulasi
ekspresi gen apoC-III, apoA-I, dan apoA-II. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan lipolisis, meningkatkan eliminasi lipoprotein yang kaya akan
trigliserida, dan penurunan produksi penghambat lipoprotein lipase.
Fenofibrate juga merangsang oksidasi asam lemak serta menurunkan
ketersediaan asam lemak bebas untuk sintesis trigliserida.

2. SIMVASTATIN (ISO VOL 51 HAL 317)

Komposisi : Simvastatin 5mg, 10mg, dan 20 mg

a. Indikasi

Mengurangi kadar kolesterol total dan LDL pada penderita


hiperkolesterolemia primer dan sekunder , meningkatkan kadar HDL
b. Kontraindikasi

Hipersensitif, wanita hamil dan menyusui, penyakit hati aktif.

c. Efek Samping

Nyeri abdomen, mialgia, rhabdomyolisis, sakit kepala, astenia, konstipasi,


flatulensi.
d. Dosis

Awal sehari 5-10 mg dosis tunggal pada malam hari.

e. Farmakodinamik

Simvastatin merupakan obat golongan statin yang menghambat aktivitas


enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG CoA) di hati.
Inhibisi enzim HMG CoA ini akan menyebabkan penurunan kadar kolesterol
total dan meningkatkan pembentukan reseptor LDL di permukaan sel
hepatosit sehingga terjadi peningkatan transport LDL dari pembuluh darah ke
sel hati.

3. MELOXICAM (ISO VOL 51 HAL 29)

Komposisi : Meloksikam 7,5 mg, 15 mg

a. Indikasi

Terapi simtomatik jangka pendek untuk eksaserbasi akut osteoarthritis,


terapi simtomatik jangka panjang untuk Rheumatoid Arthritis.
b. Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap meloxicam, acetosal atau obat-obat


antiinflamasi nonsteroid lainnya, masa kehamilan atau menyusui, anak-anak
dan remaja yang umurnya kurang dari 15 tahun, ulcer lambung yang aktif,
Insufficiency hepar berat, insufficiency ginjal berat yang tidak didialisis,
perdarahan saluran pencernaan, perdarahan pembuluh darah otak atau
perdarahan penyakit lainnya, tidak boleh diberikan pada penderita yang
diketahui memiliki riwayat/gejala asma, polip hidung, angioedema atau
urticaria, setelah penggunaan AINS lainnya

c. Efek samping

GI gangguan, anemia, pruritus, ruam kulit, ringan, sakit kepala, edema.

d. Dosis

OA: 7,5 mg 1 x sehari, dosis dapat ditingkatkan s/d 15 mg 1 x sehari. AR : 15


mg 1 x sehari, dapat dikurangi s/d 7,5 mg 1 x sehari, tergantung respon klinis.
Lansia: 7,5 mg per hari untuk terapi jangka panjang. Pasien gagal ginjal maks
7,5 mg 1 x sehari. Pasien dengan peningkatan risiko efek samping dosis awal
7,5 mg tiap hari.
e. Farmakodinamik

Meloxicam adalah obat antiinflamasi dan antirematik nonsteroid (AINS) dari


golongan asam enolate. Meloxicam bekerja dengan cara menghambat
biosynthesize prostaglandin yang merupakan mediator peradangan melalui
penghambatan cyclooxygenase-2 (COX-2), sehingga terjadinya proses
peradangan dapat dihambat.

4. ALPENTIN (ISO VOL 51 HAL 84)

Komposisi : Gabapentin 300 mg

a. Indikasi

Kejang Parsial dan Kejang parsial dengan generalisasi sekunder yang tidak
dapat dikendalikan dengan antikonvulsan standar.
b. Kontraindikasi

Hindari penggunaan pada pasien dengan indikasi:


 Pasien yang hipersensitif terhadap Gabapentin.
 Pankreatitis akut
 Kejang generalisasi primer (tidak efektif)
 Galaktosemia (intoleransi galaktosa) untuk sediaan kapsul gabapentin
yang mengandung laktosa.
c. Efek samping

Somnolen, pusing, ataksia, lelah, nystagmus, mual, muntah, sakit kepala,


tremor, diplopia, amblyopia, rhinitis.
d. Dosis

Dws dan anak > 12 tahun : sehari 900-1800 mg, Hari ke-1: 300 mg 1x sehari.
Hari ke-2 300 mg 2x sehari. Hari ke-3 300 mg 3x sehari. Selanjutnya, dosis
dapat ditingkatkan s/d 1200 mg/hr diberikan dalam 3 dosis terbagi.
e. Farmakodinamika
Meningkatkan produksi neurotransmitter Gamma-aminobutyric acid
(GABA). Neurotransmitter GABA berperan dalam pengiriman pesan antar
sel otak dan juga sistem saraf. GABA dianggap sebagai neurotransmitter
yang bentindak menenangkan saraf. Neurotransmitter GABA dapat
membantu menjaga aktivitas saraf di otak seimbang.
5. LANSOPRAZOL (ISO VOL 51 HAL 403)

Komposisi : lansoprazole 30 mg

a. Indikasi

Pengobatan jangka pendek tukak usus, tukak lambung, dan refluks esofagus.

b. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap Lansoprazole

c. Efek samping

Sakit kepala, diare, nyeri perut, dispepsia, mulut kering, susah buang air besar,
urtikaria, pruritus, mual, muntah, kembung, pusing dan lelah.
d. Dosis

ulkus duodenum/refluks esofagitis: sehari 1x1 kapsul selama 4 minggu; ulkus


gastrik benigna: sehari 1x1 kapsul selama 8 minggu.

e. Farmakodinamika

Mengurangi sekresi asam lambung melalui mekanisme menghambat kerja enzim


H+, K+-ATPase pada jalur sekresi asam lambung, sehingga proses katalisasi
sekresi asam lambung di sel parietal tidak terjadi. Selain itu lansoprazole juga
berperan dalam menurunkan sekresi enzim pepsin.
Inhibisi pompa proton yang menyalurkan H+ ke dalam lumen gaster oleh
lansoprazole menyebabkan langkah tersebut terhenti dan bersifat ireversibel
selama 24–48 jam hingga molekul pompa proton baru disintesis dan
ditransportasikan ke membran sel parietal. Proses farmakodinamik ini dapat
bertahan dalam waktu sehari penuh, sehingga satu dosis yang diminum dalam
sehari dalam waktu kapanpun tetap dapat menghambat sekresi asam lambung saat
siang dan malam hari secara konstan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelengkapan resep


Resep nomor 10.2

Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut:


1. Nama, alamat dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi atau dokter hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscription).
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).
4. Nama setiap obat dan komposisi (praescription/ordonatio).
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature).
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulisan resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (subscriotio).
7. Nama pasien, umur serta alamat (Pro).
8. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
9. Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anief,2006).

Dari resep diatas didapat data sebagai berikut:


1. Nama dokter, alamat, dan nomor izin praktik dokter termuat di lembar resep
2. Inscriptio: 08 Desember 2020
3. Tanda R/ (invocatio) lengkap dari kelima obat
4. Praescription/ordonatio:
a. Fenofibrat 500 mg
b. Simvastatin 20 mg
c. Meloxicam 15 mg
d. Alpentin 300 mg
e. Lansoprazol 30 mg
5. Signature:
a. Fenofibrat 500 mg no XXX S 1 dd
b. Simvastatin 20 mg no XXX S 1 dd
c. Meloxicam 15 mg no XXX S 1 dd pc pagi
d. Alpentin 300 mg no XXX S 1 dd malam
e. Lansoprazol 30 mg no XXX S 1 dd ac
6. Subscriotio: tidak ada tanda tangan atau paraf dokter
7. Pro: pasien bernama Napon

A. ALAT RACIK/NON RACIK


Alat yang dibutuhkan dalam pelayanan resep 10.2 (Non Racikan)
1. Alat tulis
2. Lembar jurnal
3. Alat hitung (kalkulator)
4. Lembar kwitansi
5. Plastik Klip bening
6. Etiket
B. LANGKAH KERJA/ALUR PELAYANAN RESEP
1. PRH: Siapkan jurnal peresepan, menghitung dosis serta mengisi kolom komposisi
dan harga obat dan harga servis
2. PRH: menghitung jumlah harga yang diberikan dalam resep, kemudian
diserahkan kepada RAH
3. RAH: memberikan infomarsi harga kepada pasien, kemudian RAH memberikan
informasi jumlah obat yang akan ditebus dan total harganya, jika pasien setuju
pelayanan resep dilanjutkan.
4. RAH: memberikan kartu tunggu kepada pasien kemudian menyerahkan resep
kepada RAC untuk dikerjakan
5. RAC: menyiapkan obat dalam resep seperti mengambil obat yang tertulis di
dalam resep sesuai jurnal tulisan PRH, RAC bertugas mengecek ulang dosis dan
jumlah obat dalam resep
6. RAC: mengemas obat dalam plastik klip menuliskan etiket dengan jelas, setelah
obat dalam 1 resep telah lengkap diserahkan kepada RAH.
7. RAH: menuliskan copy resep atau lembar kwitansi jika diperlukan sesuai
permohonan pasien
8. RAH: menjelaskan obat yang telah selesai dikerjakan oleh RAC dengan
melakukan Pelayanan Informasi Obat dalam resep seperti khasiat dosis dan cara
penggunaannya kepada pasien dengan jelas
9. RAH: setelah pasien mengerti, RAH meminta kontak pasien yang dapat
dihubungi seperti nomor telepon atau alamat dan mengucapkan “Semoga Lekas
Sembuh”

3.2 Perhitungan dosis


1. Fenofibrat (ISO Vol. 52, Hal: 250)
a. Komposisi : Fenofibrat 100 mg; 300 mg
b. DL dewasa : 100 mg 3x sehari atau 300 mg 1x sehari, bila perlu dapat
diberikan hingga 100 mg 4x sehari.
c. DDR/ : 300 mg 1x sehari (DOSIS LAZIM)

2. Simvastatin (ISO Vol. 52, Hal: 253)


a. Komposisi : Simvastatin 10 mg; 20 mg
b. DL dewasa : Dosis awal 5-10 mg, dosis tunggal pada malam hari. Dapat
disesuaikan dengan interval 4 minggu. Maks sehari 40 mg sebagai dosis tunggal
(malam hari).
c. DDR/ : 20 mg 1x sehari (DOSIS LAZIM)

3. Meloxicam 15 mg (ISO Vol. 52, Hal: 23)


a. Komposisi : Meloksikam 7.5 mg; 15 mg
b. DL dewasa : Untuk pasien osteoartritis sehari 7.5-15 mg; pasien rheumatoid
artritis sehari 15 mg dapat dikurangi menjadi 7.5 mg; pasien gagal ginjal sehari
maksimum 7.5 mg.
c. DDR/ : 15 mg 1x sehari pada pagi hari (DOSIS LAZIM)

4. Alpentin (ISO Vol. 52, Hal: 80)


a. Komposisi : Gabapentin 300 mg
b. DL dewasa : Dewasa dan anak ˃12 thn sehari 900-1800 mg; hari ke-1 sehari
1x300 mg; hari ke-2 sehari 2x300 mg; hari ke-3 sehari 3x300 mg; dosis dapat
ditingkatkan sampai sehari 1200 mg diberikan dalam 3 dosis terbagi maksimal
sehari 2400 mg. pasien gagal ginjal dengan bersihan keratin ˃60 ml/menit sehari
3x400 mg; 30-60 ml/menit sehari 1x300 mg; 15-60 ml/menit sehari 1x300 mg; ˃15
ml/menit 300 mg tiap 2x sehari. Pasien yang menjalani hemodialisis awal sehari
300-400 mg; dosis pemeliharaan 200-300 mg, diberikan 4 jam setelah hemodialisis
c. DDR/ : 300 mg 1x sehari pada malam hari (DOSIS LAZIM)

5. Lansoprazol (ISO Vol. 52, Hal: 317)


a. Komposisi : Lansoprazole 30 mg
b. DL dewasa : untuk pasien tukak usus dan refulks esofagus sehaari 1x 30 mg
selama 4 minggi; pasien tukak lambung sehaari 1x 30 mg selama 8 minggu
c. DDR/ : 30 mg 1x sehari sebelum makan (DOSIS LAZIM)

3.3 Pembahasan
1. Skrining resep obat
Kelengkapan resep nomor 10.2 dengan pasien bernama Napon kurang lengkap
karena nomor SIP dokter yang tidak terbaca begitu jelas dan subscriptio (tanda tangan
atau paraf dokter) tidak termuat pada lembar resep. Dari unsur-unsur yang harus tertera
didalam resep, nama dokter dan alamat tempat praktek dokter tercantum dengan jelas
pada resep tersebut. Resep untuk pasien bernama Napon terbaca cukup jelas.
Diagnosa berdasarkan resep yang diberikan oleh dokter, pasien Napon diduga
mengalami kadar kolesterol tinggi karena diberikan obat antihiperlipidemia berupa obat
Simvastatin. Selain kadar kolesterol pasien yang tinggi, kadar trigliserida pasien juga
tinggi. Oleh karena itu dokter mengkombinasikan obat Simvastatin dengan obat
antihiperlipidemia, yaitu obat Fenofibrat. Untuk mengatasi gejala yang muncul akibat
kada kolesterol yang tinggi pada tubuh, dokter meresepkan obat Meloxicam untuk
mengobati gejala nyeri sendi dan Alpentin untuk mengobati gejala nyeri saraf. Selain
itu, untuk mencegah efek samping tukak usus/tukak lambung/penyakit GERD yang
mungkin dapat timbul karena pemberian OAINS dalam jangka waktu yang lama (obat
Meloxicam), dokter mersepkan obat Lansoprazol untuk pasien.
Obat yang diresepkan kepada pasien Napon berupa tablet. Semua obat diminum
sebanyak 1x sehari dengan waktu pemakaian yang berbeda. Seperti untuk obat
Meloxicam dikonsumsi tiap pagi hari pada jam yang sama setiap harinya (misalnya tiap
jam 7 pagi), obat Alpentin dikonsumsi tiap malam pada jam yang sama setiap harinya
(misalnya tiap jam 8 malam), obat Lansoprazol dikonsumsi 1x setiap hari sebelum
makan pada jam yang sama setiap harinya dan obat Fenofibrat dan Simvastatin yang
dikonsumsi 1x sehari, dapat sebelum atau sesudah makan pada jam yang sama setiap
harinya. Walaupun pada resep diatas tidak tertera kapan dan bagaimana aturan pakai
pada obat Fenofibrat dan Simvastatin, tetapi dianjurkan mengkonsumsi obat Fenofibrat
untuk dikonsumsi bersama dengan makanan karena untuk menghindari efek samping
gangguan pencernaan yang mungkin terjadi. Lalu dianjurkan mengkonsumsi obat
Simvastatin untuk dikonsumsi pada malam hari karena Simvastatin merupakan obat
antihiperlipidemia golongan statin, yaitu obat yang bekerja dengan menghambat enzim
pembentuk kolesterol, dimana enzim yang membuat kolesterol tersebut lebih aktif pada
malam hari. Karena sebab itulah obat Simvastatin lebih efektif dikonsumsi pada malam
hari.

2. Pemberian Informasi Obat (PIO)


a. Fenofibrat
Obat ini merupakan obat untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah,
dikonsumsi 1x sehari 1 tablet diberikan bersama dengan makanan atau setelah
makan. Diajurkan untuk mengkonsumsinya pada jam yang sama setiap harinya agar
tidak lupa. Efek samping yang mungkin dapat terjadi ketika penggunaan obat ini
diantaranya gangguan pencernaan, rekasi alergi kulit, lemas dan nyeri otot. Jika
efek samping timbul kemudian semakin memburuk, segera hubungi atau kunjungi
dokter.

b. Simvastatin
Obat ini merupakan obat untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah,
dikonsumsi 1x sehari 1 tablet tiap malam. Diajurkan untuk mengkonsumsinya pada
jam yang sama setiap harinya agar tidak lupa. Efek samping yang mungkin dapat
terjadi ketika penggunaan obat ini diantaranya nyeri perut, nyeri otot, sakit kepala,
sembelit, lemas, sering buang gas. Jika efek samping timbul kemudian semakin
memburuk, segera hubungi atau kunjungi dokter.

c. Meloxicam
obat ini merupakan obat untuk mengurangi gejala nyeri, dikonsumsi 1x sehari 1
tablet tiap pagi. Diajurkan untuk mengkonsumsinya pada jam yang sama setiap
harinya agar tidak lupa. Efek samping yang mungkin dapat terjadi ketika
penggunaan obat ini diantaranya gangguan saluran cerna, kurang darah, gatal,
kemerahan pada kulit, sakit kepala, bengkak, pusing. Jika efek samping timbul
kemudian semakin memburuk, segera hubungi atau kunjungi dokter.

d. Alpentin
obat ini merupakan obat untuk mengurangi gejala nyeri, dikonsumsi 1x sehari 1
tablet tiap malam. Diajurkan untuk mengkonsumsinya pada jam yang sama setiap
harinya agar tidak lupa. Efek samping yang mungkin dapat terjadi ketika
penggunaan obat ini diantaranya penurunan kesadaran, pusing, gangguang gerakan
tubuh, lelah, gangguan penglihatan, sakit kepala, mual, muntah, pilek/hidung
tersumbat. Jika efek samping timbul kemudian semakin memburuk, segera hubungi
atau kunjungi dokter.

e. Lansoprazol
obat ini merupakan obat untuk mengurangi gejala mual muntah, dikonsumsi 1x
sehari 1 tablet sebelum makan. Diajurkan untuk mengkonsumsinya pada jam yang
sama setiap harinya agar tidak lupa. Efek samping yang mungkin dapat terjadi
ketika penggunaan obat ini diantaranya sakit kepala, diare, nyeri perut, gangguan
pencernaan, mult kering, susah BAB, ruam kulit, pusing, lelah, gatal. Jika efek
samping timbul kemudian semakin memburuk, segera hubungi atau kunjungi
dokter.

3. Interaksi obat
Penggunaan antara fenofibrat dengan simvastatin secara bersamaan memicu terjadinya
rhabdomyolisis atau miopati, kematian jaringan otot rangka yang bisa berakhir pada
gangguan ginjal. Gejala yang dialami oleh pasien dapat diringkas dalam trias klasik,
yaitu: nyeri otot, kelemahan dan warna urin yang gelap seperti teh. Gejala yang lebih
spesifik dapat timbul antara lain pembengkakkan, kram, kekakuan dan kehilangan
fungsi dari otot.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan resep nomor 10.2, kami telah menganalisis resep atas nama
Napon dapat disimpulkan pasien menderita penyakit hiperkolesterolemia. Obat di
dalam resep tersebut berisikan sebagai berikut:
1. Fenofibrat memiliki khasiat sebagai antikolesterolemia untuk mengurangi kadar
kolesterol dalam darah. Simvastatin digunakan sebagai antikolesterol yang bekerja
dengan menghambat enzim penghasil kolesterol. Meloxicam digunakan untuk
meredakan nyeri otot sebagai akibat dari kombinasi antara Fenofibrate dan
Simvastatin. Alpentin digunakan untuk mengurangi kejang pada otot rangka. Dan
Lansoprazol digunakan untuk mencegah terjadinya efek samping dari Meloxicam
yaitu sebagai anti tukak lambung.
2. Penggunaan fenofibrat dengan simvastatin dapat memnculkan terjadinya
rhabdomyolisis atau miopati. Gejala yang dialami berupa nyeri otot, kelemahan dan
warna urin yang gelap seperti teh. Gejala yang lebih spesifik dapat timbul antara
lain pembengkakkan, kram, kekakuan dan kehilangan fungsi dari otot. Penggunaan
kombinasi kedua obat ini harus diperhatikan dan di monitoring efek samping yang
terjadi.
3. Fenofibrat (Dosis : 100 mg tiga kali sehari atau 300 mg sekali sehari. Dosis pada
resep : 1x sehari 1 tab 300 mg). Simvastatin (Dosis awal 5-10 mg, maksimal 40
mg/hari diminum pada malam hari. Dosis pada resep : 1x sehari 1 tab 20 mg).
Meloxicam (Dosis : 15 mg sekali sehari. Dosis pada resep : 1x sehari 1 tab 15 mg).
Alpentin (Dosis : 200-300 mg sekali sehari. Dosis pada resep : 1x sehari 1 tab 300
mg). Lansoprazole (Dosis : sehari sekali 30 mg sebelum makan. Dosis pada resep
: 1x sehari 1 tab 30 mg)
4. Fenofibrate Rp 88.500 ; Simvastatin Rp 21.500 ; Meloxicam Rp 21.500 ;
Alpentin Rp 145.500 ; Lansoprazole Rp 30.500.

4.2 Saran
Sebaiknya dokter melengkapi semua yang tercangkup pada lembar resep
tersebut. Pada resep tersebut kurang lengkap karena tidak ada tanda tangan/paraf dokter
yang termuat dalam lembar resep.
DAFTAR PUSTAKA

 Subandrate, Susilawati, Safyudin. (2019). Pendampingan Usaha Pencegahan dan


Penanganan Hiperkolesterolemia pada Pelajar. Ardimas: Jurnal Arsip Pengabdian
Masyarakat Vol. 01 No. 01 Tahun 2020.
https://journal.uhamka.ac.id/index.php/ardimas/article/view/4467
 Ikatan Apoteker Indonesia. 2019. Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 52.
Jakarta: PT. ISFI penerbitan.
 https://www.alodokter.com/fenofibrate diakses pada 27 November 2021
 https://www.alomedika.com/peningkatan-risiko-rhabdomyolysis-pada-pengguna-
statin-yang-diberikan-fibrat-atau-klaritromisin diakes pada 28 November 2021
 Ditinjau oleh dr. Tjin Willy, 2016, https://www.alodokter.com/hiperkolesterolemia,
diakses pada tanggal 27 November 2021
 Dr. Reren Ramanda, https://www.alomedika.com/ lansoprazole/, diakses pada tanggal
27 November 2021
 http://repository.usu.ac.id/ Diakses pada tanggal 27 November 2021
 https://indofarma.id/2019/07/04/meloxicam/ Diakses pada tanggal 27 November 2021
 https://www.k24klik.com/ diakses tanggal 27 November 2021
 Ikatan Apoteker Indonesia, 2017,Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 51,
Jakarta, PT. ISFI penerbitan
 Rahayu, Mutia Isni, 2019, https://doktersehat.com/obat-gabapentin/ , diakses tanggal
27 November 2021
 Sendy, Ayudia Marina, http://eprints.undip.ac.id/ diakses pada tanggal 28 November
2021
 Mims Indonesia Edisi 17 Tahun 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai